Anda di halaman 1dari 121

BAB I

STATIKA DALAM DISIPLIN ILMU TEKNIK SIPIL

1.1. PENDAHULUAN
Statika merupakan ilmu yang mempelajari semua benda yang tetap, yang
statis. Dalam ilmu statika dipelajari segala sesuatu yang tidak bergerak (atau
yang tidak akan bergerak). Dalam ilmu statika, terdapat persyaratan khusus
mengenai pergerakan, yaitu pergerakan v = 0, hal ini berarti bahwa pokok
bahasan yang ditinjau adalah hanya bekerja dengan gaya-gaya yang tidak
bergerak, atau dengan kata lain keadaan pergerakan sama dengan nol. Kondisi
tersebut terjadi apabila semua gaya yang bekerja atau semua gaya yang
membebani suatu benda dan gaya-gaya dalam keadaan seimbang. Sebagai
contoh gaya-gaya yang bekerja pada tangkai pengungkit (dengan jarak antara
gaya dan benda = momen) saling menutupi, sehingga semua gaya seimbang.

Gambar 1.1. Keseimbangan Gaya

Statika dan Mekanika Bahan 1


Statika mempelajari tentang kesetimbangan benda, termasuk gaya-gaya
yang bekerja pada sebuah benda agar benda tersebut dalam keadaan setimbang.
Keseimbangan pada mulanya tidak ada dan apabila keseimbangan itu tercapai,
segera akan terganggu lagi. Atau dapat pula terjadi perubahan dalam
keseimbangan, yang diakibatkan oleh daya tarik bumi (dalam ilmu statika disebut
berat sendiri), oleh beban yang dikenakan pada benda/konstruksi bangunan itu
serta oleh kekuatan alam, sebagai contoh air hujan, salju, angin dan perubahan
suhu.

1.2. TAHAPAN PEMBANGUNAN STRUKTUR


Dalam dunia konstruksi, pekerjaan seorang insinyur sipil secara garis besar
dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Bidang perencanaan (design) bangunan sipil.


2. Bidang pelaksanaan (construction) bangunan sipil.
3. Bidang perawatan/perbaikan (maintenance/repair) bangunan sipil.

Salah satu fungsi utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang
berasal dari beban-beban yang dipikulnya, sebagai contoh yaitu:
1. Jembatan/jalan, mendukung gaya-gaya yang berasal dari beban arus lalu
lintas yang melintasi jembatan atau jalan tersebut.
2. Dinding penahan tanah (retaining wall), berfungsi menahan gaya timbunan
tanah pada dinding retaining wall.
3. Bendungan, berfungsi menampung air
4. Lantai pada gedung, berfungsi memikul beban hidup, beban mati dan
beban mati tambahan yang bekerja.

1.3. DEFINISI SEDERHANA STRUKTUR


Struktur merupakan sarana yang berfungsi menyalurkan beban yang
diakibatkan penggunaan dan/atau kehadiran bangunan di atas tanah.

Statika dan Mekanika Bahan 2


Gambar 1.2. Jembatan rangka

Dari Gambar 1.3 dapat kita lihat bahwa struktur jembatan berfungsi untuk
menyalurkan beban yang bergerak di sepanjang jembatan, yaitu kereta api.

Gambar 1.3. Bangunan gedung bertingkat.

Dari Gambar 1.3 dapat kita lihat bahwa bangunan gedung bertingkat
berfungsi untuk menyalurkan beban-beban yang ada pada tiap lantai.

Statika dan Mekanika Bahan 3


1.4. TIPE-TIPE STRUKTUR
Struktur dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa pendekatan, yaitu antara
lain :

1. Geometri
Berdasarkan geometri dasar, bentuk struktur dapat diklasifikasikan sebagai
salahsatu bentuk elemen garis (atau disusun dari elemen-elemen garis) atau
sebagai bentuk elemen permukaan. Bentuk elemen garis dapat dibedakan sebagai
garis lurus atau garis lengkung. Sedangkan bentuk elemen permukaan bisa
berbentuk datar atau lengkung. Elemen permukaan lengkung bisa berupa
lengkung tunggal atau lengkung ganda.

Pada kenyataannya tidak ada yang dapat disebut sebagai elemen garis
atau elemen permukaan, karena elemen-elemen struktur memiliki tebal. Istilah
garis dan permukaan ini hanya untuk memudahkan saja.

Gambar 1.4. Elemen garis lurus dan lengkung.

Elemen tersebut tergantung pada bahan atau metode konstruksinya.


Sebagai contoh bahan dari kayu, beton atau baja.

2. Kekakuan
Berdasarkan kekakuan, dapat diklasifikasikan apakah suatu struktur kaku
atau fleksibel.

Statika dan Mekanika Bahan 4


Elemen kaku biasanya sebagai batang, tidak mengalami perubahan bentuk yang
cukup besar di bawah pengaruh gaya atau pada perubahan gaya yang
diakibatkan oleh beban. Namun meskipun demikian, struktur ini selalu bengkok
meskipun sangat kecil, apabila dibebani.

Gambar 1.5. Jembatan KA Jalur Cikampek-Padalarang.

Elemen fleksibel atau tidak kaku, misalnya kabel, cenderung mempunyai


bentuk tertentu pada suatu kondisi pembebanan. Bentuk tersebut dapat berubah
apabila pembebanan berubah.
Struktur fleksibel dapat mempertahankan keutuhan fisiknya meskipun
bentuknya berubah-ubah. Elemen kaku contohnya adalah kayu dan baja.
Sedangkan contoh dari elemen fleksibel adalah kabel baja.

Gambar 1.6. Jembatan kabel di Pulau Batam, Indonesia.

Statika dan Mekanika Bahan 5


1.5. JENIS-JENIS ELEMEN STRUKTUR
Jenis-jenis elemen struktur dapat dikategorikan dalam balok dan kolom,
rangka, rangka batang, pelengkung,

1. Balok dan Kolom


Struktur yang dibentuk dengan cara meletakkan elemen kaku horisontal di
atas elemen kaku vertikal adalah struktur yang umum dijumpai. Elemen horizontal
(balok) sering disebut sebagai elemen lentur, yaitu memikul beban yang bekerja
secara transversal dari panjangnya dan mentransfer beban tersebut ke kolom
vertikal yang menumpunya.

Gambar 1.7. Elemen balok dan kolom struktur bangunan gedung.

Kolom dibebani beban secara aksial oleh balok, kemudian mentransfer


beban tersebut ke tanah. Kolom yang memikul balok tidak melentur ataupun
melendut karena kolom pada umumnya mengalami gaya aksial tekan saja.

2. Rangka
Rangka mempunyai aksi struktural yang berbeda dengan jenis balok-tiang,
karena adanya titik hubung kaku antara elemen vertikal dan elemen horisontal.
Kekakuan titik hubung ini memberikan banyak kestabilan terhadap gaya lateral.

Statika dan Mekanika Bahan 6


Kekakuan titik hubung adalah salah satu dari berbagi jenis hubungan yang ada di
antara berbagai elemen struktur.

Pada sistem rangka, baik balok maupun kolom akan melentur sebagai
akibat adanya aksi beban pada struktur.

3. Rangka Batang
Struktur rangka batang adalah struktur yang terdiri dari kumpulan elemen
batang yang disambung untuk membentuk suatu geometri tertentu sedemikian
sehingga apabila diberi beban pada titik buhul (titik pertemuan antar batang)
maka struktur tersebut akan menyalurkan beban ke tumpuan melalui gaya aksial
(tarik atau tekan) pada batang-batangnya.

Titik buhul dimodelkan berperilaku sebagai sambungan pin (engsel)


sehingga tidak bisa menahan atau menyalurkan momen ke batang yang lain.

4. Pelengkung
Pelengkung adalah struktur yang dibentuk oleh elemen garis yang
melengkung dan membentang di antara dua titik. Pada umumnya terdiri atas
potongan potongan kecil yang mempertahankan posisinya akibat adanya tekanan
dari beban.

Statika dan Mekanika Bahan 7


Gambar 1.8. Jembatan pelengkung di Europabrücke, Murau, Austria.

5. Dinding dan Pelat


Dinding dan pelat datar adalah struktur kaku pembentuk permukaan.
Dinding pemikul beban biasanya dapat memikul baik beban arah vertikal maupun
beban lateral (gempa, angin dan lain-lain).

Pelat datar biasanya digunakan secara horisontal dan memikul beban


sebagai lentur, dan meneruskannya ke tumpuan. Struktur pelat biasanya terbuat
dari beton bertulang atau baja.

Gambar 1.9. Pelat bangunan gedung.

6. Cangkang Silindrikal dan Terowongan


Cangkang contohnya adalah struktur pelat-satu-kelengkungan. Cangkang
mempunyai bentang longitudinal dan lengkungannya tegak lurus terhadap

Statika dan Mekanika Bahan 8


diameter bentang. Cangkang dibuat dari material kaku (misalnya beton bertulang
atau baja).

Terowongan berbeda dengan cangkang, yaitu struktur berkelengkungan


tunggal yang membentang secara transversal. Terowongan dapat dipandang
sebagai pelengkung menerus.

(a) Ilustrasi terowongan. (b) Terowongan kereta api.

Gambar 1.10 Terowongan.

7. Kubah dan Cangkang Bola


Kubah sangat efisien digunakan pada suatu bangunan dengan bentang
besar. Tingkat kesulitan perhitungan lebih rumit. Sebagai contoh dapat dilihat
pada Gambar 1.11.

Statika dan Mekanika Bahan 9


Gambar 1.11 Struktur cangkang bola.

8. Kabel
Kabel adalah elemen struktur fleksibel. Bentuknya sangat tergantung pada
besar dan perilaku beban yang bekerja padanya. Kabel dapat digunakan pada
bentang yang panjang. Biasanya digunakan pada jembatan yang memikul dek
jalan raya beserta lalu lintas di atasnya. Sebagai contoh, di negara Indonesia
sudah dibangun beberapa jembatan kabel. Sebagai contoh, beberapa jembatan
kabel yang ada di Indonesia adalah di Pulau Batam (Gambar 1.6), Riau (Gambar
1.11) dan Bandung, Jawa Barat (Gambar 1.12).

Gambar 1.11. Jembatan kabel di Riau, Indonesia.

Statika dan Mekanika Bahan 10


Gambar 1.12. Jembatan kabel di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
9. Membran, Tenda dan Jaring
Membran adalah lembaran tipis dan fleksibel. Tenda biasanya dibuat dari
permukaan membran. Bentuk yang sederhana maupun kompleks dapat dibuat
dengan menggunakan membran-membran. Jaring adalah permukaan 3D yang
terbuat dari sekumpulan kabel lengkung yang melintang. Jaring mempunyai
analogi dengan kulit membran. Dengan memungkinkan adanya lubang saringan
untuk variasi sesuai keperluan, maka sangat banyak bentuk permukaan yang
dapat diperoleh.

Statika dan Mekanika Bahan 11


Gambar 1.13. Model struktur membran.

Gambar 1.14. Model struktur membran untuk atap.

Salah satu keuntungan penggunaannya yaitu penempatan kabel dapat


mencegah atap dari getaran akibat tekanan dan isapan angin. Selain itu, gaya
tarik umumnya dapat diberikan pada kabel dengan alat jacking sehingga seluruh
permukaan dapat mempunyai tahanan terhadap getaran pada atap.

Gambar 1.15. Struktur membran/tenda untuk atap tempat parkir.

Statika dan Mekanika Bahan 12


1.6. FENOMENA STRUKTUR DASAR
Dalam analisis dan desain suatu struktur, terdapat masalah-masalah yang
kita jumpai, sebagai contoh misalnya bentuk-bentuk tertentu dapat terguling atau
runtuh, apabila mengalami pembebanan tertentu. Beban yang menyebabkan
terguling atau gagal tersebut dapat berasal dari keadaan tertentu (misalnya
angin, gempa), beban akibat penggunaannya, atau akibat berat sendiri struktur
tersebut. Beban-beban ini dapat menimbulkan gaya dalam pada struktur,
tegangan pada bahannya, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan
kegagalan.

Masalah pertama adalah berkaitan dengan kestabilan menyeluruh. Sebagai


suatu kesatuan yang utuh, struktur dapat terguling, tergelincir atau terpuntir
relatif terhadap dasarnya, terutama apabila mengalami beban seperti angin atau
gempa.

Struktur yang relatif tinggi, sebagai contoh menara listrik tegangan tinggi
yang mempunyai dasar kecil mempunyai potensi untuk terguling.
Ketidakseimbangan akibat berat sendiri juga dapat menyebabkan terjadinya
guling.

Penggunaan pondasi kaku yang lebar dapat mencegah terjadinya guling, atau
dengan penggunaan pondasi tiang yang mampu memikul gaya tarik.

Masalah kedua adalah berkaitan dengan kestabilan hubungan atau internal.


Apabila bagian-bagian struktur tidak tersusun atau terhubung dengan baik, maka
struktur dapat runtuh. Suatu susunan struktur dapat stabil untuk kondisi
pembebanan tertentu, tetapi tidak untuk kondisi lainnya.

Gaya-gaya seperti angin, gempa dapat menyebabkan keruntuhan


demikian. Ada beberapa mekanisme dasar dinding, aksi rangka, atau diagonal
yang dapat digunakan untuk membuat statu susunan struktur menjadi stabil.

Statika dan Mekanika Bahan 13


Gambar 1.16. Menara listrik tegangan tinggi.

Masalah ketiga adalah berkaitan dengan kekuatan dan kekakuan elemen.


Ada banyak masalah struktural pada kekuatan komponen struktur. Keruntuhan
komponen dapat berupa keruntuhan akibat tarik, tekan, lentur, geser, torsi, gaya
tumpu, atau deformasi berlebihan yang timbul secara internal di dalam struktur
sebagai akibat dari adanya beban. Bersamaan dengan beban, juga timbal
tegangan pada material.

Gambar 1.17. Kegagalan struktur akibat torsi.

Statika dan Mekanika Bahan 14


Dengan mendesain komponen struktur secara hati-hati, keadaan tegangan
tersebut dapat diatur agar berada dalam taraf aman.

1.7. KRITERIA DAN TAHAPAN DALAM ANALISIS STRUKTUR


Tinjauan dasar dalam merencanakan struktur adalah menjamin kestabilan
pada segala kondisi pembebanan yang mungkin terjadi. Struktur akan mengalami
perubahan bentuk tertentu apabila dibebani.

Pada struktur yang stabil, deformasi akibat beban pada umumnya kecil, dan gaya
internal yang timbul di dalam struktur mempunyai kecenderungan
mengembalikan bentuk struktur ke bentuk semula apabila beban dihilangkan.

Pada struktur yang tidak stabil, deformasi akibat beban pada umumnya
mengakibatkan kecenderungan untuk terus bertambah selama struktur tersebut
dibebani. Struktur yang tidak stabil tidak memberikan gaya-gaya internal yang
mempunyai kecenderungan untuk terus bertambah selama struktur tersebut
dibebani. Struktur yang tidak stabil mudah mengalami runtuh (collapse).

Tanggung jawab Insinyur Sipil sebagai perencana struktur adalah dapat


menjamin struktur yang membentuk konfigurasi yang stabil. Para insinyur
berupaya agar hasil rancangannya adalah yang terbaik atau optimal jika ditinjau
dari kekuatan, kekakuan maupun pembiayaan (ekonomis).

Statika dan Mekanika Bahan 15


Gambar 1.18. Kestabilan struktur.

Gambar 1.19. Struktur yang tidak stabil.

Statika dan Mekanika Bahan 16


BAB II
DASAR-DASAR STATIKA

2.1. PENDAHULUAN

Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan dari ilmu fisika,


yang menjelaskan kejadian alam sehari-hari, yang berkaitan dengan gaya-gaya
yang bekerja. Insinyur sipil dalam hal ini bekerja pada bidang perencanaan,
pelaksanaan dan perawatan atau perbaikan konstruksi bangunan sipil.

Fungsi utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang berasal


dari beban-beban yang dipikul oleh bangunan tersebut. Sebagai contoh adalah
beban lalu lintas kendaraan pada jembatan/jalan, beban akibat timbunan tanah
pada dinding penahan tanah (retaining wall), beban air waduk pada bendung,
beban hidup pada lantai bangunan gedung, dan lain sebagainya.

Gambar 2.1 Model beban lalu lintas pada jembatan.

Statika dan Mekanika Bahan 17


Gambar 2.2. Dinding penahan tanah (retaining wall).

Oleh karena itu, penguasaan ilmu statika sangat penting dan membantu insinyur
sipil dalam kaitannya dengan perencanaan suatu struktur.

2.2. PRINSIP DASAR STATIKA

Prinsip dasar statika terdiri dari 6 hukum utama, yaitu :


1. Hukum Paralelogram
Dua buah gaya yang bereaksi pada suatu partikel, dapat digantikan dengan
satu gaya (gaya resultan) yang diperoleh dengan menggambarkan diagonal
jajaran genjang dengan sisi kedua gaya tersebut. Dikenal juga dengan
Hukum Jajaran Genjang.

2. Hukum Transmisibilitas Gaya


Kondisi keseimbangan atau gerak suatu benda tegar tidak akan berubah jika
gaya yang bereaksi pada suatu titik diganti dengan gaya lain yang sama
besar dan arahnya tapi bereaksi pada titik berbeda, asal masih dalam garis
aksi yang sama. Dikenal dengan Hukum Garis Gaya.

3. Hukum I Newton :
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel sama dengan nol (tidak
ada gaya), maka partikel diam akan tetap diam dan atau partikel bergerak
akan tetap bergerak dalam sebuah garis lurus dengan kecepatan konstan/

Statika dan Mekanika Bahan 18


tetap jika tidak ada gaya tak seimbang yang bekerja padanya. Dikenal
dengan Hukum Kelembaman.

4. Hukum II Newton :
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel tidak sama dengan nol
partikel tersebut akan memperoleh percepatan sebanding dengan besarnya
gaya resultan dan dalam arah yang sama dengan arah gaya resultan
tersebut. Jika F diterapkan pada massa m, maka berlaku: Σ F = m . a
5. Hukum III Newton :
Gaya aksi dan reaksi antara benda yang berhubungan mempunyai besar dan
garis aksi yang sama, tetapi arahnya berlawanan. Aksi = Reaksi

6. Hukum Gravitasi Newton :


Dua partikel dengan massa M dan m akan saling tarik menarik yang sama
dan berlawanan dengan gaya F dan F’ , dimana besar F dinyatakan dengan :

𝑴. 𝒎
𝑭=𝑮
𝒓𝟐
G = kostanta gravitasi
r = jarak M dan m

Gambar 2.3. Gaya Gravitasi Newton

2.3. GAYA DAN KESEIMBANGAN GAYA


2.3.1. Pengertian Gaya
Gaya adalah besaran yang bertendensi mendorong/merubah bentuk objek
yang dikenakan dalam arah gaya tersebut bekerja. Sebagai sebuah vektor, gaya

Statika dan Mekanika Bahan 19


mempunyai tiga karakteristik, yaitu besarnya, arahnya dan juga titik/lokasi
bekerjanya yang biasanya direpresentasikan garis bertanda panah seperti terlihat
pada gambar dibawah ini. Titik aplikasi bisa direpresentasikan oleh pangkal atau
ujung/kepala dari gambar anak panah.

Gaya dapat didefisinikan sebagai sesuatu yang menyebabkan benda (titik


materi) bergerak baik dari diam maupun dari gerak lambat menjadi lebih lambat
maupun lebih cepat. Dalam teknik bangunan gaya berasal dari bangunan itu
sendiri berat benda di atasnya atau yang menempelnya, tekanan angin, gempa,
perubahan suhu dan pengaruh pengerjaan.

Gaya dapat digambarkan dalam bentuk garis yang memiliki dimensi besar,
garis kerja, arah kerja dan titik tangkap. Satuan gaya menurut Sistem Satuan
Internasional (SI) adalah Newton dan turunannya (kN). Akan tetapi ada yang
memberi satuan kg gaya (kg). Bila gravitasi bumi diambil 10 m/s2 maka hubungan
satuan tersebut adalah 1 kg gaya (atau sering ditulis 1 kg) ekuivalen dengan 10
Newton.

Gambar 2.4. Gaya

Statika dan Mekanika Bahan 20


Artinya jika satu atau lebih dari tiga karakteristik ini dirubah, maka efeknya
terhadap objek yang dikenakan gaya tersebut akan berubah juga. Besarnya gaya
jelas pengaruhnya. Sebagai contoh, kalau kita berusaha mendorong mobil yang
relative besar sendirian, kemungkinan besar mobil tidak bergerak karena gaya
yang kita berikan ke mobil tidak cukup besar. Tetapi jika kita minta bantuan dua
orang lagi untuk membantu mendorong mobil, maka besar kemungkinan mobil
bisa didorong oleh tiga orang tersebut karena gaya yang ditimbulkan oleh ketiga
orang tersebut lebih besar dibandingkan dengan gaya yang dihasilkan oleh satu
orang. Arah dari gaya jelas mempunyai efek terhadap benda yang dikenai gaya
tersebut seperti terlihat pada gambar dibawah ini dimana sebuah gaya
diaplikasikan terhadap sebuah peti dalam dua arah berbeda, horisontal dan
vertikal. Walaupun kedua gaya tersebut mempunyai besar dan titik aplikasi yang
sama, akan tetapi reaksi peti tersebut terhadap gaya horisontal akan berbeda jika
dibandingkan dengan reaksi terhadap gaya vertikal.

Gambar 2.5. Arah Gaya

Sedangkan titik aplikasi bisa di gambarkan sebagai berikut dimana sebuah


jembatan sederhana yang didukung oleh tumpuan kiri dan tumpuan kanan. Jika

Statika dan Mekanika Bahan 21


gaya yang bekerja posisinya dekat dengan tumpuan yang sebelah kiri (gaya
direpresentasikan oleh garis penuh) maka kita dapat merasakan bahwa tumpuan
yang kiri akan menerima gaya yang lebih besar dari tumpuan yang sebelah
kanan. Sebaliknya jika gaya yang bekerja dekat dengan tumpuan yang sebelah
kanan (gaya direpresentasikan oleh garis putus-putus) maka tumpuan sebelah
kanan yang akan menerima gaya yang lebih besar. Disini terlihat bagaimana
merubah titik aplikasi dari gaya merubah reaksi yang terjadi dari sistem struktur.

Gambar 2.6. Titik Aplikasi

2.3.2. Kesetaraan Gaya


Kesetaraan gaya adalah “kesamaan pengaruh” antara gaya pengganti
(resultan) dengan gaya yang diganti (gaya komponen) tanpa memperhatikan titik
tangkap gayanya. Pada prinsipnya gaya dikatakan setara apabila gaya pengganti
dan penggantinya baik gerak translasi maupun rotasi besarnya sama.

Statika dan Mekanika Bahan 22


2.3.3. Komposisi Gaya
Komposisi gaya terdiri dari gaya-gaya kolinier, gaya-gaya koplanar, gaya-
gaya ruang, gaya-gaya konkuren, dan gaya-gaya sejajar. Definisi dari masing-
masing komposisi gaya adalah sebagai berikut :
 Gaya-gaya kolinier (colinear forces) = gaya-gaya yang segaris kerjanya
terletak pada satu garis lurus
 Gaya-gaya koplanar (coplanar forces) = gaya-gaya yang garis kerjanya
terletak pada satu bidang rata
 Gaya-gaya ruang (three dimensional system of forces) = gaya-gaya yang
bekerja didalam ruang
 Gaya-gaya konkuren (concurrent forces) = gaya-gaya yang garis kerjanya
melalui sebuah titik sedang jika sebaliknya disebut nonkonkuren
 Gaya-gaya sejajar = gaya-gaya yang garis kerjanya sejajar baik pada bidang
rata maupun dalam ruang

Komposisi gaya diberikan pada Gambar 2.7.

P1
P3
P1 P2
P2
Kolinier Koplanar

P1P2 P3
P1 P1

P2
P2
P3
P3 Sejajar

Ruang Konkuren Nonkonkuren

Gambar 2.7. Komposisi gaya-gaya

Statika dan Mekanika Bahan 23


Penandaan arah gaya
- Gaya positif jika arah gaya ke kanan atau ke atas
- Gaya negatif jika arah gaya ke kiri atau ke bawah

2.3.4. Keseimbangan Gaya


Pada kesetaraan gaya antara gaya pengganti dengan gaya yang diganti
arah yang dituju sama, sedang pada keseimbangan gaya arah yang dituju
berlawanan, gaya pengganti (reaksi) arahnya menuju titik awal dari gaya yang
diganti (aksi).
Keseimbangan gaya yang satu garis kerja dapat dikatakan bahwa gaya aksi
dan reaksi besarnya sama tapi arahnya berlawanan.
Pada gaya kolinier, gaya akan seimbang bila jumlah aljabar gaya-gaya itu
sama dengan nol. Misal P > G maka benda akan ke atas, P < G benda akan
kebawah, P = G benda seimbang (lihat Gambar 2.8)

G1

G2

G3

G

P = G

Gambar 2.8. Keseimbangan gaya

Pada gaya konkuren-koplanar, gaya akan seimbang bila jumlah aljabar dari
komponen-komponen pada sumbu X dan Y yang sama dengan nol (Gambar 2.9).

Statika dan Mekanika Bahan 24


 Fx = 0 dan  Fy = 0

M P P
  N n
m
m
n m
n

G G

Gambar 2.9. Keseimbangan resultan gaya

P dapat diganti oleh m dan n bila: - m Sin  + n sin  = 0 dan m cos  + n


cos  = P
 X = 0 atau – mx + nx = 0 dan  Y = 0 atau my + ny – G = 0

Kita dapat memulai pembahasan mengenai kesetimbangan struktural


dengan meninjau gaya-gaya. Sebuah gaya adalah sebuah dorongan atau sebuah
tarikan yang bekerja pada sebuah benda. Ketika Anda sedang berdiri di atas
tanah, berat Anda adalah sebuah gaya (aksi) aktif yang menekan ke bawah
menuju bumi. Apabila Anda benar-benar ingin mengalami gaya ini, mintalah
seseorang untuk berdiri di atas Anda! Anda dapat berdiri dengan tegak karena
tanah menekan Anda dengan sebuah gaya reaktif (reaksi) yang berlawanan, yang
besarnya sama dengan berat Anda.

Perhatikan bahwa istilah-istilah-gaya, beban, aksi, dan reaksisemuanya


mengacu pada dorongan atau tarikan dari suatu benda terhadap benda lainnya.
Seperti halnya berat Anda, gaya dinyatakan dalam satuan pounds (pounds (lb)).
Kesetimbangan terjadi ketika aksi-aksi dilawan oleh reaksi-reaksi yang sama
besar.

Statika dan Mekanika Bahan 25


Ketika beban bekerja pada bagian-bagian struktur, kita perlu menentukan gaya-
gaya reaksi apa saja yang ada untuk menahan gaya-gaya aktif agar berada dalam
kesetimbangan. Pada sebuah struktur dengan banyak bagian struktur, gaya reaksi
dari sebuah bagian struktur menjadi beban aksi pada bagian struktur yang
menahannya. Dan, kita perlu mengetahui semua gaya yang bekerja pada suatu
bagian struktur, apabila kita ingin membatasi besarnya gaya-gaya dalam
(tegangan-tegangan) dan deformasi-deformasi yang terkait.

Pada akhirnya, sebuah struktur harus dengan aman menyalurkan semua


beban bagian struktur ke pondasi dan ke dalam tanah. Kita bisa hanya
menggambarkan dorongan atau tarikan dari sebuah gaya dengan tanda anak
panah dalam arah dorongan atau tarikan tersebut.

Pada Gambar 2.10 menggambarkan seseorang dengan berat badan 150


pounds (lb) berdiri di atas sebuah balok yang ditumpu dua buah blok di kedua
ujungnya. Panjang anak panah di sini digambarkan sebanding dengan besar gaya
yang bekerja pada balok. Kedua gaya reaksi ke atas pada tumpuan balok harus
melawan gaya ke bawah dari berat orang tersebut. Berat balok diabaikan untuk
pembahasan kasus ini.

Gaya-gaya terpusat bekerja pada sebuah titik, tetapi pada kenyataannya


tidak ada satu gaya pun yang dapat bekerja di sebuah titik, yang artinya tidak
memiliki daerah kerja. Sebenarnya, beban harus bekerja di sebuah daerah
terbatas, yang lebih memudahkan dianggap sebagai sebuah titik apabila kita
meninjau kesetimbangan gaya. Orang yang berdiri di atas balok pada Gambar
2.10 menghasilkan gaya terpusat sebesar 150 lb pada satu titik di atas balok di
antara kedua kakinya. Namun demikian, kita melihat bahwa sebenarnya gaya
sebesar 150 lb tersebut disebarkan pada daerah seluas telapak kaki orang
tersebut pada balok.

Statika dan Mekanika Bahan 26


Gaya berat dari orang yang berdiri tegak sebenarnya bekerja pada satu
titik yang dikenal sebagai pusat gaya berat dari sebuah garis kerja gaya yang
melalui pusat daerah telapak kaki yang disebut titik berat daerah. Kita akan
membahas lebih lanjut mengenai pusat gaya berat dan titik berat daerah pada
bagian berikutnya dalam buku ini.

Jika orang tersebut berdiri di tengah balok, tiap-tiap reaksi dengan mudah terlihat
sama dengan ½ x 150 = 75 lb. Namun, ketika orang tersebut berdiri mendekati
salah satu ujung balok, seperti yang terlihat pada gambar, reaksi pada tumpuan
yang lebih dekat akan lebih besar daripada reaksi pada tumpuan yang lebih jauh.

Gambar 2.10. Ilustrasi Beban terpusat

Statika dan Mekanika Bahan 27


Agar terjadi kesetimbangan pada sebuah benda, jumlah seluruh gaya yang
bekerja pada benda itu harus sama dengan nol. Jumlah dari gaya gaya vertikal
dan jumlah dari gaya-gaya horizontal harus sama dengan nol, jika tidak, benda
tersebut akan bergeser dalam arah gaya yang tak setimbang. Kedua keadaan
gaya tersebut penting untuk menjamin adanya kesetimbangan, tetapi ada kondisi
lain yang juga diperlukan.

Mengacu pada Gambar 2.10, garis kerja sebuah gaya adalah garis yang
terbentuk dengan memperpanjang anak panah dalam kedua arah. Sebuah gaya
mempunyai daya ungkit terhadap suatu titik manapun yang berada di luar garis
kerjanya. Kita menyebut daya ungkit dari gaya terhadap suatu titik sebagai
momen dari gaya, atau cukup disebut momen.

Momen adalah kecenderungan dari sebuah gaya untuk berputar terhadap


suatu titik. Besar dari momen adalah gaya dikalikan dengan jarak terdekat antara
titik itu dengan garis gaya. Jarak terdekat ini disebut lengan tuas (arm) atau
lengan momen, dan tegak lurus terhadap garis kerja gaya, seperti yang terlihat
pada gambar. Satuan momen adalah foot-pounds (ft-Ib) atau ton-meter (tm).

Apabila sebuah benda berada dalam kesetimbangan, maka benda tersebut


tidak bergerak terhadap titik acuan manapun. Pilihlah suatu titik, dan momen-
momen dari semua gaya yang bekerja pada sebuah benda harus saling melawan
satu dengan yang lainnya, sehingga kecenderungan keseluruhan benda untuk
mengalami perputaran adalah nol. Keadaan ini harus merupakan sebuah
kebenaran dari titik manapun yang Anda pilih, sebab jika tidak, benda akan
berputar terhadap titik tersebut.

Jadi, selain kedua kondisi kesetimbangan gaya, kita memerlukan kondisi


ketiga, yaitu kesetimbangan momen-jumlah dari semua momen terhadap sebuah
titik manapun harus sama dengan nol.

Statika dan Mekanika Bahan 28


Ketiga kondisi kesetimbangan itu menghasilkan tiga persamaan
kesetimbangan. Pada Gambar 1.1, tidak ada gaya horizontal yang bekerja pada
balok, sehingga sebuah persamaan sederhana akan menyatakan bahwa jumlah
dari semua gaya horizontal (nol) sama dengan nol. Apabila berat ke arah bawah
adalah 150 lb, maka gaya reaktif kiri dan gaya reaktif kanan, yaitu L dan R,
secara bersama-sama harus melawan beban vertical dengan gaya total neto
sebesar 150 lb, dan kita dapat menulis persamaan kesetimbangan gaya yertikal
menjadi :

L+R-150=0

Kita biasanya mengambil arah ke atas dan arah ke kanan sebagai positif.
Persamaan tersebut menyatakan bahwa semua gaya vertikal menghasilkan
jumlah yang sama dengan nol.

Balok tersebut panjangnya 12 ft, dan orang tersebut berdiri dengan jarak 4
ft dari ujung kiri. Pilihlah titik sembarang manapun, seperti di titik orang tersebut
berdiri di atas balok. Lengan tuas di sekitar titik ini berjarak 4 ft dari reaksi kiri, L,
dan 8 ft dari reaksi kanan R. Kita dapat menulis persamaan kesetimbangan
momen menjadi:

4xL–8xR=0

Putaran rotasi momen searah jarum jam biasanya dianggap positif. Dengan
menyusun dan mensubstitusikan suku-suku, kita menemukan jawaban dari dua
persamaan kesetimbangan terdahulu yaitu L = 100 lb, dan R = 50 lb, yang juga
menjawab pertanyaan kita pada subbab terdahulu.

Karena garis kerja gaya sebesar 150 lb tersebut melalui titik yang kita pilih
untuk penjumlahan momen, maka garis tersebut tidak memiliki daya ungkit di
sekitar titik ini. Kita dapat menulis sebuah persamaan momen yang berbeda

Statika dan Mekanika Bahan 29


dengan menjumlahkan momen-momen terhadap sebuah titik pada ujung kiri
balok. Pada kasus ini, momen searah jarum jam akibat berat orang tersebut
adalah 150 x 4 = 600 ft-lb dan dilawan oleh momen berlawanan arah jarum jam
sebesar 12 x R, jadi

600 – 12 x R = 0

Lagi-lagi kita menemukan bahwa R = 50 lb. Karena gaya L melalui ujung kiri
balok, maka gaya tersebut tidak memiliki lengan tuas dan tidak menimbulkan
momen terhadap titik tersebut.

2.4. Momen
Momen adalah besarnya tendensi dari suatu gaya untuk memutar suatu
objek/benda terhadap suatu titik. Dalam bentuk skalar, besarnya momen adalah
gaya dikali lengan momen yang merupakan jarak tegak lurus antara titik yang
ditinjau dan garis kerja gayanya. Gambar berikut mengilustrasikan sebuah
moment.

Gambar 2.11. Ilustrasi momen.

Momen gaya terhadap suatu titik didefisinikan sebagai hasil kali antara
gaya dengan jaraknya ke titik tersebut. Jarak yang dimaksud adalah jarak tegak
lurus dengan gaya tersebut. Momen dapat diberi tanda positif atau negatif
bergantung dari perjanjian yang umum, tetapi dapat juga tidak memakai

Statika dan Mekanika Bahan 30


perjanjian umum, yang penting bila arah momen gaya itu berbeda tandanya
harus berbeda.

Jadi besarnya momen tergantung pada dua faktor, yaitu lengan momen
dan gaya yang bekerja. Jika gaya yang bekerja besarnya tetap, maka besarnya
momen akan berbanding lurus dengan lengan momen. Lengan momen besar,
maka momen yang dihasilkan juga besar dan sebaliknya.

Momen adalah besaran yang mengindikasikan kemampuan dari sebuah


gaya yang menyebabkan rotasi (perputaran). M = F.r , dimana r adalah jarak
gaya terhadap titik pusat tumpuan (A), lihat gambar berikut.

+
M
r

-
A

Gambar 2.12. Momen pada pengungkit paku dan penandaan momen

Penandaan arah momen :


 Momen bernilai positif apabila mengakibatkan putaran searah jarum jam,
dan sebaliknya bernilai negatif apabila mengakibatkan putaran berlawanan
arah jarum jam
 Resultan momen dari beberapa gaya terhadap suatu titik sama dengan
jumlah aljabar dari momen setiap gaya terhadap titik tersebut.

Statika dan Mekanika Bahan 31


F2 M1 = F1 x r1

M2 = F2 x r2
F1
Resultan:

M = M1 + M2

Gambar 2.13. Resultan momen

Gaya-gaya pada tongkat ungkit akan menimbulkan momen positif dan


negatif terhadap titik A. Apabila momen positif lebih besar atau sebaliknya, maka
papan akan tidak seimbang (Gambar 2.14).

Momen A = (-F1 x 2,5)+(F2 x 2) = 45


F2=60 kg
F1=30 kg kgm (positif)
A Jika F2 digeser kekiri sehingga
2,5 m 2m berjarak 1,25 m dari A maka :
MA = (-30 kg x 2,5 m) + (60 kg x
F2=60 kg
1,25 m) = 0.
F1=30 kg
Hal ini berarti momen positif sama
2,5 m 1,25 m dengan momen negatif, tongkat
ungkit dinyatakan seimbang.
Gambar 2.14. Gaya-gaya pada tongkat ungkit

Dua gaya sejajar, sama besar, berlawanan arah dengan jarak tertentu
(kopel gaya). Momen terhadap titik O (MO) dapat dihitung: MO = P.a + P.b =
P.(a+b) = P.L. Jadi resultan dari pasangan gaya ini adalah momen, dan tidak
mungkin berupa suatu resultan gaya ataupun gaya-gaya seimbang, sekalipun
jumlah aljabarnya sama dengan nol. Pasangan gaya ini disebut gaya kopel, yang
menghasilkan momen-kopel (Gambar 2.15.).

Statika dan Mekanika Bahan 32


P
P O
O
a L P a b

b P L

momen kopel gaya kopel

Gambar 2.15. Momen kopel

Menurut teori Varignon momen pada suatu titik dikatakan statis bila
besarnya momen gaya pengganti (resultan) sama dengan gaya yang diganti.
Momen sebuah gaya terhadap sebuah titik sama dengan jumlah momen dari
komponen-komponen gaya tersebut terhadap titik itu.

2.5. Torsi
Torsi adalah suatu gaya yang menimbulkan puntiran. Gaya bekerja
menyilang terhadap suatu sumbu. Garis kerja gaya tegak lurus sumbu dengan
jarak d. Besar puntiran pada sumbu akibat gaya ini dihitung sebagai: T = F.d.
Torsi menganut hukum tangan kanan, yaitu bila ibu jari menunjuk ke arah
sumbu maka jari-jari yang lain merupakan gaya yang menimbulkan torsi negatif.

Statika dan Mekanika Bahan 33


BAB III
GAYA DAN KESEIMBANGAN GAYA

3.1. GAYA
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan deformasi pada suatu struktur.
Gaya mempunyai besaran dan arah, digambarkan dalam bentuk veKtor yang
arahnya ditunjukkan dengan anak-panah, sedangkan panjang vektor digunakan
untuk menunjukkan besarannya (Gambar 3.1.).

Gambar 3.1. Vektor

Garis disepanjang gaya tersebut bekerja dinamakan garis kerja gaya. Titik
tangkap gaya yang bekerja pada suatu benda yang sempurna padatnya, dapat
dipindahkan di sepanjang garis kerja gaya tersebut tanpa mempengaruhi kinerja
dari gaya tersebut. Apabila terdapat bermacam-macam gaya bekerja pada suatu
benda, maka gaya-gaya tersebut dapat digantikan oleh satu gaya yang memberi
pengaruh sama seperti yang dihasilkan dari bermacam-macam gaya tersebut,
yang disebut sebagai resultan gaya.

3.2. VEKTOR RESULTAN

Sejumlah gaya yang bekerja pada suatu struktur dapat direduksi menjadi
satu resultan gaya, maka konsep ini dapat membantu di dalam menyederhanakan
permasalahan. Menghitung resultan gaya tergantung dari jumlah dan arah dari
gayagaya tersebut.

Statika dan Mekanika Bahan 34


Beberapa cara/metode untuk menghitung/mencari resultan gaya, yaitu
antara lain :
1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya.
2. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya.
3. Metode proyeksi vektor gaya.

1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya


Metode ini menggunakan konsep bahwa dua gaya atau lebih yang terdapat
pada garis kerja gaya yang sama (segaris) dapat langsung dijumlahkan (jika
arah sama/searah) atau dikurangkan (jika arahnya berlawanan).

Gambar 3.2. Penjumlahan vektor searah dan segaris menjadi resultan gaya R.

2. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya


Metode ini menggunakan konsep, jika gaya-gaya yang bekerja tidak segaris,
maka dapat digunakan cara Paralellogram dan Segitiga Gaya. Metode
tersebut cocok jika gaya-gayanya tidak banyak.

Gambar 3.3. Resultan dua vektor gaya yang tidak segaris.

Statika dan Mekanika Bahan 35


Namun jika terdapat lebih dari dua gaya, maka harus disusun suatu
segibanyak (poligon) gaya. Gaya-gaya kemudian disusun secara berturutan,
mengikuti arah jarum jam.

Gambar 3.4. Resultan dari beberapa vektor gaya yang tidak searah.

Jika telah terbentuk segi-banyak tertutup, maka penyelesaiannya adalah


tidak ada resultan gaya atau resultan gaya sama dengan nol. Namun jika
terbentuk segi-banyak tidak tertutup, maka garis penutupnya adalah
resultan gaya.

3. Metode proyeksi vektor gaya


Metode proyeksi menggunakan konsep bahwa proyeksi resultan dari dua
buah vektor gaya pada setiap sumbu adalah sama dengan jumlah aljabar
proyeksi masing-masing komponennya pada sumbu yang sama. Sebagai
contoh dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Proyeksi Sumbu.

Statika dan Mekanika Bahan 36


Xi dan X adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu x.
sedangkan Yi dan Y adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap
sumbu y, dimana

Dengan demikian metode tersebut sebenarnya tidak terbatas untuk dua


buah vektor gaya, tetapi bisa lebih. Jika hanya diketahui vektor-vektor gaya
dan akan dicari resultan gaya,
maka dengan mengetahui jumlah kumulatif dari komponen proyeksi sumbu,
yaitu X dan Y, maka dengan rumus pitagoras dapat dicari nilai resultan gaya
(R). dimana

Contoh :
1. Diketahui suatu benda dengan gaya-gaya seperti terlihat pada Gambar di
bawah ini
Ditanyakan : Tentukan besar dan arah resultan gaya dari empat gaya tarik
pada besi ring.

Statika dan Mekanika Bahan 37


2. Diketahui dua orang seperti terlihat pada Gambar sedang berusaha
memindahkan bongkahan batu besar dengan cara tarik dan ungkit.
Ditanyakan : tentukan besar dan arah gaya resultan yang bekerja pada titik
bongkah batu akibat kerja dua orang tersebut.
Penyelesaian :

3.3. KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Suatu benda berada dalam keseimbangan apabila sistem gaya-gaya yang


bekerja pada benda tersebut tidak menyebabkan translasi maupun rotasi pada
benda tersebut.

Keseimbangan akan terjadi pada sistem gaya konkuren yang bekerja pada
titik atau partikel, apabila resultan sistem gaya konkuren tersebut sama dengan
nol. Apabila sistem gaya tak konkuren bekerja pada suatu benda tegar, maka
akan terjadi kemungkinan untuk mengalami translasi dan rotasi.

Oleh karena itu, agar benda tegar mengalami keseimbangan, translasi dan
rotasi tersebut harus dihilangkan. Untuk mencegah translasi, maka resultan
sistem gaya-gaya yang bekerja haruslah sama dengan nol, dan untuk mencegah
rotasi, maka jumlah momen yang dihasilkan oleh resultan oleh semua gaya yang
bekerja haruslah sama dengan nol.

Statika dan Mekanika Bahan 38


Sebagai ilustrasi, dapat dilihat Gambar 2.14 mengenai gaya dan momen pada
sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-z.

di mana F adalah gaya dan M adalah momen.

Gambar 3.6. Gaya dan Momen pada tiga sumbu.

3.4. GAYA DAN MOMEN EKSTERNAL DAN INTERNAL

Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda dapat berupa eksternal
dan internal. Gaya dan momen eksternal, sebagai contoh adalah berat sendiri
struktur.

Gaya dan momen internal adalah gaya dan momen yang timbul di dalam
struktur sebagai respons terhadap gaya eksternal yang ada, sebagai contoh
hádala gaya tarik yang timbal di dalam batang.

Statika dan Mekanika Bahan 39


3.4.1. Gaya dan Momen Eksternal
Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda tegar dapat dibagi ke
dalam dua jenis utama, yaitu gaya yang bekerja langsung pada struktur dan gaya
yang timbul akibat adanya aksi.

Sesuai dengan hukum ketiga Newton bahwa apabila ada suatu aksi maka
akan ada reaksi yang besarnya sama dan arahnya berlawanan.

3.4.2. Gaya dan Momen Internal


Gaya dan momen internal timbul di dalam struktur sebagai akibat adanya
sistem gaya eksternal yang bekerja pada struktur dan berlaku bersama-sama
secara umum mempertahankan keseimbangan struktur.

3.4.3. Idealisasi Struktur

Beberapa langkah penyelesaian struktur dengan gaya yang bekerja dapat


dilakukan. Salah satu cara adalah dengan melakukan idealisasi.

(a). Aktual struktur. (b). Idealisasi struktur.

Gambar 3.7. Idealisasi struktur jembatan rangka batang.

Gambar 3.7.(a) memperlihatkan suatu jembatan rangka batang. Idealisasi


struktur dapat dilakukan dengan memodelkan menjadi rangka batang dua
dimensi seperti terlihat pada Gambar 3.7 (b).

Statika dan Mekanika Bahan 40


(a). Aktual struktur. (b). Idealisasi struktur.

Gambar 3.8. Idealisasi struktur jembatan.

Gambar 3.8 (a) memperlihatkan suatu jembatan, dan gambar 3.8 (b)
merupakan idealisasi menjadi pemodelan balok diatas tumpuan sendi-rol di ujung-
ujungnya, dengan beban merata bekerja di sepanjang balok.

(a). Aktual struktur. (b). Idealisasi struktur.


Gambar 3.9. Idealisasi balok kantilever.

Gambar 3.9 (a) memperlihatkan suatu balok kantilever baja, dan gambar 3.9 (b)
merupakan idealisasi pemodelan balok kantilever dengan tumpuan jepit-bebas
pada ujung-ujungnya.
Model beban adalah beban merata (W) di sepanjang bentang dan beban terpusat
(P) di ujung bebas.

Statika dan Mekanika Bahan 41


3.5. PENGURAIAN DAN PENYUSUNAN GAYA SECARA ANALISIS DAN
GRAFIS

3.5.1. Menyusun Gaya yang Setara


Istilah lain menyusun gaya adalah memadu gaya atau mencari resultan
gaya. Pada prinsipnya gaya-gaya yang dipadu harus setara (ekuivalen) dengan
gaya resultannya.

1) Menyusun Gaya yang Kolinier


a) Menyusun Gaya yang Kolinier yang Satu Arah

Secara analitis : R = P1 + P2 + P3

b) Menyusun Gaya yang Kolinier dengan Arah Berlawanan

Secara analitis : R = P1 + P2 – P3

2) Menyusun Dua Gaya yang Konkuren


Secara grafis, gaya Resultan dapat ditentukan dengan menggunakan
jajaran genjang gaya dan atau segitiga gaya.

Statika dan Mekanika Bahan 42


y
Arah gaya resultan f = arc tg
(P2 +x)

Secara analitis besarnya gaya Resultan adalah :

R = √P12 +P22 + 2. P1 . P2. cos f

3) Menyusun Beberapa Gaya Konkuren


Secara grafis, gaya Resultan dapat ditentukan dengan jajaran genjang gaya
dan atau dengan segi banyak.

Statika dan Mekanika Bahan 43


Cara Analitis
Gaya-gaya yang akan dicari resultannya diuraikan dalam arah sumbu X dan
sumbu Y. Titik tangkap gaya-gaya harus dilalui oleh kedua sumbu tersebut.
Sumbu X dapat horisontal ataupun miring. Dipilih mana yang memudahkan
perhitungan. Yang penting kedua sumbu itu saling tegak lurus. Perhatikan
gambar di bawah ini Dalam gambar dipilih sumbu X horisontal dan sumbu Y
vertikal. P1 diuraikan menjadi X1 = P1 cos a1 dan Y1 = P1 sin a1; P2 diuraikan
menjadi X2 = P2 cos a2 dan Y2 = P2 sin a2 dan seterusnya sehingga Pn diuraikan
menjadi Xn = Pn cos an dan Yn = Pn sin an.
Jadi diperoleh :
Xr= P1 cos a1 + P2 cos a2 + …… + Pn cos an
atau secara umum ditulis :
Xr =S Pn cos an
Dengan cara yang sama diperoleh : Yr = S Pn sin an

Besarnya resultan : R = √Xr 2 + Yr 2


Yr Yr
Arah resultan : tg f = atau f = arc tg
Xr Xr

Statika dan Mekanika Bahan 44


Contoh :
Diketahui gaya-gaya konkuren seperti gambar dibawah ini. P1 = 15 kN, P2 = 20
kN, P3 = 25 kN dan P4 = 30 kN. Gaya-gaya tersebut masing-masing membentuk
sudut a1 = 300, a2 = 1350, a3 = 2400 dan a4 = 3150.
Ditanyakan besar dan arah resultan.

Penyelesaian :

Cara analitis :
Misalnya sumbu X dan Y dibuat horisontal dan vertikal. Untuk
memudahkan hitungan dibuat tabel sebagai berikut :

Besarnya resultan : R = √7,562 + (−21,22)2


= 22,53 kN

Statika dan Mekanika Bahan 45


−21,22
Arah resultan : f = arc tg = -70023’26” atau = 298036’34”
7,56

Secara grafis :
Dengan menggunakan segi banyak gaya.
Skala gaya : 1 cm = 5 kN

Statika dan Mekanika Bahan 46


4) Memadu Gaya yang tidak Konkuren
a) Memadu dua buah gaya yang sejajar.
Dalam memadu gaya yang tidak konkuren, ada tiga hal yang akan dicari
yaitu : besar, arah, letak resultannya.

R P2

Secara grafis dapat dilakukan dengan menggunakan lukisan kutub. Langkah


melukis sebagai berikut :
1. Tentukan skala gaya dan skala jarak.
2. Gambarlah gaya P1 dan P2 dan tentukan letak titik kutubnya.
3. Titik kutub letaknya sembarang, yang penting garis yang terbentuk dapat
dipindahkan dalam poligon gaya.
4. Lukis garis 1 pada kutub dan lukis garis I sejajar dengan garis 1.
5. Lukis garis 2 dan lukis garis II sejajar garis 2.
6. Lukis garis 3 dan lukis garis III sejajar garis 3.
7. Titik potong garis II dan garis III merupakan letak resultan yang dicari,
sedang besarnya resultan dan arahnya dapat diukur dan dilihat pada lukisan
kutub.
Cara analitis :
Untuk menghitung besarnya resultan adalah R = P1 + P2. Arah resultan
sesuai dengan arah P1 dan P2. Sedang letak resultan dapat dihitung
berdasarkan keseimbangan momen komponen (gaya yang dipadu) dengan
momen resultan (gaya paduannya).

Statika dan Mekanika Bahan 47


Dimisalkan letak resultan sejauh x dari titik B
Statis momen terhadap titik B.
P1 . a = R . x ------? R = 1 + 2 = 3
P1 .a 1.5
x= = = 1,67 ~ 1,7 m
R 3

Jadi letak resultan 1,7 m dari titik B

b) Menyusun Dua Buah Gaya yang Arahnya Berlawanan.


Misalkan gaya seperti pada gambar 23 di bawah ini. P1 arahnya ke bawah
dan besarnya 1 kN sedang P2 = 2 kN arahnya ke atas. Secara grafis dapat
dicari besar, arah dan letak resultan
sebagai berikut :

Cara melukis sama seperti pada contoh 1) tetapi harus dipahami benar
konsep lukisannya. Di sini gaya P2 ke atas. Oleh karena itu walaupun ujung
P2 di atas, lukisannya paling akhir. Dan tampak letak R tidak di antara P1
dan P2, tetapi terletak di luar P1 dan P2. Secara analitis juga dapat
dihitung seperti pada di atas. Dalam hal ini hitungan menjadi :
Misal jarak resultan dengan titik A = x, maka :
R . x = P2 . a -------? R = P2 – P1 = 2 – 1 = 1 ton
Arahnya ke atas

Statika dan Mekanika Bahan 48


P2 . a 2.5
x= = = 10
R 1
Jadi letak resultan 10 m dari titik A
Untuk gaya yang lebih dari dua, cara menghitung dan melukisnya sama
seperti pada dua gaya. Perhitungan secara grafis menggunakan lukisan
kutub dan secara analitis menggunakan dalil momen statis terhadap suatu
titik “momen resultan sama dengan jumlah momen komponen“.

3.5.2. Menguraikan Sebuah Gaya menjadi Dua Buah Gaya yang


Konkuren
Secara grafis dapat dilakukan dengan jajaran genjang gaya dan atau
segitiga gaya. (gambar 31)

Secara analitis dapat digunakan rumus sinus sebagai berikut :

𝑎 𝑏 𝑐
= =
sin 𝛼 sin 𝛽 sin 𝛾

Bila salah satu sisinya (gaya yang akan dibagi) diketahui besarnya dan besarnya
sudut dalam diketahui, maka panjang (besarnya) sisi yang lain dapat diketahui.

Statika dan Mekanika Bahan 49


Contoh :
Diketahui gaya P = 10 kN akan dibagi menjadi dua gaya yang bergaris kerja l1
dan l2. Diminta besar dan arah gaya komponen (P1 dan P2).

α

Perhitungan cara grafis dapat dilihat pada gambar. Besarnya gaya komponen P1
dan P2 dapat dihitung dengan mengalikan panjang garis masing - masing
terhadap skala gaya 4 ton = 1 cm. Diperoleh P1 = 1,9 . 4 = 7,2 kN, P2 = 2,3 . 4
= 9,2 kN

Cara Analitis :

𝑃1
=
𝑃2
=
𝑃 β = 600 ;  450
sin 𝛾 sin 𝛽 sin 𝛼
 = 1800 – 450 – 600
= 750

Statika dan Mekanika Bahan 50


2) Membagi Sebuah Gaya menjadi Dua Buah Gaya yang tidak Konkuren
Lihat gambar 34. Gaya P = 10 kN akan dibagi menjadi P1 dan P2 yang
garis kerjanya masing-masing melalui A dan C.

Cara Grafis :
1) Gambarlah garis kerja gaya P, P1 dan P2 dengan skala jarak antar garis kerja
yang tertentu, misalnya dibuat skala 1 cm = 1 m.
2) Gambar gaya P = 10 kN dengan skala tertentu pula, misal 1 cm = 4 kN. Dan
tentukan titik kutub O (sembarang). Usahakan jarak kutub ini sedemikian
rupa sehingga lukisan poligon batang nantinya tidak terlalu tumpul dan tidak
terlalu runcing.
3) Tarik garis 1 melalui pangkal gaya P = 10 kN dan melalui titik O.
4) Lukis garis I sejajar garis 1, yang memotong garis kerja gaya P1 dan gaya P.
5) Lukis garis 2 melalui ujung P = 10 kN dan melalui titik O.
6) Lukis garis II sejajar garis 2, yang melalui perpotongan garis I dan garis kerja
P dan melalui garis kerja P2.
7) Lukis garis III yang melalui titik potong antara garis kerja P1 dan garis I, dan
melalui titik potong antara garis kerja P2 dan garis 2
8) Lukis garis 3 sejajar garis III yang melalui titik kutub dan memotong gaya P =
10 kN.

Statika dan Mekanika Bahan 51


Setelah selesai langkah lukisan di atas, selanjutnya adalah mengukur panjang
garis yang menyatakan besarnya P 1 dan P2.
Besarnya gaya P1 diukur dari pangkal gaya P = 10 kN sampai perpotongan garis
3 dengan gaya P sampai ujung gaya P. Hasil pengukuran tersebut kemudian
dikalikan dengan skala gaya yang dipakai. Dalam persoalan ini diperoleh gaya P1
= 1,5 . 4 = 6 kN dan gaya P2 = 1 . 4 = 4 kN.

Cara analitis :
Dengan menggunakan statis momen, yaitu “Momen Resultan =Jumlah Momen
Komponen“.
Statis Momen terhadap titik A

Statis Momen terhadap titik C

3.5.3. Menguraikan Sebuah Gaya menjadi Tiga Buah Gaya

1) Menguraikan Sebuah Gaya menjadi Tiga Buah Gaya yang tidak


Konkuren
Misalnya gaya P akan diganti menjadi gaya P1, P2 dan P3 yang telah
ditentukan garis kerjanya.

Statika dan Mekanika Bahan 52


Usaha pertama adalah membuat gaya-gaya tersebut menjadi konkuren. Dalam
membuat konkuren tidak dapat dilakukan sekali, tetapi harus dilakukan dua
kali. Dalam hal ini, carilah lebih dulu titik pertemuan antara garis kerja gaya
yang diganti dengan salah satu garis kerja gaya pengganti, misalnya titik
pertemuannya di A. Kemudian agar diperoleh titik tangkap yang konkuren,
maka dua garis kerja pengganti yang lain disatukan menjadi sebuah garis
kerja (garis kerja persekutuan), misal titik pertemuan antara antara dua gaya
pengganti tersebut di C. Garis yang menghubungkan titik A dengan titik C
merupakan garis kerja persekutuan yang dimaksud di atas dan membuat gaya
diganti dengan ketiga gaya penggantinya yang konkuren. Dari tiga garis kerja
yang konkuren inilah dapat dilukis penggantian sebuah gaya menjadi dua
buah gaya, yaitu sebuah gaya pengganti P3 dan sebuah gaya persekutuan
(paduan P1 dan P2). Selanjutnya gaya persekutuan ini diganti menjadi gaya
P1 dan P2 (gambar 35). Jadi tiga gaya pengganti telah diketahui semuanya,
besarnya tinggal mengukur panjang garisnya dikalikan dengan skala gaya
yang dipakai. Mengganti/membagi sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang
tidak konkuren ini merupakan dasar metode Cullmann dalam menghitung
besarnya gaya batang pada konstruksi rangka.

Cara analitis,
Karena gaya-gayanya tidak konkuren, maka untuk menghitung gaya yang
belum diketahui dipakai “Statis Momen“.
Pemilihan titik yang dipakai sebagai pusat momen harus diperhatikan
sedemikian sehingga dalam sebuah persamaan hanya mengandung sebuah
bilangan yang belum diketahui.
Untuk persoalan di atas dipilih dahulu titik C sebagai pusat momen, sehingga
dapat dihitung gaya P 3 (bila dipilih titik A sebagai pusat momen, maka ada
dua bilangan yang belum diketahui yaitu P1 dan P2).

Statika dan Mekanika Bahan 53


Statis momen terhadap titik C :

P. (a + b)
P3 = −
c

Statis momen terhadap titik B :

Statis momen terhadap titik D :

P. (a + b) − P2 . c
P1 =
d
P. a + P. b − P. a P. b
P1 = =
d d

Hitungan cara analitis ini merupakan dasar dari metode Ritter untuk mencari
besarnya gaya batang pada konstruksi rangka batang. Untuk lebih memahami
sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkuren, baik secara grafis
maupun secara analitis, berikut diberikan contohnya.

Contoh :
Hitunglah gaya pengganti P1, P2 dan P3, dari sebuah gaya P = 2 kN, yang
masing-masing garis kerjanya l1, l2 dan l3

Statika dan Mekanika Bahan 54


Penyelesaian :
Cara grafis :
Skala gaya yang dipakai 1 cm = 2 kN; skala jarak 1 cm = 2 m.
Lukisan untuk menghitung gaya pengganti adalah

a. Menyusun Gaya Konkuren yang Seimbang


Menyusun gaya yang seimbang adalah hampir sama dengan menyusun gaya
yang setara, bedanya pada arah gayanya. Seperti yang telah dijelaskan di
depan, pada keseimbangan gaya jumlahnya gaya aksi dapat lebih dari satu
sampai beberapa buah dan reaksinya dapat satu, dua atau tiga. Bila lebih dari
3 reaksi
tidak cukup diselesaikan dengan persamaan keseimbangan M = 0, V = 0,
H = 0. Dalam uraian ini akan diberikan contoh untuk menyusun gaya yang
seimbang (mencari reaksi).

Pada sebuah titik buhul suatu kuda-kuda yang terdapat dua batang dan
sebuah gaya sebesar S1 = 20 kN yang arahnya menuju titik buhul. Tentukan
gaya pada ke dua batang yang belum diketahui agar titik buhul itu seimbang,
lihat gambar di bawah ini.

Statika dan Mekanika Bahan 55


Secara grafis dapat dilakukan dengan lukisan tertutup. Gambarlah gaya S1
yang besarnya 20 kN dengan sekala tertentu, misal 1 cm = 10 kN. Tarik garis
sejajar dengan batang 3 pada ujung gaya S1, tarik juga garis sejajar batang 2
yang melalui pangkal gaya S1 sehingga ke dua garis ini berpotongan.
Sekarang urutkan arah gaya yang di mulai dari gaya S1 ke atas kemudian
gaya 3 (mendatar), gaya 2 (miring). Dengan demikian arah gaya dapat
diketahui yaitu gaya pada batang 3 meninggalkan titik buhul (ke kanan), gaya
pada batang 3 menuju titik buhul (miring ke bawah). Besarnya gaya batang
dapat diketahui dengan mengukur panjang masing-masing garis yang
dikalikan dengan sekala gayanya.

Dalam soal ini besar gaya batang S3 adalah 34 kN, dan besar gaya batang S2
adalah 40 kN.
Secara analitis dapat dihitung dengan persamaan keseimbangan (dalam hal ini
keseimbangan translasi). Dimisalkan arah gaya S2 meninggalkan titik buhul.
Apabila nanti hasilnya negatif maka arah gaya yang seharusnya adalah
kebalikannya yang dalam hal ini menjadi menuju titik buhul.

Statika dan Mekanika Bahan 56


 V = 0 ; 20 + S2 sin 300 = 0
20
S2
S2 =
= -−20/sin 300
sin 300

S2 = - 40 kN (berarti arahnya menuju titik buhul)


 H = 0 ; S3 + S2 cos 300 = 0
S3 = -S2 cos 300
S3 = - (-40) cos 300
S3 = + 34 kN
S3 = + 34 kN (arahnya sesuai dengan perkiraan yaitu meninggalkan titik
buhul)

b. Keseimbangan Gaya yang Tidak Konkuren


1) Keseimbangan Sebuah Gaya Aksi dengan Dua Gaya Reaksi
Peristiwa ini antara lain terjadi pada konstruksi balok sederhana yang
dibebani oleh beban terpusat atau beban lainnya, baik satu buah gaya
maupun lebih. Sebagai contoh sebuah gaya P (aksi) bekerja pada balok AB
di reaksi oleh gaya yang bekerja melalui titik A dan B. Untuk menyusun
gaya aksi dan reaksi menjadi seimbang dapat dilakukan secara grafis
ataupun analitis.

Cara grafis adalah sebagai berikut : lukis garis P dengan skala tertentu.
Tentukan letak titik kutub O. Tarik garis 1 melalui ujung P dan titik O.
Pindahkan garis satu ini pada garis kerja gaya P dan garis kerja gaya reaksi
di A (sebut garis ini garis I). Tarik garis 2 melalui ujung P dan titik O.
Pindahkan garis 2 ini melalui garis kerja P dan garis kerja reaksi di B (sebut
garis ini garis II).

Hubungkan titik potong antara garis I dan garis reaksi di A dengan garis II
dan garis reaksi di B (sebut garis ini garis S). Pindahkan garis S ini pada
lukisan kutub melalui titik O (sebut garis ini garis S).

Statika dan Mekanika Bahan 57


Jarak antara pangkal gaya P sampai titik potong garis S adalah besarnya
reaksi di A (RA) yang arahnya ke atas dan jarak antara titik potong garis S
dengan ujung gaya P adalah besarnya gaya reaksi di B (RB) yang arahnya
ke atas. Dengan demikian diperoleh gaya yang seimbang antara aksi (P)
dan reaksi (RA dan RB)

Dalam persoalan ini gaya aksi dan reaksi tidak konkuren, sehingga terjadi
gerak rotasi. Oleh karena itu untuk menghitung secara analitis perlu
menggunakan persamaan keseimbangan rotasi ( M = 0). Sedang
keseimbangan translasi dipakai sebagai kontrol saja.

 MB = 0 (dimisalkan arah RA ke atas)


(RA . l) – (P. b) = 0
P. b
RA . l) – (P. R
b)A =
=0
𝑙

 MA = 0 (dimisalkan arah RB ke atas)


-(RB . l) +(P. a) = 0
P. a
RA . l) – (P. R
b)B =
=0
𝑙

Coba kontrol :  V = 0
RA + RB – P = 0

Statika dan Mekanika Bahan 58


P. b P. a
+ −P=0
𝑙 𝑙
P. (b + a)
−P=0
𝑙
P. (𝑙)
−P=0
𝑙
P−P=0
0=0 OK!

Contoh lain yang terdiri atas dua gaya aksi P1 dan P2 dengan dua gaya
reaksi sebagai berikut. Dalam hal ini P1 > P2.
Secara analitis :

 MB = 0 (dimisalkan arah RA ke atas)


(RA . l) – (P1. (b+c))-(P2.c) = 0

(P1. (b + c)) + (P2. c)


RA = (ke atas)
𝑙

 MA = 0 (dimisalkan arah RB ke atas)


-(RB . l) +(P1. a)+ P2 (a+b) = 0

P1. a + P2. (a + b)
RB = (ke atas)
𝑙
Coba kontrol :  V = 0
RA + RB – P1-P2 = 0

(P1. (b + c)) + (P2. c) P1. a + P2. (a + b)


+ − P1 − P2 = 0
𝑙 𝑙
(P1. b + P1. c) + (P2. c) P1. a + P2. a + P2. b
+ − P1 − P2 = 0
𝑙 𝑙
(P1. (a + b + c) + P2. (a + b + c)
− P1 − P2 = 0
𝑙
(P1. (𝑙) + P2. (𝑙)
− P1 − P2 = 0
𝑙
Statika dan Mekanika Bahan 59
P1 + P2 − P1 − P2 = 0

0=0 OK!

2) Keseimbangan Dua buah Gaya Aksi dengan Tiga buah Gaya Reaksi
Peristiwa ini terjadi antara lain pada pencarian gaya batang yang
menggunakan metode potongan. Sebenarnya cara menyusun
keseimbangan gaya sama dengan cara menyusun gaya yang setara,
bedanya hanya arah gaya reaksi yang merupakan kebalikan dari arah gaya
aksi. Berikut ini diberikan contoh secara grafis dan analitis.
Sebuah rangka batang yang secara abstrak dipotong maka potongannya
sebelah kiri harus seimbang dengan gaya-gaya yang bekerja di sebelah
kiri potongan tersebut, demikian juga yang sebelah kanan. Dalam
peristiwa ini ada tiga gaya reaksi yang timbul (paling banyak). Lebih dari
tiga gaya reaksi tidak cukup diselesaikan dengan persamaan
keseimbangan. Pada gambar di bawah ini gaya RA, P1 dan gaya yang
bergaris kerja 1, 2 dan 3 harus seimbang.

Statika dan Mekanika Bahan 60


Statika dan Mekanika Bahan 61
BAB IV
PEMBEBANAN PADA STRUKTUR

Sebuah struktur harus mampu menahan beban yang diberikan pada gaya-
gaya natural. Bahan-bahan yang umum digunakan dalam konstruksi beton, baja
dan kayu dibuat menjadi elemen-elemen struktural seperti balok, kolom,
lengkungan dan rangka batang. elemen-elemen strukutral tersebut harus di
susun menjadi bentuk-bentuk struktural terbaik yang dapat berfungsi sebagai
suatu struktur, namun tetap aman menahan semua beban.

Beban-beban struktural yang paling mendasar adalah beban gravitasi yang


bekerja dalam arah vertikal pada strukur. Beban ini mencakup beban mati dan
beban hidup yang disebabkan oleh tarikan gravitasi bumi.

Dalam melakukan pemodelan, analisis dan desain suatu struktur, perlu ada
gambaran mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur
tersebut.

Gaya statis adalah gaya yang bekerja secara terus-menerus pada struktur
dan mempunyai karakter steady-states. Gaya dinamis adalah gaya yang bekerja
secara tiba-tiba pada struktur, pada umumnya tidak bersifat steady-states dan
mempunyai karakteristik besar dan lokasinya berubah dengan cepat.

Pemodelan beban pada struktur digunakan untuk menyederhanakan di


dalam perhitungan analisis dan desain struktur.

Statika dan Mekanika Bahan 62


4.1. Macam – macam Beban
Beban-beban yang bekerja pada suatu struktur dapat diklasifikasikan
kedalam beberapa kategori, yaitu :
1. Beban Mati (Dead Loads)
Beban mati adalah segala sesuatu bagian struktur yang bersifat tetap,
termasuk dalam hal ini berat sendiri struktur.
Sebagai contoh adalah berat sendiri balok, kolom, pelat lantai dan dinding.
Contoh lain adalah atap, dinding, jendela, plumbing, peralatan elektrikal, dan
lain sebagainya.

2. Beban Hidup (Live Loads)


Beban hidup adalah semua beban yang bersifat dapat berpindah-pindah
(beban berjalan), atau beban yang bersifat sementara yang ditempatkan
pada suatu tempat tertentu.
Sebagai contoh adalah beban kendaraan pada area parkir, kelengkapan
meja/kursi pada kantor, dinding partisi, manusia, beban air pada kolam
renang, beban air pada tangki air, atau beban-beban lain yang dapat
membebani struktur dalam jangka tertentu, dan lain sebagainya.

3. Beban Gempa (Earthquake Loads)


Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi (baik itu
gempa tektonik atau vulkanik) yang mempengaruhi struktur tersebut.
Gempa mengakibatkan beban pada struktur karena interaksi tanah dengan
struktur dan karakteristik respons struktur.

Beban gempa merupakan beban yang merupakan fungsi dari waktu, sehingga
respons yang terjadi pada suatu struktur juga tergantung dari riwayat waktu
pembebanan tersebut. Beban percepatan tanah yang berupa suatu rekaman
percepatan tanah untuk suatu gempa tertentu, sehingga untuk setiap waktu
tertentu akan mempunyai harga percepatan tanah tertentu.

Statika dan Mekanika Bahan 63


4. Beban Angin (Wind Loads)
Beban angin adalah beban yang bekerja pada suatu struktur, akibat pengaruh
struktur yang mem-blok aliran angin atau disebabkan oleh tekanan angin
ataupun oleh perbedaan tekanan udara , sehingga energi kinetik angin akan
dikonversi menjadi tekanan energi potensial, yang menyebabkan terjadinya
beban angin.
Efek beban angin pada suatu struktur bergantung pada berat jenis dan
kecepatan udara, sudut luas angin, bentuk dan kekakuan struktur, dan
faktor-faktor yang lain.

Gambar 4.1. Ilustrasi pemodelan beban angin pada struktur bangunan.


.
5. Lain-lain
Pada beberapa tempat di beberapa negara, terdapat beban salju. Beban
salju diperhitungkan dalam desain atap struktur bangunan.
Selain itu, terdapat pula beban air hujan. Pada umumnya beban air hujan juga
diperhitungkan dalam desain atap struktur bangunan. Pada perencanaan
bangunan dinding penahan tanah (retaining wall), terdapat beban berupa
tekanan tanah.

Statika dan Mekanika Bahan 64


Selain beban-beban yang telah didefinisikan, terdapat beberapa jenis beban
yang lain, yaitu beban kejut (impact), beban api, beban akibat perubahan
temperatur dan lain sebagainya.

Berdasarkan wujudnya beban tersebut dapat diidealisasikan sebagai :


1. Gaya atau beban terpusat (point load),
2. Gaya atau beban terbagi merata (distributed load),
3. Gaya atau beban tak merata (beban bentuk segitiga, trapezium, dsb.).
4. Gaya atau beban momen (moment load)
Beban-beban ini membebani konstruksi (balok, kolom, rangka, batang, dsb.) yang
juga diidealisasikan sebagai garis sejajar dengan sumbunya.

1. Gaya atau beban terpusat (point load)


Beban yang titik singgungnya sangat kecil yang dalam batas tertentu luas
bidang singgung tersebut dapat diabaikan. Sebagai contoh beban akibat
tekanan roda mobil atau motor, pasangan tembok setengah batu di atas
balok, beton ataupun baja, gaya tekan pada lantai akibat berat orang yang
berdiri di atas lantai. Satuan beban ini dinyatakan dalam Newton atau
turunannya kilonewton (kN) atau sejenisnya.

2. Gaya atau beban terbagi rata (distributed load)


Beban yang bekerja menyentuh bidang konstruksi yang cukup luas yang tidak
dapat diabaikan. Beban ini dinyatakan dalam satuan Newton/meter persegi
ataupun newton per meter atau yang sejenisnya.
a. Terbagi rata, contoh : gaya tekan angin, berat balok
b. Teratur, contoh : gaya tekan air pada bendungan.
c. Tidak teratur, contoh : gaya gempa dinamik

Statika dan Mekanika Bahan 65


3. Gaya atau beban tak merata
Dapat berupa beban berbentuk segitiga baik satu sisi maupun dua sisi,
berbentuk trapesium dsb. Satuan beban ini dalam newton per meter pada
bagian yang paling besar.

q ton/m

4. Gaya atau beban momen (moment load)


Terdiri dari :

a. Momen lentur
b. Momen punter/ torsi

Pada konstruksi bangunan beban yang diperhitungkan bukan hanya beban


mati, tetapi dikombinasikan dengan beban hidup yang disebut dengan
pembebanan tetap, bahkan ada kombinasi yang lain seperti dengan beban angin
menjadi pembebanan sementara.

Statika dan Mekanika Bahan 66


4.2. Beban pada Bangunan Gedung
Pada desain struktur bangunan gedung, pada umumnya beban-beban yang
diperhitungkan adalah kombinasi dari beban mati dan beban hidup.

Pada perencanaan bangunan tahan gempa, diperhitungkan pula beban


gempa. Sebagai contoh bangunan gedung tingkat tinggi seperti apartemen,
gedung kantor, hotel, dan lain-lain, atau gedung yang mempunyai fungsi penting
seperti rumah sakit, reaktor tenaga listrik, dan reaktor nuklir. Sedangkan untuk
bangunan sangat tinggi (sangat langsing) atau bangunan yang terletak di tempat
terbuka, diperhitungkan pula beban angin. Sebagai contoh adalah gedung sangat
tinggi dimana rasio lebar dibandingkan tinggi bangunan sangat kecil, atau
struktur menara/tiang listrik tegangan tinggi.

4.3. Beban pada Struktur Jembatan


Desain statu struktur jembatan pada umumnya memperhitungkan beban
mati, beban hidup akibat beban bergerak disepanjang bentang jembatan
tersebut, beban gempa dan dalam kondisi tertentu diperhitungkan pula beban
angin.

4.4. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu


Struktur statis tertentu adalah struktur yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan persamaan keseimbangan. Sedangkan struktur statis tak tentu
adalah sebaliknya.

Pada balok, suatu struktur dapat dikategorikan sebagai struktur statis


tertentu atau struktur statis tak tentu berdasarkan pada derajat kebebasannya
(degree of freedom / d.o.f), yaitu derajat kebebasan pada tumpuannya.

Statika dan Mekanika Bahan 67


BAB V
PERLETAKAN/ TUMPUAN

Semua bangunan (konstruksi) terletak diatas tumpuan/perletakan. Fungsi


tumpuan adalah menyalurkan gaya-gaya luar yang bekerja pada konstruksi dan
berat konstruksi itu sendiri ke bagian bawahnya. Sehingga terdapat reaksi-reaksi
yang mengimbangi gaya-gaya luar tadi dan berat konstruksi.
Sifat gaya–gaya reaksi yang timbul pada suatu benda yang dibebani
bergantung pada tumpuannya. Berikut macam–macam tumpuan/perletakan dan
jenis gaya-gaya reaksi yang timbul :

1. Sendi
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal
dan gaya reaksi horisontal. Tumpuan yang berpasak mampu melawan
gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang.
Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai
dua komponen yang satu dalam arah horisontal dan yang lainnya dalam
arah vertikal. Maka perbandingan antara komponen-komponen reaksi
pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua
komponen ini, dua buah komponen statika harus digunakan.

Gaya Horizontal

Gaya Vertikal

Statika dan Mekanika Bahan 68


Gaya-gaya yang dapat/tidak dapat bekerja pada sendi,
V = gaya vertikal tidak sama dengan nol.
V ≠ 0 (dapat memikul gaya vertikal).
H = gaya-gaya horisontal tidak sama dengan nol.
H ≠ 0 (tidak dapat bergeser kesamping, dapat memikul gaya horisontal).
M = momen sama dengan nol.
M = 0 (tidak dapat memikul momen, karena sendi dapat perputar pada
porosnya).

2. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi
vertikal. Tumpuan ini mampu melawan gaya - gaya dalam suatu garis
aksi yang spesifik. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan beban
vertikal.

Gaya Vertikal

Statika dan Mekanika Bahan 69


Gaya-gaya yang dapat/tidak dapat bekerja pada rol,
V = gaya vertikal tidak sama dengan nol.
V ≠ 0 (dapat memikul gaya vertikal).
H = gaya-gaya horisontal sama dengan nol.
H = 0 (dapat bergeser kesamping, tidak dapat memikul gaya horisontal).
M = momen sama dengan nol.
M = 0 (tidak dapat memikul momen, karena sendi dapat perputar pada
porosnya).

3. Jepit

Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal,


gaya reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang.
Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga
mampu melawan suatu kopel atau momen. Secara fisik,tumpuan ini
diperoleh dengan membangun sebuah balok ke dalam suatu dinding batu
bata. Mengecornya ke dalam beton atau mengelas ke dalam bangunan
utama.

Gaya Horizontal

Gaya Momen Gaya Vertikal

Statika dan Mekanika Bahan 70


Gaya-gaya yang dapat/tidak dapat bekerja pada perletakan jepit,
V = gaya vertikal tidak sama dengan nol.
V ≠ 0 (dapat memikul gaya vertikal).
H = gaya-gaya horisontal tidak sama dengan nol.
H≠0
M = momen sama dengan nol.
M ≠ 0 (dapat memikul momen)

Aplikasi :

Gaya-gaya P1 dan P2 yang bekerja pada konstruksi dan reaksi-reaksi dari


tumpuan
sendi (RAH, RAV) dan tumpuan rol (RBV) berada dalam keadaan seimbang statis.
Dalam

Statika dan Mekanika Bahan 71


Penyelesaian digunakan syarat seimbang pada gaya koplanar, yaitu
 gaya-gaya vertikal = 0 ( V = 0),
 gaya-gaya horisontal = 0 ( H = 0),
 momen pada tumpuan sendi = 0 ( MA = 0),
 momen pada tumpuan rol = 0 ( MB = 0).

Hubungan antar jenis kondisi tumpuan/perletakan yang ada dan jenis


gaya-gaya reaksi yang timbul, dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Jenis kondisi tumpuan : model-model idealisasi

Statika dan Mekanika Bahan 72


BAB VI
STRUKTUR STATIS TERTENTU

6.1. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu Pada Balok Sederhana

Struktur balok adalah suatu struktur yang terdiri dari sebuah batang yang
dijepit pada satu ujungnya atau ditumpu oleh dua buah dukungan atau lebih,
sehingga mampu menahan gaya lintang, lentur, dan aksial.
Tujuan dari analisis struktur secara umum adalah untuk menentukan reaksi
tumpuan dan resultan tegangan dalam. Apabila kedua hal tersebut dapat
diselesaikan dengan persamaan statika, maka struktur tersebut bersifat statis
tertentu.
Persamaan statika yang digunakan dalam analisis struktur balok adalah
sebagai berikut :
Jumlah momen = 0 atau Σ M = 0
Jumlah gaya lintang = 0 atau Σ V = 0
Jumlah gaya normal = 0 atau Σ H = 0

Struktur balok sederhana adalah struktur balok statis tertentu dengan


tumpuan sendi dan rol pada kedua ujungnya, sehingga dengan persamaan statika
dapat langsung ditentukan reaksi-reaksi tumpuannya.

Fungsi Balok :
• Elemen/ komponen struktur untuk distribusi beban vertikal dan horizontal
• Jadi, di dalam balok terjadi dua kombinasi beban: lendut (bending) dan
geser (shear)

Statika dan Mekanika Bahan 73


Contoh 1. Struktur balok sederhana AB dengan tumpuan sendi dan rol, serta
pembebanan pada gambar di bawah ini. Hitung reaksi tumpuan

Struktur balok sederhana dengan beban terpusat

Penyelesaian :
 Langkah 1 : identifikasi gaya-gaya yang bekerja pada tumpuan dengan
asumsi arah gaya positif (+).
Tumpuan A adalah sendi, sehingga pada tumpuan A terjadi dua buah
reaksi yaitu reaksi arah horisontal (RAH) yang diasumsikan arah ke kanan
dan reaksi arah vertikal (RAV) yang diasumsikan arah ke atas. Tumpuan B
adalah rol, sehingga hanya ada satu reaksi tumpuan yaitu reaksi arah
vertikal (RBV) yang diasumsikan arah ke atas.

 Langkah 2 : menghitung reaksi – reaksi tumpuan dengan persamaan


statika.
ΣMA = 0
(RAH) (0) + (RAV) (0) + (20) (10) + (15) (20) + (16) (32) -(RBV) (40) = 0
0 + 0 + 200 + 300 + 512 – 40 RBV = 0
1012 - 40 RBV = 0
RBV = 1012 / 40 = 25,3 kN
Hasil RBV adalah positif, sehingga pemisalan arah gaya RBV adalah benar
yaitu ke atas ( ).

Statika dan Mekanika Bahan 74


∑MB = 0
(RAH) (0) + (RAV) (40) – (20) (30) –(15) (20) – (16) (8) – (RBV) (0) = 0
0 + 40 RAV – 600 – 300 – 28 – 0 = 0
40 RAV – 1028 = 0
RAV = 1028 / 40 = 25,7 Kn
Hasil RAV adalah positif, sehingga pemisalan arah gaya RAV adalah benar yaitu ke
atas ( ).

Kontrol hasil hitungan :


∑V = 0
20 + 15 + 16 - RAV - RBV = 0
20 + 15 +16 - 25,7 - 25,3 = 0
0=0 OK !
∑H = 0
RAH = 0

Contoh 3. Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada
titik A dan tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang L = 6
meter, dibebani oleh dua buah beban terpusat vertikal, yaitu P1 = 10 N dan P2
=12 N. Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.

Statika dan Mekanika Bahan 75


Penyelesaian :

Menghitung reaksi perletakan di titik A (tumpuan sendi) , yaitdan d

Menghitung reaksi perletakan di titik B (tumpuan rol),

Statika dan Mekanika Bahan 76


Contoh 4. Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada
titik A dan tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang L = 10
meter, dibebani oleh tiga buah beban terpusat vertikal, yaitu P1 =10 N, P2 =12 N
dan P3 =16 N. Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.

Statika dan Mekanika Bahan 77


Contoh 5. Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada
titik A dan tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 10
meter, dibebani oleh tiga buah beban terpusat vertikal, yaitu P1 =10 N, P2 =12 N
dan P3 = 14 N.

Hitung reaksi-reaksi perletakan di A dan B.

Statika dan Mekanika Bahan 78


Contoh 6. Struktur balok sederhana AB dengan tumpuan sendi dan rol, serta
pembebanan pada gambar di bawah ini. Hitung reaksi tumpuan!

Struktur balok sederhana dengan beban terbagi rata

Penyelesaian :
 Menghitung reaksi - reaksi tumpuan dengan persamaan statika.
∑MA = 0
(RAH) (0) + (RAH) (0) + (q) (20) (10) - (RBV) (20) = 0
(RAH) (0) + (RAH) (0) + (2) (20) (10) - (RBV) (20) = 0
0 + 0 + 400 - 20 RBV = 0
RBV = 20 kN ( )

∑MB = 0
(RAH) (0) + (RAH) (20) + (q) (20) (10) - (RBV) (0) = 0
0 + 0 + 400 - 20 RBV = 0
RBV = 20 kN ( )

Kontrol hasil hitungan :


∑V = 0
(q) (20) - RAV - RBV = 0
(2) (20) - 20 -20 = 0

Statika dan Mekanika Bahan 79


0=0 OK !
∑H = 0
RAH = 0

Contoh 7. Sebuah balok dengan kondisi tumpuan sendi-rol (tumpuan sendi pada
titik A dan tumpuan rol pada titik B). Balok memiliki panjang bentang total L = 8
meter, dengan pembebanan seperti terlihat pada gambar dibawah ini (P1= 10 N
dan q = w1 = 2 N/meter).

Hitung reaksireaksi perletakan di A dan B.

Statika dan Mekanika Bahan 80


6.2. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu Pada Balok Kantilever
Pada gambarberikut menunjukkan suatu kantilever dengan beban terpusat
P berjarak L dari tumpuan A.
P

MA
A
L

VA

Kantilever dengan beban terpusat


Pada konstruksi diatas hanya terdapat gaya reaksi vertikal dan momen
jepit.
 X = 0  HA = 0
 Y = 0  V A – P = 0  VA = P
 M = 0  MA – P.L = 0  MA = P.L

Kantilever dengan beban terbagi merata


Ditunjukan pada gambar berikut dimana beban merata q sepanjang a terletak
sejauh b dari tumpuan B.

q q
M MB
0
a b B a
dx B
L L-x
x
L
V VB

Kantilever dengan beban terbagi merata dan reaksi-reaksinya

Statika dan Mekanika Bahan 81


Bila pada suatu titik sejauh x dari titik 0 terdapat elemen q.dx, maka dengan
menggunakan integrasi dapat diperoleh reaksi berikut:

 X = 0  HB = 0
a

 q dx  q. x]  q.a  q.0  q.a


a
 Y = 0  VB = 0
0

 M = 0  MB =  q dx ( L  x)  q ( L.x 
0
1
2 x 2 )] 0a  q.a( L  1
2 a)

bila a = L  VB = q.L dan MB = ½ q.L2


bila a = ½ L  VB = ½ q.L dan MB = (q. ½ L) (3/4 L) = 3/8 q.L2

Kantilever dengan beban momen

Gambar berikut memperlihatkan dua buah momen pada suatu kantilever.

MA MB
A B MC
C
a b

Gambar 2.6. Kantilever dengan beban momen

Momen A pada titik A dan momen B pada titik B, reaksi terjadi terhadap titik C
sebagai berikut:

 X = 0  HC = 0

 Y = 0  VC = 0

 M = 0  MC = MA + MC

Statika dan Mekanika Bahan 82


Kantilever dengan beban segitiga

Beban segitiga adalah beban terbagi dengan area segitiga seperti ditunjukkan
pada gambar berikut.

1/3 a resultan beban q 1/3 a resultan beban q


q q
MD MD
0 a b D 0 a b D
L 2/3 a

VD VD

Kantilever dengan beban segitiga dan reaksi-reaksinya

Mengingat beban segitiga adalah setengah dari beban terbagi merata dan terletak
di sepertiga dari beban terbesar, maka didapat reaksi sbb:
 X = 0  HD = 0
 Y = 0  VD = ½ q.a
 M = 0  MD = (½ q.a) (2/3 a + b)

Kantilever dengan beban tidak langsung


Yang dimaksud dengan beban tidak langsung adalah beban yang tidak langsung
mengenai batang bebas yang ditumpu. Dalam gambar berikut diperlihatkan
beban tidak langsung ke kantilever.

q
a

ME
H
E
L

Kantilever dengan beban tidak langsung

Beban tidak langsung merupakan beban terbagi merata dan pada posisi vertikal
dari batang bebas. Adapun reaksi-reaksinya sbb:
 X = 0  HE = q . a

Statika dan Mekanika Bahan 83


 Y = 0  VE = 0

 M = 0  ME = (q.a) ½ a = ½ q a2

Kantilever vertikal
Biasanya kantilever berada pada posisi horisontal, namun dapat juga berada
dalam keadaan vertikal, biasanya terjadi pada tonggak atau tiang penyangga
seperti dalam gambar berikut.

q = 300 kg/m
q = 300 kg/m

4m
Q = q.a
4m

Q = q.a
2m
2m

MA
A HA A

Kantilever vertikal dan reaksi-reaksi yang terjadi

Reaksi-reaksi pada tumpuan A hampir sama dengan posisi horisontal:

 X = 0  HA = q . a = 300 . 4 = 1200 kg

 Y = 0  VA = 0

 M = 0  MA = (q.a) (½ a +2) = (1200) (2 + 2) = 4800 kg.m

Kantilever vertikal dengan beban tidak langsung


Dalam kantilever ini beban tidak langsung berada pada suatu batang bebas
dengan sudut tertentu, dengan menggunakan persamaan statik tertentu maka
dapat diperoleh reaksi-reaksinya.

Statika dan Mekanika Bahan 84


q = 300 kg/m q = 300 kg/m

2m
2m

P = 1500 kg P = 1500 kg

4m
4m

2
VB
MB HB
B B

Kantilever vertikal dengan beban tidak langsung

 X = 0  HB = q . a = 300 . 2 = 600 kg

 Y = 0  VB = P = 1500 kg

 M = 0  MB = {(q.a) (½ a +4)}-(P. 2) = (600. 5) - (1500 . 2) = 0 kgm

6.3. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu Pada Portal Sederhana

Portal tunggal/sederhana adalah struktur /bangunan sipil yang jumlah


komponen perletakannya maksimum 3 buah dan terdiri atas satu buah portal,
sehingga dengan mengaktifkan 3 persamaan statika, semua komponen tersebut
dapat dihitung.

Didefinisikan sebagai struktur yang terdiri dari sejumlah batang yang


dihubungkan bersama-sama dengan sambungan-sambungan yang sebagian atau
semuanya adalah kaku (jepit) yang mampu menerima beban gaya geser, gaya
aksial, dan meomen lentur.

• Contoh penggunaan struktur portal : struktur bangunan gedung, crane,


jembatan, menara air dan lain-lain.
• Analisis struktur portal sederhana statis tertentu, menggunakan persamaan
keseimbangan statis :
1. Σ V = 0

Statika dan Mekanika Bahan 85


2. Σ H = 0
3. Σ M = 0

• Portal statis tertentu menggunakan dua tumpuan yaitu sendi dan roll atau satu
buah jepit.

BAB VII
MEKANIKA BAHAN

Mekanika bahan adalah cabang mekanika terapan yang membahas


perilaku benda padat yang mengalami berbagai pembebanan. Mekanika bahan
mempermasalahkan bagaimana gaya lentur, puntir, atau pada saat benda
hancur. Dalam menganalisis masalah, dari sudustatika struktur dianggap badan
kaku yang ideal yang tidak berdeformasi maupun gagal/ hancur. Pada
kenyataannya, struktur dapat berdeformasi atau gagal bergantung pada material
pembentuknya dan beban yang diterima struktur. Guna menganalisa
bagaperilaku material sesungguhnya ketika struktur yang bersangkutan menerima
beban, perlu diperkenalkan konsep tegangan dan regangan. Dalam rangka
menganalisa struktur dari sudut pandang ini, perlu lebih dahulu dipahami statika
untuk menyelesaikan semu eksternal yang bekerja pada sebuah badan.
Dalam rangka menganalisa struktur dari sudut pandang ini, perlu lebih dahulu
dipahami statika untuk menyelesaikan semua gaya internal dan gaya eksternal
yang bekerja pada sebuah badan

7.1. Titik Berat Penampang


Besaran atau properti yang pertama kali dibahas adalah titik berat
penampang dan inersia penampang. Berkaitan dengan berat sebuah badan dapat

Statika dan Mekanika Bahan 86


dipahami bahwa bumi mengeluarkan gaya gravitasi pada setiap partikel
pembentuk sebuah benda. Gaya-gaya ini dapat digantikan oleh sebuah gaya
ekivalen yang sama dengan berat benda dan diaplikasikan pada pusat gravitasi
(center of gravity) dari benda.
Sentroid/titik berat dari sebuah luasan adalah analogi dari pusat gravitasi
sebuah benda. Konsep momen pertama (statis momen) atas masa sebuah luasan
digunakan untuk mencari lokasi sentroid ini.
Untuk menjelaskan pusat grafitasi sebuah pelat dapat digambarkan sebuah pelat
tanpa tebal yang memiliki masa merata pada seluruh penampang pelat seperti
ditunjukkan pada gambar berikut.

Atau, sebuah kawat/kabel yang memiliki masa merata sepanjang kawat/kabel


tersebut sebagaimana dipresentasikan pada gambar berikut.

Statika dan Mekanika Bahan 87


Dari gambar-gambar di atas, dapat dibayangkan bahwa seluruh berat badan
dapat di wakili oleh sebuah gaya W pada pusat gravitasi badan yang
bersangkutan.

Dalam perencanaan struktur, semua elemen harus diberikan ukuran


tertentu. Ukuran harus diproporsikan cukup kuat untuk memikul gaya yang
mungkin terjadi. Setiap elemen struktur juga harus cukup kaku sehingga tidak
melengkung atau berubah bentuk (berdeformasi) berlebihan pada saat struktur
dipakai. Setiap elemen struktur juga tidak boleh terlalu langsing, sehingga tidak
kehilangan kestabilan akibat adanya gaya tekan.
Jadi perencananaan struktur meliputi penentuan proporsi elemen struktur
yang memenuhi kekuatan, kekakuan dan stabilitas setiap elemen struktur.

7.2. Tegangan
Apabila kita perhatikan suatu penampang, umumnya gaya-gaya yang
bekerja pada luasan sangat kecil (infinitesimal areas) pada penampang tersebut
bervariasi dalam besar maupun arah. Gaya dalam merupakan resultan dari gaya-
gaya pada luasan sangat kecil ini. Intensitas gaya menentukan kemampuan suatu
material terutama dalam memikul beban (kekuatan) disamping mempengaruhi
sifat-sifat kekakuan maupun stabilitas. Intensitas gaya dan arahnya yang
bervariasi dari titik ke titik dinyatakan sebagai tegangan. Karena perbedaan
pengaruhnya terhadap material struktur, biasanya tegangan diuraikan menjadi
komponen yang tegak lurus dan sejajar dengan arah potongan suatu penampang

Tegangan normal (aksial): intensitas gaya pada suatu titik yang tegak lurus
atau normal terhadap penampang, yang didefinisikan sbb:
F
  f  lim
A0 A

Statika dan Mekanika Bahan 88


dimana F adalah gaya yang bekerja dalam arah tegak lurus atau normal terhadap
penampang, dan A adalah luas penampang.
Tegangan geser: intensitas gaya pada suatu titik yang sejajar terhadap
penampang, yang didefinisikan sbb:
V
  v  lim
A0 A
dimana V adalah gaya yang bekerja dalam arah sejajar terhadap penampang, dan
A adalah luas penampang

Satuan Gaya
 Satuan tegangan adalah satuan gaya / satuan luas.
 Dalam sistem internasional (SI) satuan tegangan adalah:
 Pa = pascal = Newton/meter2 = N/m2
 1 kPa = 1 kilopascal = 103 Pa
 1 MPa = 1 megapascal = 106 Pa = 106 N/m2 = 1 N/mm2

Tegangan Normal Akibat Gaya Aksial


Pada batang-batang yang menahan gaya aksial saja, tegangan yang bekerja pada
potongan yang tegak lurus terhadap sumbu batang adalah tegangan normal saja,
tegangan geser tidak terjadi. Arah potongan ini juga memberikan tegangan
normal maksimum dibandingkan arah-arah potongan lainnya. Apabila potongan
dibuat cukup jauh dari ketidak teraturan (perubahan ukuran, sambungan),
ternyata tegangan terdistribusi secara seragam, sehingga untuk memenuhi
keseimbangan besarnya tegangan menjadi:

F gaya aksial N 
f  atau m2 
A luas  

Statika dan Mekanika Bahan 89


Perjanjian tanda disamakan dengan gaya aksial, yaitu positif(+) untuk tegangan
tarik dan negatif(-) untuk tegangan tekan.

Macam-macam Tegangan
Tegangan timbul akibat adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan reaksi. Pada
pembebanan tarik terjadi tegangan tarik, pada pembebanan tekan terjadi
tegangan tekan, begitu pula pada pembebanan yang lain.

a. Tegangan Normal
Tegangan normasl terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda.
Jika gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m2, maka
satuan tegangan adalah N/m2 atau dyne/cm2.

b. Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku keling, dan lain-
lain. Rantai yang diberi beban W akan mengalami tegangan tarik yang
besarnya tergantung pada beratnya.

c. Tegangan Tekan

Statika dan Mekanika Bahan 90


Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang saling
berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada tiang
bangunan yang belum mengalami tekukan, porok sepeda, dan batang torak.

d. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang
berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada
penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi pada
konstruksi. Misalnya: sambungan keling, gunting, dan sambungan baut.
Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada
penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka pelengkungan benda
diabaikan.

e. Tegangan Lengkung
Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang dalam keadaan
ditumpu. Jadi, merupakan tegangan tangensial.. Tegangan lengkung pada
batang rocker arm.

f. Tegangan Puntir
Tegangan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang-batang torsi
pada mobil, juga saat melakukan pengeboran. Jadi, merupakan tegangan
trangensial.

Persamaan Tegangan Aksial Akibat Momen Lentur


Momen luar diimbangi oleh momen dalam yang merupakan resultan tegangan
lentur.
  f
 f .dA. y     c f y
y
M  max  dA. y   max
2
dA
A A
 c
A

Integral  y .dA  I adalah besaran penampang yang disebut


2

A
Statika dan Mekanika Bahan 91
momen inersia terhadap titik berat penampang.
Jadi persamaan tegangan lentur menjadi:

f max Mc
M  I atau f max  
c I

Tegangan lentur pada sembarang titik yang berjarak y dari garis netral:

My
f 
I

Tegangan Geser pada Balok


Dengan memperhatikan suatu potongan kecil pada arah longtudinal balok, terlihat
bahwa persyaratan keseimbangan momen pada elemen persegi ini hanya bisa
tercapai apabila ada gaya geser dalam arah sejajar sumbu balok yang besarnya
sama dan arahnya melawan momen kopel akibat gaya geser tegak lurus sumbu.
Dari keseimbangan gaya, gaya geser tegak lurus sumbu mengimbangi gaya-gaya
pada arah tegak lurus sumbu, sedangkan gaya geser sejajar sumbu bersifat
mengimbangi selisih tegangan lentur dari dua penampang balok bersebelahan.
Gaya geser pada arah sejajar sumbu balok berfungsi menyatukan penampang
balok agar bekerja sebagai satu kesatuan.

Tegangan Geser Akibat Tegangan Lentur


Tegangan lentur pada suatu penampang tidak sama besarnya dengan tegangan
lentur pada penampang lainnya. Apabila dibuat potongan dalam arah horizontal,
keseimbangan terpenuhi dengan adanya tegangan geser pada irisan horizontal
tadi yang mengimbangi perbedaan besarnya tegangan lentur.

Statika dan Mekanika Bahan 92


Resultant tegangan lentur pada daerah fghj:
MB y MB MB Q
FB  
luas
I
dA 
I  y dA 
luas
I
fghj fghj

dimana Q adalah statis momen daerah fghj terhadap garis netral.


Resultant tegangan lentur pada daerah abde:
MA y MA MAQ
FA  
luas
I
dA 
I  y dA 
luas
I
abde abde

dimana Q adalah statis momen daerah abde terhadap garis netral yang sama
besarnya dengan untuk daerah fghj karena penampang prismatis (tidak berubah
dari titik ke titik lainnya sepanjang balok).

Tegangan Ijin
Salah satu karakteristik material struktur adalah kemampuan memikul gaya aksial
tarik. Besarnya beban yang menimbulkan keruntuhan disebut beban batas
(ultimate load). Tegangan batas (ultimate stress) dapat dihitung dengan membagi
beban batas dengan luas penampang specimen.

Statika dan Mekanika Bahan 93


Untuk keperluan perencanaan tegangan ijin ditentukan jauh lebih kecil dari
tegangan batas karena beberapa alasan:
 Besarnya beban yang bekerja pada struktur tidak dapat diketahui dengan
akurat.
 Material struktur tidak seragam. Specimen yang diuji tidak selalu sama
dengan material yang dipasang.
 Ada hal-hal yang tidak dapat diuji dengan cepat, misalnya kelelahan
material akibat beban berubah besar/arah.
 Proses pembentukan elemen struktur menimbulkan ketidak sempurnaan
ukuran, kelurusan, tegangan sisa dan lain-lain.
 Kesulitan menentukan besarnya tegangan secara akurat pada struktur
yang rumit.
 Kesalahan-kesalahan pada saat konstruksi.

Persamaan-persamaan tegangan :
a. Tegangan Normal (kg/m2)
N
N= A N= gaya normal tarik/tekan pada penampang

A= Luas penampang struktur dimana tegangan akan dihitung

b. Tegangan Lentur (kg/m2)


M .y
l= Ix M= besar momen

y= jarak titik yang ditinjau dari garis netral


Ix= momen inersia terhadap sumbu x

c. Tegangan Geser
D .Sx
= D= gaya geser lintang yang bekerja pada penampang
b.Ix

Sx= statis momen terhadap sumbu x


b= lebar balok dimana tegangan geser bekerja

Statika dan Mekanika Bahan 94


7.3. Momen Inersia
Momen inersia suatu benda adalah ukuran inersia rotasi benda tersebut.
Momen inersia besar berarti benda tidak mudah untuk dibuat berotasi pada
sumbunya, walaupun tidak ada hambatan lain.

Momen inersia penampang persegi:

h/2 h/2
y3 bh 3
I zz  I o   y dA   y b dy  b
2 2

A h / 2
3 h / 2
12

b3h
I zz 
12
Momen inersia terhadap suatu titik berjarak d dari titik berat penampang:

I zz   d  y  dA
2

Statika dan Mekanika Bahan 95


I zz  d 2  dA  2d  ydA   y 2 dA I zz  Ad 2  I o
A A A

 Ad 2  2d  ydA  I 0

A

0

Momen inersia digunakan pada perhitungan konstruksi yang memperhitungkan


kekuatan konstruksi tersebut, misalnya : defleksi, lendutan, tegangan.

MOMEN INERSIA

1. UNTUK PENAMPANG EMPAT PERSEGI PANJANG

𝑏ℎ2 Ţ
M=Ţ. atau M = . Ix
6 𝑦
Ţ
= 1 . Ix

2
𝑏ℎ2 Ţ
Ţ. = 1 . Ix
6 ℎ
2

1
Ix = 𝑏ℎ3
12

X Ix = ∫ 𝑦 2 dA
1

= 2 ∫0 𝑦 2 . b dy
2

1
= 2b (24 ℎ3 )
1
Y = 12 𝑏ℎ3

Iy = ∫ 𝑥 2 dA

Statika dan Mekanika Bahan 96


1
𝑏
= 2 ∫02 𝑥 2 . h dx
1
= 2h (24 𝑏 3 )
1
= 12 ℎ𝑏 3

Statika dan Mekanika Bahan 97


Statika dan Mekanika Bahan 98
Momen Inersia Penampang Majemuk
Untuk penampang yang dibentuk dari beberapa penampang yang sudah diketahui
karakteristiknya, momen inersia merupakan penjumlahan momen inersia terhadap
titik berat penampang gabungan.

Momen Inersia Penampang Berlubang

Posisi titik berat dari dasar penampang:

y
 Ay  51000  28.3 mm
 A 1800
Inersia untuk daerah persegi luar:

bh3 4060 3
Io    72.10 4 mm 4
12 12

Ad 2  2400 30  28 .32  0.69.10 4 mm 4

Inersia untuk daerah lubang (besaran inersia negatif):

bh3 2030 3
Io     4.50.10 4 mm 4
12 12

Ad 2  60035  28.3  2.69.10 4 mm 4


2

Untuk penampang persegi berlubang:

I zz  A d 2

 I o  72  0.69  4.50  2.69.104  65.50.104 mm4
i

Statika dan Mekanika Bahan 99


Karakteristik Penampang

7.4. Regangan
Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa suatu material yang mengalami
tegangan pada saat yang sama juga mengalami perubahan panjang/volume.
Perubahan panjang/volume ini sering dinyatakan dalam regangan yang
didefinisikan sbb:

L
 
L

dimana L adalah perubahan panjang yang dialami oleh bagian spesimen


sepanjang L.
Dalam kondisi pembebanan sehari-hari, sebagian besar material struktur
menunjukkan perilaku yang memenuhi hukum Hooke, dimana dinyatakan
tegangan berbanding lurus dengan regangan (hubungan linear):

f
f  E atau E 

dimana E adalah suatu konstanta yang disebut modulus elastisitas atau modulus
Young.

Regangan (𝜀) adalah Perbandingan antara perpendekan / perpanjangan


batang terhadap panjang semula.

Statika dan Mekanika Bahan 100


∆𝑙
∆𝑙 = Penambahan / perpendekan batang
𝜀=
𝑙 l = Panjang Batang Semula
𝑙 ′ = Pertambahan / perpendekan batang akibat gaya
∆𝑙 = 𝑙 ′ − 𝑙
tarik yang bekerja .
Disamping batang memanjang dalam arah gaya penampang batang juga akan
mengalami perpendekan dalam arah tegak lurus gaya.

Elastisitas

Jika suatu batang ditarik oleh gaya P lalu dilepaskan dan batang kembali ke
bentuk semula maka hal tersebut dikatakan bahwa hal tersebut Elastis.

𝐸 = 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

Batas Elastis Dan Batas Plastis

Hubungan antara tegangan (𝜏) dengan Regangan (𝜀) suatu batang baja yang
mengalami tertarik sampai putus.

Titik A disebut
batas Elastis.

𝜏 = 𝜀. 𝐸

∆𝑙
𝜀=
𝑙
𝑃
𝜏=
𝐴
𝑃 ∆𝑙
= .𝐸
𝐴 𝑙

𝑃. 𝑙
∆𝑙 = Hukum Hooke
𝜀. 𝐴

Hubungan 𝜏 . 𝜀 berupa garis lurus antara O-A.Jika beban ditarik dilepaskan maka 𝜀
menjadi O , Hukum Hooke berlaku untuk keadaan Elastis.
Statika dan Mekanika Bahan 101
Kita tinjau yang terdiri atas beberapa bagian yang penampangnya tidak sama besar.

Bentuk penampang bundar diameter


masing-masing 𝑑1 , 𝑑2 , 𝑑3 . Tarikan
perpanjangan akibat gaya tarik P.

Potongan 1

𝑃 𝑃. 𝑙1
𝜏1 = ∆𝑙1 =
1⁄ 𝜋𝑑 2
(1⁄4 𝜋𝑑1 2 )(𝐸)
4 1

Potongan 2
𝑃. 𝑙2
𝑃 ∆𝑙2 =
𝜏2 =
1⁄ 𝜋𝑑 2 (1⁄4 𝜋𝑑2 2 )(𝐸)
4 2
Potongan

𝑃 𝑃. 𝑙3
𝜏3 = ∆𝑙3 =
∆𝑙 = ∆𝑙1 + ∆𝑙2 + ∆𝑙3 1⁄ 𝜋𝑑 2 (1⁄4 𝜋𝑑3 2 )(𝐸)
4 3

7.5. Luas Penampang Balok


Luas penampang didefinisikan sebagai integral dari luas elemen diferensial dA.

dengan

A : Luas penampang secara keseluruhan (mm2)

Statika dan Mekanika Bahan 102


dA : Luas elemen diferensial = dx . Dy
dx : Lebar elemen
dy : Tinggi elemen

 Penampang bidang mempunyai tepi tak beraturan dan tidak terdefinisi


secara sistematis sederhana
Luas penampang dapat ditentukan dengan membagi bidang menjadi
elemen-elemen terhingga yang kecil-kecil, kemudian menjumlahkannya.

 Penampang Bidang Secara Umum

7.6. Statis Momen


Statis momen penampang adalah besaran yang menyatakan seberapa
besar tingkat statis suatu penampang terhadap suatu sumbu acuan atau titik
acuan. Jika dA adalah elemen luas dan r adalah panjang titik berat elemen luas
tersebut ke suatu acuan (garis atau titik), maka statis momen penampang
dinyatakan dalam:
S = ∫ r dA
dalam analisis penampang, statis momen terbagi menjadi statis momen terhadap
sumbu X:
Sx = ∫ y dA
dan statis momen terhadap sumbu Y:
Sy = ∫ x dA

Statika dan Mekanika Bahan 103


Statis momen berguna untuk menentukan titik berat suatu penampang (atau
suatu volume tertentu). Titik berat terhadap sumbu Y adalah
Xo = (ΣSy)/A
dan titik berat terhadap sumbu X adalah
Yo = (ΣSx)/A
A adalah luas penampang.

Dalam mekanika teknik, statis momen digunakan untuk menghitung


tegangan geser pada suatu penampang,

= VS/(I t)

dimana :
 = tegangan geser
V = gaya lintang
S = statis momen
I = momen inersia

Latihan Soal.
Soal No.1
Tentukan titik berat penampang di bawah ini !

20 cm

50 cm

10 cm

40 cm 20 cm

Statika dan Mekanika Bahan 104


NO DIMENSI(CM) LUAS(CM) Xi(CM) Yi(CM) Ai.Xi(CM) Ai.Yi(CM)
b = 60
1 1200 30 70 36000 84000
h = 20
b = 20
2 1000 50 35 50000 35000
h = 50
b = 60
3 600 30 5 18000 30000
h = 10
∑ 2800 104000 149000
∑ 𝐴𝑖 .𝑌𝑖 ∑ 𝐴𝑖 . 𝑋𝑖
Ῡ = Ẋ =
∑ 𝐴𝑖 ∑ 𝐴𝑖
14900 104000
Ῡ = = 53,214 cm Ẋ = = 37,142 cm
2800 2800

Soal No. 2

Periksa apakah balok tersebut kuat menahan beban , jika 𝜏 lentur,tarik/tekan


𝑘𝑔
=175 ⁄𝑐𝑚2 ! Bagaimana beban maximum yang mampu dipikul ?

Jawaban :
1
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝑞𝑙 2
8

1
= 𝑞𝑙 2 (0,75) 52
8

= 2,34375 tm

= 2,34375 x 1000 x 100

= 234375 kg . cm

Statika dan Mekanika Bahan 105


𝑀. 𝑌 234375 .20 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝜏𝑙 = = 1 = 43,95 ⁄𝑐𝑚2 < 175 ⁄𝑐𝑚2
𝐼𝑋 .20 (40) 3
12

𝑀 .20
175 = 1
12
.20 (40)3

1
.20 (40)3 .175
M = 12
= 933333333 𝑘𝑔. 𝑐𝑚 = 9,33333 𝑡. 𝑚
20

1
Maka , M = 8 𝑞𝑙 2 = 9,33333 𝑡. 𝑚

9,33333 𝑥 8
q= = 2,96 𝑡⁄𝑚
(5)2

Soal No. 3

Hitung Tegangan Normal,Lentur dan Geser maximum yang terjadi pada balok
dibawah ini !

Nx= -1,0607t

Lx= 3,5303t

Mx= 16,822tm

Misal potongan balok atas:

Statika dan Mekanika Bahan 106


Dimensi Ai (cm2) Yi(cm) AiYi (cm2) Ixo A (cm) a2A (cm3)

b= 50
750 47,5 35.625 14062,5 16,1905 196.599,2177
h= 15

b= 15
375 27,5 10.312,5 19.531,25 3,8095 5.442,1088
h= 25

b= 30
7,5 7,5 3375 8.437,5 23,8095 255.101,5306
h= 15

Σ 1575 49.132,25 42.301,25 457.142,857

ΣAiyi 49.132,5
𝑦= = = 31,3095 𝑐𝑚
ΣAi 1.575

Ix= Ixo + a2A

= 42.301,25 + 457.142,857

= 499.174,107 cm4

Nx −1,0607 .1000 kg
𝜏𝑁 = = = −0,673 ⁄cm 2
A 1.575

Statika dan Mekanika Bahan 107


±My −(16,8244). 105 (23,6905) kg
𝜏𝑙 = → τ𝑙𝑎𝑡𝑎𝑠 = = 79,858 ⁄cm2
Ix 499.174,107

(16,8224). 105 (23,6905) kg


→ τ𝑙𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = = 105,514 ⁄cm2
499.174,107

D. Si 3,5303.1000. Si
= =𝜏
b𝑖 . Ix bi (499.174,107)

(3,5303). 1000.0
a → Sa = 0 → τ = =0
(50)(499.174,107)

b → Sb = Sa + (50)(15) (23,6905 − 1⁄2 (15)) = 12.142,875cm3

(3,5303)(1000)(12.142,875) kg
τb atas = = 1,718 ⁄cm2
(50)(499.174,107)

(3,5303)(1000)(12.142,875) kg
τb bawah = = 5,725 ⁄cm2
15(499.174,107

c → Sc = Sb + (8,6905)(15) (8,6905⁄2) = 12.709,3cm3

Sc = Sb + (8,6905)(15) (16,3095⁄2) = 12.709,3cm3

(3,5303)(1000)12.709,3 kg
τc = = 5,9923 ⁄cm2
(15)(499.174,107)

d → Sd = Se + (30)(15)(13,3095 − 7,5) = 10.714,275cm3

(3,5303)(1000 ∗ 10.714,279) kg
τdatas = = 5,0517 ⁄cm3
(15)(499.174,107)

3,5303(1000)(10.714,275) kg
τdbawah = = 2,5280 ⁄cm3
(30)(499.174,107)

e → Se = 0 → τe = 0

Soal No. 4

Statika dan Mekanika Bahan 108


Sa=0
Sb/c=Sa+(9)(4)(5,5)=198 cm2
Sd= Sb/c+3,5(4)(1⁄2 (3,5))

= 198+24,5
=222,5
Sd=Se/f+3,5(4)(1⁄2 (3,5))

= 198+24,5
=222,5
Se/f= Sg+(9)(4)(5,5)=198cm2
Sg=0
τa= 0

𝜏b=Dx.Sx=(600.000)(198)=3,1525956∗1010
b.Ix 9(2.388,33)

𝜏c=Dx.Sx=(600.000)(198)=7,0933401∗1010
b.Ix 4(2.388,33)

𝜏d=Dx.Sx=(600.000)(198)=7,0933401∗1010
b.Ix 9(2.388,33)

Soal No. 5

Statika dan Mekanika Bahan 109


Diketahui batang panjangnya
60cm , terdiri atas 2 untuk
penampang .

𝑑1 = 5 cm

𝑑2 = 2 cm

kg⁄
E1 = E2 = 2,1 ∗ 106 cm2

P = 2000 kg

Berapa Perpanjangan Batang?

Jawaban :

𝑃.𝑙1 2000(30)
∆𝑙1 = = 1 = 0,00145cm
𝐴1 .𝐸 𝜋 (52 )(2,1𝑋106 )
4

𝑃.𝑙2 2000(30)
∆𝑙2 = = 1 = 0,009094 𝑐𝑚
𝐴2 .𝐸 𝜋 (22 )(2,1𝑋106 )
4

∆𝑙 = ∆𝑙1 + ∆𝑙2

= 0,00145 + 0,009094

= 0,010544 cm

Menghitung Gaya Batang

Statika dan Mekanika Bahan 110


3 Batang bertemu dititik A.Ketiga batang mempunyai luas penampang (A) dan
Modulus Elastisitas (E)sama besar.Gaya P bekerja di A.

Titik A akan mengalami penurunan sebesar 𝛿 (vertikal)


jadi batang-batang 2 akan bertambah panjang 𝛿2 ,dan
batang 1 dan 3 akan bertambah panjang 𝛿1 .
Sudut antara batang 1 dan 2 seharusnya lebih
kecil daripada yang semula ,𝐻𝑝 karena harga 𝛿 kecil
sekali maka dianggap sudutnya = 𝛼

𝛿1 = 𝛿2 cos 𝛼 ……………………(1)

Perpanjangan batang

𝑙2 𝑠1 .𝑙1 𝛿1
Cos 𝛼 = 1. 𝛿1 = … … … (2) Cos 𝛼 =
𝑙1 𝐴 .𝐸 𝛿2
KK….NMKU..………
𝑙2 𝑠2 .𝑙2
𝑙1 =
𝑐𝑜𝑠 𝛼 …(2)
2. 𝛿2 = … … … (3)
𝐴 .𝐸
𝛿1 = 𝛿2 𝑐𝑜𝑠 𝛼

Harga (2) dan (3) di substitusikan ke persamaan (1),maka:

𝑠1 . 𝑙1 𝑠2 . 𝑙2
𝛿1 = 𝛿2 . 𝑐𝑜𝑠 𝛼 = 𝐶𝑂𝑆 𝛼
𝐴 .𝐸 𝐴 .𝐸

𝑠1 . 𝑙2⁄
𝑐𝑜𝑠 𝛼 𝑠2 . 𝑙2 𝑐𝑜𝑠 𝛼
=
𝐴 .𝐸 𝐴 .𝐸

𝑠1 = 𝑠2 . 𝑐𝑜𝑠 𝛼

Kesetimbangan Gaya di titik A :

𝑠1 . cos 𝛼 + 𝑠2 + 𝑠3 cos 𝛼 = P

Statika dan Mekanika Bahan 111


Karena batang 1 dan 3 simetris terhadap batang 2, maka 𝑠3 = 𝑠1

𝑠2 . 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 + 𝑠2 + 𝑠2 . 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 = P

𝑠2 (2 . 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 + 1) = P

𝑃
𝑠2 =
1 + 2 𝑐𝑜𝑠 3 𝛼
𝑃
𝑠1 = 𝑠3 =
1 + 2 𝑐𝑜𝑠 3 𝛼

Soal No. 6

Jika , P = 2ton = 2 𝑥 103

𝑘𝑔⁄
E = 2,1 𝑥 106 𝑐𝑚2

𝐴1 = 𝐴3 = 2𝑐𝑚2

𝐴2 = 3𝑐𝑚2

𝑙2 = 200 𝑐𝑚

𝛼 = 30°

Hitung besar gaya yang bekerja pada masing-masing batang !

Jawaban :
𝑠1 . 𝑙2⁄ 𝑠1 . 200⁄
𝑠1 .𝑙1 𝑐𝑜𝑠 𝛼 𝑐𝑜𝑠 30 115,47 𝑠1
𝛿1 = = = =
𝐴 .𝐸 𝐴 .𝐸 2 .𝐸 𝐸

𝑠2 .𝑙2 𝑠2 .200 66,667 𝑆2


𝛿2 = = =
𝐴 .𝐸 3 .𝐸 𝐸

𝛿1 = 𝛿2 . 𝑐𝑜𝑠 𝛼
115,47 𝑠1 66,667 𝑆2
= cos 𝑎 → 𝑠1 = 0,5 𝑠2
𝐸 𝐸

Statika dan Mekanika Bahan 112


Kesetimbangan gaya di titik A

𝑠1 . 𝑐𝑜𝑠 30 + 𝑠2 + 𝑠3 . 𝑐𝑜𝑠 30 = 2000 , 𝑠1 = 𝑠3

0,5. 𝑐𝑜𝑠 30 + 𝑠2 + 0,5 . 𝑐𝑜𝑠 30 = 2000

2 ( 0,5. 𝑠2 cos 30 ) + 𝑠2 = 2000

1,866 𝑠2 = 2000

𝑠2 = 1071,811 kg

𝑠1 = 𝑠3 = 0,5 (1071,811) = 535,906 kg

Soal No. 7

Batang AB memiliki panjang = 9m kaku


sekali, digantung oleh 2 kabel.

Kabel 1 terbuat dari tembaga dengan


panjang 3 m , l = 300 , A = 10 𝑐𝑚2 dan E
𝑘𝑔
= 106 ⁄𝑐𝑚2 .

Kabel 2 terbuat dari baja dengan panjang


= 5m, l = 500 , A = 4,45 𝑐𝑚2 dan E =
𝑘𝑔
2 𝑥 106 ⁄𝑐𝑚2 .

P bekerja sejarak x agar batang AB tetap


horizontal pada saat dibebani P tersebut, lalu tentukan gaya dalam masing-
masing kabel.

Gaya kabel 1 = 𝑠1

Gaya kabel 2 = 𝑠2

Jawaban :

𝑠1 . 𝑙1 𝑆1 . 300
∆𝑙1 = = = 340−5 . 𝑆1 𝑐𝑚
𝐴1 𝐸1 10(10)6
Statika dan Mekanika Bahan 113
𝑠2 𝑙2 𝑠2 . 500
∆𝑙2 = = = 5,61 𝑥 10−5 𝑠2 𝑐𝑚
𝐴2 𝐸2 4,45 (2𝑥10)6

∆𝑙1 = ∆𝑙2

340−5 . 𝑠1 = 5,61 𝑥 10−5 𝑠2

5,61 𝑥 10−5 𝑠2
𝑠1 = 340−5

𝑠1 = 1,87𝑠2

∑𝑣 = 0

𝑠1 + 𝑠2 − 𝑃 = 0

𝑠1 + 𝑠2 =P

1,87 𝑠2 + 𝑠2 =P

2,87 𝑆2 =P

1
𝑠2 = . 𝑃 = 0,3484 𝑃
2,87

𝑠1 = 1,87 𝑠2

= 1,87(0,3484 P)

𝑠1 = 0,6516 P

∑ 𝑀𝐴 = 0

P.x - 𝑠2 (900) = 0
𝑠2 (900)
x= 𝑃

0,3484 𝑃 (900)
x=
𝑃

x = 313,56 cm

Soal No. 8

Diketahui 𝛼 = 45° 𝛽 = 20° 𝛾 = 90 − 20 = 70°

Statika dan Mekanika Bahan 114


4𝐴1 = 4𝐴4 = 100 𝑐𝑚2

𝐴1 = 𝐴4 = 25𝑐𝑚2

𝐴2 = 𝐴3 = 100𝑐𝑚2

50𝑘𝑔⁄
𝐸1 = 2𝐸4 = 𝑐𝑚2
𝑘𝑔⁄
2𝐸2 = 2𝐸3 = 50 𝑐𝑚2
𝑘𝑔⁄
𝐸2 = 𝐸3 = 25 𝑐𝑚2

∑𝑣 = 0

2𝑠1 𝑐𝑜𝑠 𝛾 + 2𝑠2 𝑐𝑜𝑠 𝛼 = 𝑃

𝑠2 = ∆ 𝑐𝑜𝑠 𝛼

𝑠1 = ∆ 𝑐𝑜𝑠 𝛾

𝑙
𝑐𝑜𝑠 𝛾 =
𝑙1

𝑙 400
𝑙1 = = = 1169,5222 𝑐𝑚
cos 𝛼 cos 70°
𝑙
𝑐𝑜𝑠 𝛼 =
𝑙2

𝑙 400
𝑙2 = = = 565,685 𝑐𝑚
𝑐𝑜𝑠 𝛼 cos 45°
𝑠1 . 𝑙1 𝑠1 (1169,5222)
∆1 = = = 0,936𝑠1
𝐴1 . 𝐸1 25 (50)

𝑠2 𝑙2 𝑠2 (565,685)
∆2 = = = 0,226𝑠2
𝐴2 𝐸2 100(25)

𝛿2 ∆ cos 45° 0,226𝑠2 𝑐𝑜𝑠 45°


= = =
𝛿1 ∆ cos 70° 0,936𝑠1 cos 70°

0,226𝑠2 cos 70°


𝑠1 =
0,936 . cos 45°

𝑠1 = 0,117 𝑠2

Statika dan Mekanika Bahan 115


Persamaan Kesetimbangan

2𝑠1 𝑐𝑜𝑠 𝛾 + 2𝑠2 𝑐𝑜𝑠 𝛼 = 𝑃

2(0,117 𝑠2 ) cos70° + 2 𝑠2 cos 45° = 7000

1,494 𝑠2 = 7000

𝑠2 = 4684,636 𝑘𝑔

𝑠1 = 0,117 𝑠2

= 0,117 (4684,636)

= 548,102 kg

𝛿1 = 0,936 𝑠1

= 0,936 (548,102)

= 513,023 cm

𝛿2 = 0,226𝑠2

= 0,226 (4684,636)

= 1058,758 kg

𝛿2 = ∆ 𝑐𝑜𝑠 45°

𝛿2
∆=
cos 45°
1058,78
= cos 45°

= 1497,267 cm

Soal No. 9

Statika dan Mekanika Bahan 116


𝑣𝑏 ℎ1
∆1 = = 1,1905𝑥10−6 𝑣𝑏
1600 (2,1𝑥105 )

𝑣𝑐 ℎ2
∆2 = = 1,1905𝑥10−6 𝑣𝑐
1600 (2,1𝑥105 )

∆1 1 1,1905𝑥10−6 𝑣𝑏
= =
∆2 2 1,1905𝑥10−6 𝑣𝑐

𝑣𝑏 1
=
𝑣𝑐 2

1
𝑣𝑏 = 𝑣
2 𝑐
𝑣𝑐 = 2𝑣𝑏

Persamaan Kesetimbangan

∑ 𝑀𝐴 = 0

−3𝑣𝑏 − 6𝑣𝑐 + 1,5 (6)(3) + 2 (6) = 0

3𝑣𝑏 + 6 𝑣𝑐 = 39
1
3 (2 𝑣𝑐 ) + 6 𝑣𝑐 = 39

7,5 𝑣𝑐 = 39

Statika dan Mekanika Bahan 117


𝑣𝑐 = 5,2 𝑡
1
𝑣𝑏 = 2 𝑣𝑐

1
=5,2 (2)

=2,6 t

∆1 = 1,1905𝑥10−6 𝑣𝑏

= 1,1905𝑥10−6 (2,6)

= 3,0953 𝑥10−6 cm

∆2 = 1,1905𝑥10−6 𝑣𝑐

= 1,1905𝑥10−6 (5,2)

=6,1906 𝑥10−6 𝑐𝑚

∑𝑣 = 0

𝑣𝐴 + 𝑣𝑏 + 𝑣𝑐 − 1,5 (6) − 2 = 0

𝑣𝐴 = −𝑣𝑏 − 𝑣𝑐 + 1,5 (6) + 2

𝑣𝐴 = − 2,6 − 5,2 + 9 + 2

𝑣𝐴 = 3,2 𝑡𝑜𝑛

DAFTAR PUSTAKA

Statika dan Mekanika Bahan 118


Arief Darmali dan Ichwan. 1979. Ilmu Gaya Sipil 1. Jakarta : Direktorat PMK,
Depdikbud.

Agustinus Purna Irawan, Diktat Kuliah Mekanika Teknik (Statika Struktur) ,


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara, 2007.

Beer, Ferdinand P. E. Russell Johnston, Jr. Mechanics of Materials. Second Edition.


McGraw-Hill Book Co. Singapore. 1985.

Beer, Ferdinand P., E. Russell Johnston. Vector Mechanics for Engineers :


STATICS. 2nd edition. McGraw Hill. New York. 1994.

Bustam Husin, 1989. Mekanika Teknik Statis Tertentu. Jakarta : Asona.

El Nashie M. S. Stress, Stability and Chaos in Structural Analysis: An Energy


Approach. McGraw-Hill Book Co. London. 1990.

Edifrizal Darma, Ir. MT , STATIKA I, Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB.

Frick. Heinz. 1979. Mekanika Teknik, Statika dan Kegunaannya 1. Yogyakarta :


Kanisius.

Gere dan Timoshenko (terjemahan Hans J. Wospakrik). 1987. Mekanika Bahan.


Jakarta : Erlangga.

Ghali. A. M. Neville. Structural Analysis. An Unified Classical and Matrix Approach.


Third Edition. Chapman and Hall. New York. 1989.

Hofsteede J.G.C., Kramer P.J. dan Baslim Abas. 1982. Ilmu Mekanika Teknik A.
Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Kamarwan, Sidharta S. STATIKA Bagian Dari Mekanika Teknik. edisi ke-2.


Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 1995.

Khurmi, R.S. J.K. Gupta. A Textbook of Machine Design. S.I. Units. Eurasia
Publishing House (Pvt) Ltd. New Delhi. 2004.

Statika dan Mekanika Bahan 119


Khurmi, R.S. Strenght Of Materials. S. Chand & Company Ltd. New Delhi. 2001.

Popov, E.P. Mekanika Teknik. Terjemahan Zainul Astamar. Penerbit Erlangga.


Jakarta. 1984.

Shigly, Joseph Edward. Mechanical Engineering Design. Fifth Edition. McGraw-Hill


Book Co. Singapore. 1989.

Singer, Ferdinand L. Kekuatan Bahan. Terjemahan Darwin Sebayang. Penerbit


Erlangga. Jakarta. 1995.

Soemono, Ir., “STATIKA 1”, Edisi kedua, Cetakan ke-4, Penerbit ITB, Bandung,
1985.

Soetojo Tjolrodihardjo. 1998. Analisis Struktur. Yogyakarta : Biro Penerbit.

Spiegel, Leonard, George F. Limbrunner, Applied Statics And Strength of


Materials. 2nd edition. Merrill Publishing Company. New York. 1994.

Thamrin Nasution, Ir., Modul kuliah “STATIKA 1” , Modul 1 Sesi 1, Departemen


Teknik Sipil, FTSP, ITMI 2012.

Tim Fakultas Teknik, Menghitung Momen Gaya Dalam Statika Bangunan,


Universitas Negeri Yogyakarta

Timoshenko, S.,D.H. Young. Mekanika Teknik. Terjemahan, edisi ke-4, Penerbit


Erlangga. Jakarta. 1996.

Trefor, J.R. Lewis E.K, David, W.L. 1977. Introduction to Structural Mechanics.
Geat Britain : Hodder and Strougton Educational.

_____________________. 1979. Ilmu Gaya Sipil 2. Jakarta : Direktorat PMK,


Depdikbud.

__________. 1979. Mekanika Teknik, Statika dan Kegunaannya 2. Yogyakarta :


Kanisius.

Statika dan Mekanika Bahan 120


____________. 1982. Ilmu Mekanika Teknik C. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Nurludin A. 1964. Dasar-Dasar Grafostatika. Jakarta : H.Stam.

Statika dan Mekanika Bahan 121

Anda mungkin juga menyukai