Dari fungsi linear dari kecepatan relative antara dua ujung dashpot.
Konstanta c disebut koefisien viscositas redaman dan besarannya adalah
pond/inc/detik atau N/m/detik. Dalam menulis persamaan gerak dari
partikel, hukum kedua dari Newton digunakan,
( 2.4 )
dimana m adalah massa dan a adalah percepatan relatif dari suatu bidang
referensi inersia. Besaran massa adalah lb.det/in atau N.det/in. Untuk
permasalahan dinamika struktur seringkali sangat berguna untuk
memperkenalkan gaya inersia.
I ..( 2.5 )
Kemudian persamaan 2.4 bisa ditulis sebagai persamaan dinamik yang semisal.
I 0 ...( 2.6 )
Dengan resultan gaya inersia yang ditambahkan pada resultan gaya lain yang
bekerja pada partikel.
2.2 Permodelan Matematis
Model matematis dalam anaisa dinamika struktur mempunyai beberapa elemen
sebagai berikut:
massa m menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur
pegas k menyatakan gaya balik elastic dan kapasitas energy potensial
dari struktur
redaman c menyatakan sifat geseran dan kehilangan energy dari
struktur
gaya pengaruh F(t) menyatakan gaya luar yang bekerja pada
sistem struktur sebagai fungsi dari waktu.
Namun dalam pembahasan dinamika struktur dengan analisa sederhana pada
sistem berderajat kebebasan tunggal, redaman c diabaikan. Beberapa contoh
model matematis pada struktur dapat dilihat pada gambar berikut.
Pada model diatas, massa m dihambat oleh pegas k dan bergerak menurut
garis lurus sepanjang satu sumber koordinat. Karakteristik mekanis pegas
digambarkan antara gaya Fs pada ujung pegas dan hasil perpindahan y
dapat dilihat pada gambar 2.4 (a) sedangkan tiga jenis pegas ditunjukan
secara grafis pada gambar 2.4 (b).
Lengkungan pada pegas kuat (hard spring) menyatakan sifat dimana gaya harus
memberikan pengaruh lebih besar untuk suatu perpindahan yang
diisyaratkan seiring dengan terdeformasinya pegas. Karakteristik garis lurus pada
pegas liniear (linear spring) menggambarkan deformasi yang selaras dengan gaya.
Konstanta keselarasan antara gaya dan perpindahan dari pegas linier disebut
konstanta pegas (spring constant) k. Sedangkan pada pegas lemah (soft spring),
pertambahan gaya untuk memperbesar perpindahan cenderung mengecil pada saat
deformasi pegas menjadi makin besar. Jika suatu pegas terpasang secara
paralel atau seri, maka diperlukan penentuan konstanta pegas ekivalen dari
sistem tersebut.
Gambar 2.5 Kombinasi pegas (a) pegas parallel (b) pegas seri
e = =1 I ..( 2.7 )
1 1
= =1 ..( 2.8 )
2.3 Free Body Diagram
Salah satu aspek yang penting dalam analisis dinamis adalah menggambar
sebuah diagram free body dari sistem yang memungkinkan penulisan besaran
matematik dari sistem tersebut. Free Body Diagram (FBD) adalah suatu
sketsa dari benda yang dipisahkan dari benda lainnya, dimana semua gaya
luar pada benda terlihat jelas. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.6 Free Body Diagram dari sebuah system berderajat kebebasan tunggal
Dari gambar free body diagram diatas, menunjukan bahwa massa m yang
dipindahkan dengan adanya gaya luar sebesar P(t), dan memberikan gaya pegas
sebesar Fs=ky serta gaya inersia I.
= = = .( 2.9 )
2.4.2 Prinsip DAlembert
Alternatif pendekatan untuk mendapatkan persamaan gerak adalah
penggunaan Prinsip DAlembert yang menyatakan bahwa sebuah sistem
dapat dibuat dalam keadaan keseimbangan dinamis dengan menambahkan
sebuah gaya fiktif pada gaya-gaya luar yang disebut sebagai gaya inersia.
Gambar 2.7 Sistem berderajat kebebasan tunggal (a) model matematis dan
(b) diagram Free Body
Dengan: v = simpangan
y = d2 y / dt2 = percepatan
m = massa
k = kekakuan elemen
Keterangan :
A: Pegas belum dibebani
B: Pegas dibebani (statis)
C: Pegas dibebani (dinamis)
Untuk menunjukkan kegunaan gaya inersia dan juga mengilustrasikan
fungsi utama eksitasi terdukung atau gerakan dasar, seperti struktur gedung
yang akan mengalaminya selama gempa bumi, dapat dilihat pada contoh
2.2 .
Gambar 2.8 (a) Struktur portal tingkat dua (b) gaya yang bekerja pada
kedua massa
Pada idealisasi tersebut balok dan lantai adalah kaku. Massa yang
terdistribusi pada seluruh gedung. akan diidealisasikan terpusat pada bidang
lantai. Asumsi tersebut umumnya sesuai untuk bangunan bertingkat. Pada gambar
8.1a diatas, portal tingkat dua dengan massa terpusat pada setiap lantai memiliki
dua DOF : perpindahan lateral u1 dan u2 pada kedua lantai dalam arah x. Gaya-
gaya yang bekerja untuk setiap massa lantai mj dapat dilihat pada gambar
8.1b., termasuk gaya luar pj(t), gaya elastic fSj dan gaya redaman fDj. Gaya elastis
dan redaman menunjukan arah yang berlawan, karena kedua gaya tersebut adalah
gaya dalam yang menahan gerakan.
Gaya elastis fS berhubungan dengan perpindahan yang terjadi pada setiap lantai
u. Oleh karena itu, kekakuan lateral kj untuk setiap lantai ke-j memberikan
hubungan geser pada lantai Vj terhadap deformasi lantai, j = uj-uj-1.
Vj = kj j .( 3.3 )
Kekakuan pada setiap tingkat atau lantai adalah jumlah kekakuan lateral
dari semua kolom di lantai tersebut. Tingkat atau lantai dengan tinggi h dan
kolom dengan modulus E dan momen inersia Ic maka kekakuan lantai tersebut
adalah
12
k j = 3
.( 3.4 )
Pada gambar 2.8, kita dapat menghubungkan gaya elastis fs1 dan fs2 terhadap u1
a b
dan u2. Gaya fs1 pada lantai pertama tersusun atas f s1 dari tingkat atas dan f s1
fs1 = f b s1 + f as1
1 1 + 2 2 1
{ }= [ ] { } atau fD = ku .( 3.6 )
2 2 2 2
1 1 + 2 2 1
{ }= [ ] { } atau fD = cu .( 3.8 )
2 2 2 2
mu + cu + ku = p(t) .( 3.9 )
Gambar 3.0 (a) Sistem berderajat dua; (b) Free Body Diagram
Persamaan gerak untuk system diatas telah ditunjukan oleh persamaan (3.9),
sehingga;
1 0 1 1 + 2 2 1 1 + 2 2 1 1()
{ }{ } + [ ]{ } + [ ]{ } = { } ( 4.0 )
0 2 2 2 2 2 2 2 2 2()