Anda di halaman 1dari 7

KONSEP

DERAJAT KETIDAKTENTUAN STRUKTUR

Derajat Ketidaktentuan: Banyaknya gaya kebihan atau deformasi yang mungkin


terjadi.
Kegunaan mengetahui Derajat Ketidaktentuan:
 Untuk menghitung berapa gaya kelebihan atau deformasi suatu struktur
 Untuk menentukan metode yang akan dipakai untuk menganalisa struktur tsb.

Derajat Ketidaktentuan suatu struktur dibagi menjadi 2, yaitu:


1. Derajat Ketidaktentuan Statik
2. Derajat Ketidaktentuan Kinematik

1. Derajat Ketidaktentuan Statik


Metode ini dipergunakan pada suatu struktur yang mempunyai gaya
kelebihan sebagai derajat ketidaktentuannya.
Karena gaya itu terdiri dari 2 macam, yaitu: Gaya Luar dan Gaya Dalam,
maka Derajat Ketidaktentuan Statik dapat dibagi menjadi 2, yaitu: Derajat
Ketidaktentuan Statik Luar (DSe) dan Derajat Ketidaktentuan Statik Dalam
(DSi).
DKS = DSe + DSi

a. Derajat Ketidaktentuan Statik Luar (DSe)


Jika gaya-gaya luar yang kelebihan, maka derajat ketidaktentuan statiknya
disebut derajat ketidaktentuan statik luar.

DSe  r  3  n

Dimana: r = Jumlah total komponen gaya atau momen pada reaksi perletakan
n = Jumlah total bagian struktur

Jika r  3  n , DSe = 0, ...... struktur statis tertentu


Jika r  3  n , DSe > 0, .......struktur statis tak tentu

1
Contoh:

r = 3, n =1, DSe = 3 - 3.(1) = 0

r = 5, n =1, DSe = 5 - 3.(1) = 2

r = 10, n =3, DSe = 10 - 3.(3) = 1

r = 5, n =1, DSe = 5 - 3.(1) = 2

2
b. Derajat Ketidaktentuan Statik Dalam (DSi)
Jika gaya-gaya dalam yang kelebihan, maka derajat ketidaktentuan statiknya
disebut derajat ketidaktentuan statik dalam. Untuk menentukan besarnya derajat
ketidaktentuan statik, dalam hal ini bergantung pada bentuk strukturnya.

Rangka Batang:
DSi  m  (2  j  3)
Dimana : m = Jumlah Batang
j = Jumlah titik kumpul termasuk perletakan

r = 3, n =1, DSe = 3 - 3.(1) = 0

m = 5, j = 4, DSi = 5 – {2.(4) – 3 } = 0

DKS = 0 + 0 = 0

r = 3, n =1, DSe = 3 - 3.(1) = 0

m = 6, j = 4, DSi = 6 – {2.(4) – 3 } = 1

DKS = 0 + 1 = 1

r = 4, n =1, DSe = 4 - 3.(1) = 1

m = 6, j = 4, DSi = 6 – {2.(4) – 3 } = 1

DKS = 1 + 1 = 2

3
Portal Bidang:
DSi  3  C
Dimana: C = Jumlah potongan dari batang agar struktur menjadi statis
tertentu

r = 5, n =1, DSe = 5 - 3.(1) = 2

C = 0, DSi = 3.(0) = 0

DKS = 2 + 0 = 0

r = 5, n =1, DSe = 5 - 3.(1) = 2

C = 1, DSi = 3.(1) = 3

DKS = 2 + 3 = 5

r = 10, n =2, DSe = 10 - 3.(2) = 4

C = 1, DSi = 3.(1) = 3

DKS = 4 + 3 = 8

4
2. Derajat Ketidaktentuan Kinematik
Derajat Ketidaktentuan Kinematik didasarkan pada deformasi yang mungkin
terjadi pada struktur.

Deformasi yang mungkin terjadi pada struktur ada 3, yaitu:


a. Translasi
b. Lendutan
c. Rotasi

Translasi
Lendutan

Rotasi

DK =  + 

DK = l . NJ - NC

Dimana :
 = Rotasi
 = Translasi
l = 2 untuk Rangka Bidang
l = 2 untuk Balok Menerus
l = 3 untuk Portal Bidang
NJ = Jumlah Joint
NC = Jumlah Reaksi Perletakan

5
 =0
 = 13
DK = 0 + 13 = 13

l =2
NJ = 8
NC = 3
DK = 2.8 – 3 = 13

 =3
=0
DK = 3 + 0 = 3

l =2
NJ = 4
NC = 5
DK = 2.4 – 5 = 3

 =5
=8
DK = 5 + 8 = 13

l =3
NJ = 6
NC = 5
DK = 3.6 – 5 = 13

6
Penyederhanaan Deformasi pada Portal

HC HD
vC C D vD

C D

A
B = 0

B
A

C H
C
D D

Penyederhanaan Deformasi:
Ada 3 deformasi yang hilang, yaitu:
H = HC = HD ( 1 translasi horisontal)
vC = vD = 0 ( 2 lendutan vertikal)

Jadi sisa deformasi yang terjadi, yaitu:


H = translasi horisontal
C = Rotasi di titik C
D = Rotasi di titik D

Anda mungkin juga menyukai