Anda di halaman 1dari 16

BAB V

STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON


5.1. Pengertian dan Definisi
Aksi komposit dalam struktur didefinisikan sebagai interaksi dari elemen-elemen struktur
yang berbeda, yang tersusun oleh material struktur yang sama maupun berbeda (Sabnis and
Rao, 1979). Pada dasarnya sistem komposit dibentuk untuk memanfaatkan sifat-sifat
menguntungkan dari materi-materi penyusunnya sehingga menghasilkan tingkat efisiensi yang
lebih tinggi (Iyengar, 1979).
Salah satu penerapan aksi komposit dua material yang berbeda adalah balok komposit
baja-beton, didefinisikan sebagai sistem yang terdiri dari balok baja dengan pelat beton
bertulang yang terletak di atasnya, kedua material dihubungkan sehingga bekerja sebagai satu
kesatuan. Keuntungan utama kerja sama dua elemen struktur ini adalah peran pelat beton sebagai
pemikul dan pendistribusi beban, selain fungsinya sebagai bagian struktur yang bersama dengan
balok baja menahan beban kerja. Struktur balok komposit baja-beton banyak digunakan pada
struktur jembatan, dan juga pada bangunan gedung.
Aplikasi lain dari struktur komposit adalah kolom komposit. Kolom komposit merupakan
elemen struktur tekan yang tersusun dari beton penahan beban dan baja berbentuk selain baja
tulangan (Furlong, 1979). Menurut SK SNI mengenai Pedoman Perencanaan Beton Bertulang
untuk Gedung di Indonesia tahun 1991 kolom komposit adalah komponen struktur tekan yang
ditulangi dalam arah longitudinal dengan baja profil struktural, pipa, atau tabung dengan atau
tanpa batang tulangan longitudinal.

5.2. Latar Belakang


Dengan berkembangnya teknik pengelasan, hampir semua bangunan struktur baja yang
memakai lantai beton bertulang dan balok baja, dibuat menggunakan sistem struktur komposit.
Tepatnya, struktur komposit mulai dikenal pada pembuatan jembatan tahun 1930-an, dan untuk
gedung pada tahun 1960-an. Sejak tahun 1979, aksi komposit selalu dimanfaatkan pada
bangunan terutama pada jembatan, dimana baja dan beton saling melekat dengan bantuan
penghubung geser (shear connector).
Berdasarkan penelitian McKay mengenai aksi struktur komposit balok baja yang dicor di
dalam beton, diketahui ternyata balok baja dan beton yang dicor secara monolit, mempunyai
interaksi yang baik, serta lekatan tergantung pada interaksi tersebut. Balok komposit, termasuk
baja atau pelat profil yang ditanam pada beton cor menunjukkan kekuatan cadangan yang cukup
memadai, sehingga. Caughey pada tahun 1929 menyarankan agar balok tersebut direncanakan
berdasarkan suatu penampang homogen, yang diperoleh dengan mengubah luas beton menjadi
luas baja ekivalen. Artinya, penampang beton di atas profil baja, yang memikul beban tekan,
diganti menjadi seakan-akan penampang baja dengan perbandingan tertentu (menggunakan
angka pembanding tertentu), sesuai dengan mutu dari baja dan beton, dan juga jenis pembebanan
elastis ataupun beban plastis.
Sama halnya pada balok beton bertulang bentuk T, tegangan pada pelat lebar (beton)
yang bertumpu dan menyatu pada balok baja tentunya tidak merata sepanjang pelat. Dalam hal
ini pelat yang lebar diubah menjadi pelat dengan lebar ekivalen, sehingga rumus tegangan akibat
lentur dapat ditetapkan untuk mendapatkan kapasitas momen pikul yang tepat. Penelitian teoretis
untuk menentukann lebar efektif yang tepat telah dilakukan oleh von Karman dan Reissner,
sedang ringkasan untuk masalah ini ditulis oleh Brendel.
Viest dalam penelitiannya tahun 1960 menyebutkan bahwa faktor yang penting pada aksi
komposit ialah lekatan antara beton dan baja yang harus tetap ada. Lekatan ini dipertinggi
dengan alat penyambung geser mekanis. Alat penyambung geser (shear connector)
menghasilkan interaksi yang diperlukan untuk aksi komposit baja-beton. Dengan demikian,
balok baja profil I misalnya, tidak perlu lagi ditanam dalam beton cor.
Penelitian tentang alat penyambung geser dimulai pada tahun 1930-an oleh Voellmy dan
karyanya diterbitkan oleh Ross, sejak saat itu banyak sekali penelitian dilakukan mengenai alat
penyambung geser mekanis. Hasil-hasil penelitian ini diringkas oleh Viest pada state of the art
survey.
Secara lengkap, struktur komposit dapat dipelajari pada buku Hand book of Composite
Construction Engineering oleh Sabnis dan buku yang dikarang oleh Cook, Composite
Construction Method, dan sebagainya.

5.3. Aksi Komposit (Composite Action)


Aksi komposit terjadi apabila dua komponen struktural pendukung beban, misalnya
konstruksi lantai beton dan balok profil baja, dihubungkan secara menyeluruh dan mengalami
lendutan sebagai satu kesatuan. Aksi komposit dapat terjadi apabila anggapan-anggapan berikut
ini dapat dipenuhi atau mendekati keadaan sebenarnya, antara lain :
a. Lantai beton dengan balok profil baja dihubungkan dengan penghubung geser secara tepat
pada seluruh bentangnya.
b. Gaya geser pada penghubung geser adalah sebanding secara proporsional dengan bebannya.
c. Distribusi tegangan adalah linier di setiap penampang.
d. Lantai beton dan balok baja tidak akan terpisah secara vertikal di bagian manapun sepanjang
bentangan.
Untuk memahami gaya geser pada komposit dapat diperagakan pada keadaan berikut ini :
(a) (b)

Gambar 5.1 a) Balok nonkomposit yang mengalami lendutan, b) Balok komposit yang
mengalami lendutan
Untuk menjelaskan konsep aksi komposit, akan ditinjau balok nonkomposit seperti pada
Gambar 5.1b. Balok 1 terletak bebas diatas balok 2, gesekan permukaan antar bidang diabaikan.
Pembebanan yang bekerja pada struktur mengakibatkan lendutan, sehingga permukaan bawah
balok 1 akan mengalami tarik sedangkan permukaan atas balok 2 tertekan. Akibat diskontinuitas
tersebut, karena balok 2 dan balok 1 terpisah, maka akan terjadi perpanjangan dan perpendekan
pada balok (h), dan akan terlihat balok 1 menonjol keluar di atas balok 2 sebesar h. Diagram
gaya-gaya aksi dan reaksi untuk kejadian ini merupakan gaya-gaya yang tegak lurus pada sumbu
balok. Perlawanan gaya aksial horisontal diantara balok 1 dan 2 akibat pelendutan tidak ada, aksi
horisontal ini hanya dilawan oleh tegangan lentur pada masing-masing balok, sehingga lenturan
menimbulkan h.
Pada sistem komposit, kedua balok dihubungkan secara monolit, sehingga tidak akan
terjadi gelincir di antara kedua balok. Gaya yang bekerja merupakan gaya-gaya vertikal dan
horisontal terhadap sumbu balok. Gaya horisontal yang bekerja pada bagian bawah balok 1 akan
menekan dan membuatnya lebih pendek, gaya-gaya tersebut bekerja pula pada bagian atas balok
2, sehingga membuatnya lebih panjang. Adanya penghubung antara balok 1 dan 2 akan memikul
gaya-gaya sejajar (horisontal) sumbu balok, yang merupakan gaya-gaya geser. Itulah sebabnya
maka penghubung/pemersatu kedua balok tadi disebut penghubung geser (shear connector).
Selanjutnya perhatikan Gambar 5.2, dimana balok adalah profil baja dan pelat adalah
beton bertulang. Pada Gambar 5.2a, pelat lantai beton terletak bebas di atas balok baja profil I
tanpa ada penghubung geser. Dengan demikian momen pikul total sama dengan jumlah Mpelat dan
Mbalok. Pada kasus ini ada dua garis netral yaitu garis netral pelat dan balok. Geseran horisontal
antara pelat dan balok terjadi akibat tegangan tarik pada dasar pelat dan tekanan di atas balok.
Gambar 5.2 Variasi Regangan pada Balok Komposit
Gambar 5.2b menunjukkan bahwa pelat dan balok dihubungkan secara tidak sempurna
atau pergeseran antara pelat dan balok terhalang. Hal ini disebut interaksi parsial atau setengah
komposit. Garis netral pelat akan turun dan sebaliknya garis netral balok akan naik atau lebih
dekat ke pelat. Terjadi gaya tarik dan gaya tekan parsial yaitu T’ dan C’, masing-masing
merupakan kapasitas maksimum pelat beton dan profil baja. Momen pikul meningkat sebesar T’
x e’ dan C’ x e’.
Gambar 5.2c menunjukkan terjadinya interaksi penuh antara pelat beton dan baja, disebut
sistem komposit penuh. Balok profil baja dengan pelat beton menyatu sehingga timbul garis
netral gabungan. Gaya tekan C” dan gaya tarik T” akan lebih besar masing-masing dari T’ dan
C’ pada kejadian b di atas, sehingga momen pikul dari penampang komposit penuh adalah :
M = T” x e” atau M = C” x e” (5.1)
Pada keadaan (c) ini geseran atau gelincir antara pelat beton dengan balok profil baja
sepenuhnya ditahan oleh alat penyambung atau penghubung geser (shear connector).

5.4. Keuntungan dan Kerugian Struktur Komposit Baja-Beton


Keuntungan yang didapatkan dari penggunaan sistem struktur ini, terutama adalah :
1). Dimensi profil baja dapat dihemat hingga 20 sampai 30%, sistem balok komposit
memungkinkan menggunakan profil baja dengan tinggi lebih rendah dan berat lebih ringan,
hal ini mengurangi cukup besar tinggi bangunan gedung berlantai yang dapat mengurangi
berat dinding, kolom, tangga dan lainnya.
2). Kekakuan lantai pelat beton bertulang semakin tinggi karena adanya perbesaran momen
inersia sistem lantai dalam arah balok bajanya. Bertambahnya kekakuan akan mengurangi
lendutan akibat beban mati pelat lantai/komposit semakin kecil. Apabila metode
pelaksanaan menggunakan penunjang (shored construction), balok baja tidak akan
mengalami lendutan awal akibat beban mati primer. Semua pembebanan kemudian akan
dipikul oleh penampang komposit, dalam hal ini lendutan akan makin kecil.
3). Panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar, artinya dengan sistem komposit
baja dan beton, untuk penampang yang sama akan mempunyai kapasitas momen yang jauh
lebih besar.
4). Kapasitas daya dukung beban bertambah dibandingkann dengan pelat beton yang bebas di
atas gelagar baja (baja merupakan pemikul utama), maka dengan sistem komposit penuh
akan bertambah daya dukungnya.
Sebenarnya tidak ada kerugian yang utama dari sistem komposit baja-beton, beberapa
keterbatasan timbul apabila sistem diterapkan pada konstruksi menerus, dimana wilayah momen
negatif akan memiliki kekakuan yang berbeda, karena beton dalam keadaan tarik diperkirakan
mengalami retak dan tidak ikut menyumbangkan kekakuan, jadi hanya tulangan beton yang
memikul gaya tarik. Dengan demikian aksi komposit kurang berfungsi pada penampang yang
memikul momen negatif. Untuk hal ini perlu ada pembedaan dalam aksi komposit terutama
terhadap lebar efektif dan ratio modulus elastisitas, mengingat pengaruh kontinuitas dan lendutan
jangka panjang.

5.5. Berbagai Jenis Penampang Lintang Komposit


Berikut ini merupakan penampang komposit yang umum dalam penggunaan :

Gambar 5.3 Beberapa Jenis Penampang Komposit


Gambar 5.3a merupakan penampang komposit dengan menggunakan profil baja
konvensionnal misalnya INP, IDIN, IWF, dan lain-lain. Dalam sistem ini daerah tekan flens profil
baja akan berlebih sehingga kurang ekonomis dibandingkan sistem yang lain. Penghubung geser
(shear connector) dibuat sistem stud atau dapat digunakan lainnya, misal angker diagonal, profil
kanal spiral, dan lain sebagainya.
Gambar 5.3b, penampang menggunakan gelagar profil baja konvensional tetapi pelat
lantai ditinggikan dan flens baja bagian bawah diperkuat dengan pelat yang dilas. Penghubung
geser menggunakan angker diagonal. Sistem ini jauh lebih ekonomis dari sistem pertama tetapi
pelaksanaannya lebih sulit.
Gambar 5.3c seperti pada Gambar 5.3a tetapi flens bawah diperkuat supaya lebih
ekonomis. Penghubung geser stud dapat diganti misalnya dengan profil I NP, baja spiral dan lain-
lain.
Gambar 5.3d, penampang menggunakan profil baja T dimana pada badan balok yang
tertanam dalam pelat beton bertulang dibuat penghubung geser dengan cara las. Dalam hal ini
akan nampak bahwa penggunaan profil baja akan sangat ekonomis, dikarenakan tidak ada
tegangan tekan baja yang berlebih.
Gambar 5.3e, penampang menggunakan profil baja T yang dimensinya kecil
dibandingkan profil baja untuk daerah tarik. Pada daerah tarik dipakai profil baja T yang jauh
lebih besar dari bagian tekan, tetapi dapat diprofilkan dari pelat-pelat baja yang dilas sehingga
berbentuk T terbalik. Dalam hal ini tidak perlu meninggikan pelat beton, karena baja yang ada di
daerah tekan tidak berlebih tegangannya dan untuk menjaga agar garis netral tidak terlampau
jauh dari tempat sambungan las profil, dengan demikian las tetap berada di daerah tegangan yang
rendah.
Gambar 5.3f, seperti Gambar 5.3d tetapi flens bawah profil dibuat dari pelat yang
dilaskan ke pelat badan. Tebal flens di bawah dapat dibuat jauh lebih tebal dari tebal pelat badan
sehingga lebih ekomonis.
Gambar 5.3g menggunakan prinsip yang sama dengan Gambar 5.3b tetapi disini profil
baja terdiri dari pelat-pelat yang dilas. Penghubung geser dengan stud, tetapi pada penampang
seperti ini jauh lebih sesuai apabila menggunakan penghubung geser dari angker diagonal seperti
Gambar 5.3b atau spiral.
Prinsip Gambar 5.3h sama dengan Gambar 5.3g tetapi penghubung geser menggunakan
baja spiral. Dengan meninggikan pelat lantai dari profil baja, maka momen pikul komposit akan
bertambah sehingga lebih ekonomis. Sistem dengan pelat lantai ditinggikan terhadap profil baja
biasanya digunakan pada konstruksi jembatan.

5.6. Lebar Efektif


Dalam struktur komposit, konsep lebar efektif digunakan untuk memudahkan
perencanaan. Pada Gambar 5.4, tegangan mencapai maksimum di atas balok baja dan berkurang
sedikit demi sedikit secara nonlinier dengan bertambahnya jarak dari balok penyangganya.
Untuk penyederhanaan, diambil lebar tertentu dimana pelat beton masih efektif memikul
tegangan tekan, daerah ini dinamakan lebar efektif (bE).
Gambar 5.4 Distribusi Tegangan Ekivalen dan Aktual di Sepanjang Lebar Flens
Lebar efektif untuk balok komposit dapat dinyatakan sebagai :
bE = bf + 2b’ (5.2)
dimana 2b’ kali tegangan maksimum fc sama dengan luas di bawah kurva untuk fc.
Analisis untuk lebar efektif melibatkan teori elastisitas yang diterapkan pada pelat,
dengan menggunakan balok menerus tak hingga di atas tumpuan yang berjarak sama, dengan
flens lebar tak hingga yang tebalnya relatif kecil dibandingkan dengan kedalaman balok. Gaya
tekan total yang dipikul oleh sistem ekivalennya harus sama dengan yang dipikul oleh sistem
yang sesungguhnya.

Gambar 5.5 Dimensi untuk Menentukan Lebar Efektif


Sebagai penyederhanaan praktis untuk keperluan disain, AISC dan AASHTO
menggunakan metode yang sama untuk menghitung lebar efektif, yang juga digunakan oleh ACI
pada balok beton bertulang. Nilai maksimum yang diijinkan oleh AISC adalah nilai terkecil
dari :
1). Untuk gelagar interior
bE  L / 4 (5.3a)
bE  b0 (untuk jarak balok yang sama) (5.3b)
bE  bf + 16 ts (5.3c)
2). Untuk gelagar eksterior
bE  L / 12 + bf (5.3d)
bE  (b0 + bf ) / 2 (5.3e)
bE  bf + 6 ts (5.3f)
Sedangkan lebar efektif untuk perencanaan jembatan jalan raya berdasarkan AASHTO
adalah sebagai berikut :
1). Untuk gelagar interior
bE  L / 4 (5.4a)
bE  b0 (untuk jarak balok yang sama) (5.4b)
bE  12 ts (5.4c)
2). Untuk gelagar eksterior
bE  L/ 12 (5.4d)
bE  (b0 + bf )/2 (5.4e)
bE  6 ts (5.4f)
Penyederhanaan praktis untuk keperluan disain diberikan oleh LRFD dan ASD sebagai
berikut :
1). Untuk gelagar interior
bE  L / 4 (5.5a)
bE  b0 (untuk jarak balok yang sama) (5.5b)
2). Untuk gelagar eksterior
bE  L / 8 (5.5c)
bE  b0 / 2 + jarak pusat balok ke pinggir slab (5.5d)
Harga yang paling kecil dari syarat-syarat di atas itulah yang digunakan dalam perhitungan.
Dengan dimensi untuk menentukan lebar efektif mengacu pada Gambar 5.5 :
bE = lebar efektif
bf = lebar sayap profil
b0 = jarak antar gelagar
L = panjang bentang balok
ts = tebal pelat

5.7. Perhitungan Sifat-sifat Penampang


Sifat-sifat penampang komposit dapat dihitung dengan metode transformasi penampang.
Berbeda dengan prinsip pada beton bertulang, luas baja tulangan ditransformasikan menjadi luas
beton ekivalen, pada penampang komposit, luas slab yang ditransformasikan menjadi luas baja
ekivalen. Sehingga luas pelat beton direduksi menjadi sama dengan b E/n, dengan n merupakan
rasio modulus elastisitas.
5.7.1. Ratio Modulus Elastisitas
Rasio modulus elastisitas diambil sebagai perbandingan antara Modulus Elastisitas baja
dengan Modulus Elastisitas beton, yang digunakan dalam metode penampang transformasi
n = Es / Ec (5.6)

Es = modulus elastisitas baja = 2,1 x 10 kg/cm2

Ec = modulus elastisitas beton


Besarnya modulus elastisitas beton berdasarkan Amerrican Concrete Institute (ACI)
adalah :

Ec = w1,5 (0,043) c √ f' (5.7)


LRFD mengkonversikan Persamaan 5.7 menjadi :

Ec = w1,5 (0,041) c √ f' (5.8)


untuk beton dengan berat normal :

Ec = 4600 c √ f' (5.9)


dengan Ec dalam MPa, berat beton w dalam kg/m3 dan f’c dalam MPa

Harga-harga praktis untuk n dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Harga-harga Praktis untuk Rasio Moduler, n

f’c (psi) Rasio moduler n = Es / Ec f’c (psi)

3000 9 21

3500 8,5 24

4000 8 28

4500 7,5 31

5000 7 35

6000 6,5 42

5.7.2. Modulus Penampang Efektif


Sebuah balok komposit lengkap dapat dianggap sebagai batang baja dengan tambahan
pelat penutup dari beton diatas, pelat beton dianggap efektif hanya pada bagian tekan saja sedang
bagian tarik diabaikan.. Pada balok menerus, pelat beton diabaikan di daerah-daerah momen
negatif.
LRFD dan ASD mengijinkan tulangan yang sejajar balok baja dan terletak di dalam
daerah lebar efektif untuk diikutkan dalam perhitungan sifat-sifat penampang komposit.
Penulangan ini hanya memberikan perbedaan kecil pada modulus penampang komposit dan
pengaruhnya seringkali diabaikan.
5.8. Perencanaan Balok Komposit dengan Allowable Stress Design
Tegangan-tegangan aktual yang terjadi pada balok komposit akibat pembebanan
tergantung pada metode pelaksanaan di lapangan yaitu dapat dilakukan dengan menggunakan
penopang sementara/perancah (shored construction) ataupun konstruksi tanpa penopang
sementara (unshored construction).
5.8.1. Kontruksi dengan Penopang (Shored Construction)
Sistem pelaksanaan ini dapat mengurangi tegangan beban daya layan, dengan
menumpukan balok-balok baja pada perancah (shoring), sehingga berat balok, bekisting dan
beton basah dipikul oleh perancah. Setelah beton mengeras dan perancah dilepas, penampang
akan berperilaku secara komposit dalam mendukung semua pembebanan.
5.8.2. Konstruksi Tanpa Penopang (Unshored Construction)
Sistem ini dilaksanakan dengan menempatkan balok-balok baja terlebih dahulu untuk
mendukung bekisting slab beton. Pada tahap ini balok baja bekerja secara nonkomposit (bekerja
sendiri) dalam memikul berat bekisting, beton basah dan beratnya sendiri. Setelah beton
mengeras dan dan bekisting dilepas, balok akan berkomposit dengan slab beton untuk
mendukung semua beban mati dan hidup yang bekerja setelah perawatan beton. Pada unshored
construction, dimensi balok baja yang digunakan akan lebih besar dari shored construction dan
lendutan (deflection) yang terjadi juga lebih besar. Tetapi pada struktur jembatan, pelaksanaan
konstruksi tanpa penopang akan lebih ekonomis dikarenakan penghematan biaya yang besar
untuk pengadaan penopang/perancah (shoring).

Contoh Soal 1

Sebuah penampang komposit terdiri dari profil baja WF 500 x 200 x 11 x 19 dengan
perkuatan pelat baja 2,5 x 16 cm 2 dan pelat beton setebal 20 cm. Kekuatan beton 22,5 MPa (n =
9), jarak antar gelagar 2,5 m, bentang gelagar 10 m. Momen akibat beban mati (tidak termasuk
berat sendiri gelagar), MD = 25000 kgm dan akibat beban hidup, ML = 50000 kgm. Hitunglah
tegangan-tegangan beban layan apabila :

a. Konstruksi dengan penopang (shored construction)


b. Konstruksi tanpa penopang (unshored contruction)

Penyelesaian :

Penampang baja :

WF 500 x 200 x 11 x 19 : Ix = 56500 cm4

A = 131,3 cm2

h = 50,6 cm, b = 20,1 cm, w = 103 kg/m


letak garis netral :

131,3 x 0 + 2,5 x 16 x 26,55


ys = = 6,1996 cm
131,3 + 2,5 x 16

yts = 50,6/2 + 6,1996 = 31,4996 cm

ybs = 50,6/2 - 6,1996 + 2,5 = 21,6004 cm

momen inersia penampang baja :

Is = 56500 + 131,3 x 6,19962 + 1/12 x 16 x 2,53

+ 16 x 25 (21,6004 - 2,5/2)2

= 78132,9053 cm4

modulus penampang baja :

Sts = 78132,9053 / 31,4996 = 2480,4412 cm 3

Sbs = 78132,9053 / 21,6004 = 3617,1972 cm 3

Gambar 5.6 Penampang Baja

Penampang komposit :

lebar efektif :

1). bE = L / 4 = 1000 / 4 = 250 cm

2). bE = b0 = 2,5 m = 250 cm

3). bE = bf + 16 ts = 20,1 + 16 x 20 = 340,1 cm

digunakan bE = 250 cm

lebar baja ekivalen = bE / n = 250 / 9 = 27,7778 cm

letak garis netral :

131,3 + 2,5 x 16 0 + 20 x 27,7778 31,4996 + 20 / 2


yc = = 31,7193 cm
131,3  2,5 x 16 + 20 x 27,7778
yt = 31,4996 + 20 - 31,7193 = 19,7803 cm

yb = 21,6004 + 31,7193 = 53,3197 cm

momen inersia penampang komposit :

I = 78132,9053 + (131,3 + 2,5 x 16)

x 31,71932 + 1/12 x 27,7778 x 203

+ 20 x 27,7778 x (19,7803 - 10)2

= 322140,0681 cm4

modulus penampang komposit :

Stc = 322140,0681 / 19,7803

= 16285,9041 cm3

Sbc = Sts = 322140,0681 / 0,2197

= 1466272,499 cm3

Sbs = 322140,0681 / 53,3197

= 6041,6707 cm3

Gambar 5.7 Penampang Komposit

a. Konstruksi dengan penopang (shored construction)

Mgelagar = 1/8 x 103 x 102 = 1287,5 kgm

M = MD + ML + Mgelagar

= 25000 + 50000 + 1287,5 = 76287,5 kgm

M total 7628750
ftc = n Stc = 9 x 16285,9041 = 52,0474 kg / cm2
M total 7628750
fbc = n S bc = 9 x 1466272,499 = 0,5781 kg / cm2

M total 7628750
= = 5,2028 kg/cm 2
fts = S ts 1466272 , 499

M total 7628750
= = 1262,688 kg/cm2
fbs = S bs 6041 , 6707

b. Konstruksi tanpa penopang (unshored construction)

Sebelum komposit :

Mgelagar = 1287,5 kgm

M gelagar 128750
= = 51,9061 kg/cm 2
fts = S ts 2480,4412

M gelagar 128750
= = 35,5939 kg/cm 2
fbs = S bs 3617,1972

Setelah komposit :

M = MD + ML = 25000 + 50000 = 75000 kgm

M 7500000
= = 51,169 kg/cm2
= n Stc
ftc 9 x 16285,9041

M 7500000
= = 0,5683 kg/cm2
fbc = n S bc 9 x 1466272,499
M 7500000
= = 5,115 kg/cm 2
fts =
S ts 1466272,499

M 7500000
= = 1241,3785 kg/cm2
fbs =
S bs 6041,6707

Gambar 5.8 Diagram Tegangan Beban Daya Layan

Dari diagram tampak bahwa tegangan kerja pada profil baja (flens bawah/tegangan tarik)
lebih besar pada konstruksi tanpa penopang. Pada konstruksi dengan penopang terlihat bahwa
tegangan kerja berkurang, hal ini adalah akibat dari keadaan dimana beban mati dan beban hidup
total dipikul oleh penampang komposit.
5.8.3. Alat Penyambung Geser (Shear Connector)
Geser horisontal antara slab beton dengan balok baja selama pembebanan harus ditahan
sehingga penampang komposit bekerja secara monolit, atau terjadi interaksi antara slab dan baja.
Meskipun lekatan antara beton dan baja dapat menjadi tinggi, tetapi ini tidak menjamin dapat
mencukupi interaksi yang diperlukan, demikian juga gesekan yang timbul pada muka kedua
bidang (interface). Maka dipasang alat yang dapat menjamin lekatan antara kedua bidang, berupa
alat penyambung geser mekanis (shear connector) yang pada umumnya dihubungkan ke profil
baja dengan sambungan las.
Gaya geser vertikal pada sebuah penampang balok sama besarnya dengan gaya geser
horisontal pada penampang/garis berat balok tersebut. Dengan demikian gaya geser pada sebuah
balok sederhana yang dibebani degan beban merata, besarnya akan sebanding dengan gaya
lintang yang terjadi pada balok tersebut. Dalam hal ini gaya geser akan maksimum di atas
tumpuan dan minimum di tengah balok. Maka pemasangan alat penyambung geser akan lebih
banyak di atas tumpuan dan semakin sedikit ke arah tengah bentang balok.
Berdasarkan Spesifikasi AASHTO, rentang (range) geser horisontal (Sr) ditentukan
dengan :

Sr = (5.10)
Vr = Vmaks - Vmin akibat beban hidup saja, kips (5.11)
Q = Statis momen penampang beton transformasi terhadap sumbu netral
penampang komposit, inchi3

I = Momen inersia terhadap garis netral penampang komposit, inchi 4

 = Jumlah konektor tiap baris

Zr = Gaya geser horisontal yang diijinkan untuk satu konektor geser, kips,

untuk channel :

Zr = B Lc (5.12)

untuk Welded stud ( Hs / ds  4)

Zr =  ds2 (5.13)

B = 4 untuk 100.000 siklus

= 3 untuk 500.000 siklus

= 2,4 untuk 2.000.000 siklus (digunakan untuk jembatan kereta api)

Lc = panjang channel, inchi

Hs = tinggi stud, inchi

ds = diameter stud, inchi

 = 13 untuk 100.000 siklus

= 10,6 untuk 500.000 siklus

= 7,85 untuk 2.000.000 siklus

= 5,5 untuk lebih dari 2.000.000 siklus

p = jarak antar konektor, inchi

Contoh Soal 2
Berdasarkan Contoh Soal 1 rencanakan alat penyambung geser untuk balok komposit
apabila beban hidup yang bekerja adalah 4000 kg/m2.

Penyelesaian
Gaya geser akibat beban hidup pada tumpuan :
V = q L2/2 = 4000 x 100/2 = 200000 kg
Statis momen luas beton transformasi terhadap sumbu netral penampang komposit :
Q = Ac/n (ts/2 – (yc - yts))
= 20 x 250/9 x (10 – (31,7193 – 31,4996)) = 5433,5 cm3
Direncanakan 4 baris stud shear connector dengan diameter 7/8” dan panjang 3,5”

Anda mungkin juga menyukai