Konstruksi rangka batang pada Gambar 3.5 akan dicari gaya-gaya batang 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13 (atau ditulis s1 s.d s13). Karena konstruksi dalam keadaan
simetris (sama kedua belah bagiannya; setangkup) dan juga pembebanan terpusat (P)
dalam posisi simetris, sehingga
RA = RB = ½ x jumlah P
RA = RB = ½ x (P1 + P2 + P3 + P4 + P5)
RA = RB = 2P1
Atau
∑MB = 0
RA.L – ½ .P1. L – P1. ¾ L – P1. ½ L – P1. ½ L – ½ P1. 0 = 0
1
RA = 2P1
Dan
∑MA = 0
-RB.L + ½ .P1. 0 + P1. ¼ L + P1. ½ L + P1. ¾ L + ½ P1.L = 0
RB = 2P1
Pada Gambar 20, didapatkan bahwa gaya batang s1 adalah resultante (R) dari dua
komponen gaya, yaitu s1.Sinα dan s1.Cosα. Dengan memperhatikan kaidah gaya, maka
komponen-komponen gaya yang serah sumbu y (∑V=∑ky) dan komponen-komponen
gaya yang searah sumbu x (∑H = ∑kx). Komponen-komponen gaya tersebut apabila
digabungkan harus mendapatkan R=0. Jumlah komponen-komponen gaya yang searah
sumbu y, didapat hasil (∑V) = 0 (ditulis ∑V = 0), demikian halnya untuk ∑H = 0.
Pada Gambar 3.6, titik simpul A terdapat dua persamaan linier untuk kedua sumbu:
Sumbu y: ∑VB = 0
+RA – ½ .P + s1. Sinα = 0 (1-5)
Sumbu x: ∑H = 0
s1. Cosα + s5 = 0 (1-6)
Dari persamaan (1-5) dan (1-6) gaya batang s1 dan s5 dapat dihitung. Hal ini
dikarenakan harga RA, RB dan P sudah diketahui. Arah gaya searah sumbu x ke kanan (+)
dan searah sumbu y ke atas (+). Demikian sebaliknya.
2
Persamaan linear (1-5), +RA – ½ .P + s1. Sinα = 0, dimana RA, P dan sudut
kemiringan atap (α) telah diketahui sehingga besar gaya batang 1 (s1) dapat dihitung.
Demikian halnya untuk persamaan linear (1-6).
Karena persamaan linear itu, maka di setiap titik simpul yang akan dicari gaya
batangnya harus terdapat maksimal 2 (dua) gaya batang yang belum diketahui gayanya.
Apabila gaya batang yang akan dicari pada simpul tertentu masih terdapat tiga gaya
batang yang belum dikethui, maka harus dihitung melalui simpul lainnya yang masih
terdapat dua batang yang belum diketahui dan seterusnya, sampai akhirnya semua batang
diketahui besar gayanya.
3
Gambar 22. konstruksi kuda-kuda mendapat beban terpusat
Dengan metode keseimbangan titik simpul didapat:
∑MB = 0
RA.8 – P1.8 – P2.6 – P3.4 – P3.4 – P4.2 – P5.0 = 0
RA = 4 ton (+)
∑MA = 0
RB.8 – P1.0 – P2.2 – P3.4 – P3.4 – P4.6 – P5.8 = 0
RB = 4 ton (+)
SIMPUL A
Dimisalkan gaya batang 1 (s1) arahnya meninggalkan simpul yang ditunjukkan
dengan tanda panah ke atas dan gaya batang 5 (s5) arahnya juga meninggalkan simpul,
tanda panah ke kanan (gambar 23).
4
Dari persamaan (1-8) hasil perhitungan s1bertanda negatip (-), maka arah s1 yang
dimisalkan tadi tidak benar. Jadi s1 tidak meninggalkan simpul tapi menuju simpul. Kalau
menuju simpul berarti gaya batang s1 adalah batang tekan.
Langkah 2.
Pada Gambar 24, telah didapat sebelumnya s1 = -6 ton (batang tekan), arahnya dirubah
menuju simpul dan tanda negatip pada gambar dihapus.
SIMPUL F
5
Arah s6 bertanda positip, maka arah yang diumpakan meninggalkan simpul C benar.
Berarti s6 bertanda positip (+).
∑VV = ∑ky = 0
+ s9 = 0 (1-11)
SIMPUL C
Pada Gambar 26 agar lebih sederhana sumbu x dan sumbu y dibuat searah batang
atas (batang miring). Jadi sumbu x’ dan sumbu y’, maka:
∑VV’ = ∑ky’ = 0
+ P2. Con 30o – s10. Cos 30o = 0
+ 2. ½.√3 – s10. ½.√3 = 0
s10 = 2 ton (+) (1-12)
Arah batang 10 yang diumpamakan benar. Jadi batang 10 adalah batang tekan.
Batang tekan bertanda negatip. Jadi s10 = -2 ton
∑VH’ = ∑kx’ = 0
s1 – s2 - P2. sin 30o – s10. Sin 30o = 0
6 – s2 – 2. ½ - 2. ½ = 0
s2 = 4 ton (+) (1-13)
Tanda s2 positip dan arah yang diumpamakan benar, tetapi tanda panah batang 2 (s2)
pada Gambar 3.12 menuju simpul D. Jadi batang 2 adalah batang tekan. Batang tekan
memiliki tanda negatip. Jadi s2 = -4 ton.
6
SIMPUL D
SIMPUL G
7
Arah batang 12 (s12) yang diumpamakan benar. Jadi s12 adalah batang tekan.
Batang tekan bertanda negatip. Jadi s12 = -2 ton
∑HE = ∑kx = 0
-s6 + s10. Cos 30o – s12. Cos 30o + s7 = 0
-3√3 + 2. ½.√3 – 2. ½.√3 + s7 = 0
s7 = 3√3 ton (1-16)
Tanda s7 positip dan arah yang diumpamakan benar meninggalkan simpul E. Jadi
batang 7 adalah batang tarik. Batang tekan memiliki tanda positip. Jadi s7= 3√3 ton.
SIMPUL E
Arah batang 12 (s12) yang diumpamakan benar. Jadi s12 adalah batang tekan.
Batang tekan bertanda negatip. Jadi s12 = -2 ton
∑HE = ∑kx = 0
s3 + s12. Sin 30o + P.Sin30o – S4 = 0
4 + 2. 0,5 + 2. 0,5 – s4 = 0
S4 = 6 ton (1-16)
Arah batang 4 (s4) yang diumpamakan benar. Jadi s4 adalah batang tekan. Batang
tekan bertanda negatip. Jadi s4 = - 6 ton.
8
SIMPUL B
Arah batang 4 (s4) yang diumpamakan benar. Jadi s4 adalah batang tekan. Batang
tekan bertanda negatip. Jadi s4 = - 6 ton
∑HB = ∑kx = 0
-s8 + s4. Cos 30o = 0
-s8 + 6. ½.√3 = 0
s8 = 3√3 ton (1-18)
Arah batang 8 (s8) yang diumpamakan benar. Jadi s8 adalah batang tarik. Batang
tarik bertanda positip. Jadi s8 = +3√3 ton
9
2. Metode Ritter
Metode Ritter adalah metode pemotongan dan diselesaikan secara analitis. Metode
ini dipergunakan untuk menentukan gaya batang yang letaknya tertentu dimanapun berada,
namun tetap dibatasi oleh jumlah batang yang belum diketahui sebanyak dua batang.
Kemudian dicari persamaan keseimbangan momennya terhadap titik potong dari dua
batang yang lainnya.
Syarat untuk pemakaian cara Ritter ini, pada umumnya ada tiga buah batang yang
dua-duanya saling memotong. Ini berarti juga titik potong dari dua batang terletak pada
titik tak terhingga. Setelah 3 batang yang terpotong, maka gaya-gaya pada potongan
tersebut (gaya dalam) mengadakan keseimbangan dengan gaya luar yang bekerja pada
sebelah kiri potongan maupun sebelah kanan potongan. Dengan memandang sebelah kanan
atau kiri potongan dapat ditentukan gaya-gaya batang yang terpotong tersaebut.
Ketentuan cara Ritter, yaitu:
1) Putaran gaya searah jarum jam bertanda positip (+)
2) Putaran gaya tidak searah jarum jam bertanda negatip (-)
3) Gaya-gaya mana yang dapat menimbulkan momen terhadap titik tinjauan/titik
amatan
4) Letak potongan sembarang
Pada Gambar 31, ditunjukkan konstruksi kuda-kuda yang akan dihitung dengan
metode Ritter.
10
Dari Gambar 31, dapat diselasaikan berapa besar gaya-gaya batang dengan
meninjau titik-titik potong yang diinginkan
1. Mencari besar gaya-gaya batang s1 dan s5.
1) Reaksi Tumpuan
Dari perhitungan terdahulu didapat:
RA = 4 ton (+)
RB = 4 ton (+)
2) Mencari gaya-gaya batang s1 dan s5, pada Gambar 32
11
2. Mencari gaya-gaya batang s2, s10 dan s6 (Gambar 33)
12
∑MF = 0
+RA.2 – P1.2 – s2.Cos 30o. 1,155 + s10.Cos 30o.1,155 = 0
4x2 – 1.2 – 4. 0,8660. 1,155 + s10. 0,866.1,155 = 0
s10 = 2 ton (-)
Anggapan semula s10 batang tarik adalah salah, yang benar adalah s10 batang tekan
∑MC = 0
+RA.2 – P1.2 - P2.0 – s2.0 – s10.0 – s6. 1,155 = 0
4x2 - 1.2 – 0 – 0 – s6.1.155 = 0
s6 = 5,195 ton (+)
Jadi anggapan batang s6 sebagai batang tarik adalah benar.
Kesimpulan:
Dengan melihat potongan II-II pada Gambar 33, Gambar 34 dan Gambar 35
diperoleh gaya-gaya batang berikut:
s2 = -4 ton (batang tekan)
s10 = -2 ton (batang tekan)
s6 = + 5,195 ton (batang tarik)
13
3. Mencari gaya-gaya batang s3, s12 dan s7 (Gambar 36)
14
Pada Gambar 37 arah gaya s3 diumpamakan meninggalkan simpul dan setelah
dihitung ternyata s3 adalah batang tekan, maka pada Gambar 4.7 arah gaya s3 dirubah
menuju simpul E Jadi batang s3 adalah batang tekan (s3 = - 4 ton),
Sehingga:
∑MH = 0
-RB.2 + P1.2 – P4.0 – s7.0 – s12.Cos 60o.0 – s12.Cos30o.1,155 + s3.Cos 30o.1,155
– s3.Sin30o.0 = 0
-4x2 + 1.2 – 0 – 0 – s12. 0,8660. 1,155 + 4. 0,866.1,155 = 0
s12 = 2 ton (-)
Anggapan semula s12 batang tarik adalah salah, yang benar s12 batang tekan.
Pada Gambar 38, arah gaya s12 diumpamakan meninggalkan simpul dan setelah
dihitung ternyata s12 adalah batang tekan, maka pada Gambar 4.8 arah gaya s12 dirubah
menuju simpul E Jadi batang s12 adalah batang tekan (s12 = - 2 ton),
Sehingga:
∑ME = 0
-RB.2 + P1.2 – P4.0 + s7.1,155 – s12.0 – s3.0 = 0
-4x2 + 1.2 – 0 + s7.1,155 – 0 - 0 = 0
s7 = 5,195 ton (+)
Jadi anggapan batang s7 sebagai batang tarik adalah benar.
15