Anda di halaman 1dari 25

Struktur Beton Dasar PS-0463

PS-0463

Npevm!. 13
Metoda
Metoda Kekuatan
Kekuatan Batas
Batas pada
pada Struktur
Struktur
Beton
Beton Bertulang
Bertulang
Buku Guru

( Semester IV - BG : Kurikulum Berbasis Kompetensi )

Program Diploma Sipil FTSP-ITS


Jalan Menur 127 Surabaya 60116
Telp. (031)-5947637 Faks. (031)-5938025
Jogpsnbtj! Vnvn
Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa memahami pengertian kekuatan batas pada struktur beton bertulang.

Tujuan Instruksional Khusus :


Mahasiswa mengerti perilaku struktur yang mendapatkan pembebanan sampai ke-
adaan batas, dapat menghitung tegangan dan gaya-gaya dalam penampang kompo-
nen dalam keadaan batas dan beban kerja, mengetahui jenis-jenis kekuatan struktur,
dapat menjelaskan provisi-provisi dalam desain, dan dapat menentukan faktor-
faktor beban dan kapasitas / tahanan yang sesuai dengan kebutuhan desain.

Posisi Modul ini dalam Garis Waktu Perkuliahan :


01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

% "
"" % """""""""""""""""""""

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-2


Riwayat Pengembangan Tata Cara
Perhitungan Desain Beton Bertulang

Studi-studi awal struktur beton bertulang didasarkan pada teori kekuatan batas, sebagai con-
tohnya Thullie (1897) dan Ritter (1899). Pada sekitar 1900-an, diluncurkan teori garis lurus
(elastik) oleh Coignet dan Tedesco. Teori ini segera mendapatkan penerimaan yang meluas,
disebabkan oleh sifatnya yang konvensional dan dianggap secara matematika lebih sederha-
na. Sebagai tambahan, beberapa pengujian telah menunjukkan bahwa teori elastik ini, dengan
menentukan nilai-nilai tegangan ijin bahan secara hati-hati, telah menghasilkan struktur yang
berperilaku secara memuaskan pada beban kerja dan menyediakan margin keamanan yang
cukup terhadap bahaya keruntuhan. Sejak saat itu, teori elastik telah dijadikan sebagai dasar
perhitungan desain beton bertulang, dan bertahan untuk beberapa tahun sesudahnya.
Setelah berjalan selama ! 5 dasawarsa lebih sedikit, dengan didasari oleh pengalaman-penga-
laman praktis dan beberapa temuan laboratorium mengenai perilaku struktur beton, maka
nampaklah beberapa kelemahan teori elastik ini. Hal ini menyebabkan dilakukannya penye-
suaian-penyesuaian berkala pada metoda desain dengan tegangan kerja. Dan, nyatalah dengan
segera dapat disimpulkan, bahwa perhitungan memang harus dilakukan dengan mempertim-
bangkan sifat-sifat inelastik dari beton dan baja. Sejak saat itu, teori kekuatan batas (USD =
Ultimate Strength Design) diterima sebagai metoda alternatif, disamping metoda tegangan
kerja (WSD = Working Stress Design) yang ada. Di dalam peraturan bangunan (building
codes), metoda ini muncul, di antaranya di dalam ACI (American Concrete Institute) tahun
1956, dan di wilayah Inggris Raya dengan BS (British Standard) pada tahun 1957 [3].

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-3


Riwayat Pengembangan Tata Cara
Perhitungan Desain Beton Bertulang
( Lanjutan )
Beberapa pertimbangan lebih disukainya metoda kekuatan batas dibandingkan dengan meto-
da tegangan kerja, adalah antara lain bahwa penampang-penampang beton bertulang berperi-
laku secara inelastik pada pembebanan tinggi. Jadi karenanya, teori elastik tidak dapat mem-
perhitungkan secara lebih cermat kekuatan batas (ultimate) komponen, karena regangan-re-
gangan inelastiknya tidak diperhitungkan. Karenanya juga, pada struktur yang didesain
dengan menggunakan metoda tegangan kerja, nilai yang tepat dari faktor beban tidak bisa
ditentukan dan berbeda-beda hasilnya antara struktur yang satu dengan yang lainnya.
Dengan metoda tegangan kerja, tegangan-tegangan yang ditimbulkan oleh beban kerja diten-
tukan tidak melebihi tegangan ijin bahan, yang biasanya dibatasi sebesar 0.45 fc untuk beton,
dan 0.67 fy untuk baja. Pada pihak lainnya, dengan metoda kekuatan batas, komponen struk-
tur didesain untuk mengalami regangan-regangan inelastik pada saat mencapai kekuatan
maksimumnya, yaitu saat beton mencapai regangan batas cu, dan baja mencapai regangan
maksimum, sebut saja : s = 0.030. Kekuatan maksimum ini, yang selanjutnya disebut
kekuatan batas, dicapai ketika beban terfaktor (beban kerja dikalikan dengan faktor beban)
diterapkan pada struktur.
Akhirnya, sejak tahun 1971, ACI telah menetapkan cara USD sebagai metoda standard, dan
prosedur WSD sebagai metoda alternatif.

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-4


Struktur BB mendapatkan Pembebanan sampai Batas
Beton : K-300 fc = 24.90 MPa ; Baja : Grade-40 fy = 276 MPa
P P

Balok sebelum
Balok setelah deformasi 4 cm
deformasi
AS' = 5 D16

50 cm Sengkang :
12 - 12.50 cm

AS' = 5 D19

4 cm

30 cm

l/3 l/3 l/3

Keterangan untuk gambar-gambar di halaman berikut :


0 = Awal pembebanan 1 = Awal leleh tulangan tarik 2 = Selimut tekan beton pecah
3 = Awal strain-hardening 4 = Keadaan batas (Ultimate)

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-5


Struktur BB mendapatkan Pembebanan sampai Batas
( Lanjutan )
Hubungan Momen - Putaran Sudut Penampang Hubungan Tegangan - Regangan Beton
Beton : f c ' = 24.90 MPa, Baja : f y = 276 MPa K-300 : f c ' = 24.90 MPa, f cu ' = 27.50 Mpa, cu ' = 0.0069

3.50 30

4
( N.mm )

3.00
4 25
2 3
1 2 3

Tegangan, fc' (MPa)


2.50
20
2
Momen, M = Koef. x bh

2.00 1
15
1.50
10
1.00

5
0.50 0
0
0.00 0
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070 0.080 0.000 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007
Putaran Sudut, ( Rad ) Regangan, c '

Hubungan Tegangan - Regangan Baja Tul. Tarik Hubungan Tegangan - Regangan Baja Tul. Tekan
Grade-40 : f y = 276 MPa Grade-40 : f y = 276 MPa

550 550
500 500
450
4 450
400 400

Tegangan, fs' (MPa)


Tegangan, fs (MPa)

350 1 3 350
300 300
4
250 250
2
200 200 3
150 150 2
100 100 1
50 0 50 0
0 0
0.000 0.025 0.050 0.075 0.100 0.125 0.150 0.175 0.000 0.025 0.050 0.075 0.100 0.125 0.150 0.175
Regangan, s Regangan, s '

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-6


Profil regangan di dalam Penampang dan tegangan beton yang
dihasilkannya
(b) (c)
(a) (d)
C

d jd
h
(a) (b) (c) (d)
M

T T
b
(a) = Elastik v (d) = Keadaan batas
jd = panjang lengan momen dalam = jarak antara titik tangkap kerja gaya-gaya C dan T.
M = T . jd = C . jd

Semakin tinggi tingkat pembebanan :


Semakin besar regangan beton Semakin besar regangan baja Semakin naik garis netral
Semakin besar tegangan beton Semakin besar tegangan baja Semakin besar lengan momen dalam
Semakin besar gaya C Semakin besar gaya T Semakin besar momen dalam M

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-7


Regangan, Tegangan dan Gaya -gaya Dalam Penampang
Gaya-gaya
cu' k 3 . fc '

C = k1 . k3 . fc' . b c
k2 . c
c

d garis netral M
h

As
t
T = As . fy
b s
(a) (b) (c)

Teg. silinder : fc
k1 k2 k3 cu
psi N/mm2
Parameter-parameter tegangan beton 2000 13.80 0.86 0.48 1.03 0.0037
dalam keadaan kekuatan batas menurut 3000 20.70 0.82 0.46 0.97 0.0035
percobaan Hognestadt dkk. 4000 27.60 0.79 0.45 0.94 0.0034
5000 34.50 0.75 0.44 0.92 0.0032
6000 41.40 0.71 0.42 0.92 0.0031
7000 48.30 0.67 0.41 0.93 0.0029

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-8


Beberapa hasil percobaan
lain, dan perbandingannya
dengan nilai-nilai yang
ditetapkan oleh ACI

Momen penampang dari gambar di depan :


M = k1k 3 f c ' bc (d k 2 c ) = As f y (d k 2 c )
Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-9
Cmpl!Ufhbohbo!Uflbo!Cfupo!Flxjwbmfo
cu' k3 . fc' 0.85 fc'

a = 1 . c
C = k1 . k3 . fc' . b c C = 0.85 fc' . b a
k2 . c 0.5 a
c

d garis netral M M
h

As
t
T = As . fy T = As . fy
b s

(a) (b) (c) (d)

a
C = k1 k 3 f c ' bc = 0 .85 f c ' ba k1 k 3 = 0 .85 = 0 .85 1
c
a
k 2 c = 0 .5 a k 2 = 0 .5 = 0 .5 1
c

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-10


1.00

0.90
Koefisien 1

0.80

0.70

0.60

0.50
20 30 40 50 60 70

Tegangan silinder, f c ' ( N/mm2 )

1 = 0.85 .................................. bila : 0 < fc [ 30 MPa


1 = 0.85 0.008 % ( fc 30 ) .. bila : 30 < fc [ 55 MPa
1 = 0.65 .................................. bila : fc > 55 MPa

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-11


Metoda Desain yang berbasis Kekuatan & Kemampuan Layan
1. Provisi Kekuatan
.R m .Q

Faktor reduksi kapasitas [ 1.00 Beban kerja


Faktor beban m 1.00
Kuat ideal / nominal

Faktor beban : 1). U = 1.40 D


2). U = 1.20 D + 1.60 L + 0.50 ( A atau R )
3). U = 1.20 D + 1.00 L ! 1.60 W + 0.50 ( A atau R )
4). U = 0.90 D ! 1.60 W
5). U = 1.20 D + 1.00 L ! 1.00 E
6). U = 0.90 D ! 1.60 E
7). U = 1.20 D + 1.60 L + 0.50 ( A atau R ) + 1.60 H
8). U = 0.90 D ! 1.60 W + 1.60 H
9). U = 0.90 D ! 1.60 E + 1.60 H
10). U = 1.40 ( D + F )
11). U = 1.20 ( D + T ) + 1.60 L + 0.50 ( A atau R )

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-12


Faktor reduksi kapasitas :
1). Lentur tanpa beban aksial, ' = 0.80
2). Beban aksial, dan beban aksial degan lentur :
a). Aksial tarik, ' = 0.80
b). Aksial tekan dengan tulangan spiral, ' = 0.70
c). Aksial tekan dengan tulangan sengkang, ' = 0.65
3). Geser dan Torsi, ' = 0.75
4). Geser pada komponen struktur penahan gempa, ' = 0.55
5). Geser pada joint balok-kolom & balok perangkai yang diberi tul. diagonal, ' = 0.80
6). Tumpu pada beton, kecuali untuk daerah penjangkaran paskatarik, ' = 0.65
7). Daerah penjangkaran paskatarik, ' = 0.85
8). Penampang lentur tanpa beban aksial pada komponen struktur pratarik, dimana panjang -
penanaman strand-nya kurang dari panjang penyaluran yang ditetapkan, ' = 0.75
9). Perhitungan panjang penyaluran yang sesuai dengan Pasal 14 SNI 03-2847-2002, ' = 1.00
10). Untuk lentur, tekan, geser dan tumpu pada beton polos, ' = 0.55

Angka keamanan (SF) Struktur secara keseluruhan :


1.20 DL + 1.60 LL 1
SF = Sesuai dengan kombinasi pembebanan
DL + LL yang dipertimbangkan

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-13


2. Provisi Kemampuan Layan ( Serviceability )
Kinerja struktur pada beban kerja harus mendapatkan perhatian yang seksama, terutama bila kom-
ponen-komponennya didesain berbasis kekuatan. Hal ini disebabkan komponen dengan penam-
pang yang kecil dan penampang dengan tulangan tekan yang kecil mungkin dapat memenuhi
kekuatan yang dibutuhkan, tetapi akan timbul tegangan-tegangan dan deformasi yang sangat besar
pada beban kerja. Karenanya, lendutan-lendutan harus diperiksa agar berada di dalam batas-batas
yang diijinkan. Kontrol terhadap retak juga diperlukan untuk pertimbangan penampilan yang baik
dan keawetan struktur. Karenanya, lebar retak pada beban kerja tidak boleh melampaui batas-
batas yang ditentukan. Batas-batas lendutan dan lebar retak yang dapat diterima sangat sulit di-
tentukan, tetapi peraturan-peraturan bangunan memberikan rekomendasi mengenai hal tersebut,
misalnya ACI 318-1999 mencantumkannya di dalam Pasal 9.5. Secara ringkas dapat disebutkan,
bahwa untuk menjaga agar tidak terjadi lendutan dan lebar retak yang terlalu besar, maka pada
balok dan pelat perlu ditentukan ukuran tinggi atau tebal minimum tertentu.

3. Provisi Daktilitas ( Ductility )


Satu lagi pertimbangan penting ditambahkan pada kriteria desain struktur, yaitu daktilitas (ducti-
lity). Daktilitas adalah kemampuan struktur untuk melakukan deformasi dalam jumlah besar sam-
bil tetap mempertahankan sebagian besar kekuatannya semula. Hal ini dimaksudkan agar struktur
tidak runtuh secara getas (brittle) yang bersifat tiba-tiba, melainkan memberikan peringatan terle-
bih dahulu dengan cara melakukan deformasi yang besar pada pembebanan yang mendekati kapa-
sitas pikul maksimumnya. Karenanya, dia akan memberikan peringatan yang cukup bagi para
penghuni untuk meninggalkannya.
Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-14
Jenis -jenis Kekuatan :
Jenis-jenis
1. Kuat Ideal / Nominal ( Ideal / Nominal Strength ) :
Kuat ideal Ki atau kuat nominal Kn didapatkan dari teori yang memperhitungkan keruntuhan
penampang pada geometri yang diassumsikan dan kekuatan-kekuatan bahan yang sudah
ditentukan. Beberapa aras (level) kuat lainnya, yang disebutkan di bawah ini, akan selalu dikaitkan
dengan kuat ideal atau nominal ini.

22.. Kuat And al ( Dependable Strength ) :


Andal
Ka = ' . Kn dimana : ' [ 1.00
33.. Kuat Mungkin ( Probable Strength ) :
Km = 'm . Kn dimana : 'm > 1.00

4. Kuat Lebih ( Overstrength ) :


Ko = 'o . Kn dimana : 'o > 1.00
Kekuatan baja tulangan yang meningkat dengan strain hardening,
Kekuatan beton yang lebih tinggi daripada yang ditentukan,
Ukuran-ukuran penampang yang lebih besar daripada yang ditentukan,
Timbulnya gaya aksial tekan pada balok-balok akibat kekangan-kekangan ujung,
Pembulatan ke atas pada luasan tulangan yang dihasilkan dari perhitungan desain, dan lain-lain.

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-15


Perbandingan antara Metoda WSD dengan Metoda USD
Beton : K-300 fc = 24.90 MPa ; Baja : ASTM Grade-40 fy = 276 MPa

WSD n . fco
C D E

c
B

d = 46 cm Grs. Netral
h = 50 cm
As = 5 D19
n . As
t = 4 cm F A

b = 30 cm fso

(a) (b) (c)

fc = 24.90 MPa Mod. Elastisitas : Ec = 4700 f c ' = 23 450 N/mm2


Teg. Ijin : f c ' = 0.45 f c ' = 11.20 MPa SNI 2847-2002 Pasal 25.3
Ayat 1 Butir (1)
fy = 276 MPa Mod. Elastisitas : Es = 2 x 105 N/mm2
Teg. Ijin : f S = 140 MPa SNI 2847-2002 Pasal 25.3
Ayat 3 Butir (1)
Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-16
E S 2 10 5
Angka pembanding modulus elastisitas (angka ekwivalensi ) : n = = = 8.50
E 23450
2
19 c

Luas tulangan : AS = 5 = 1417.65 mm2


4
Tulangan ditransformasikan dengan luasan beton ekwivalen : n AS = 8.50 1417 .65
= 12 050 mm2
Garis netral ditentukan dengan kesamaan statik momen antara bagian-bagian penampang yang
di atas dengan yang di bawahnya :
300 c 2 = 12050 (460 c )
1
2
150 c 2 + 12050 c 5543000 = 0
c 2 + 80 .33c 36953 .33 = 0
Persamaan kwadrat dalam c. Akar-akar : c1 & c2 ditentukan dengan rumus abc :
b b 2 4 ac 80 .33 80 .33 2 4(1)( 36953 .33 )
c1, 2 = =
2a 2 1
80 .33 392 .77
=
2
Akar-akarnya : c1 = 156.22 mm & c2 = 236.55 mm ( T.M. )

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-17


Misalkan : Teg. Baja : f S = f S = 140 MPa
o

c
Teg. Beton : f C = fS
o o
maka :
n (460 c )
156 .22
= 140 = 8.47 MPa [ f c ' = 11 .20 MPa (O.K.)
8.50 (460 156 .22 )
Momen terhadap garis netral :
M = f C bc c + AS f S (d c )
1 o 2 o

2 3
8.47 300 156 .22 156 .22 + 1417 .65 140 (460 156.22 )
1 2
=
2 3
= 80 962 290 N.mm = 8.10 ton.m

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-18


USD c' = cu'
0.003 0.85 fc'
A G

c a = 1 . c C
C B

d = 46 cm Grs. Netral
h = 50 cm
As = 5 D19

t = 4 cm F E D
s = y T =As . fy
b = 30 cm = fy /Es
(a) (b) (c)

Keadaan kekuatan batas dicapai pada saat : s = y = fy / Es dan : c = cu = 0.003 ;


Jarak garis netral c dapat ditentukan dengan menyamakan besarnya gaya C dengan gaya T :
0.85 f c ' b 1 c = AS f y
AS f y 1417 .65 276
c= = = 72.50 mm
0.85 f C 'b 1 0.85 24.90 300 0.85
Sehingga momen dalam keadaan batas dihitung :
M = 0.85 f C ' b 1 c c (1 0.50 1 ) + AS f y (d c )
= 0.85 24.90 300 0.85 72.50 72.50(1 0.50 0.85 ) + 1417 .65 276 (460 72.50 )
= 167 929 483 N.mm = 16.79 ton.m

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-19


LLatihan
atihan SSoal-soal
oal-soal
1. Hitung kapasitas pikul momen-momen, baik secara elastik maupun secara kekuatan batas,
pada penampang beton bertulang 225/375 (mm) dengan tulangan tunggal 4 D16 ! Mutu
beton : fc = 24.90 MPa, dan mutu baja : fy = 276 MPa. Tebal selimut beton : t = 35 mm.

Jawab : Dari contoh yang diuraikan di depan didapatkan data sbb. :


fc = 24.90 MPa Mod. Elastisitas : Ec = 4700 f c ' = 23 450 N/mm2
Teg. Ijin : f c ' = 0.45 f c ' = 11.20 MPa
fy = 276 MPa Mod. Elastisitas : Es = 2 x 105 N/mm2
Teg. Ijin : f S = 140 MPa
Angka pembanding modulus elastisitas ( angka ekwivalensi ) :
E S 2 10 5
n= = = 8.50
Ec 23450
16 2
Luas tulangan : AS = 4 = 804.25 mm2
4
Luasan transformasi : n AS = 8.50 804 .25 = 6 836 mm2
Garis netral ditentukan dengan statik momen :
225 c 2 = 6836 (375 35 c )
1
2
112 .50 c 2 + 6836 c 2324240 = 0
Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-20
disederhanakan : c 2 + 60 .76 c 20660 = 0

Persamaan kwadrat dalam c. Akar-akar : c1 & c2 ditentukan dengan :


b b 2 4 ac 60 .76 60 .76 2 4(1)( 20660 )
c1, 2 = =
2a 2 1
60 .76 293 .82
=
2
Akar-akarnya : c1 = 116.53 mm & c2 = 77.29 mm ( T.M. )
Misalkan : Teg. Baja : f S = f S = 140 MPa
o

c
Teg. Beton : f C = fS
o o
maka :
n (340 c )
116 .53
= 140 = 8.59 MPa [ f c ' = 11 .20 MPa
8.50(340 116 .53)
(O.K.)
Sehingga momen elastik atau momen secara WSD :
f C bc c + AS f S (d c )
1 o 2
M WSD =
o

2 3
= 8.59 225 116 .53 116 .53 + 804 .25 140 (340 116 .53 )
1 2
2 3
= 33 910 030 N.mm = 3.39 ton.m

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-21


Keadaan kekuatan batas dicapai pada : s = y = fy / Es dan : c = cu = 0.003 ;
Jarak garis netral c ditentukan dengan menyamakan gaya C dengan gaya T sbb. :
0.85 f c ' b 1 c = AS f y
AS f y 804.25 276
c= = = 54.84 mm
0.85 f C 'b 1 0.85 24.90 225 0.85
Sehingga momen dalam keadaan batas atau momen secara USD dihitung :
M USD = 0 .85 f C ' b 1 c c (1 0 .50 1 ) + AS f y (d c )
= 0.85 24 .90 225 0.85 72 .50 72 .50 (1 0.50 0.85 )......
+ 804 .25 276 (340 54 .84 )
= 75 531 683 N.mm = 7.55 ton.m

2. Balok BD menumpu pada salah satu ujungnya di atas balok AC tepat pada tengah-tengah-
nya. Ukuran bentang balok-balok tersebut seperti terlihat pada gambar di halaman berikut
ini. Balok BD adalah sebagai yang dimaksud dalam Contoh Soal No. 1 di atas, sedangkan
balok AC adalah sebagai yang dibahas dalam Slide hal. 16 Presentasi ini. Tentukan beban
merata q yang meliputi beban mati (berat sendiri balok qDL) dan beban hidup qLL yang
sanggup dipikul, bila dihitung dengan secara elastik maupun secara kekuatan batas.

Jawab : Dari contoh yang telah diuraikan di depan didapatkan data sbb. :

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-22


Balok AC :
MWSD, AC = 8.10 ton.m
qLL MUSD, AC = 16.79 ton.m
C
Balok BD :
MWSD, BD = 3.39 ton.m
MUSD, BD = 7.55 ton.m
B Momen maksimum pada balok BD :
1
M = ql 2
8
A D Masukkan harga : l = 4.00 m maka akan
0 m didapatkan : M = 2q [ton.m]
4.0
Untuk WSD, momen BD :
4. 0 M = 2(q DL + q LL )
0m 0m
4.0 Untuk USD, momen BD :
M = 2(1.20 q DL + 1.60 q LL )
= 2.40 q DL + 3.20 q LL

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-23


1 1 l
Momen maksimum pada balok AC : M = ql 2 + q 4.00
8 2 4
Masukkan harga : l = 8.00 m maka akan didapatkan : M = 12q [ton.m]
Untuk WSD, momen AC : M = 12 (q DL + q LL )
Untuk USD, momen AC : M = 12(1.20 q DL + 1.60 q LL ) = 14.40 q DL + 19.20 q LL

Berat sendiri balok BD : q DL , BD = 0.225 0.375 2.40 = 0.2025 ton/m


Berat sendiri balok AC : q DL , AC = 0.30 0.50 2.40 = 0.36 ton/m

Hitung qLL berdasarkan kemampuan pikul momen elastik balok-balok :


Berdasarkan balok BD : 2(q DL + q LL ) = M WSD , BD
2(0.2025 + q LL ) = 3.39
Selesaikan : qLL = 1.4925 ton/m
Berdasarkan balok AC : 12(q DL + q LL ) = M WSD , AC
12(0.36 + q LL ) = 8.10
Selesaikan : qLL = 0.3150 ton/m

Ambil nilai terkecil dari keduanya : qLL = 0.3150 ton/m Balok. AC menentukan

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-24


Hitung qLL berdasarkan kemampuan pikul momen kekuatan batas balok-balok :
Berdasarkan balok BD : 2.40 q DL + 3.20 q LL = M USD , BD
2.40 0.2025 + 3.20 q LL = 7.55
Selesaikan : qLL = 2.2075 ton/m
Berdasarkan balok AC : 14.40 q DL + 19.20 q LL = M USD , AC
14.40 0.36 + 19.20 q LL = 16.79
Selesaikan : qLL = 0.6045 ton/m
Ambil nilai terkecil dari keduanya : qLL = 0.6045 ton/m Balok. AC menentukan

Besarnya beban hidup yang sanggup dipikul oleh struktur adalah : qLL = 0.3150 ton/m bila
dihitung berdasarkan teori elastik (WSD), dan qLL = 0.6045 ton/m bila dihitung dengan
teori kekuatan batas (USD).
Baik dengan WSD maupun USD, desain ditentukan dengan tercapainya kekuatan balok AC
terlebih dahulu (balok AC runtuh lebih dulu).

Struktur Beton Dasar PS-0463 Dicky Imam Wahjudi Modul - 02 BG-02-25

Anda mungkin juga menyukai