PS-0463
Npevm!. 13
Metoda
Metoda Kekuatan
Kekuatan Batas
Batas pada
pada Struktur
Struktur
Beton
Beton Bertulang
Bertulang
Buku Guru
% "
"" % """""""""""""""""""""
Studi-studi awal struktur beton bertulang didasarkan pada teori kekuatan batas, sebagai con-
tohnya Thullie (1897) dan Ritter (1899). Pada sekitar 1900-an, diluncurkan teori garis lurus
(elastik) oleh Coignet dan Tedesco. Teori ini segera mendapatkan penerimaan yang meluas,
disebabkan oleh sifatnya yang konvensional dan dianggap secara matematika lebih sederha-
na. Sebagai tambahan, beberapa pengujian telah menunjukkan bahwa teori elastik ini, dengan
menentukan nilai-nilai tegangan ijin bahan secara hati-hati, telah menghasilkan struktur yang
berperilaku secara memuaskan pada beban kerja dan menyediakan margin keamanan yang
cukup terhadap bahaya keruntuhan. Sejak saat itu, teori elastik telah dijadikan sebagai dasar
perhitungan desain beton bertulang, dan bertahan untuk beberapa tahun sesudahnya.
Setelah berjalan selama ! 5 dasawarsa lebih sedikit, dengan didasari oleh pengalaman-penga-
laman praktis dan beberapa temuan laboratorium mengenai perilaku struktur beton, maka
nampaklah beberapa kelemahan teori elastik ini. Hal ini menyebabkan dilakukannya penye-
suaian-penyesuaian berkala pada metoda desain dengan tegangan kerja. Dan, nyatalah dengan
segera dapat disimpulkan, bahwa perhitungan memang harus dilakukan dengan mempertim-
bangkan sifat-sifat inelastik dari beton dan baja. Sejak saat itu, teori kekuatan batas (USD =
Ultimate Strength Design) diterima sebagai metoda alternatif, disamping metoda tegangan
kerja (WSD = Working Stress Design) yang ada. Di dalam peraturan bangunan (building
codes), metoda ini muncul, di antaranya di dalam ACI (American Concrete Institute) tahun
1956, dan di wilayah Inggris Raya dengan BS (British Standard) pada tahun 1957 [3].
Balok sebelum
Balok setelah deformasi 4 cm
deformasi
AS' = 5 D16
50 cm Sengkang :
12 - 12.50 cm
AS' = 5 D19
4 cm
30 cm
3.50 30
4
( N.mm )
3.00
4 25
2 3
1 2 3
2.00 1
15
1.50
10
1.00
5
0.50 0
0
0.00 0
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070 0.080 0.000 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007
Putaran Sudut, ( Rad ) Regangan, c '
Hubungan Tegangan - Regangan Baja Tul. Tarik Hubungan Tegangan - Regangan Baja Tul. Tekan
Grade-40 : f y = 276 MPa Grade-40 : f y = 276 MPa
550 550
500 500
450
4 450
400 400
350 1 3 350
300 300
4
250 250
2
200 200 3
150 150 2
100 100 1
50 0 50 0
0 0
0.000 0.025 0.050 0.075 0.100 0.125 0.150 0.175 0.000 0.025 0.050 0.075 0.100 0.125 0.150 0.175
Regangan, s Regangan, s '
d jd
h
(a) (b) (c) (d)
M
T T
b
(a) = Elastik v (d) = Keadaan batas
jd = panjang lengan momen dalam = jarak antara titik tangkap kerja gaya-gaya C dan T.
M = T . jd = C . jd
C = k1 . k3 . fc' . b c
k2 . c
c
d garis netral M
h
As
t
T = As . fy
b s
(a) (b) (c)
Teg. silinder : fc
k1 k2 k3 cu
psi N/mm2
Parameter-parameter tegangan beton 2000 13.80 0.86 0.48 1.03 0.0037
dalam keadaan kekuatan batas menurut 3000 20.70 0.82 0.46 0.97 0.0035
percobaan Hognestadt dkk. 4000 27.60 0.79 0.45 0.94 0.0034
5000 34.50 0.75 0.44 0.92 0.0032
6000 41.40 0.71 0.42 0.92 0.0031
7000 48.30 0.67 0.41 0.93 0.0029
a = 1 . c
C = k1 . k3 . fc' . b c C = 0.85 fc' . b a
k2 . c 0.5 a
c
d garis netral M M
h
As
t
T = As . fy T = As . fy
b s
a
C = k1 k 3 f c ' bc = 0 .85 f c ' ba k1 k 3 = 0 .85 = 0 .85 1
c
a
k 2 c = 0 .5 a k 2 = 0 .5 = 0 .5 1
c
0.90
Koefisien 1
0.80
0.70
0.60
0.50
20 30 40 50 60 70
WSD n . fco
C D E
c
B
d = 46 cm Grs. Netral
h = 50 cm
As = 5 D19
n . As
t = 4 cm F A
b = 30 cm fso
c
Teg. Beton : f C = fS
o o
maka :
n (460 c )
156 .22
= 140 = 8.47 MPa [ f c ' = 11 .20 MPa (O.K.)
8.50 (460 156 .22 )
Momen terhadap garis netral :
M = f C bc c + AS f S (d c )
1 o 2 o
2 3
8.47 300 156 .22 156 .22 + 1417 .65 140 (460 156.22 )
1 2
=
2 3
= 80 962 290 N.mm = 8.10 ton.m
c a = 1 . c C
C B
d = 46 cm Grs. Netral
h = 50 cm
As = 5 D19
t = 4 cm F E D
s = y T =As . fy
b = 30 cm = fy /Es
(a) (b) (c)
c
Teg. Beton : f C = fS
o o
maka :
n (340 c )
116 .53
= 140 = 8.59 MPa [ f c ' = 11 .20 MPa
8.50(340 116 .53)
(O.K.)
Sehingga momen elastik atau momen secara WSD :
f C bc c + AS f S (d c )
1 o 2
M WSD =
o
2 3
= 8.59 225 116 .53 116 .53 + 804 .25 140 (340 116 .53 )
1 2
2 3
= 33 910 030 N.mm = 3.39 ton.m
2. Balok BD menumpu pada salah satu ujungnya di atas balok AC tepat pada tengah-tengah-
nya. Ukuran bentang balok-balok tersebut seperti terlihat pada gambar di halaman berikut
ini. Balok BD adalah sebagai yang dimaksud dalam Contoh Soal No. 1 di atas, sedangkan
balok AC adalah sebagai yang dibahas dalam Slide hal. 16 Presentasi ini. Tentukan beban
merata q yang meliputi beban mati (berat sendiri balok qDL) dan beban hidup qLL yang
sanggup dipikul, bila dihitung dengan secara elastik maupun secara kekuatan batas.
Jawab : Dari contoh yang telah diuraikan di depan didapatkan data sbb. :
Ambil nilai terkecil dari keduanya : qLL = 0.3150 ton/m Balok. AC menentukan
Besarnya beban hidup yang sanggup dipikul oleh struktur adalah : qLL = 0.3150 ton/m bila
dihitung berdasarkan teori elastik (WSD), dan qLL = 0.6045 ton/m bila dihitung dengan
teori kekuatan batas (USD).
Baik dengan WSD maupun USD, desain ditentukan dengan tercapainya kekuatan balok AC
terlebih dahulu (balok AC runtuh lebih dulu).