Anda di halaman 1dari 40

Perencanaan Tebal

Perkerasan Lentur dan


Kaku
Metode Analisa Komponen dan
Bina Marga

Disampaikan oleh :
Kelompok 4
Lathifah Nasayidah Sopian
Slamet Prabowo

Universitas Winaya Mukti


Sistematika Pembahasan
• Pendahuluan
• Perancangan Perkerasan Lentur Metode
Analisa Komponen
• Perancangan Perkerasan Kaku Metode Bina
Marga
• Kesimpulan dan Saran
Pendahuluan
Latar Belakang
Perkerasan jalan merupakan hal yang utama untuk menunjang dalam bertransportasi secara
aman, nyaman dan mudah maka dari itu dibutuhkan perkerasan jalan yang memadai dan
layak untuk dipergunakan. Fungsi paling penting dari suatu struktur perkerasan jalan
adalah untuk menahan beban dari kendaraan tanpa mengalami deformasi yang belebihan.

Oleh karena itu untuk meningkatkan pemahaman mengenai perancangan perkerasan jalan ,
dalam tugas besar ini dibahas bagaimana cara mendesain perkerasan jalan lentur sesuai
metode MAK dan perkerasan jalan kaku sesuai metode Bina Marga
Pendahuluan
Tujuan

Tujuan dari penyusunan tugas besar ini adalah mahasiswa dapat memahami cara
merancang tebal perkerasan jalan baik untuk perkerasan lentur atau kaku sesuai
dengan peraturan dan kaidah yang berlaku.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penyusunan tugas besar ini adalah :
1. Desain tebal perkerasan lentur menggunakan metode Analisa komponen
2. Desain tebal perkerasan kaku menggunakan metode bina marga
Perancangan Perkerasan Lentur Metode
Analisa Komponen
Metode Analisa Komponen dari Bina Marga 1987 Metode ini yang merupakan modifikasi dari
metode AASHTO 1972 revisi 1981. Perkerasan lentur (flexible pavement) dalam perencanaan
ini adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis
permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan di bawahnya.
Pada perencanaan perkerasan lentur, Data lalu lintas yang digunakan untuk
melakukan perhitungan pada ruas STA perencanaan perkerasan lentur ini diambil
7+600 sampai dengan 10+000 disertai data pada tahun 2021, dengan data sebagai
CBR pada setiap STA, yang di jelaskan pada berikut :
tabel berikut :
• Menghitung LHR Awal Umur Rencana
2. Menentukan Konfigurasi Beban Sumbu
3. Menghitung Angka Ekivalen Setiap Kendaraan
4. Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan

LEP = LHR Awal Umur Rencana x Koefisien Distribusi Kendaraan (C) x Angka Ekivalen
(E).
Dengan koefisien distibusi kendaraan adalah 0.5 karena jalan 2 lajur 2 arah
5. Menghitung Lintas Ekivalen Akhir
6. Menghitung Lintas Ekivalen Tengah

7. Menghitung Lintas Ekivalen Rencana


8. Perhitungan CBR Rencana

Maka didapat nilai CBR = 6,8 %


8. Menentukan Nilai ITP

a. Mencari Nilai DDT

b. Menghitung FR
% kendaraan Berat = > 30 %
Curah Hujan = 350 mm/th , FR
=1,0

Maka berdasarkan nomogram tersebut, didapat nilai ITP =


13
Perancangan Perkerasan Kaku Metode Bina
Marga
Metode ini merupakan adaptasi yang dilakukan Departemen Pekerjaan
Umum terhadap peraturan NAASRA 1987 Pavement Design

Konsep utama dalam metode ini adalah ketahanan pelat dalam menerima
beban lalu lintas. Yang menjadi pembatas utama bukanlah kekuatan pelat
dalam menerima tegangan lentur tarik melainkan ketahanan pelat dalam
menerima repetisi tegangan yang timbul akibat beban.
Kondisi Jalan Yang Direncanakan
Jalan akan dibangun selama 2 tahun dengan asumsi
pertumbuhan lalu lintas sebesar 4%/tahun. Dan umur
rencana jalan 20 tahun untuk perkerasan kaku, dengan
asumsi pertumbuhan lalu lintas setelah jalan dioperasikan
sebesar 6%/tahun.
Tahapan Perancangan
Perhitungan CBR Representatif
Untuk mendapatkan nilai CBR, harus memperhitungkan CBR representatif dari setiap dari Tabel
3.1 , dengan frekuensi 90 %. Maka didapatkan nilai CBR seperti pada tabel dan grafik berikut

Maka didapat nilai CBR = 6,8%


Menentukan Lalu Lintas Harian Awal Umur Rencana
Klasifikasi Jenis dan Jumlah yang memiliki beban > 5 Ton
Perhitungan Jumlah Kendaraan Niaga
Perhitungan Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga
Perhitungan Prosentase Beban Sumbu
Perhitungan Repetisi Kumulatif Pada Masing-Masing Sumbu

Maka dengan menggunakan persamaan tersebut, didapat nilai repetisi pada tiap jenis
sumbu beban dimana % beban sumbu mengacu pada perhitungan sebelumnya di tabel 3.9,
contoh perhitungan disajikan sebagai berikut
Repetisi STRT 2,38 Ton = 605.576.476 x 6,54 % x 0,5
Repetisi STRT 2,38 Ton = 19.812.130 sumbu kendaraan
Perhitungan Repetisi Beban dengan Faktor Keamanan

Maka nilai Fkb adalah 1,1 (Jalan di desain sebagai jalan arteri)
Penentuan Jenis dan Tebal Pondasi Bawah
Dalam menentukan tebal pondasi bawah, perlu mengetahui besarnya jumlah repetisi beban yang terjadi pada
jalan yang direncanakan. Nilai repetisi beban pada perencanaan ini sebesar 302.788.238 yang telah dihitung
pada table 3.10 dalam menentukan jenis pondasi dapat menggunakan grafik berikut

Maka pada perencanaan ini digunakan lapis pondasi bawah dengan stabilisasi semen (bahan pengikat) dengan
tebal 150 mm
Penentuan Nilai Modulus Reaksi Lapisan di Bawah pelat ( k gabungan)
Dikarenakan pada perencanaan ini menggunakan lapis pondasi bawah yang diletakan diantara tanah dasar (subgrade)
dengan lapis permukaan. Maka harus memperhitungkan nilai ‘k’ gabungan, pada perencanaan ini nilai modulus elastisitas
lapis pondasi menggunakan nilai 250.000 psi

Maka didapat nilai k gabungan = 6,1


Penentuan Tebal dan Profil Perkerasan Kaku
Pada perencanaan ini, diasumsikan profil perkerasan kaku sebagai berikut:
1. Mutu Beton (f’c) : 40 MPa
2. Mr Beton : 40 kg/〖cm〗^2
3. Tebal Perkerasan : 250 mm

Penentuan Tegangan Yang Terjadi Pelat


Pada tahap ini perhitungan tegangan menggunakan nomogram penentuan tegangan pada pelat Yang berbeda pada
tiap jenis sumbu kendaraaan, dimana hal-hal yang perlu diplotkan kedalam nomogram adalah :
1. Beban sumbu kendaraan yang sudah dikalikan faktor keamanan
2. Modulus reaksi dibawah pelat (k gabungan)
3. Tebal pelat

STRT STRG SDRG


Contoh perhitungan dilakukan pada Sumbu Tandem Roda Ganda dengan beban terfaktor 19,01 yang disajikan pada
gambar berikut
Tegangan yang terjadi terbaca sebesar 14,5 kg/〖cm〗^2 Setiap sumbu kendaraan
dilakukan perhitungan yang sama menggunakan nomogram yang sesuai jenis sumbu
kendaraan, lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
Perhitungan Perbandingan Tegangan
Perbandingan tegangan = Tegangan yang terbaca di nomogram / nilai Mr Beton
Contoh Perhitungan
Perbandingan Tegangan SDRG 19,01 = 14,5/40 = 0,3625, lebih lengkap disajikan pada tabel berikut :
Perhitungan Presentase Fatigue
Dalam memperhitungkan presentase fatigue, dihitung dengan membagi repetisi yang akan terjadi dengan
repetisi yang diijinkan. Namun nilai tegangan yang diperhitungkan adalah nilai tegangan yang terjadi lebih
besar dari 0.51. Jika tegangan yang terbaca dibawah 0,50 maka, repetisi beban yang di ijinkan tidak terhingga
Contoh perhitungan dilakukan pada sumbu SDRG beban terfaktor 19,01 Ton dengan tegangan yang terbaca adalah 0,3625. Maka
repetisi ijinnya adalah tidak terhingga. Lebih lengkapnya disajikan dalam tabel berikut

Dengan tebal pelat = 250 mm


Terlihat bahwa nilai total fatique dibawah 100 % (0 %)
Maka perhitungan pelat tidak perlu diulangi.
Sketsa Profil Tebal Perkerasan
Berdasarkan hasil perencanaan desain didapatkan profil sebagai berikut :
Tebal Perkerasan = 250 mm (Mr = 40 Kg/〖Cm〗^2)
Lapis Pondasi Bawah distabilisasi semen = 150 mm
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil perhitungan untuk menentukan tebal perkerasan lentur dengan metode analisa
komponen, didapatkan hasil sebagai berikut :

Sedangkan untuk tebal perkerasan kaku menggunakan metode bina marga adalah sebagai berikut :

Dari hasil perancangan baik perkerasan lentur maupun perkerasan kaku, penulis sudah memahami cara
merancang tebal perkerasan jalan baik untuk perkerasan lentur atau kaku sesuai dengan peraturan dan kaidah
yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai