TUGAS BESAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Mata Kuliah Konstruksi Jalan Rel
Disusun oleh:
Nama : SLAMET PRABOWO
NIM : 4122321110015
Doseb Pengampu
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas besar ini
dengan judul “Desain Konstruksi Jalan Rel”. Penulis menyadari dengan sepenuh
hati bahwa dalam laporan ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak
bimbingan, dan arahan.
Dalam penulisan laporan tugas besar ini, penulis menyadari laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Akhirnya, penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi Mahasiswa di Universitas Winaya Mukti yang akan
menyusun laporan nanti.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ilustrasi kereta api dan jalan rel.............................................................5
Gambar 2. Ilustrasi konstruksi jalan rel...................................................................6
Gambar 3. Ilustrasi detail rel....................................................................................7
Gambar 4. Jenis-jenis penambat..............................................................................8
Gambar 5. Jenis bantalan.......................................................................................10
Gambar 6. Gaya-gaya tahanan terhadap gaya lateral............................................23
Gambar 7. Momen yang bekerja dibawah kaki rel................................................26
Gambar 8. Klasifikasi berdasarkan jenis tanah......................................................31
Gambar 9. Penampang melintang jalan rel pada jalan datar..................................32
Gambar 10. Penampang melintang jalan rel pada lengkung peralihan..................32
Gambar 11. Diagram alir penelitian.......................................................................37
Gambar 12. Ilustrasi bantalan................................................................................46
Gambar 13. ilustrasi tanah dasar yang menggunakan PVD...................................59
Gambar 14. Network planning PVD......................................................................60
Gambar 15. Metode pemasangan PVD..................................................................61
Gambar 16. pola pemasangan PVD.......................................................................61
Gambar 17. Pemasangan sepatu pelat....................................................................62
Gambar 18. Pemancangan mandrel ke tanah.........................................................62
Gambar 19. Pemotongan PVD diatas tanah...........................................................63
Gambar 20. Pemasangan settlement plate..............................................................63
Gambar 21. Pemasangan extensometer..................................................................64
Gambar 22. Pemasangan open standpipe pm.........................................................64
Gambar 23. Pemasangan vibrating wire pm..........................................................64
Gambar 24. Pemasangan pneumatic piezometer....................................................65
Gambar 25. Pemasangan inclinometer...................................................................65
Gambar 26. Pembongkaran preload......................................................................66
DAFTAR TABEL
Kereta Api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari
lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian
kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Kereta api dalam
menjalankan fungsinya sebagai sarana transportasi bergerak dari satu tempat ke
tempat lainnya berjalan di atas jalan rel. selanjutnya komponen-komponen
struktur jalan rel tersebut dikelompkan menjadi dua kelompok yaitu struktur
bagian atas dan struktur bagian bawah (Hapsoro, 2009).
1
operasi. Atas dasar ini diadakan klasifikasi jalur kereta api sehingga perencanaan
dapat dibuat secara tepat guna. (PM 60 Tahun 2012).
1. Bagaimana merancang struktur jalan rel dengan baik dan benar sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
2. Bagaimana merancang struktur jalan rel menggunakan kecepatan
maksimum 120 km/jam.
3. Bagaimana merancang perbaikan tanah yang direncanakan sebagai area
terbangun untuk konstruksi jalan rel.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari perencanaan konstruksi jalan rel ini
diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Merancang struktur jalan rel dengan baik dan benar sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2. Merancang struktur jalan rel menggunakan kecepatan maksimum 120
km/jam.
3. Merancang perbaikan tanah yang direncanakan sebagai area terbangun
untuk konstruksi jalan rel.
1.4 Manfaat
Dengan adanya tugas besar ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
2
1. Memahami cara merancang struktur jalan rel dengan baik dan benar sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
2. Memahami cara merancang struktur jalan rel menggunakan kecepatan
rencana 120 km/jam.
3. Memahami cara merancang perbaikan tanah yang direncanakan sebagai
area terbangun untuk konstruksi jalan rel.
3
Bab ini mengemukakan metode perencanaan yang digunakan untuk
mendukung pengolahan data yang dikumpulkan selama perencanaan (Metoda
Penyusunan, Metoda Pengumpulan Data, Metoda Analisa Data)
Bab IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
Menyajikan Pembahasan hasil pengumpulan data, hasil pengolahan data
dan penafsiran data (Pengumpulan Data, Hasil Data, Analisa Data, Kesimpulan
Hasil Analisa).
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini perencana mencoba memberikan simpulan implikasi dan
rekomendasi sebagai akhir dari tulisan ini (terkait Tugas Besar).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktur Jalan Rel
Sumber : (antaranews.com)
Balok-balok melintang ini disebut bantalan. Untuk menjaga agar rel tetap
pada kedudukannya, rel tersebut ditambatkan pada bantalan dengan menggunakan
penambat rel. Dengan susunan dan tambatan yang demikian maka susunan dan
struktur rel bantalan penambat rel menjadi suatu rangka yang kokoh. Rangka yang
kokoh tersebut bersambungan secara memanjang membentuk jalur yang disebut
sepur (track). Sepur diletakkan diatas suatu alas yang disebut balas (ballast), yang
selanjutnya dibawah balas terdapat lapisan tanah dasar (subgrade).
(Hapsoro,2009)
5
Selanjutnya komponen-komponen struktur jalan rel dapat dikelompokan
menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut :
1. Struktur bagian atas, yaitu bagian lintasan, terdiri atas rel, bantalan dan
penambat rel beserta pelat landasnya, pelat penyambung.
2. Struktur bagian bawah, yaitu bagian fondasi, terdiri atas balas dan tanah
dasar. (Hapsoro, 2009)
Sumber : (ilmuproyek.com)
1. Rel
6
Gambar 3. Ilustrasi detail rel
Sumber : (Hapsoro,2009)
Adapun jenis-jenis rel yang lazim digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut
Sumber : (Hapsoro,2009)
7
2. Penambat Rel
Sumber : (ocw.upj.co.id)
8
3. Bantalan
1. Mendukung rel dan meneruskan beban dari rel ke balas dengan bidang
sebaran beban lebih luas sehingga memperkecil tekanan yang dipikul
balas,
2. Mengikat/memegang rel (dengan penambat rel) sehingga Gerakan rel
arah horizontal tegak lurus sumbu sepur ataupun arah membujur searah
sumbu sepur dapat ditahan, sehingga jarak antara rel dan kemiringan
kedudukan rel dapat dipertahankan.
3. Memberikan stabilitas kedudukan sepur di dalam balas, dan
4. Menghindarkan kontak langsung antara rel dengan air tanah.
Bantalan dapat terbuat dari kayu, baja, atau beton, sehingga dikenal jenis-
jenis bantalan (sesuai dengan bahannya) sebagai berikut :
1. Bantalan kayu
Terbuat dari batang kayu asli maupun kayu campuran, yang dilapisi
dengan creosote (minyak pelapis kayu) agar lebih awet dan tahan
jamur.
2. Bantalan baja
Merupakan bantalan generasi kedua, lebih awet dari kayu. Bantalan
besi tidak dipasang pada trek yang ter-eletrifikasi maupun pada trek
yang menggunakan persinyalan elektrik.
3. Bantalan beton
Merupakan bantalan modern saat ini, dan paling banyak digunakan
karena lebih kuat, awet, murah dan mampu menahan beban lebih besar
daripada dua bantalan lainnya.
9
Gambar 5. Jenis bantalan
Lapisan diantara lapisan balas dan lapisan tanah dasar adalah lapisan
subbalas. Lapisan ini berfungsi sebagaimana lapisan balas, diantaranya
10
mengurangi tekanan di bawah balas sehingga dapat didistribusikan kepada lapisan
tanah dasar sesuai dengan tingkatannya. (Himawan,2019).
Lapisan tanah dasar merupakan lapisan dasar pada struktur jalan rel yang
harus dibangun terlebih dahulu. Fungsi utama dari lapisan tanah dasar adalah
menyediakan landasan yang stabil untuk lapisan balas dan subbalas. Perilaku
tanah dasar komponen substruktur yang sangat penting yang mana memiliki
peranan yang signifikan berkait pada sifat teknis dan perawatan jalan rel. Pada
tanah dasar yang memiliki daya dukung yang tinggi sebenarnya tidak diperlukan
lapisan balas, namun jika tidak memakai lapisan balas maka bantalan akan mudah
mengalami kerusakan akibat tidak ada yang meredam getaran akibat lintasan
gerbong kereta api (Himawan,2019).
Beban gandar adalah beban yang diterima oleh jalan rel dari satu gandar.
Beban gandar untuk lebar jalan rel 1067 mm pada semua kelas jalur maksimum
11
sebesar 18 ton. Beban gandar untuk lebar jalan rel 1435 mm pada semua kelas
jalur maksimum sebesar 22,5 ton.
Dalam mendesain rel yang akan digunakan terdapat beberapa syarat yang
harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
12
a. Rel harus memenuhi persyarat berikut :
1. Minimum perpanjangan (elongation) 10 %;
2. Kekuatan Tarik (tensile strength) minimum 1175 N/mm2 ;
3. Kekerasan kepala rel tidak boleh kurang dari 320 BHN.
b. Penampang rel harus memenuhi ketentuan dimensi rel
2.2.2 Penambat
Alat penambat yang digunakan adalah alat oenambat jenis elastis yang
terdiri dari system elastis tunggal dan system elastis ganda. Pada bantalan beton
terdiri dari pelat landas (baseplate), clip, tarpon (scre spike)/baut dan cincin per
(lock washer). Alat penambat harus memenuhi persyarat berikut :
a. Alat penambat harus mampu menjaga kedudukan kedua rel agar tetap
kokoh berada di atas bantalan
b. Clip harus mempunyai gaya jepit 900-1000 kgf.
c. Pelat landas harus memikul beban yang ada dengam ukuran sesuai jenis
rel yang digunakan. Pelat landas harus mampu memikul beban yang ada
dengan ukuran sesuai jenis rel yang digunakan. Pelat landas terbuat dari
baja dengan komposisi kimia sebagai berikut :
Carbon : 0,15 – 0,30 %
Silicon : 0,35 % max
Manganese : 0,40-0,80 %
Phospor : 0,050 % Max
Sulphur : 0,05%
d. Alas rel dapat terbuat dari bahan HDPE dan karet atau Poly Urethane
(PU).
e. Seluruh komponen alat penambat harus memiliki identitas produk tercetak
permanen.
13
a. Penyambungan rel dengan pelat sambung harus digunakan apabila tidak
diperkenankan melakukan pengelasan terhadap rel. Sambungan rel terdiri
dari :
1. Dua pelat sambung kiri dan kanan
2. Enam baut dengan mur, ring pegas atau cincin pegas dari baja,
dipasang hanya empat baut untuk menjaga pemanasan rel akibat cuaca.
b. Pemberian tanda pada pelat sambung dilakukan sekurang-kurangnya,
meliputi :
1. Identitas pabrik pembuat
2. Dua angka terakhir tahun produksi
3. Terdapat stemple dari pabrik.
2.2.4 Bantalan
Bantalan berfungsi untuk meneruskan beban kereta api dan berat
konstruksi jalan rel ke balas, mempertahankan lebar jalan rel dan stabilitas ke arah
luar jalan rel.
Bantalan dapat terbuat dari kayu, baja/besi, ataupun beton. Pemilihan jenis
bantalan didasarkan pada kelas dan kondisi lapangan serta ketersediaan.
Spesifikasi masing-masing tipe bantalan harus mengacu kepada persyaratan teknis
yang berlaku. Bantalan terdiri dari bantalan beton, bantalan kayu, dan bantalan
besi, bantalan harus memenuhi persyaratan berikut:
14
tegangan putus (tensile strength) miminum sebesar 16876 kg/cm 2(1655
MPa). Bantalan beton harus mampu memikul momen minimum sesuai
dengan desain beban gandar dan kecepatan.
3) Dimensi bantalan beton
a) Untuk lebar jalan rel 1067 mm :
- Panjang : 2.000 mm
- Lebar Maksimum : 260 mm
- Tinggi Maksimum: 220 mm
b) Untuk lebar jalan rel 1435 mm :
- Panjang : 2.440 mm untuk beban
gandar sampai dengan 22,5 ton; 2.740 mm untuk beban gandar
di atas 22,5 ton
- Lebar Maksimum : 330 mm
- Tinggi di bawah dudukan rel : 220 mm
b. Bantalan kayi, harus memenuhi persyaratan kayu mutu A kelas 1 dengan
modulus Elastistas € minimum 125.000 kg/cm2. Harus mampu menahan
momen maksimum sebesar 800 kg-m, lentur absolute tidak boleh kurang
dari 46 kg/cm 2. Berat jenis kayu minimum = 0,9, kadar air maksimum 15
%, tanpa mata kayu, retak tidak boleh sepanjang 230 mm dari ujung kayu.
c. Bantalan besi harus memiliki kandungan Carbon Manganese Steel Grade
900 A, pada bagian tengah bantalan maupun pada bagian bawah rel,
mampu menaham momen maksimum sebesar 650 kg m, tegangan Tarik
88 – 103 kg m . Elongasi A1 > 10 %
2.2.5 Balas
Untuk menjaga keamanan struktur lapisan balas ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
a. Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar,
dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang
terbesar akibat lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material
pembentuknya harus sangat terpilih.
15
b. Fungsi utama balas adalah untuk meneruskan dan menyebarkan beban
bantalan ke tanah dasar, mengokohkan kedudukan bantalan dan
meluluskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitar
bantalan dan rel.
c. Kemiringan lereng lapisan balas tidak boleh lebih curam dari 1 :2
d. Bahan balas atas dihampar hingga mencapai sama dengan elevai
bantalan.
e. Material pembentuk balas harus memenuhi persyarat berikut :
1. Balas harus teridir dari batu pecah (25-60) mm dan memiliki
kapasitas ketahanan yang baik, ketahanan gesek yang tinggi dan
mudah dipadatkan
2. Material balas harus bersudut banyak dan tajam
3. Porositas maksimum 3 %
4. Kuat tekan rata-rata maksimum 1000 kg/cm 2
5. Specific gravity minimum 2,6
6. Kandungan tanah, lumpur dan organic maksimum 0,5 %
7. Kandungan minyak maksimum 0,2 %
8. Keausan balas sesuai dengan test Los Angeles tidak boleh lebih
dari 25 %.
2.2.6 Subbalas
Terdapat beberapa syarat untuk mendesain lapisan struktur subbalas, yaitu
sebagai berikut :
16
c. Sub-balas harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Material sub-balas dapat berupa campuran kerikil (gravel) atau
kumpulan agregat pecah dan pasir
2. Material sub-balas tidak boleh memiliki kandungan material
organic lebih dari 5 %
3. Untuk material sub-balas yang merupakan kumpulan agregat pecah
dan pasir, maka harus mengundang sekurang-kurangnya 30 %
agregat pecah
4. Lapisan sub-balas harus dipadatkan sampai mencapai 100% γd
menurut percobaan ASTM D 698.
17
4. Lapis dasar harus mampu menopang jalan rel denga naman dan
memberi kecukupan dalam elastisitas pada rel. Lapis dasar juga
harus mampu menghindari tanah pondasi dari pengaruh akibat
cuaca. Bagian terbawah dari pondasi ini memiliki jarak minimum
0,75 m di atas muka air tanah tertinggi.
5. Dalam hal lapis dasar ini terletak pada tanah asli atau tanah galian,
maka diperlukan lapisan drainase yang harus diatur sebagaimana
diperukan. Ketebalan standar untuk lapisan drainase sekurang-
kurangnya 15 cm.
6. Ketebalan minimum lapis dasar haruslah 30 cm untuk mencegah
terjadinya mud pumping akibat terjadinya perubahan pada tanah
isian atau tanah pondasi. Lebar lapis dasar haruslah sama dengan
lebar badan jalan. Dan lapis dasar juga harus memiliki kemiringan
sebesar 5% ke arah bagian luar.
2.3.1 Rel
Rel Panjang dibuar dari beberapa rel pendek yang disambung dengan dilas
di lapangan. Panjang maksimum yang digunakan tergantung jenis bantalan yang
digunakan.
18
E x A x λ x∆T
L=
T
Keterangan :
∆T = Perubahan suhu
B. Dimensi Rel
Wlok
2
P statis=
Jumlah boogie
Jumlah gandar
Keterangan :
Pd = Id x Pstatis
Keterangan :
19
Pd = Beban dinamis roda (kg)
Wlok = Faktor atau indeks beban dinamik dimensionless (nilainya > 1)
Nilai faktor dinamik atau indeks beban dinamik diperoleh dari percobaan empiric
dan parameter kecepatan kendaraan atau kereta api. Nilai indek beban dinamik
juga ditentukan dari kualitas instrument dan komponen jalan rel yang digunakan
dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam perencanaan struktur jalan rel.
Vr
Id = 1 + 0,01 –5
1,609
Keterangan :
λ =
√
4 k
4 EI
dan untuk memperhitungkan nilai momen maksimum, defleksi dan gaya geser
pada setiap titik disepanjang rel akibat gaya titik terpusat dapat dituliskan sebagai
berikut :
Pd
Mm =
4λ
Pd
Ym =
2k
Mm = k. Y
20
Keterangan :
λ = Dumping factor
Untuk mendapatkan nilai tegangan lentur yang terjadi di dasar rel dapat
dinyatakan dalam bentuk
Ma
Sbase =
Wb
Tinjauan terhadap tegangan ijin kelas jalan yang dinyatakan dalam bentuk :
Ma y
Ϭ =
Ix
Keterangan :
Ϭ = Tegangan untuk tinjauan tegangan ijin kelas jalan rel (kg /cm2 ¿
21
Ix = Inersia Penampang Rel (cm 4 ¿
C. Sambungan Rel
Sambungan rel adalah konstruksi yang mengikat dua ujung rel sedemikian
rupa sehingga operasi kereta pai tetap aman dan nyaman. Sambungan rel harus
kuat menahan momen yang timbul, dan gaya dinamik yang bekerja dari
pergerakan roda kereta api, di samping itu konstruksi sambungan rel juga harus
mampu untuk mengakomodasi pemuaian rel, persyaratan sambungan rel :
Pada tempat sambungan rel, di antara dua ujung rel harus ada celah untuk
memberi tempat bagi perubahan Panjang rel akibat suhu (pemuaian). Untuk
menentukan besarnya celah pada sambungan dapat dicari dengan rumus berikut :
G = L x λ x (40 -T) + 2
Keterangan :
22
N = E x A x λ x ΔT
Keterangan :
An = Luas bersih cm 2 ¿
Ϭ = Tegangan dasar pelat baja dan baut sesuai mutu baja (kg /cm 2 ¿
2.3.2 Penambat
Menurut JNR (Japan National Railway), gata push out pada system
penambat rel dapat diperhitungkan menggunakan persamaan berikut ini :
23
Gambar 6. Gaya-gaya tahanan terhadap gaya lateral
Sumber : https://www.scribd.com/document/351418976/BAB-I
F 1(γ 1) 2 Sn
H =2Ƞ W+
F 1 (ξ )1 F 1 ( ξ ) 1+ F 1(γ∗1)
6 EIx
γ = 3
D. a
3
εa W
ξ =
6 EIy
6 EIx
γ* =
k . a3
Keterangan :
24
D = Gaya untuk menkan rel sehingga jalan rel berdefleksi satu satuan
(kg/cm ¿
t = Tebal pelat penyambung (cm)
ε = Konstanta pegas arah lateral dari rel terhadap gaya vertikal (/cm)
ε = 4,5 -5cm-1
μ = 0,65-0,88(dipakai 0,65)
D = 20.000 kg/cm
25
Hitungan kekuatan baut (Pk)
Pk = Ϭ . Fn
Keterangan :
2.3.3 Bantalan
Analisis tegangan pada bantalan didasarkan pada balok terbatas (finite
beam) dengan perhitungan pada faktir kekakuan tertentu. Prosedur perhitungan
dijelaskan berikut ini :
26
λ =
√
4 k
4 EI
Keterangan :
λ = Dumping Factor (cm−1 ¿
E = Modulus elastisitas beton (2,1 x 106 kg /cm 2 ¿
I = Inersia Penampang (cm4 ¿
3. Perhitungan momen di titik C dan D, tepat di bawah kaki rel terdapat
pada persamaan persamaan berikut dan gambar dibawah ini
Sumber : https://www.scribd.com/document/351418976/BAB-I
Q 1
MC/D = [ 2 cosh 2 λa ¿
4 λ sin λ L+ sinh λ L
27
−Q 1
MC/D = [sinh λc(sin λc + sin λ (L-c))
2 λ sin λ L+ sinh λ L
+Sin λc (sinh λc + sinh λ(L-c)) + cosh λc
Cos λ (L-c) – cos λc coshλ(L-c)]
Keterangan :
Q = 60 % Pd
Mo = Momen dititik O
5. Analisis tegangan tahap pratekan awal :
Pinitial P initial . e
σ= − ( sisi atasbantalan bawah rel)
A W
Pinitial P initial . e
σ= + (sisi bawah bantalanbawah rel)
A W
Pinitial P initial . e
σ= − ( sisi atasbantalan tengahrel )
A W
Pinitial P initial . e
σ= + ( sisi bawah bantalantengah rel )
A W
Keterangan :
2.3.4 Balas
Material pada balas atas dan balas bawah mempunyai spesifikasi yang
berbeda, untuk mengoversikan agar menjadi satu kesatuan dalam perhitungan,
Esveld (2001) menggunakan persamaan Odemark (1949) sebagai berikut:
E balas atas
)
28
Keterangan :
σ = kc . y
Keterangan :
29
P. λ 1
y = [2 cosh2 λ a ¿
2 k sin λ L+ sinh λ L
Sinh λ L ¿−sin2 λa ¿ ¿
Keterangan :
30
beban ke lapisan di bawahnya, dan memberikan landasan yang rata pada
kedudukan di tempat balas akan diletakkan.
58 . σ 1
σ =
10+d 1,35
Keterangan :
σ
CBR = . 100 %
Psi
Keterangan :
Psi = Pembebanan CBR; 0,1 Inch = 3000 Psi; 0,2 inch = 4500 Psi *100
Psi = 70,37 kg/cm 2dan 1500 Psi = 105,56 kg/cm 2
Selain menghitung daya dukung tanah dasar, klasifikasi tanah juga penting
untuk mengetahui jenis tanah yang digunakan. Salah satu cara mengklasifikasikan
jenis tanah adalah menggunakan sistem klasifikasi Unified. Berikut cara
mengklasifikasikan jenis tanah menggunakan sistem klasifikasi Unified :
31
Gambar 8. Klasifikasi berdasarkan jenis tanah
Sumber : Das. 1995 Mekanika tanah jilid 1.
Nilai CBR suatu tanah dapar dikorelasikan melalui klasifikasi tanah. Hal
ini memudahkan seseorang dalam menentukan nilai CBR suatu material hanya
melalui klasifikasi tanah. Namun nilai yang diperoleh bukanlah nilai pasti,
melainkan hanya range suatu nilai terhadap jenis klasifikasi tanah.
32
2.4 Penampang Melintang Jalan Rel
Penampang melintang jalan rel adalah potongan pada jalan rel, dengan
arah tegak lurus sumbu jalan rel, dimana terlihat bagian-bagian dan ukuran ukuran
jalan rel dalam arah melintang
33
2.5 Geometrik Jalan Rel
Perencanaan geometri jalan rel merupakan bagian dari perencanaan yang
dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi
dasar dari jalan rel yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada masyarakat.
Gepmetri jalan rel direncanakan berdasarkan pada kecepatan rencana serta
ukuran-ukuran kereta yang melewatinya dengan memperhatikan faktor keamanan,
kenyamanan, ekonomi dan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.
2.5.1 Kelandaian
Berikut syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk kelandaian :
34
Tabel 10. Landai penentu maksimum berdasarkan kelas jalan rel
35
Tabel 11. Jari-jari minimum lengkung berdasarkan kecepatan rencana
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam Menyusun laporan ini penulis membuat sebuah alur kegiatan
sebagai bentuk penggambaran secara singkat tahapan yang dilakukan, Adapun
prosedurnya adalah sebagai berikut :
Mulai
Rumusan
Masalah
Analisis Data
Perencanaan
Struktur Atas
Kontrol Tidak
Desain
Ya
Perencanaan
Struktur Bawah
Kontrol
Tidak
Desain
Ya
37
A
Kesimpulan
Selesai
38
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
39
4.2 Perhitungan Struktur Jalan Rel
4.2.1 Rel
A. Panjang Minimum Rel
Data :
ΔT = T2 – T1 = 33 - 20 = 13°C
E x A x λ x ΔT
L=
r
L = 102,582 m
2L = 2 x 102,582 m = 205,165 m
Syarat :
40
B. Dimensi Rel
Data :
W lokomotif
Jumlah boogie
Pstatis =
JumlahGandar
Jumlah Roda
88200
2
Pstatis =
3
2
= 4900 kg
Vr
Indeks beban dinamis (Id) = 1 + 0,01 −5
1,609
41
250
= 1 + 0,01 −5
1,609
= 2,50376
= 4900 x 2,50376
= 12268,424 kg
λ =
√
4 k
4 EI
=
√
4 180
4 ( 2,1 x 10 ) 3055
6
= 0,0091 cm−1
Pd
Momen max. pada rel (Ma) =
4λ
12268,424
=
4 0,0091
= 337044,615 kg.cm
Ma y
Tegangan yang terjadi (σ) =
Ix
337044,6158,095
=
3055
(Memenuhi)
Ma
Tegangan didasar rel =
Wb
337044,615
=
300
Jadi R.60 memenuhi untuk digunakan pada kecepatan rencana 250 km/jam
dengan berat lokomitf 88200 kg.
42
C. Sambungan Rel
Tipe Rel = R.60
Dimensi Pelat = 520 mm x 116,5 mm x 20 mm
Diameter baut = 35 mm
Tegangan dasar baja baut = 2400 kg /cm2
Luas Penampang Rel (A) = 76,86 cm 2
Modulus elastisitas rel ( E ) = 2,1 x 106 kg /cm 2
Koefisien muai linear (λ) = 2,2 x 10−5 °C
Temperatur max. (t2) = 33°C
Temperatur min (t1) = 20°C
Perubahan suhu (Δt) = 13°C
Jumlah lubang baut = 4 lubang/sisi rel
Wlokomotif = 88200 kg
P = 88200/2 = 44100 kg
Jarak antar baut (a) = 9cm
D = 20 cm
Panjang rel (L) = 275 m = 275000 mm
1. Analisis kekuatan Tarik ijin pada pelat
Gaya longitudinal yang terjadi :
N = E . A . λ . Δt
= (2,1 X 106 ¿ ( 76,86 ) ( 2,2 x 10−5 ) (13)
= 46162,116 kg
Pengurangan luas pada pelat akibat pemasangan baut :
= Ø lubang baut x tebal plat x jumlah lubang
= (35+1,5) x 20 x 4
= 2920 m2
Luas bersih :
An = (hxt) – pengurangan luas pada plat
= (520 x 116,5) – 2920
= 7480 mm2 = 74,8 cm 2
Kuat tarik ijin pada plat :
43
Nijin = 0,75 x σ x An
= 0,75 x 2400 x 74,8
= 134640 kg
Nijin > N
134640 > 46162,116 (Memenuhi syarat)
2. Analisis terhadap kekuatan baut
Tegangan geser yang terjadi pada 1 baut :
P/2
τ = 1 2
xπ x Ø
4
44100/2
= 1 2
x π x 25
4
= 1364,185 kg/cm2
Tegangan geser pada baut :
τijin = 0,6 x σ
= 0,6 x 2400
= 1440 kg/cm2
τ < τijin (Memenuhi syarat0
3. Analisis tegangan tarik
Momen yang terjadi :
M = P x jarak tengah sambungan ke baut pertama
= 44100 x 10
= 441000 kg.cm
M .a
Km = 2
2 .d
441000 . 9
= 2
2. 20
= 4961,25 kg
Tegangan tarik yang terjadi :
Km
σytd = 1 2
2. v d
4
44
4961,25
2
= 1
2. v 35
4
= 1381,24 kg/cm 2
Syarat aman :
σytd ≥ σijin
1381,24 ≥ 1680
Sambungan dilakukan Ketika rel mencapai Panjang minimum rely aitu
275 m. Jadi, sambungan dilakukan pada kelipatan STA 275 m.
4.2.2 Penambat
Data :
(ε)
Bantalan (μ)
bantalan (k*)
45
Mutu bantalan (σ) = K-500 = 415 kg/cm2
Panjang penambat = 15 cm
Perhitungan :
6 EIx
γ =
D. a 3
= 8910
ε a3 W
=
6 . EIy
3
4,5 60 44100
= 6
6 .(2,1 x 10 )1063,61
= 3,1985
6 EIy
γ* =
k . a3
6
6(2,1 x 10 )1063,61
= 3
500000 . 60
= 0,155
F γ = 0,294
F = 0,365
F γ* = 0,481
F 1γ 1 T
H + H’ =μ (W +W’) +
F 11 F 11
0,294 200
= 0,65 (44100 +44100) +
0,365 0,222
46
= 47079,04 kg
Pk = σ . Fn
= 39112,829 kg
n = (H+H’) /Pk
= 47079,04/39112,829
= 1,203 = 2 Buah
4.2.3 Bantalan
47
Penampang tepat ditengan bantalan :
Pstatis = 88200 kg
Pd = (Ps/2) x Id
= 44100 x 2,50376
= 110415,816 kg
Q = 60 % . Pd
= 66249,49 kg
Perhitungan :
a. Penampang Rel
48
Titik berat (y) = 10,097 cm
3 3 3
25 x 20 1,5 x 20 1,5 x 20
Inersia penampang = + +
12 36 36
= 17333,33 cm 4
= 20 – 10,097 = 9,903 cm
= 10644,833 / 8,417
= 1264,611 cm3
= 10644,833 / 8,583
= 1240,292 cm3
E = 4700 √ f ' c
= 4700 √ 500
= 143108,35 kg/cm 2
λ =
√
4 k
4 EI
49
=
√
4 180
6
4 2,1 x 10 17333,33
= 0,0059 cm−1
Ditengah bantalan
λ =
√
4 k
4 EI
=
√
4 180
6
4 2,1 x 10 10644,833
= 0,0067 cm−1
L = 290 cm
2c = Lebar sepur
= 106,7 cm
c = 106,7/2
= 53,35 cm
a = (L-2c)/2
= (290 – 106,7) / 2
= 91,65 cm
66249,29 1
MC/D = [2cosh2 λa (cos 2λc + cosh λL
2 0,0059 sin λ L+ sinh λ L
)
50
- 2cos 2 λa (cosh 2λc + cos λ) – sinh 2λa (sin 2λc+ sinh
λL) – sinh 2λa (sinh 2λc + sinh λL )]
Tabel 12. Hasil fungsi trigonometri untuk momen dibawah kaki rel
Sin λ L 0,9902
2Cosh2 λ a 2,3974
Cos 2 λ c 0,8083
Cosh λ L 2,8576
2Cos2 λ a 1,9652
Cosh 2 λ c 1,2048
cos λ L -0,1397
Sinh 2 λ a 0,9761
Sin 2 λ c 0,5888
sinh λ L 2,6769
Sin 2 λ a 0,7607
sinh 2 λ c 0,6719
Sumber : Pribadi
Ditengah Bantalan
−66249,29 1
MO = [sinh λc (sin λc + sin λ (L-
20,0067 sin λ L+ sinh λ L
c))
51
Sin λ L 0,931528
Sinh λ L 2,676904
sin h λc 0,319988
sin λc 0,309593
sin λ (L-c) 0,999891
sinh λc 0,365105
sinh λ(L-c) 2,338583
cosh λc 1,064567
cos λ(L-c) -0,01476
Cos λc 0,936794
cosh λ(L-c) 2,543417
Sumber : Pribadi
MO = -5211,35 Kg/cm
52
Ditengah bantalan
Pinitial = Pstatis x 2,27024
= 88200 x 2,27024
= 200235,168 kg
e = Mo/D/Q
= 5211,5187/66249,29
= 0,132 cm−1
Sisi atas
Pinitial Pinitial .e
σ = –
A Wa
200235,168 200235,168. 0,132
= –
530 1264,611
= 356,91 < 600 (Terpenuhi)
Sisi bawah
Pinitial Pinitial .e
σ = –
A Wa
200235,168 200235,168. 0,132
= –
530 1264,611
= 356,91 < 600 (Terpenuhi)
Pinitial Pinitial .e
σ = –
A Wb
200235,168 200235,168. 11,10
= –
530 1716,667
= 362,41 < 600 (Terpenuhi)
53
= 11,10 cm−1
Sisi atas
Pinitial Pinitial .e
σ = –
A Wa
157327,6 157327,6 .11,10
= –
530 1264,611
= 296,844 < 600 (Terpenuhi)
Sisi bawah
Pinitial Pinitial .e
σ = –
A Wb
157327,6 157327,6 .11,10
= –
530 1716,667
= 150,23 < 600 (Terpenuhi)
Ditengah bantalan
Pinitial = Pstatis x 1,78376
= 88200 x 1,78376
= 157327,6 kg
e = Mo/D/Q
= 5211,5187/66249,29
= 0,132 cm−1
Sisi atas
Pinitial Pinitial .e
σ = –
A Wa
157327,6 157327,6 .0,132
= –
530 1264,611
= 280,42< 600 (Terpenuhi)
Sisi bawah
Pinitial Pinitial .e
σ = –
A Wa
157327,6 157327,6 .0,132
= –
530 1264,611
= 284,74 < 600 (Terpenuhi)
54
4.2.4 Jarak Pengereman
Perhitungan jarak pengereman menggunakan rumus minden, yaitu
3,85 V 2
L=
6,1 .ψ . 1+(λr
10 )
±ir
Keterangan :
i : Lereng/kemiringan (%)
ir : Ci . I
λr : C1 . λ
55
323
= x100 %
468,2
= 68,98 %
2
3,85 120
L=
(
6,1 .1 . 1+
0,6898
10
±0)
55440
L=
48,1778
55440
L=
48,1778
L=1150,74 m
Keterangan :
x : CBR (%)
56
Batas atas kohesi = 0,165 x – 0,28
3,15 % = x
4,84 % = x
= 42,752 MPa
Hc = 0,9 (Hbalas
√
3 Ebalas
E subbalas √
+ Hsubbalas
3 Esubbalas
E tanah dasar
= 0,9 (30
√
3
122,690
+
√
150,264 3 122,690
42,752
)
= 29,96 cm
2. Hitung tekanan dibawah bantalan yang bekerja terhadap balas
Data :
Kecepatan Maksimum (vmaks) = 120 km/jam
57
Kecepatan rencana = 1,25 x vmaks
= 1,25 x 120
= 150 jm/jam
Berat lokomotif (Ps) = 88200 kg
Indeks beban dinamis (Id) = 2,5037
Beban dinamis = P s x Id
= 88200 x 2,5037
= 220826,34 kg
Lebar bantalan (b) = 28 cm
Modulus elastisitas beton (E) = 143108,351 kg/cm 2
Panjang bantalan (L) = 290 cm
Lebar sepur (2c) = 106,7 cm
c = 53,35 cm
Jarak tepi bantalan dengan titik = 53,35 cm
Inersia penampang bantalan = 17333,33 cm 4
Dibawah kaki rel (Ix)
Koefisien balas = 13,5 kg/cm 2
Modulus balas (k) = b x ke
= 28 x 13,5
= 378 kg/cm 2
Perhitungan :
=
√
4 378
4 143108,53117333,333
= 0,0140 cm−1
Lendutan maks. Pada bantalan
88200 .0,014 1
y = [2 cosh2 λ a ¿
2 378 sin λ L+ sinh λ L
58
2 cos 2 λ a (cosh 2 λ c +cos λ L¿+ sinh2 λa ¿ ¿
Sinh λ L ¿−sin2 λa ¿ ¿
Sin λ L -0,7946
2Cosh2 λ a 4,9521
Cos 2 λ c 0,0769
Cosh λ L 28,9958
2Cos2 λ a 0,9923
Cosh 2 λ c 2,3393
cos λ L -0,6071
Sinh 2 λ a 3,8235
Sin 2 λ c 0,9970
sinh λ L 28,9785
Sin 2 λ a 0,8869
sinh 2 λ c 2,1147
Sumber : Pribadi
y = 2,623 cm
= 13,5 x 2,518
= 33,988 kg/cm 2
1. Hitung tegangan yang bekerja pada balas terhadap subbalas dan tanah
dasar
Data :
Tegangan yang bekerja pada balas (σ1) = 33,988 kg/cm 2
Tebal balas ekuivalen = 29,96 cm
59
Safety Factor (SF) =2
Perhitungan :
58 . σ 1
Tegangan pada tanah dasar (σ2) = 1,35
10+d
58 . 33,988
= 1,35
10+29,96
= 18,172 kg/cm 2
2. Korelasi nilai tegangan tanah dasar terhadap nilai CBR
Data :
= (4 x 105,56 x 2) / 100
= 8,448 kg/cm2
60
Gambar 13. ilustrasi tanah dasar yang menggunakan PVD
Sumber : Geoengineer.org
PVD adalah lembaran plastik untuk drainase vertikal yang panjang dan
berkantung yang merupakan kombinasi antara bahan inti (core)
polypropylene berkekuatan mekanik tinggi dan lapisan pembungkus dari
bahan geotekstil.
Fungsi PVD adalah untuk mempersingkat jarak tempuh air pada pori-pori
tanah sehingga mengurangi waktu yang diperlukan untuk membuat tanah
padat karna Air akan mengalir secara lateral ke saluran terdekat, lebih
cepat dibandingkan aliran vertikal (tanpa PVD)
61
PVD sangat bagus digunakan untuk proyek-proyek konstruksi di daerah
yang banyak dijumpai daerah rawa-rawa, persawahan seperti
pembangunan konstruksi jalan rel yang juga menggunakan PVD.
62
Gambar 15. Metode pemasangan PVD
Sumber : (Kuswanda,2016)
63
Gambar 17. Pemasangan sepatu pelat
Sumber : (Kuswanda,2016)
64
Gambar 19. Pemotongan PVD diatas tanah
Sumber : (Kuswanda,2016)
65
Gambar 21. Pemasangan extensometer
Sumber : (Kuswanda,2016)
Sumber : (Kuswanda,2016)
66
Gambar 24. Pemasangan pneumatic piezometer
Sumber : (Kuswanda,2016)
67
Gambar 26. Pembongkaran preload
Sumber : (Kuswanda,2016)
4.2.8 Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis didapatkan, bahwa desain struktrur jalan rel adalah
sebagai berikut:
1. Rel
a. Lebar sepur : 1067 mm
b. Tipe rel : R-60
c. Panjang rel minimum : 275 m
d. Mutu baja pelat dan baut : 33 mm
e. Jumlah baut/sisi : 4 sisi
2. Penambat
Digunakan penambat tipe pandrol E-Clip dengan Ø 20 mm dengan
pelengkap pelat landas rubber pad
3. Bantalan
a. Mutu beton : K-500
b. Jarak antar bantalan : 60 cm
68
a. Lebar atas bantalan : 25 cm’
b. Lebar bawah bantalan : 28 cm
c. Tinggi bantalan : 17 cm
5. Tanah dasar
Pada bagian tanah dasar dilakukan perbaikan tanah dengan prefabricated
vertical drain
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil desain konstruksi jalan rel ini, penulis mendapatkan beberapa
manfaat sebagai berikut :
1. Memahami perancangan struktur jalan rel dengan baik dan benar sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
2. Memahami tata cara merancang struktur jalan rel menggunakan kecepatan
maksimum 120 km/jam.
3. Memahami dalam merancang perbaikan tanah yang direncanakan sebagai
area terbangun untuk konstruksi jalan rel.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran untuk melengkapi tugas besar ini, yaitu sebagai
berikut :
70
DAFTAR PUSTAKA
Utomo, Suryo Hapsoro Tri. 2009. Jalan Rel. Yogyakarta : Beta Offset
Yogyakarta
71