Anda di halaman 1dari 48

TUGAS BESAR PROYEK I

PERANCANGAN KONSTRUKSI JEMBATAN

Dibuat untuk memenuhi nilai pada Mata Kuliah Proyek Mini Perancangan
Kontruksi Jembatan di Program Studi Teknik Sipil

Dosen Pengampu :
Debby Sinta Devi, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
Muhammad Andriansyah
2019250063

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Besar Proyek I ini tepat pada waktunya.
Tugas besar ini berisikan tentang perhitungan perencanaan rangka jembatan
baja, yang dimulai dari kelengkapan data teknik jembatan sampai dengan gambar
jembatan lengkap dengan sambungan.
Keberhasilan dalam menyelesaikan laporan Tugas Besar Proyek I ini tidak
lepas dari bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
atas selesainya Tugas Besar ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Denie Chandra, S.T., M.T., IPM selaku Dosen Mata Kuliah Proyek
I (Perencanaan Konstruksi Jembatan).
2. Ibu Debby Sinta Devi, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Proyek I (Perencanaan Konstruksi Jembatan).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Besar Proyek I ini masih
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas Besar Proyek I (Perencanaan
Konstruksi Jembatan) ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................1
1.3. Tujuan.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beban Yang Bekerja Pada Jembatan.........................................2
2.2. Beton Prategan...........................................................................4
BAB III PERENCANAAN KONSTRUKSI JEMBATAN
3.1. Perencanaan Struktur Atas ..........................................................7
3.1.1. Plat Lantai Kendaraan............................................................7
3.1.2. Sandaran...............................................................................16
3.2. Perencanaan Struktur Bawah .................................................... 20
3.2.1. Plat Injak..............................................................................20
3.2.2. Pondasi................................................................................ 22
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan.................................................................................41
4.2. Saran...........................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................42
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Beban Lajur "D"........................................................................... 3


Gambar 2.2. Pembebanan Truk "T".................................................................. 4
Gambar 2.3. Distribuso Tegangan Pada Beton..................................................5
Gambar 2.4. Konsep Prategang Menurut fugene freggsinet..............................6
Gambar 3.1. Beban 1 Roda Di Tengaj Plat....................................................... 8
Gambar 3.2. Penyebaran Beban 1 Roda Di Tengah Plat .................................. 9
Gambar 3.3. Beban 2 Roda Berdasarkan Jarak 100 cm Di Tengah Plat......... 10
Gambar 3.4. Penyebaran Beban 2 Roda Berdekatan....................................... 10
Gambar 3.5. Tampak Atas Penyebaran Beban Roda...................................... 11
Gambar 3.6. Distribusi Momen Pada Plat ...................................................... 12
Gambar 3.7. Tinggi Efektif Penulangan Plat.................................................. 13
Gambar 3.8. Penulangan Plat Lantai Kendaraan............................................. 16
Gambar 3.9. Resultan Gaya Pada Pipa Sondoran........................................... 17

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan
kalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah, dimana rintangan ini
biasanya jalan berupa lain yaitu jalan air atau jalan lalu lintas biasa (Struyk,
1995). Jembatan memiliki arti penting bagi setiap orang, dengan tingkat
kepentingan yang berbeda-beda tiap orangnya (Supriyadi, 2000). Menurut Dr. Ir.
Bambang Supriyadi, jembatan bukan hanya kontruksi yang berfungsi
menghubungkan suatu tempat ke tempat lain akibat terhalangnya suatu rintangan,
namun jembatan merupakan suatu system transportaasi, jika jembatan runtuh
maka system akan lumpuh.
Tipe jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah
peradaban manusia, dari tipe yang sederhana sampai dengan tipe yang kompleks,
dengan material yang sederhana sampai dengan material yang modern. Jenis
jembatan yang terus berkembang dan beraneka ragam mengakibatkan seorang
perencana harus tepat memilih jenis jembatan yang sesuai dengan tempat
tertentu.
Perencanaan sebuah jembatan menjadi hal yang penting, terutama dalam
menentukan jenis jembatan apa yang akan digunakan. Penggunaan metode yang
tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan
pada suatu proyek konstruksi. Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat
biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada Tugas besar Proyek I ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana model struktur rangka.
2. Bagaimana perhitungan gaya batang yang terjadi pada rangka.
3. Bagaimana perhitungan gaya batang akibat beban dinamis (berjalan).
4. Bagaimana pembebebanan pada jembatan.
2

5. Bagaimana perancangan batang diafragma dan rangka utama


6. Bagaimana perencanaan sambungan.

1.3 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu mengolah, menganalisa, dan merencanakan
suatu jembatan rangka baja sesuai dengan ilmu yang telah dipelajari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban Yang Bekerja Pada Jembatan


Dalam merencanakan jembatan harus berdasarkan standar yang ditetapkan,
dalam hal ini standar yang digunakan adalah SNI 1725:2016 Pembebanan untuk
Jembatan. Dalam standar ditetapkan persyaratan minimum untuk pembebanan
beserta batasan penggunaan setiap beban, faktor beban dan kombinasi
pembebanan yang digunakan untuk perencanaan jembatan jalan raya, termasuk
jembatan pejalan kaki serta bangunan sekunder terkait dengan jembatan tersebut.
Beban yang bekerja pada jembatan sangat beragam, seperti berat sendiri
jembatan, beban mati tambahan, beban lalu lintas dan beban akibat lingkungan.
Berat sendiri adalah berat bagian tersebut dan elemen-elemen struktural lain yang
dipikulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian jembatan yang
merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang
dianggap tetap sedangkan Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang
membentuk suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non- struktural,
dan besarnya dapat berubah selama umur jembatan.
3

Selain beban mati beban lalu lintas yang melewati jembatan harus
diperhitungkan juga. Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas
beban lajur "D" dan beban truk "T". Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar
jalur kendaraan dan menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen
dengan suatu iring-iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur
"D" yang bekerja tergantung pada lebar jalur kendaraan itu sendiri. Beban lajur
"D" terdiri atas beban terbagi rata (BTR) yang digabung dengan beban garis
(BGT) seperti terlihat dalam Gambar 1. Beban terbagi rata (BTR) mempunyai
intensitas q kPa dengan besaran q tergantung pada panjang total yang dibebani L
yaitu seperti berikut :

Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan


4

tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah
49.0 kN/m. Selain beban “D”, terdapat beban lalu lintas lainnya yaitu beban truk
"T". Beban truk "T" tidak dapat digunakan bersamaan dengan beban “D”. Beban
truk dapat digunakan untuk perhitungan struktur lantai.

Pembebanan truk "T" terdiri atas kendaraan truk semi-trailer yang


mempunyai susunan dan berat gandar seperti terlihat dalam Gambar 2. Berat dari
tiap-tiap gandar disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan
bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 gandar
tersebut bisa diubah-ubah dari 4.0 m sampai dengan 9.0 m untuk mendapatkan
pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.
2.2 Beton Prategang
Beton prategang merupakan beton bertulang yang telah diberikan tegangan
tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam akibat beban kerja.
(SNI 03-2847-2002). Beton prategang juga dapat didefinisikan sebagai beton
dimana tegangan tariknya pada kondisi pembebanan tertentu dihilangkan atau
dikurangi sampai batas aman dengan pemberian gaya tekan permanen, dan baja
prategang yang digunakan untuk keperluan ini ditarik sebelum beton mengeras
(pratarik) atau setelah beton mengeras (pascatarik).
Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu material yang tahan
terhadap tekanan, akan tetapi tidak tahan terhadap tarikan. Sedangkan baja adalah
suatu material yang sangat tahan terhadap tarikan. Dengan mengkombinasikan
antara beton dan baja dimana beton yang menahan tekanan sedangkan tarikan
ditahan oleh baja akan menjadi material yang tahan terhadap tekanan dan tarikan
5

yang dikenal sebagai beton bertulang ( reinforced concrete). Jadi pada beton
bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan, sedangkan tegangan Tarik
dipikul oleh baja sebagai penulangan (rebar). Sehingga pada beton bertulang,
penampang beton tidak dapat efektif 100 % digunakan, karena bagian yang
tertarik tidak diperhitungkan sebagai pemikul tegangan. Hal ini dapat dilihat pada
sketsa gambar dibawah ini. Suatu penampang beton bertulang dimana penampang
beton yang diperhitungkan untuk memikul tegangan tekan adalah bagian diatas
garis netral (bagian yang diarsir), sedangkan bagian dibawah garis netral adalah
bagian tarik yang tidak diperhitungkan untuk memikul gaya tarik karena beton
tidak tahan terhadap tegangan tarik.

Gaya tarik pada beton bertulang dipikul oleh besi penulangan (rebar).
Kelemahan lain dari konstruksi beton bertulang adalah berat sendiri (self weights)
yang besar, yaitu 2400 kg/m3, dapat dibayangkan berapa berat penampang yang
tidak diperhitungkan untuk memikul tegangan (bagian tarik). Untuk mengatasi ini
pada beton diberi tekanan awal sebelum beban- beban bekerja, sehingga seluruh
penampang beton dalam keadaan tertekan seluruhnya, inilah yang kemudian
disebut beton pratekan atau beton prategang (prestressed concrete).
Dengan memberikan tekanan terlebih dahulu (pratekan) pada bahan beton
yang pada dasarnya getas akan menjadi bahan yang elastis. Dengan memberikan
tekanan (dengan menarik baja mutu tinggi), beton yang bersifat getas dan kuat
memikul tekanan, akibat adanya tekanan internal ini dapat memikul tegangan
tarik akibat beban eksternal. Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar 4.
Akibat diberi gaya tekan (gaya prategang) F yang bekerja pada pusat berat
penampang beton akan memberikan tegangan tekan yang merata diseluruh
penampang beton sebaesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton tersebut.
6

Akibat beban merata (termasuk berat sendiri beton) akan memberikan tegangan
tarik dibawah garis netral dan tegangan tekan diatas garis netral yang besarnya
pada serat terluar penampang adalah :
7

BAB III

PERENCANAAN KONSTRUKSI JEMBATAN

3.1. Perencanaan Struktur Atas


Bahan Struktur
Mutu Beton
- Kuat Tekan Beton (fc’) = 39,84 Mpa
- Mutu Beton (K) = 39,84 x 10 / 0,83
= K-480
- Modulus Elastik (Ec) = 4700 x √ fc ' =29665,9 Mpa
- Angka Poisson (u) = 0,2
Ec
- Modulus Geser (G) = = 9792 Mpa
2 x 1+ u
- Koef. Muai Panjang Beton = 1,0, E-05 ˚C

Mutu Baja
- Baja Tulangan D > 12 mm = U-39
- Tegangan Leleh Baja (fy) = 39 x 10 = 390 Mpa
- Baja Tulangan D ≤ 12 mm = U-24
- Tegangan Leleh Baja (fy) = 24 x 10 = 240 Mpa

Specific Gravity
- Beton Bertulang/Pratekan ( γ c ) = 2500 kN /m3
- Beton Tidak Bertulang/Rabat (γ ' w ) = 2400 kN /m3
- Perkerasan Jalan Beraspal (γ a ) = 2200 kN /m3
- Berat Jenis Air ( γ w ) = 1000 kN /m3

3.1.1. Plat Lantai Kendaraan


a) Data Perencanaan
- Tebal slab lantai jembatan (ts) = 0,2 m
- Tebal perkerasan aspal (ta) = 0,035 m
- Tinggi genangan air hujan (th) = 0,05 m
- Mutu Beton (fc’) = 25 Mpa
- Mutu baja (fy) = 280 Mpa
- Jarak antar girder (s) = 1,5 m
- Bentang (L) = 17 m
- Diameter tulangan utama = D-16
- Berat jenis (BJ) beton ( γ c ) = 2400 kg/m³
- Berat jenis (BJ) aspal ( γ a ) = 2200 kg/m³

7
8

- Berat jenis (BJ) air hujan (γ w ) = 1000 kg/m³

b). Pembebanan
1. Beban Tetap (Mati)
Beban tetap per 1 m2 adalah sebagai berikut :
Berat sendiri plat = 0,2 x 1 x 2500 = 500 kg/m
Berat perkerasan aspal = 0,035 x 1 x 2200 = 77 kg/m
Berat air hujan = 0,05 x 1 x 1000 = 50
kg/m
Jumlah qd = 625 kg/m
qu = 1,2 x qd
= 1,2 x 625
= 750 kg/m = 7,50 kN/m
Perhitungan koefisien momen maksimum diambil dari Tabel
GTBPP hal.24:
1 2 1
Mlap = ql = x 7,50 x 1,52 = 1,53 kNm
11 11
1 1
Mtump = qL2 = x 7,50 x 1,52 = 1,69 kNm
10 10
2. Beban Hidup
Distribusi beban pada lantai jembatan akibat beban roda kendaraan,
T = 10 Ton (PPPJJR 1987, Hal 5) yaitu beban yang merupakan
kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda (dual wheel load).
Karena lebar lantai jembatan ≥ 5,5 m, maka ditinjau terhadap 2
kondisi:

- Kondisi I (1 roda ditengah pelat ; as roda belakang) :

Gambar 3.1. Beban 1 Roda di Tengah Plat


L x = 1,5 m
9

L y = 17 m

Sesuai PBBI 1971 hal. 207 ,maka ditentukan :


a = 50 cm
b = 30 cm
bx = lebar penyaluran beban ban dengan sudut
by = lebar penyaluran beban pada arah panjang ban dan sudut
B = lebar penyaluran beban pada arah lebar ban pada plat lantai
kerja

bx=a+2 ( tan145 ˚ 15) = 50 + (2 x 15) = 80 cm

by=b+2 (
tan 45˚ )
1
15 = 30 + (2 x 15) = 60 cm

B= √(by+ Lx)+(bx ) = √(0,6 +1,5)+(0,8)


2 2

= 1,6 t /m2

Gambar 3.2. Penyebaran Beban 1 Roda di Tengah Plat


Jembatan Kelas I = 100 % Muatan Bina Marga
1
T = tekanan as gandar
2
1
= 20
2
= 10 ton = 100 kN
Beban yang diterima plat :
T
q =
0,6
100
=
0,6
= 166,67 kN/m

9
1
0

Faktor pembebanan :
qu =Bxq
= 1,6 x 166,67
= 266,67 kN/m
Reaksi tumpuan :
1
qu x bx ( bx +0,35)
Ra = 2
Lx
266,67 x 0,8(0,4+0,35)
=
1,5
= 106,67 kN
Momen maximum yang terjadi di tengah bentang :
Mo ( )
1 1
= Ra x L x −¿ qu x ¿
2 2
= 106,67 x 0,75 – 133,34 x ¿
= 80,00 - 21,33
= 58,67 kNm
- Kondisi II (2 roda berdekatan jarak 100 cm ditengah plat) :

Gambar 3.3. Beban 2 roda Berdekatan Jarak 100 cm di Tengah Plat


1
1

Gambar 3.4. Penyebaran Beban 2 roda Berdekatan


Jarak 100 cm di Tengah Plat
L x = 1,5 m
L y = 17 m

Jembatan Kelas I = 100 % Muatan Bina Marga


Ra = 0,80 x 266,67
= 213,34 kN
1 1
Mo = ( Lx . Ra) - (bx . qu) x ( bx + 0,1)
2 2
= (0,75 x 213,34) - (0,80 x 266,67) x (0,4 + 0,1)
= 53,34 kNm

Gambar 3.5. Tampak atas penyebaran beban roda


Koefisien tumpuan r = 2/3 (tumpuan jepit bebas) ; r =1/2
(untuk plat yang terjepit penuh pada kedua tumpuannya)
Untuk Ly > 3r Lx dan Sa = 3/4a + 3/4r Lx
Lebar kerja plat (Sa) beban sendiri di tengah :
2
3 x r x Lx = 3 x ( ) x 1,5
3
= 3 m < Ly = 17 m

Maka Sa = ( 34 ) a+( 34 )r . L
x

= ( ) ( 0,80 ) +( )( )(1,5)
3 3 2
4 4 3
= 1,35 m = 135 cm
Lebar kerja plat beban tidak berdiri di tengah :
Ly > r Lx

11
1
2

Maka Sa = ( 34 ) a+( 14 )r . L
x

= ( ) ( 0,80 ) +( )( )(1,5)
3 1 2
4 4 3
= 0,85 m = 85 cm
Sb =a
Sb = 80 cm
Maka lebar kerja manfaat plat yang menentukan
Sa = 85 cm
Sb = 80 cm

Momen :

Gambar 3.6. Distribusi momen pada plat


Dari perhitungan momen (Mo), ternyata Mo maximum pada
saat satu roda ditengah bentang Lx
3 Mo 3 x 50,67
MLx 2 = = = 44,71 kNm
4 Sa 4 x 0,85
2 Mo 2 x 50,67
MTx 2 = = = 42,22 kNm
3 Sb 3 x 0,80
Ly / Lx ≥ 3
ML x 1 1,53
MLy = 4 by = 4(0,3) = 32,21 kNm
1+ 1+
3 Lx 3(1,5)
Momen total
MLx = MLx1 + MLx2
= 1,53 + 44,71
= 46,24 kNm
MTx = MTx1 + MTx2
1
3

= 1,69 + 42,22
= 43,91 kNm
MLy = 32,21 kNm
c). Penulangan
1. Penulangan (arah x lapangan)

Gambar 3.7. Tinggi efektif penulangan plat arah x lapangan


Tebal efektif (dx) = h – p – ½ D tul utama
16
= 200 – 40 –
2
= 152 mm
Tebal efektif (dy) = h – p – ½ D tul utama – D tul. utama
= 200 – 40 – ½ . 16 - 16 = 168 mm
MLx 46,24
Mn = =
0,80 0,80
= 57,8 kNm
RI = 0,85 fc’ = 0,85 x 25 = 21,25 Mpa
β 1 . 450 0,85 . 450
Fmax = = = 0,434
600+fy 600+280
1,4 1,4
Fmin = = =
RI 21,25
0,066
−3
Mn 57,8 x 10
K = 2 =
b . dx . RI ( 1 ) (0,152)2 . 21,25
= 0,12
F = 1− √ 1−2 K = 0,12
Maka :
Fmin < F < Fmax
RI 21,25
As = F . b . dx . = 0,12 .1000 . 152 . =
Fy 280

13
1
4

1384 mm2
Digunakan D16 :
1 2
A = D = 201 mm2
4
Jarak tulangan yang diperlukan :
A .b 201 x 1000
S = = = 145 mm ≈ 150 mm
As 1384
Jumlah tulangan yang diperlukan :
As 1385
n = = = 6,89
A 201
≈7
Digunakan tulangan :
As’ =Axn = 201 x 7 = 1407 mm2
Maka, Dipakai tulangan ϕ16 – 150 (As’ = 1407 mm2 )
Kontrol kapasitas penampang :
As ' . fy 1407 . 280
F= = = 0,122
b . dx . RI 1000. 152 .21,25
Maka :
Fmin < F < Fmax
0,066 < 0,122 < 0,434 ......................... OK!!!!
Kontrol rasio penulangan :
450 Ri 450 21,25
ρmax = β1 x = 0,85 x = 0,033
600+ Fy Fy 600+280 280
1,4 1,4
ρmin = = =
Fy 280
0,005
As ' 1407
ρ = = =
b . dx 1000. 152
0,009
Maka :
ρmax < ρ < ρ m ∈¿¿

0,005 < 0,009 < 0,033 ............................. OK!!!!


2. Penulangan (arah x tumpuan)
1
5

MT x 43,91
Mu = = = 54,89 kNm
0,80 0,80
dx = h – p – ½ D tul utama
16
= 200 – 40 –
2
= 152 mm
−3
Mu 54,89 x 10
K = 2 = = 0, 11
b . dx . RI ( 1 ) (0,152)2 . 21,25
F = 1− √ 1−2 K = 0,11
Maka :
Fmin < F < Fmax
RI 21,25
As = F . b . dx . = 0,11 .1000 . 152 . =
Fy 280
1269 mm2
Maka, Dipakai tulangan ϕ16 – 150 (As’ = 1407 mm2 )
Kontrol kapasitas penampang :
As ' . fy 1407 . 280
F= = = 0,122
b . dx . RI 1000. 152 .21,25
Maka :
Fmin < F < Fmax
0,066 < 0,122 < 0,434 ......................... OK!!!!
Kontrol rasio penulangan :
As ' 1407
ρ= = = 0,009
b . dx 1000. 152
Maka :
ρmax < ρ < ρ min
0,005 < 0,009 < 0,033 ............................. OK!!!!
3. Penulangan (arah y lapangan)
MLy = 32,21 kNm
ML y 32,21
Mn = = = 40,26 kNm
0,80 0,80
dy = h – p – ½ D tul utama – D tul. utama
= 200 – 40 – ½ . 16 - 16

15
1
6

= 168 mm
Mn 40,26 x 10−3
K = = = 0,07
b . dx 2 . RI ( 1 ) (0,168)2 . 21,25
F = 1− √ 1−2 K = 0,07
Maka :
Fmin < F < Fmax
RI 21,25
As = F . b . dx . = 0,07 . 1000 .168 . = 892
Fy 280
2
mm
Maka, Dipakai tulangan ϕ16 – 150 (As’ = 1407 mm2 )
Kontrol kapasitas penampang :
As ' . fy 1407 . 280
F= = = 0,110
b . dx . RI 1000. 168 . 21,25
Maka :
Fmin < F < Fmax
0,066 < 0,110 < 0,434 ......................... OK!!!!
Kontrol rasio penulangan :
As ' 1407
ρ= = = 0,008
b . dx 1000. 168
Maka :
ρmax < ρ < ρ min

0,005 < 0,008 < 0,033 ............................. OK!!!!

Gambar 3.8. Penulangan Plat Lantai Kendaraan


1
7

3.1.2. Sandaran
1. Pipa Sandaran
a) Data Perencanaan
Spesifikasi :
- Mutu beton (fc) = 25 Mpa (250 Kg/cm2)
- Mutu tulangan baja (fy) = 240 Mpa (2400 Kg/cm2)
- Muatan horizontal = 100 Kg/m
- Tinggi tiang sandaran = 50 cm
- Jarak tiang sandaran (L) = 200 cm
- Pipa sandaran :
a. Ǿ 76,3 mm menggunakan BJ 37 (σijin = 1600 kg/cm2)
b. t = 2,4 mm
c. G = 4,37 Kg/m
d. W = 9,98 cm3 (Ir. Sunggono KH. Hal 299)

b) Pembebanan
Beban Vertikal :
- Beban mati = 4,73 kg/m (berat pipa)
- Beban hidup = 100 kg/m
- qVertikal (qv) = (1,2 x 4,73) + (1,6 x 100)
= 165,68 kg/m
Beban Horizontal = 100 kg/m

Gambar 3.9. Resultan gaya pada pipa sandaran

c) Perhitungan
R = √( qv2 )+ H 2 = √ (165,682)+ 1002
Cek kekuatan pipa :
1 1
Mmax = x R x L2 = x 193,52 x 22 = 9676 kg.m
8 8

17
1
8

Tegangan yang terjadi :


M 9676
σ = = = 969,54 kg/cm2 ≤ 1600
W 9,98
kg/cm2 ........OK !!!
Jadi, pipa dengan ϕ7,63 cm dapat digunakan sebagai pipa sandaran

2. Tiang Sandaran
a) Data Perencanaan
Direncanakan dengan ukuran 15/20, yang mampu menahan beban
horizontal sebesar 100 kg dan railing sandaran
- b = 15 cm
- h = 20 cm
- Selimut Beton (p) = 4 cm
- Jarak Tiang Sandaran (L) = 200 cm
- Mutu Beton (fy) = 320 Mpa
- Mutu Baja U-39 (fc’) = 2250 kg /cm2 (22,5 Mpa)
- Ø Tulangan = 12 mm
- Ø Begel = 8 mm
1
- Tulangan Utama (d) =h–p– ØTulangan - ØBegel
2
1
= 200 – 40 – 12 - 8
2
= 146 mm

b) Pembebanan
Gaya momen H sampai ujung trotoar (letak H = 90 cm dari trotoar) :
h = 0,9 + 0,25 = 1,15 m
Muatan horizontal 100 kg/m
Mu = P . L. h
= 100 . 2 . 1,15
= 230 kgm = 2,3 kNm
1
9

c) Penulangan tiang sandaran


- Tulangan lentur
Rasio tulang dan rasio penampang
Mu
Mn = ; φ = 0,8 (Faktor reduksi untuk menahan momen

lentur)
2,3
=
0,8
= 2,875 KNm = 28750 kgcm

RI = 0,85 fc’ = 0,85 x 225 = 191,25


kg /cm2
F
Mu = RI . b . d . F (1− )
2
F
K = F (1− )
2
Mn 28750
K = = = 0,047
2
b . d . RI ( 15 ) (0,146)2 . 191,25
F = 1− √ 1−2 K = 0,0482
β 1 . 450 0,85 . 450
Fmax = = = 0,416
600+fy 600+320
1,4 1,4
Fmin = = = 0,073
RI 191,25
Fmin ≥ F maka diambil Fmin = 0,073
RI 191,25
As = F . b . dx . = 0,073 . 150 .146 . =
Fy 320
95,80 mm2
Maka, Dipakai tulangan 2Ø12 dengan As’ = 226 mm2
Kontrol rasio penulangan
As tulangan yang dipakai adalah 226 mm2
450 RI 450 191,25
ρmax = β1 x = 0,8 x = 0,249
600+ Fy Fy 600+320 320
1,4 1,4
ρmin = = =
Fy 320
0,004

19
2
0

As ' 226
ρ = = =
b . dx 150. 146
0,010
Maka :
ρmax < ρ < ρ min
0,005 < 0,010 < 0,032 ............................. OK!!!!
Perhitungan tulangan geser
V = 100 kg
V 100
Vu = = = 167 kg = 1670 N
φ 0,6
Vc = 0,2 . λ . √ fc .b . d
= 0,2 .1 . √ 25 .150 . 156
= 23400 N > Vu = 1670 N ; Maka tidak perlu tulangan
geser
Dipakai sengkang praktis Ø 8 – 200
2
1

3.2. Perencanaan Struktur Bawah

3.2.1. Plat Injak


a) Data Perencanaan
Spesifikasi :
- Tebal plat (h) = 20 cm
- Mutu Beton (fc’) = 25 Mpa
- Mutu baja (fy) = 280 Mpa
- Panjang (l) =5m
- Lebar (b) = 100 cm
- Berat jenis (BJ) beton ( γ c ) = 2400 kg/m³
- Berat jenis (BJ) aspal ( γ a ) = 2200 kg/m³
- Berat jenis (BJ) air hujan (γ w ) = 1000 kg/m³
- Diameter tulangan utama = 16 mm
- Tebal selimut beton = 4 cm

b) Pembebanan Pelat Injak


Beban tetap per 1 m2 adalah sebagai berikut :
Berat sendiri plat = 0,2 x 1 x 2500 = 500 kg/m
Berat perkerasan aspal = 0,035 x 1 x 2200 = 77 kg/m
Berat air hujan = 0,05 x 1 x 1000 = 50
kg/m
q = 625 kg/m
1
Mmaks = × q × L2
8
1
= × 625 × 22
8
= 312,5 kgm

Beban terpusat (P) :


10
P =
0,6
= 16,667 T = 16667 kg
1
Mmaks = ×P×L
4
1
= × 16667 × 2
4
= 8333,5 Kgm
M total = 312,5 + 8333,5
= 8646 kgm = 86,46 KNm

21
2
2

c) Penulangan Pelat Injak


Tebal efektif (dx) = h – p – ½ D tul utama
12
= 200 – 40 –
2
= 154 mm
Mu 86,46
K = =
b.d 100. 0,154 2
= 5,164 Kn/m 2
RI = 0,85 fc’ = 0,85 x 25 = 21,25 Mpa
β 1 . 450 0,85 . 450
Fmax = = = 0,434
600+fy 600+280
1,4 1,4
Fmin = = =
RI 21,25
0,066
F = 1− √ 1−2 K = 0,12
Maka :
Fmin < F < Fmax
RI 21,25
As = F . b . dx . = 0,12 .1000 . 154 . =
Fy 280
1402 mm2
Digunakan D16 :
1 2
A = D = 201 mm2
4
Jarak tulangan yang diperlukan :
A .b 201 x 1000
S = = = 149,79 mm ≈ 150
As 1402
mm
Jumlah tulangan yang diperlukan :
As 1402
n = = = 6,97 ≈7
A 201
Digunakan tulangan :
As’ =Axn = 201 x 7 = 1407 mm2
2
3

Maka, Dipakai tulangan ϕ16 – 150 (As’ = 1407 mm2 )


Kontrol kapasitas penampang :
As ' . fy 1407 . 280
F= = = 0,120
b . dx . RI 1000. 154 . 21,25
Maka :
Fmin < F < Fmax
0,066 < 0,120 < 0,434 ......................... OK!!!!
Kontrol rasio penulangan :
450 Ri 450 21,25
ρmax = β1 x = 0,85 x = 0,033
600+ Fy Fy 600+280 280
1,4 1,4
ρmin = = =
Fy 280
0,005
As ' 1407
ρ = = =
b . dx 1000. 154
0,009
Maka :
ρmax < ρ < ρ min

0,005 < 0,009 < 0,033 ............................. OK!!!!


Sehingga:
Tulangan utama dan pembagi ϕ16 – 150 (As’ = 1407 mm2 )

Gambar 3.16. Penulangan Plat Injak

3.2.2. Pondasi
a) Data Perencanaan
Spesifikasi :
- Tebal plat (h) = 20 cm
- Mutu Beton (fc’) = 25 Mpa

23
2
4

- Mutu baja (fy) = 280 Mpa


- Panjang Jembatan (L) = 16,5 m
- Lebar Jalan (B1) =7m
- Lebar total jembatan = 9,00 cm
- Berat jenis (BJ) beton ( γ c ) = 2400 kg/m³
- Berat jenis (BJ) aspal ( γ a ) = 2200 kg/m³
- Berat jenis (BJ) air hujan (γ w ) = 1000 kg/m³
- Diameter tulangan utama = 16 mm
- Tebal selimut beton = 4 cm

b) Pembebanan
Berat konstruksi bangunan atas :

a. Konstruksi tiang sandaran / railing jembatan (Q1)


Tiang
16,5 2 0,1 0,2 1 2500 1650,00
sandaran
8,6
Pipa railing 16,5 2 3 856,35
5

Beban P pada
16,5 2 100 3300
T. sandaran

Total 5806,35

b. Trotoar (Q2)
Beton tumbuk 0,2
16,5 2 1 2200 18150
trotoar 5
Beban di atas 16,5 2 500 1 16500
trotoar
Total 34650

c. Lapisan aspal, air hujan dilantai jembatan (Q3)


Aspal 16,5 0,035 9,00 2000 10395
Air hujan 16,5 0,05 9,00 1000 7425
Total 17820

d. Besi drainase, sudut beton trotoar (Q4)


Besi U.10
saluran air 16,5 2 10,6 349,8
hujan
2
5

Besi pipa D 5
inch cucuran 2 1,75 11 14,4 554,4
air hujan

Besi sudut
16,5 2 5,42 178,86
trotoar 60.60.6

Total 1083,06

e. Beton lantai kendaraan (Q5)


Beton
16,5 0,2 9,00 2500 74250
bertulang
Total 74250

f. Girder gelagar induk dan diafragma (Q6)


Gider Beton 16,5 5 1275 105187,5
40
Diafragma 105187,5 42075
%
Total 147262,5

Tota 280872 280,872


l kg ton

2. Akibat Beban Hidup (PLL), Menggunakan muatan “D” (RSNI)


a. beban garis muatan “D”
Lebar jalur (Jalur lalu-lintas) = 7 m
Panjang Jembatan (L) = 16,5
Lebar Jembatan (B) =9m
P = 12 ton , PPJJR 1987
20 20
K=1+ =1+ = 1,30
50+ L 50+16,5

25
2
6

6,40 12 1,30+1,30
P1 = (12 x + x ) x 1,30 = 17,160 ton
7 2 7

b. beban garis muatan “D” (total beban)


Lebar jalur (Jalur lalu-lintas) = 7 m
Panjang Jembatan (L) = 16,5
Lebar Jembatan (B) =9m
q = 2,2 t/m , q = muatan merata L< 30 m
20 20
K=1+ =1+ = 1,30
50+ L 50+16,5

6,40 2,2 1,30+1,30


P2 = (2,2 x + x ) x 1,30 x 16,5 = 51,909 ton
7 2 7

Jadi, beban (PLL) = P1 + P2 = 17,160 + 51,909 = 69,069 ton

Beban yang dipikul oleh kepala jembatan akibat beban berat sendiri dan
muatan “D” adalah setengah bentang jembatan
QDL+ PLL 280,872+ 69,069
P= = = 174,970 ton
2 2

c) Kontrol Pondasi Terhadap Geser


2
7

Ukuran dasar abutment = 7,00 x 5,00 m2


γtanah = 1,70 t/m3 ; γbeton = 2,40 t/m3

uk.
Panjang Lebar γbeton/ γtanah berat
Jenis Abutment
(m) (m) (t/m3) (ton)
(m)
G1 5,00 1,25 7,00 2,40 105,00
G2 2,98 1,00 7,00 2,40 49,98
G3 6,75 1,70 7,00 2,40 192,78
G4 1,70 0,45 7,00 2,40 12,85
G5 0,90 0,75 7,00 2,40 11,34
G6 0,90 0,75 7,00 2,40 5,67
G7 0,90 0,75 7,00 1,70 4,02
G8 1,70 1,20 7,00 1,70 24,28
G9 1,50 0,75 7,00 1,70 13,39
G10 5,25 1,65 7,00 1,70 103,08
G11 1,65 1,00 7,00 1,70 19,64
Total 542,02
Berat kepala jembatan = 542,02
Berat bangunan atas (P) = 174,970
G = 542,02 + 174,970 = 717 ton
717
G per meter panjang = = 102 ton/m
7

2. Tekanan Tanah (Ta)

27
2
8

Menurut pasal 1.4 PPPJJR 1987 beban kendaraan di belakang bangunan penahan
tanah diperhitungkan senilai dengan muatan tanah setinggi 60 cm atau 0,60 m
qx = γ . h = 1,70 . 0,6 0 = 1,020 t/m2
Akibat plat injak + aspal
qp = 0,2. 2,4 + 0,035 . 2,2 = 0,557 t/m2
q = 1,020 + 0,557 = 1,577 t/m2

φ
Ka = tg2 - ( 45˚ − )
2
45
= tg2 - ( 45˚ − )
2
= 0,172

Tekanan tanah aktif


Ta1 = q . Ka . h = 1,577 . 0,172 . 10,70 = 2,902 t/m
1 1
Ta2 = . Ka. γ . h2 = . 0,172 . 1,70 . (10,70)2 = 16,378 t/m
2 2
Tatotal = Ta1 + Ta2 = 2,902 + 16,378 = 19,280 t/m

3. Gaya REM (PMJJR/RSNI)


Gaya REM (R) yg bekerja horizontal dalam arah sumbu jembatan dgn titik
tangkap setinggi 1,20 m di atas permukaan lantai jembatan :

Dalam satu lajur (R) = 5% dari muatan “D” tanpa faktor kejut

6,40 2,2 1,30+1,30 6,40 12


R = 0,05 {(2,2 x + x ) x 16,5 + 0,05 {(12 x +
7 2 7 7 2
1,30+1,30
x )}
7
R = 1,996 + 0,66 = 2,656 ton
Dalam dua lajur (R) = 2 x 2,656 ton = 5,312 ton
5,312
Dalam Strooke 1 m = = 0,759 ton/m
7
2
9

3. Gaya Gempa Bumi


“Buku Petunjuk Perencanaan Tahan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya 1986”.

K=ƐxG
Dimana: K = Gaya horizontal
G = Muatan mati pada konstruksi (kN)
Ɛ = Koefisien gempa
Pengaruh gempa bumi pada jembatan diperhitungkan senilai dengan
pengaruh suatu gaya horizontal yang bekerja pada titik berat konstruksi
yang ditinjau dalam arah yang paling berbahaya
Wt
Waktu getar, T =2. π .( ) = 0,4161 detik
g . Kp
Kondisi tanah dasar termasuk sedang (medium).
Lokasi wilayah gempa Wilayah = 2
Koefisien geser dasar, C = 0,553
Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton beton
bertulang, maka faktor tipe struktur dihitung dengan rumus,
S = 1.0 x F
Untuk, F = 1.25 - 0.025 . n dan F harus diambil ≥ 1
dengan,
F = faktor perangkaan,
n = jumlah sendi plastis yang menahan deformasi struktur.

Untuk nilai, n = 1 maka :


F = 1.25 - 0.025 . n = 1,225
Faktor tipe struktur, S = 1.0 . F =
1,225
Koefisien beban gempa horisontal, Ɛ = C.S =
0,677

Maka, gaya gempa bumi :

29
3
0

K = Ɛ x G = 0,677 x 280,872 = 190,150 ton


Gaya gempa bumi dalam strooke 1 m
190,150
K= = 27,164 t/m
7

Koefisien geser (F) = tgφ = tg 45˚ = 1

ƩH = Ta + Gh = 19,280 t/m + 27,164 t/m = 46,444 t/m


ƩG = 102 ton/m

ƩG . F 102 . 1
Kontrol pondasi terhadap geser = = = 2,196 > 2 (Aman terhadap
ƩH 46,444
geser)

d) Kontrol Pondasi Terhadap Guling


3
1

Jarak gaya – gaya vertikal terhadap titik A :


LP = 2,50 m L6 = 3,65 m
L1 = 2,50 m L7 = 3,95 m
L2 = 2,50 m L8 = 4,40 m
L3 = 2,50 m L9 = 4,63 m
L4 = 3,58 m L10 = 4,18 m
L5 = 3,80 m L11 = 4,45 m
ƩMv =
(G 1+ G2+G 3+ P). L G 4 . L 4 G 6 . L 6 G 7 . L7 G10 . L10 G8 . L 8 G 9 . L 9
+ + + + + + +¿
7 7 7 7 7 7 7
G11 . L 11 G 5 . L 5
+
7 7
ƩMv =
(105,00+ 49,98+192,78+174,970). 2,50 12,85 . 3,58 5,67 . 3,65 4,02 . 3,95
+ + + +¿
7 7 7 7
103,08. 4,18 24,28 . 4,40 13,39 . 4,63 19,64 . 4,45 11,34 . 3,80
+ + + +
7 7 7 7 7

31
3
2

ƩMv = 186,69 + 6,57 + 2,96 + 1,14 + 61,55 + 15,26 + 8,86 + 12,48 + 2,16
ƩMv = 297,67 ton . m

ƩMh = Ta1 . t1 + Ta2 . t2 + K . t1


ƩMh = 2,902 . 2,55 + 16,378 . 1,70 + 27,164 . 2,55
ƩMh = 7,4 + 27,84 + 69,27
ƩMh = 104,51 ton . m

ƩMv 297,67
Kontrol Pondasi Terhadap Guling = = = 2,85 > 2 (Aman terhadap
ƩMh 104,51
guling)

d) Kontrol Kekuatan Beton

Luas penampang beton pada potongan I – I


F = 1,70 x 7,00 = 11,9 m2 = 119000 cm2
Gaya tekan (P) = 174,970 ton = 174970 kg
Tegangan beton yang terjadi :
P 174970
σb = = = 1,470 kg/cm2
F 119000
σb = 1,470 kg/cm2 < σb = 75 kg/cm2 …………………………………….....…
(OK)
3
3

1. Perhitungan Jumlah Tiang Pancang

q (tekanan tanah) = 1,577 t/m2


R (gaya REM) Dalam Strooke 1 m = 0,759 ton/m

Ta1 = q . λa . h
= 2,902 ton/m
Ta2 = ½ . λa . γ . h
= 16,378 ton/m

33
3
4

Jarak gaya – gaya vertikal terhadap titik T :


L4 = 1,08 m L8 = 1,90 m
L5 = 1,30 m L9 = 2,13 m
L6 = 1,15 m L10 = 1,68 m
L7 = 1,45 m L11 = 1,95 m
Momen di tengah dasar pondasi :
M =
G 4 . L 4 G 5 . L 5 G 6 . L6 G7 . L 7 G 8 . L 8 G9 . L 9 G 10 . L 10 G 11. L11
+ + + + + + + +¿
7 7 7 7 7 7 7 7
R . q−Ta 1 .t 1+Ta 2. t 2+ K . t 1
M =
12,85. 1,08 11,34 .1,30 5,67 . 1,15 4,02. 1,45 24,28 . 1,90 13,39 . 2,13
+ + + + + +¿
7 7 7 7 7 7
103,08. 1,68 19,64 .1,95
+ +0,759 .1,577−¿2,902 . 2,55 + 16,378 . 1,70 + 27,164
7 7
. 2,55
M = 1,98 + 2,11 + 0,93 + 0,78 + 6,59 + 40,17 + 24,74 + 5,47 + 1,20 - 104,51
M = -20,54 ton . m

Tegangan yang terjadi :


Mtotal = -20,54 x 7,00 = -143,78 ton . m
Gvertikal = 717 ton
Fpondasi = 7,00 x 5,00 = 35,00 m2
1
Wpondasi = x 7,00 x (5,00)2 = 29,17 m3
6

Gv M
σ = ±
F W
717 (−143,78)
= ±
35,00 29,17
= 20,48 ± (-4,93)
σ1 = 20,48 + (-4,93) = 15,55 ton/m2
σ2 = 20,48 - (-4,93) = 25,41 ton/m2
3
5

Diagram Tegangan :

Daya dukung yang akan diterima oleh sumuran :


15,55+25,41
P = 7,00 x 5,00 x = 716,80 ton = 716800 kg
2

Perkiraan panjang tiang ditentukan dari data hasil sondir dikurangi ±4d dari nilai
pembacaan ujung konus dan jumlah hambatan pelekat (NK & JHP) pada grafik
sondir :
Misalnya di contoh ini :
Nilai konus pada kedalaman 10,00 m = 2400 t/m2 = 240 kg/cm2
Ukuran sumuran =D-2m
Luasan (A) = 35000 m2
Panjang sumuran = 10,00 m – 4d = 10 – (4 . 0,02) = 9,92 m
Angka keamanan (SF) = 2,5

K. A 240 .35000
Daya dukung yang diizinkan untk 1 tiang (Qizin) = = =
2,5 2,5
3360000 kg
P 716800
Jumlah tiang pancang (n) = = = 0,21 ≈ 2 sumuran
Qizin 3360000

Dipasang 2 titik tiang pancang dengan panjang 10,00 m posisi 1 x 2 dengan jarak
6,0 m

35
3
6

Momen tiang pancang dengan strooke 6,00 m


M = -20,54 x 6,00 = -123,24 ton . m
717
V= = 102,43 ton
7,00
ƩL = 2,002 + 0,002 = 4,00 m2
102,43 −123,24 x 0,00
P= + = 51,215 ton
2 4
P < Qizin = 51,215 ton < 3360 ton (Daya dukung tiang pancang aman)

2. Perhitungan Pembesian Abutment


Tegangan yang terjadi pada pondasi akibat beban dan momen

Maka, pembebanan tiap m2 :


3
7

15,55+ 25,41
q= = 20,48 ton/m2
2

Strooke diambil dari jarak tiang ke tiang 6,00 m :


q' = 20,48 x 6,00 = 122,88 ≈ 123 ton/m2

Penyelesaian dengan metode cross :


a) Faktor Distribusi :
Titik B
3 EL 4 EL
fBA : fBC = : = 5,00 : 2,00
0,6 2,00
5,00
fBA = = 0,71
7,00
2,00
fBC = = 0,29
7,00

Titik C
3 EL 4 EL
fCB : fCD == : = 2,00 : 5,00
2,00 0,60
2,00
fCB = = 0,29
7,00
5,00
fCD = = 0,71
7,00

37
3
8

1
MBA = - q . l2
8
1
=- (123) (0,6)2
8
= -5,535 ton . m

MCD = 5,535 ton . m

1
MBC = q . l2
12
1
= (123) (0,6)2
12
= 3,69 ton . m

MCB = -3,69 ton . m

Tabellaris Momen :

T. Simpul A B C D

Batang AB BA BC CB CD DC

Fij - 0,71 0,29 0,29 0,71 -

M. Primer 0 -5,535 3, 69 -3,69 5,535 0

- -15,59 -6,24 6,24 15,59 -

-7,80 - 3,12 -3,12 - 7,80

- -2,23 -0,89 0,89 2,23 -


3
9

-1,11 - 0,45 -0,45 - 1,11

- -0,32 -0,13 0,13 0,32 -

-0,16 - 0,06 -0,06 - 0,16

- -0,05 -0,02 0,02 0,05 -

-0,02 - 0,01 -0,01 - 0,02

- -0,01 0,00 0,00 0,01 -

M. Akhir -9,09 -23,735 0,05 -0,05 23,735 9,09

- 0,0000 0,0000 -

Arah dibalik 9,09 23,735 -0,05 0,05 -23,735 -9,09

Free Body :

ƩMB = 0
1 MBA
VA = q . l2 +
2 l
1 −23,735
= (123) (0,6) +
2 0,6
= -2,658 ton

ƩMA = 0
1 MBA
VBki = q.l+
2 l

39
4
0

1 23,735
= (123) (0,6) +
2 0,6
= 76,458 ton

Mx = VA . x – ½ q . x2
dMx
= 0 ; VA – qx =0
dx
VA −2,658
x = = = -0,022 m
q 123

Mmax = -2,658 . (-0,022) – ½ . 123 . (-0,022)2 = 0,028 ton . m

ƩMC = 0
1 MBC MCB
VBka = q.l- +
2 l l
1 0,05 −0,05
= (123) (0,6) - +
2 0,6 0,6
= 36,900 ton

ƩMB = 0
1 MBC MCB
VCk = q.l- +
2 l l
1 0,05 −0,05
= (123) (0,6) - +
2 0,6 0,6
= 36,900 ton

Mx = VB . x – ½ q . x2 - MBC
dMx
= 0 ; VA – qx =0
dx
VA 36,900
x = = = 0,300 m
q 123

Mmax = 36,900 . 0,300 – ½ . 123 . (0,300)2 – (-0,05) = 5,485 ton . m


4
1

VCKa = VBKi = 76,458 ton


VD = VA = -2,658 ton
Mmax = 0,028 ton . m

Pembesian :
Mmax = 21595,15 kg . m
d = 50 cm
h = 50 – 5 = 45 cm
Momen maksimum akibat tegangan itu akan diterima oleh daerah kritis dan akan
mengalami geser pons (PBI 1971 Hal. 149)

Lebar kritis = b kritis (bk)


2 x 0,50
bk = 2,00 + = 2,50 m
2
h = 45 cm ; K-220 ; U-35
σa = 1400 ; n = 2,22

45
45
Ca =
√ 22 x 21595,15 = 11,72 = 3,84
2,50 x 1400
σa
σ = 0,2 ; φ0 =
n . σb
1400
φ0 = = 0,868
22,2. 72

41
4
2

Dari tabel φ = 2,846 > φ0 = 0,868 ……………………………………………. (OK)


Nω = 0,0477

Kontrol tegangan :
σa = 1400 kg/cm2
σa 1400
σ’b = = = 22,11 kg/cm2 < 72 kg/cm2
n . φ 22,2. 72

Tulangan :
Di dalam daerah kritis diperlukan besi :
0,04774
A=ω.b.h= . 250 . 45 = 24,140 cm2
22,2486
Dipakai besi : ϕ 10 – 8,5 cm ……. A = 9,24 cm2
Cukup aman terhadap geser pons
Akibat gaya lintang (Q), cek tulangan miring : Tizin = 6,5 kg/cm2
Qmaks = Vmaks = 75,70 ton
Q 75702
Tbu = = = 7,5 kg/cm2 > Tizin = 6,5 kg/cm2
b . Z 25 .0,9 . 45
Perlu tulangan miring :

6,5
X = 150 x = 130 cm
7,5
Y = 150 – 130 = 19,6
Tbu−Tizin
T = . y . b . ½ √2
2
7,5−6,5
= . 19,6 . 250 . ½ √ 2 = 16,2 kg
2
1692
A besi miring = = 1,21 cm2
1400
Dipasang besi 1 ϕ 14 mm
4
3

BAB IV

PENUTUP

4.1.. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perencanaan penulis menyimpulkan bahwa:
1. Dalam merencanakan suatu konstruksi jembatan perlu diperhatikan
pembebanan yang diperhitungkan dalam analisis, sehingga didapatkan
perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan dan standarisasi yang telah
ditetapkan dengan tetap mempertimbangkan perencanaan yang ekonomis
2. Penentuan jenis pondasi yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
perencanaan suatu konstruksi jembatan yang dirancang sehingga dapat
menahan beban yang ada dan jembatan dapat berdiri kokoh dan umur
rencana dapat tercapai.

4.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh penulis pada laporan ini, yaitu:
1. Disarankan tidak menggunakan pondasi langsung pada daerah dengan
gerusan/scouring yang besar, jika terpaksa berikan perlindungan pondasi
terhadap scouring.

43
4
4

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. (2018). Perencanaan Jembatan. Jakarta:


Kementerian Pekerjaan Umum .
Kementerian Pekerjaan Umum. (2010). Kriterian Perencanaan dan Pembebanan
Jembatan. Jakarta: Kementerian PUPR.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2010). Perencanaan
Teknik Jembatan. Jakarta: Kementerian PUPR.
Longa, N. (2015). Perencanaan Jembatan Beton Bertulang Balok T. Surabaya:
Nikolaus Longa.
Supriyanto, dkk. (2018). Pemilihan Jenis Fondasi Berdasarkan Daya Dukung
Tanah dan Jenis Bangunan. Jakarta Timur: Supriyanto.

Anda mungkin juga menyukai