Oleh :
171710038
PALEMBANG
2020
13
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
Disetujui,
Disahkan,
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-NYA penulisan laporan kerja Praktek dengan judul “Tinjauan
Pelaksanaan Pengaspalan AC – BC Pada Proyek Jalan Kota Prebumulih ” ini
dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Tentunya dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Oleh
karena itu, untuk melengkapi kesempurnaan tesebut diharapkan adanya kritik dan
saran yang sifatnya membangun.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu
serta membimbing dengan tulus dan ikhlas dalam menyelesaikan laporan kerja
praktek ini. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Sunda Ariana, M.Pd., M.M selaku Rektor Universitas Bina Darma
Palembang.
2. Dr. Firdaus, S.T.,M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bina
Darma Palembang serta selaku pembimbing dalam menulis Laporan Kerja
Praktek ini.
3. Drs. H. Ishak Yunus S.T.,M.T. ( Alm.) selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil Universitas Bina Darma Palembang.
4. Febriyadi,S.T selaku pembimbing lapangan yang telah banyak memberikan
masukan dan saran dalam proses penulisan laporan ini.
5. Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Bina Darma Palembang.
6. Orang tua, Kakak – kakak kandung saya, Sahabat, dan Teman – teman yang
memberi semangat tak henti – hentinya.
7. Seluruh pihak yang terlibat dalam membantu penulisan Laporan Kerja
Praktek ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
ii
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, Semoga hasil Laporan Kerja
Praktek ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ahmad Fauzan
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iv
3.5. Jenis – jenis Perkerasan Jalan .................................................................. 18
3.5.1. Perkerasan Lentur ........................................................................... 18
3.5.2. Perkerasan Kaku ............................................................................. 20
3.6. Bahan – bahan Lapisan Pengikat ............................................................. 22
3.6.1. Agregat ............................................................................................ 22
3.6.2. Aspal ............................................................................................... 22
3.7. Jenis – jenis Lapisan Aspal ...................................................................... 23
3.7.1. Latasir ( HRSS ) .............................................................................. 23
3.7.2. Lataston ( HRS ) ............................................................................. 23
3.7.3. Aspalt Treated Base ( ATB )........................................................... 24
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
penigkatan badan jalan serta bisa mendapatkan ilmu yang didapat di bangku kuliah
yang didalam hal ini penulis mencoba menerapkan pada proyek pembangunan
1
jalan Desa Penanggiran-Benakat Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan yang
bertujuan agar laporan ini berguna dalam melakukan analisa struktur dalam ruang
lingkup pekerjaan pembangunan jalan tersebut.
1.2.2 Tujuan
2
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Tinjauan Umum akan membahas tentang data kegitan proyek (baik data
umum maupun data teknis proyek ), organisasi proyek dan pihak-pihak yang
terlibat di dalam proyek.
Bab IV Pembahasan
Dalam bab penutup berisikan Kesimpulan dari materi yang diuraikan pada
bab-bab sebelumnya dan pada bab ini ditulis saran demi kesempurnaan dan
perbaikan bagi semua pihak.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
Bahan : -Agregat
• UMUM
✓ Mobilisasi
• Drainase
✓ Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
✓ Pasangan batu dengan Mortar
• Pekerasaan Tanah
✓ Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Milling Machine
✓ Galian Perkerasaan berbutir
✓ Penyiapan Badan Jalan
• Pekerasan Berbutir
✓ Lapisan Pondasi Agregat Kelas A
• Perkerasan Aspal
✓ Lapis Resap Pengikat – Aspal cair
✓ Lapis Perekat – Aspal Cair
✓ Laston Lapis antara (AC-BC)
✓ Laston Lapis Pondasi (AC-BASE)
6
2.3 Struktur Organisasi
OWNER
KONSULTAN KONTRAKTOR
Owner adalah seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan
dan memberikanya kepada pihak lain yang mampu melaksanakanya sesuai dengan
perjanjian kontrak kerja untuk merealisasikan proyek, owner mempunyai
kewajiban pokok yaitu menyediakan dana untuk membiayai proyek.
7
Tugas pemilik proyek atau owner adalah:
2. KONSULTAN
A. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa perorangan atau
badan usaha baik swasta maupun pemerintah.
8
3) Membuat Rencana kerja dan syarat–syarat pelaksanaan bangunan (RKS)
sebagai pedoman pelaksanaan.
4) Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
5) Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik ke dalam
desain bangunan.
6) Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan
pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud di
wujudkan.
7) Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi.
B.Konsultan Pengawas
9
2) Mengembalikan seluruh tugas yang dibebankan karena perimbangan dalam
dirinya akibat yang muncul diluar kekuasaan kedua belah pihak dan juga
dari pemberi tugas;
3) Menerima honorium atas jasa sesuai dengan kontrak.
3.KONTRAKTOR
10
A. Tugas Kontraktor
1) Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan danspesifikasi
yang telah direncanakan dan ditetapkan didalam kontrak perjanjian
pemborongan.
2) Memberikan laporan kemajuan proyek (progress) yang meliputi laporan
harian, mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek yang memuat antara
lain:
3) Pelaksanaan pekerjaan.
4) Prestasi kerja yang dicapai.
5) Jumlah tenaga kerja yang digunakan.
6) Jumlah bahan yang masuk.
7) Keadaan cuaca dan lain-lain.
11
1. Administrasi Keuangan
2. Quality Engineering
2.1 Tugas dan tanggung jawab:
12
3. Quality
4.Pelaksaaan
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Dari penjelasan di atas, maka menurut fungsinya jalan dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu :
a. Jalan Utama.
14
Adalah jalan raya yang melayani lalu lintas dengan frekuensi yang tinggi
antara kota – kota penting atau dengan pusat – pusat produksi dan pusat
perekonomian. Jalan – jalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk
dapat melayani lalu lintas yang cepat dan berat.
b. Jalan Sekunder.
Adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi antara kota –
kota yang lebih kecil. Serta melayani daerah – daerah sekitarnya.
c. Jalan penghubung.
Adalah jalan untuk keperluan aktifitas daerah yang dapat dipakai sebagai
jalan penghubung antara jalan – jalan dari golongan yang sama atau berlainan.
Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari campuran kendaraan
berat, kendaraan ringan, dan kendaraan tak bermotor.
Berdasarkan klasifikasi ini, jalan raya dibagi dalam kelas – kelas yang
didasarkan fungsinya selain itu juga dipertimbangkan pada besarnya volume pada
sifat lalu lintas diharapkan menggunakan jalan tersebut. Volume lalu lintas
dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang besarnya menunjukkan
Lalu lintas Harian Rata - rata (LHR).
Klasifikasi Lalu Lintas Harian Rata
No
Fungsinya Kelas – rata (LHR) dalam SMP
1 Utama I 20.000
II A 6.000 – 20.000
2 Sekunder II B 1.500 – 6.000
II C < 2.000
3 Penghubung III -
Gambar 3.1 : Klasifikasi
Sumber : Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970 Bina Marga
15
Dalam menghitung volume lalu lintas untuk keperluan penetapan kelas jalan
kecuali untuk jalan tertentu seperti jalan kelas II C dan kelas III. Kendaraan tak
bermotor tidak diperhitungkan, begitu juga untuk kelas II A dan kelas I, kendaraan
lambat tidak diperhitungkan.
Khusus untuk perencanaan jalan raya dasar harus digunakan volume lalu
lintas pada saat sibuk. Sebagai volume waktu sibuk yang digunakan untuk dasar
perencanaan ditetapkan 15 % dari volume harian rata – rata.
Klasifikasi jalan menurut volume lalu lintas anatar alain :
a. Kelas I.
Kelas jalan ini mencakup jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat melayani
lalu lintas cepat dan berat. Dalm komposisi ini lalu lintasnya terdapat
kendaraan lambat dan kendaraan bermotor. Jalan – jalan kelas ini merupakan
jalan raya yang berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan yang terbaik
dalam arti tingkat pelayanan terdapat lalu lintas relatif tinggi.
b. Kelas II A.
Jalan raya pada kelas ini adalah jalan raya sekunder dua jalur atau lebih.
Dengan konstruksi permukaan jalan dari jenis aspal beton (Hot Mix) atau
setaraf dengan komposisi lalu lintas yang melewatinya terdapat kendaraan tak
bermotor untuk lalu lintas lambat harus disediakan sendiri.
c. Kelas II B.
Adalah jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan dari
penetrasi berganda atau setaraf, dimana komposisi lalu lintasnya terdapat
kendaraan lambat dan bermotor
d. Kelas II C.
Adalah jalan raya sekunder dengan konstruksi permukaan dari jenis penetrasi
tunggal dimana komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat tak
bermotor.
e. Kelas III.
Adalah merupakan semua jalan penghubung dan merupakan konstruksi jalan
berjalur atau konstruksi permukaan jalan paling tinggi adalah pelabuhan
dengan aspal.
16
Umur rencana lapisan perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari jalan tersebut
untuk jalur lalu lintas sampai diperlukan sampai suatu perbaikan. Selama umur
rencana untuk perkerasan lentur jalan batu umumnya diambil 20 tahun dan untuk
peningkatan jalan diambil 10 tahun, umur rencana yang lebih dari 20 tahun tidak
lagi ekonomis karena pengembangan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar
mendapatkan ketelitian yang memadai.
Sifat dasar tanah mempengaruhi ketahan lapisan atas dan mutu jalan secara
keseluruhan. Tanah dasar juga menentukan mahal atau tidaknya pembangunan
jalan tersebut, karena kekuatan tanah dasar menentukan tebal lapisan perkersan.
Apabila tanah dasar yang berasal dari lokasi itu sendiri atau didekatnya cukup
baik untuk digunakan, maka tanah tersebut harus dipadatkan sampai tingkat
kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung tanah yang baik serta
berkemampuan mempertahankan perubahan volume selama masa paelayanan
walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungann dan jenis tanah setempat.
Beban kendaran yang dilimpahkan kelapisan perkerasan melalui roda – roda
kendaran selanjutnya disebarkan kelapisan bawahnya dan akhirnya diterima oleh
tanah dasar. Dengan demikian tingkat kerusakan konstruksi perkerasan selama
masa pelayanan tidak saja ditentukan oleh kekuatan dari lapisan perkerasan, tetapi
juga oleh tanah dasar.
Daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan,
kadar air, kondisi drainase, dan lain – lain. Sedangkan daya dukung tanah dasar
untuk kebutuhan perencanaan tebal perkerasan ditentukan dengan menggunakan
CBR (California Bearing Ratio).
17
3.4 Cara Perkerasan Jalan
Cara kerja perkerasan jalan (Pavement Performance) meliputi tiga hal, yaitu:
a. Kemampuan yang ditentukan oleh besarnya gesekan akibat adanya retak
– retak gelombang dan lain sebagainya.
b. Wujud perkerasan sehubungan dengan bagaimana pekerjaan tersebut
memberikan pelayanan sebagai pemakai jalan.
c. Fungsi pelayanan sehubungan dengan bagaimana pekerjaan tersebut
memberikan pelayanan sebagai pemakai jalan.
Dari ketiga hal tersebut, merupakan satu kesatuan yang dapat digambarkan dengan
kenyamanan mengemudi.
Untuk itu konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat
tertentu yang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Dari segi keamanan dan kenyamanan berlalu lintas, antara lain :
1. Permukaan yang rata,tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak
berlubang.
2. Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk
akibat beban yang bekerja diatasnya .
3. Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban
dengan permukaan jalan sehingga tidak mudah selip.
4. Permukaan tidak mudah mengkilap, tidak silau jika terkena sinar
matahari.
b. Dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan beban, antara lain:
1. Ketebalanyang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan
lalu lintas ketanah dasar.
2. Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah merembes ke lapisan
dibawahnya.
3. Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh
diatasnya dapat dengan cepat dialirkan.
4. Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan
deformasi yang berarti.
18
3.5. Jenis – Jenis Perkerasan Jalan
19
4. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah bagian yang paling atas dari perkerasan,
dimana fungsinya sebagai berikut :
a. Sebagai bagian dari perkerasan untuk menahan beban roda
kendaraan.
b. Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi badan dari kerusakan
akibat cuaca.
c. Sebagai lapisan aus (Wearing Course).
21
3.6. Bahan – Bahan Lapisan Pengikat
Adalah bahan – bahan yang dihampar di atas permukaan tanah dasar yang
meliputi bahan – bahan untuk lapisan pondasi bawah, pondasi atas, dan lapisan
permukaan.
Komposisi dari masing – masing perkerasan jalan tergantung pada
perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi jalan yang akan dibuat, maka harus
diadakan pemeriksaan komposisi campuran di labortorium. Secara umum bahan
perkerasan jalan meliputi :
3.6.1. Aggregat
Aggregat merupakan bahan utama yang turut menahan beban yang
dipikul oleh bagian perkerasan jalan, mutu konstruksi perkerasan jalan.
Selain itu aggregat dapat dibedakan menurut ukuran butirannya, yaitu :
1. Aggregat kasar.
2. Aggregat halus.
Aggregat yang akan digunakan sebagai bahan perkerasan jalan tergantung
dari :
1. Bahan setempat.
2. Mutu bahan.
3. Kelas jalan atau jenis konstruksi yang digunakan.
3.6.2. Aspal
Aspal adalah suatu campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral
yang terjadi dialam atau dapat diperoleh dari residu penyulingan minyak bumi
atau dari hasil penyulingan batu bara.
Fungsi aspal dari suatu pekerjan adalah :
1. Menutup permukaan jalan sehingga tidak berdebu.
2. Membuat permukaan jalan menjadi kedap air.
3. Memberikan pengikatan antara batuan atau antara lapisan – lapisan
konstruksi jalan.
4. Memberikan stabilitas atau memberikan semacam bantalan.
Secara umum aspal terdiri dari tiga macam, yaitu :
22
1. Aspal alam, yaitu aspal yang tebentuk karena adanya minyak mengalir
ke permukaan melalui retak – retak bumi. Aspal alam tercampur dengan
tanah, pasir yang terbawa pada waktu minyak bumi mengalir melalui
bumi.
2. Aspal minyak, yaitu aspal yang diperoleh dari suatu proses penyulingan
minyak bumi.
3. TER, yaitu aspal diperoleh dari proses penyulingan batu bara.
Secara umum, aspal harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Aspal harus melapisi batuan dengan rapat.
2. Aspal Aspal yang dipergunakan mempunyai sifat melekat yang baik
terhadap batuan yang dilapisi.
3. Aspal tidak peka terhadap perubahan cuaca / temperatur.
4. yang digunakan tidak mudah rapat / aus.
23
kelelahan yang tinggi, sedangkan pertimbangan kekuatan hanya kepentingan
kedua, asalkan batas – batas terendah dari spesifikasi ini dilampaui.
2.7.3. Laston (AC)
Laston yang direncanakan menurut spesifikasi ini setara dengan laston
dan digunakan untuk jalan – jalan dengan lalu lintas berat, tanjakan,
pertemuaan jalan, dan daerah – daerah lainnya dimana permukaan
menanggung beban roda yang berat.
3.7.4. Asphalt Treated Base (ATB)
ATB adalah khusus untuk diforminasi untuk meningkatkan keawetan
dan ketahanan kelelahan. Penting diketahui bahwa setiap penyimpangan dari
spesifikasi ini, khususnya pengurangan dalam kadar bitumen, memungkinkan
tidak berlakunya rancangan perkerasan proyek dan memerlukan pelapisan
ulang yang lebih tebal.
24
BAB IV
TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
25
4.2.2. Pekerjaan Pengukuran
1. Sebelum melakukan pekerjaan pengukuran di lapangan, kontraktor
harus membersihkan lokasi terlebih dahulu agar memudahkan dalam
melakukan pekerjaan dilapangan.
2. Pekerjaan pengukuran ini harus disaksikan oleh asisten teknik atau
pengawas lapangan.
3. Hasil pengukuran harus segera dikirimkan kepada pimpinan bagian
pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan persetujuannya.
4.2.3. Peralatan Lapangan
Alat – alat yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan adalah sebagai
berikut :
1. Asp.Distributor
2. Compresor
3. Wheel loader
4. AMP
5. Genset
6. Dump truck
7. ASP. Finisher
8. Tandem roller
9. P.Tyre roller
10. CMM
26
4.3. Pekerjaan CMM
Pengerjaan alat ini di lakukan untuk penglupasan aspal yang sudah
rusak dan di lakukan survey dan pemilihan per titik untuk penglupasan .
27
Pada umumnya lapis pondasi agregat kelas ”A” adalah mutu lapis
pondasi atas untuk suatu lapisan dibawah lapisan beraspal.dan lapis pondasi
agregat kelas ”C” adlah untuk lapis pondasi bawah.
Cara Pelaksanaanya :
1. Survey lokasi pekerjaan untuk tiap lapis, dan membuat gambar rencana
untuk pelaksanaan.
2. Persiapan final sesuai dengan data pengukuran, menggunakan peralatan
Motor Greder, Vibrator Roller
3. Penumpukan material agregat dilokasi pekerjaan.
4. Penghamparan dilaksanakan dengan Motor Greder. Ketebalan, lebar,
dan elevasi sesuai dengan rencana. Kemudian dipadatkan dengan
Tandem Roller dan Vibrator Roller sampai kepadatan yang telah
ditentukan.
28
4.5.Perkerasaan Aspal
Setelah dilakukannya pengerjaan penghamparan agregat dan
pemadatanya maka tahap selanjutnya adalah pekerjaan perkerasan
aspal.pekerjaan perkerasaan aspal ini meliputti:
4.5.1. lapis Resep Pengikat
pengerjaan ini dilakukansecara mekanis komposisi campuran
dilakukandan di sesuaikan dengan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan.aspal di campur dengan minyak flux menjadi campuran aspal
cair,permukaan yang akan di lapisi dibersihkan dari debu dan kotoran
dengan air compreessor, setelah bersih aspal cair di semprotkan dengan
aspal spayer keataas permukaan yang akan dilapissi ,pengangkutan aspal
tersebut mengunakan alat bantu seperti dump truck
29
4.5.3. Pekerjaan Pemadatan Aspal
Setelah dihamparkannya aspal,maka tahap selanjutnya adalah
mengerjakan pemadatan aspal.pengerjaan pemadatan ini berfungsi untuk
mempermudah pada saat penghalusan aspal yang akan
dilakukan,pengerjakaan pemadatan ini mengunakan alat bantu seperti
Tendem,yang berfungsi untuk memadatkan aspal yang telah dihamparkan.
Pemadatan untuk burda menggunakan Tandem Roller sebanyak 2
passing atau 4 lintasan yaitu 2 kali maju 2 kali mundur. Dimulai dari bagian
pinggir ke bagian tengah jalan.
30
4.5.4. Pengerjaan Penghalusan Aspal
Setelah aspal yang di hamparkan di padatkan, maka pengerjaan
selanjutnya adalah penghalusan aspal tersebut. Pengerjaan ini berfungsi
supaya aspal tersebut lebih padat lagi dan lebih keras.pengerjaan
penghalusan aspal ini mengunakan alat bantu seperti pneumaric Type
Roller.
31
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari sisi tujuan dan pengamatan selama kerja praktek dan membuat laporan
kerja praktek pada proyek pembangunan jalan Desa Benakat – Penanggiran
Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Maka penulis mecoba mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahan materi yang digunakan sudah memenuhi syarat,adapun bahan-bahan
yang digunakan yaitu pada proses penghamparan agregat kelas A. Pada
lapisan jenis aspal yang digunakan yaitu Lapis Aston (AC-BC),AC-BC
merupakan aspal yang di digunakan dan dipanaskan dengan AMP.
2. Proses pelaksanaan pekerjaan sudah baik,dimulai dengan menyiapkan
badan jalan lalu dihamparkan agregat dilokasi pekerjaan tersebut,agregat
yang telah dihamparkan dipadatkan mengunakan vibrator roller,setelah
proses pemadatan selesay di lakukan proses lapis resap pengikat yaitu aspal
cair disemprotkan dengan aspal spayer , proses selanjutnya menghamparkan
ATB dengn finiser dan didapatkan dengan tendem ,selanjutnya dilakukan
proses penghalusan aspal mengunakan alat bantu seperti pneumatic trye
roller.
5.2.Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Suryadharma, Hendra. 2008. Rekayasa Jalan Raya. Yogyakarta: Univ. Atma Jaya.
Thanaya, Arya. 2008. Perkerasan Jalan. Buku Ajar Mata Kuliah Teknologi Bahan.
Denpasar: FT Unud.
Wignall, Arthur, dkk. 2003. Proyek Jalan Teori dan Praktek. Edisi ke empat.
Jakarta: Erlangga.
33
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BINA DARMA
LEMBAR ASISTENSI
Nim : 171710038
Kelas : TS7A
Fakultas : Teknik
Nim : 171710043
Nim : 171710043
Nomor : HM 05 06-PJN-SS/7183
Sifat : Biasa
Lampiran :-
Perihal : Pemberitahuan Selesai Kerja Praktik
Kepada Yth,
Ketua Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bina Darma