OLEH :
MUH. KRISTAUVAN
NIM : 201710136
Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh komisi pembimbing untuk diujikan
dalam dalam seminar proposal dihadapan dewan penguji, sebagai salah satu syarat
Komisi Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Irwan Lakawa, ST., M.Si Ir. Catrin Sudardjat, MPSDA
NIDN. 0908077003 NIDN. 0918105801
Mengetahui :
Ka. Prodi Teknik Sipil
ii
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang serta Maha
menguasai ilmu pengetahuan. Penulis mungucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT
karena limpahan Rahmat dan Karunia-Nya jualah maka penulisan Proposal Penelitian
Proposal Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar akademik Sarjana Teknik pada Program studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Bapak Dr. Ir. Irwan Lakawa, ST., M.Si dan ibu Ir. Catrin Sudardjat, MPSDA
selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan sumbangsi
pihak yang turut memberikan dukungan dan motivasi, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang setulu-
tulusnya kepada:
2. Dr. Irwan Lakawa, ST, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Unsultra.
4. Sulaiman, ST, MPW Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Unsultra.
iii
5. Ir. Catrin Sudardjat, MPSDA selaku Penasehat Akademik Program Studi Teknik
6. Para Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Unsultra dan segenap Staf
8. Pimpinan dan Staf - staf Instansi tempat pengambilan data untuk penelitian ini.
Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan mendapat pahala
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul ........................................................................................................... i
A. Dermaga .................................................................................................. 4
C. Variabel Penelitian................................................................................ 35
v
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 36
LAMPIRAN ............................................................................................................... 41
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1 Dimensi kapal pada pelabuhan ................................................................... 7
Tabel 2. 2 Jenis jenis kapal .......................................................................................... 9
Tabel 2. 3 Karakteristik kapal .................................................................................... 10
Tabel 2. 4 Kecepatan Merapat Kapal pada Dermaga................................................. 15
Tabel 2. 5 Lebar Efektif Balok T ............................................................................... 24
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari satu wilayah ke wilayah tertentu. Begitu juga dengan pelabuhan Kasipute yang
bongkar muat barang serta naik-turun penumpang. Kasipute sendiri yaitu salah satu
dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan
penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat
harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat atau
meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat barang dengan aman, cepat
dan lancar.
dilaksanakan dengan sistem deck on pile, yaitu konstruksi plat lantai di atas balok
memanjang dan melintang yang ditumpu oleh pondasi tiang pancang, di mana antara
balok-balok dan tiang pancang dihubungkan dengan poer (pile cap). Seluruh beban di
1
2
lantai dermaga, termasuk gaya akibat berthing dan mooring, diterima sistem lantai
Kasipute, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali apakah struktur atas dermaga
pelabuhan Kasipute cukup kuat untuk menahan beban – beban tersebut. Sebagai
informasi struktur dermaga ini menggunakan struktur tipe pier yang berukuran
panjang 80 m dan lebar 6 m dengan dimensi pelat lantai 0,30 m yang ditumpu oleh
balok melintang dan memanjang dengan ukuran 0,40 m x 0,40 m. Dermaga ini
dibangun menjorok cukup jauh kearah laut dengan jarak 378 m dari garis pantai.
sejauh mana kapasitas struktur atas dermaga dapat menahan gaya-gaya yang bekerja
B. Rumusan Masalah
masalah yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak
1. Manfaat Ilmiah
2. Manfaat Praktis
dilakukan adalah :
A. Dermaga
Dermaga adalah bangunan di tepi laut (sungai, danau) yang berfungsi untuk
penumpang (Asiyanto, 2008). Dermaga terdiri atas dua struktur yaitu struktur atas
(balok dan plat lantai) dan struktur bawah (poer dan tiang pancang) yang berfungsi
Dermaga dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu wharf, pier dan jetty. Wharf
adalah dermaga paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai.
Wharf juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang ada dibelakangnya. Pier
adalah dermaga yang berada pada garis pantai dan posisinya tegak lurus dengan garis
pantai (berbentuk jari). Jetty adalah dermaga yang menjorok ke laut sedemikian
sehingga sisi depannya berada pada kedalaman yang cukup untuk merapat kapal
(Triatmodjo, 2009).
4
5
analisis struktur dermaga. Data-data yang digunakan didapat dari sumber sumber yang
terkait dengan penelitian ini dan diolah menggunakan metode yang sesuai untuk
1. Struktur Dermaga
Struktur dermaga terdiri dari struktur atas dan struktur bawah. Pada
struktur atas terdapat pelat, balok serta poer yang menghubungkannya dengan
pondasi pada struktur bawah. Selain itu, terdapat struktur tambahan yaitu bollard
dan fender. Bollard adalah alat penambat yang merupakan konstruksi yang
digunakan untuk mengikat kapal pada waktu berlabuh agar tidak terjadi pergeseran
atau gerak kapal yang disebabkan oleh gelombang, arus dan angin serta untuk
ditempatkan di depan dermaga yang mampu menyerap energi benturan antara kapal
dan dermaga dan meneruskan gaya ke struktur dermaga. Gaya yang diteruskan ke
dermaga tergantung pada tipe fender dan defleksi fender yang diijinkan.
2. Kapal
(sungai dan sebagainya) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil.
a) Dimensi Kapal
6
yang dipindahkan oleh kapal, dan sama dengan berat kapal. Ukuran Isi Tolok
kapal bermuatan penuh disebut Placement Tonnage Loaded, yaitu berat kapal
Displacementn Tonagge Light, yaitu berat kapal tanpa muatan. Dalam hal ini
berat kapal adalah termasuk perlengkapan berlayar, bahan bakar, anak buah
keseluruhan ruangan kapal (1 GRT = 2,83 m3 = 100 ft3). Sedangkan volume isi
bersih disebut dengan Netto register tons, NRT (Ukuran Isi Bersih) yaitu
ruangan yang disediakan unuk muatan dan penumpang, besarnya sama dengan
anak buah kapal, ruangan mesin, gang, kamar mandi, dapur, ruangan peta. Jadi
dengan muatan.
Sarat (draft) adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan
muatan maksimum, atau jarak antar garis air pada beban direncanakan
Panjang total (length overall Loa) adalah Panjang kapal dihitung dari
ujung deapn (haluan) sampai ujung belakang (buritan). Sedangkan lebar kapal
b) Jenis Kapal
sesuai dengan fungsinya, kapal dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai
berikut.
Kapal Penumpang
mempunyai peran yang cukup besar. Jarak antara pulai yang relatif dekat
Kapal Barang
9
umumnya kapal barang mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada
macam sesuai dengan barang yang diangkut, antara lain sebagai berikut.
Kapal tanker
Kapal ikan
DWT/GRT Mo L OA L BP B D F Cb
Jenis Kapal
(ton) (ton) (m) (m) (m) (m) (m) ---
ULCC & VLCC
70,000 90,000 225 213 38,0 13,5 5,6 0,804
Tanker (DWT)
Produk And
Chemical Tanker 50,000 66,000 210 200 32,2 12,6 5,0 0,793
(DWT)
Bulk Carrier
60,000 64,000 220 210 33,5 12,8 4,9 0,802
(DWT)
Container Ships
(Post panamax) 65,000 92,000 274 260 41,2 13,5 8,9 0,621
(DWT
Container Ships
60,000 83,500 290 275 32,2 13,2 8,6 0,693
(Panamax)
Freight Ro-Ro
50,000 87,500 287 273 32,2 12,4 14,8 0,783
(DWT)
General Cargo
40,000 54,500 209 199 30,0 12,5 4,5 0,712
Ships (DWT)
General Cargo
35,000 48,000 199 189 28,9 12,0 4,3 0,714
Ships (DWT)
10
Karakteristik Kapal
dibedakan menjadi gaya vertikal dan horizontal. Gaya vertikal meliputi berat sendiri
bangunan dermaga, beban hidup, beban peralatan bongkar muat (mobile crane), dsb.
Gaya horizontal dapat dibedakan meliputi gaya benturan ketika kapal merapat ke
dermaga (gaya sandar, berthing forces) dan gaya tambat (mooring forces), yaitu gaya
yang ditimbulkan ketika kapal bertambat di dermaga yang disebabkan oleh angin, arus
12
dan gelombang, sehingga akan mengakibatkan gaya tarik pada bollard. Selain itu,
terdapat beban dinamis berupa beban gempa yang bekerja pada dermaga.
1. Gaya Vertikal
Gaya vertikal yang bekerja pada struktur dermaga berupa beban sendiri
dan beban hidup yang ditransformasikan secara merata, terpusat, atau sebagai
Beban sendiri adalah berat dari komponen struktur yang secara konstan
komponen itu meliputi, pelat, balok, poer, dan tiang pancang yang akan
b) Beban Hidup
suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-
dermaga sehari-hari adalah 2,5 ton/m. Beban ini merupakan beban merata
truck dan crane. Truck yang digunakan merupakan truck dengan berat 26 ton
ketika kondisi penuh. Sementara mobile crane yang digunakan memiliki bobot
50 ton.
masing-masing roda menanggung beban sebesar 6,53 ton. Beban mobil crane
2. Gaya Horizontal
Gaya sandar atau berthing forces adalah gaya yang diterima dermaga
saat kapal sedang bersandar pada dermaga. Gaya maksimum yang diterima
dermaga adalah saat kapal merapat ke dermaga dan membentur dermaga pada
sudut 10° terhadap sisi depan dermaga. Gaya benturan diterima dermaga dan
energinya diserap oleh fender pada dermaga. Besar energi tersebut dapat
. ²
E= .
.𝐶 .𝐶 .𝐶 .𝐶 (2.1)
Keterangan:
d : defleksi fender
15
V : komponen tegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal pada saat
𝐶 : koefisien massa
𝐶 : koefisien eksentrisitas
Kecepatan Merapat
Ukuran Kapal (DWT) Pelabuhan Laut Terbuka
(m/dt) (m/dt)
Sampai 500 0,25 0,30
500 - 10.000 0,15 0,20
10.000 - 30.000 0,15 0,15
Sumber : (Triatmodjo, 2009)
dimana:
𝐶 = . . .
(2.4)
Keterangan:
16
sehingga pada waktu bagian kapal menyentuh dermaga, kapal akan berputar
oleh kapal akan hilang oleh perputaran tersebut. Sisa energi akan diserap oleh
17
sisa dengan energi kinetik kapal yang merapat, dan dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
𝐶 = l 2 (2.5)
𝑟
keterangan:
l : jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal sampai titik
r : jari-jari putaran di sekeliling pusat gerak kapal pada permukaan air (m)
1,0193
Kapal barang : (𝐿 ) = 0,846 𝐿 (2.6)
1,0201
Kapal tengker : (𝐿 ) = 0,852 𝐿 (2.7)
18
Titik kontak pertama antara kapal dan dermaga adalah suatu titik dari
1/4 panjang kapal pada dermaga (𝑙 = 𝐿oa) dengan 𝐿 adalah panjang kapal
yang ditambat.
dimaksudkan untuk menahan gerakan kapal yang disebabkan oleh angin dan
arus. Gaya tarikan kapal pada tali penambat yang disebabkan oleh tiupan angin
dan arus pada badan kapal disebut gaya tambat (mooring forces). Bollard
ditanam / diangker pada dermaga dan harus mampu menahan gaya tarikan
tambat.
menyebabkan gaya tarikan kapal pada alat penambat. Besar gaya angin
tergantung pada arah dan kecepatan hembus angin, dan dapat dihitung
Rw = 0,42QaAw (2.8)
Rw = 0,5QaAw (2.8)
19
Rw = 1,1QaAw (2.10)
Qa = 0,063V2 (2.11)
Keterangan:
Seperti halnya angin, arus yang bekerja pada bagian kapal yang
terendam air juga akan menyebabkan terjadinya gaya pada kapal yang
kemudian diteruskan pada alat penambat dan dermaga. Besar gaya yang
²
Ra = Cc 𝛾w Ac (2.12)
Keterangan :
bervariasi dari 1,0 – 1,5 untuk laut dalam sampai 6 untuk perbandingan
bollard harus mampu menahan gaya tarikan, yang paling tidak sama
3. Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada
struktur dermaga yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu.
Beban lateral dan vertikal akibat gempa ditentukan berdasarkan data gempa pada
lokasi dermaga yang mengacu pada (SNI – 1726 – 2002) dengan menggunakan Peta
Metode Analisis Dinamik Respon Spektrum, dengan gaya geser dasar nominal
21
sebagai respon ragam yang pertama terhadap pengaruh gempa rencana menurut
persamaan:
V= Wt (2.13)
Keterangan :
Rt : faktor daktilitas
Struktur bagian atas yang akan dianalisis adalah pelat, balok dan poer.
Analisis dilakukan untuk mengetahui kapasitas struktur sesuai dimensi dan material
yang digunakan.
1. Pelat
Pelat merupakan struktur bidang atau permukaan yang lurus (datar atau
melengkung) yang tebalnya jauh lebih kecil dibanding dengan dimensi yang lain.
Dimensi suatu pelat bisa dibatasi oleh suatu garis lurus atau garis melengkung.
Menurut (SNI – 03 – 2847 – 2002), untuk mendapatkan momen dan gaya geser
dengan:
.
a= (2.15)
, .
keterangan:
𝛽 1 : faktor reduksi
23
Untuk faktor reduksi diambil sesuai dengan kuat tekan beton yang digunakan.
2. Balok
gaya yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya. Balok yang
digunakan merupakan beton bertulang, yaitu beton yang ditulangi dengan luas dan
jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan
atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja (SNI – 03 – 2847 – 2002).
Untuk menganalisis antara balok dan lantai yang dicor secara monolit akan terjadi
interaksi sebagai satu kesatuan dalam menahan momen lentur positif, sehingga
pelat akan bereaksi sebagai sayap (flens) desak dan balok sebagai badannya.
Interaksi antara flens dan balok yang menjadi satu kesatuan dengan penampangnya
berbentuk huruf T dan L. Pada penelitian ini dibatasi untuk menganalisis balok T
tersebut. Menurut (SNI – 03 – 2847, 2002), lebar efektif balok dapat dijelaskan
Asumsi : f’s = fy
Ts = Cc + Cs (2.18)
Ts = As . fy (2.19)
. ( , )
a= (2.20)
, . .
c = a / 𝛽1
Pemeriksaan Tulangan:
𝜌= (2.21)
.
26
,
𝜌min = (2.22)
,
𝜌b = 𝛽1 . (2.23)
( )
Kontrol : 𝜀′ = x 0,003 (2.25)
Cc = 0,85 f’c .a . be
Cc = 0,85 f’c .a . be
( )
Cs = A’s 𝑥 0,003 . 𝐸 − 0,85 . 𝑓′ (2.27)
27
Dimana:
±√
C1.2 = (2.31)
A = 𝛽1 . c
Cc = 0,85 f’c . a . be
( )
Cs = A’s x 0,003 . Es – 0,85 f’c
Ts = As . fy
As . fy = 0,85 f’c . a . bw + t . (be – bw) . 0,85 f’c + A’s . (fy – 0,85 f’c)
. ( ) , ( , )
a= (2.34)
, . .
c = a / β1
Pemeriksaan tulangan:
,
𝜌= .
dan 𝜌min =
,
𝜌b = 𝛽1 .
𝜌max = 0,75 𝜌b
( )
Kontrol 𝜀′s : = x 0,003
29
Jika 𝜀′s ≥ 𝜀′y = fy/Es, berarti asumsi semula benar, maka perhitungan
dilanjutkan ke bagian a. Jika 𝜀′s < 𝜀′y = fy/Es, berarti asumsi semula salah,
Ts = As . fy
kuadrat:
Ac2 + Bc + C = 0, dimana :
A = 0,85 f’c . β1 . be
±√
C=
a = 𝛽1 . c
30
Keterangan:
𝜀y : regangan luluh
Vn = Φ ( Vc + Vs) (2.37)
𝑓′
Vc = 0,6 bw . d (2.38)
Vs = (2.39)
keterangan:
Av : luas tulangan total, yang tegak lurus dengan sumbu batang (mm2)
3. Poer
perhitungan balok.
yang terjadi akibat beban-beban yang bekerja pada dermaga secara lebih teliti. Hasil
32
struktur yang sebenarnya untuk mendapatkan nilai safety factor (SF). Safety factor
(SF) merupakan perbandingan dari kapasitas dermaga dengan beban yang bekerja.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
koordinat 4° 46' 5.99" LS, 122° 3' 14.26" BT. Tepatnya di Jln. Yos Sudarso, Kel.
Untuk lebih jelasnya, lokasi proyek dapat dilihat pada gambar berikut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Mei - Juli
33
34
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang didapat dari sumber yang akurat sehingga tujuan dari penelitian ini
1. Data primer
untuk mendapatkan data dengan cara survey langsung ke lokasi agar mengetahui
secara lebih akurat kondisi yang sebenarnya, contoh mengukur dimensi dan
dokumentasi dermaga.
2. Data sekunder
penelitian dari Balitban Sultra ke Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perhubungan
35
adalah:
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Gaya Sandar
1. Gaya Horizontal
Gaya Tambat
Beban Mati
2. Gaya Vertikal
Beban Hidup
1. Metode Literatur
yang didapat dari buku, hasil penelitian yang terkait, jurnal, standar nasional
36
Indonesia (SNI) dan dari internet. Dalam metode ini dibutuhkan sumber / referensi
2. Metode Observasi
survey langsung ke lokasi agar mengetahui secara lebih akurat ukuran ketebalan
pelat dan balok serta panjang dan lebar dermaga sebenarnya, dengan demikian
komprehensif.
Pada proses ini, data-data yang telah diperoleh, dilakukan analisis struktur
dermaga bagian bagian atas. Analisis dilakukan untuk mengetahui kapasitas struktur
bekerja seperti gaya vertikal, horizontal dan beban gempa sehingga dapat diketahui
zonasi gempa terbaru. Hal ini merupakan bagian yang penting dalam sebuah proses
analisis struktur.
37
F. Definisi Operasional
variabel-variabel dan ukuran-ukuran yang digunakan dalam menganalisis data. Hal ini
penelitian. Setiap variabel harus jelas satuan dan ukurannya dalam dimensi ruang dan
waktu. Definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.
G. Konsep Operasional
Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan persiapan
dengan cara membaca literatur dan survei lokasi penelitian, tinjauan pustaka dan
observasi lapangan guna mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan yaitu data
primer dan sekunder. Setelah itu dilakukan analisis secara manual untuk mengetahui
kapasitas dermaga dan analisis menggunakan SAP 2000 untuk mengetahui pengaruh
beban terhadap struktur. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan alir berikut :
39
Bureau of Ports and Harbours. 1980. Technical Standards For Port and Harbour
Facilities in Japan. Japan: Ministry of Transport.
SNI – 03 – 1729 – . 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
SNI – 03 – 2847. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan.
Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Suyono, S. d. 1988. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi. Jakarta: Pradnya Paramita.
Wilson, L. 2000. Integrated Finite Element Analysis and Design of Structures : Stell
Design Mannual, Computers and structures. California: Inch Barkley.
40
41
LAMPIRAN