TUGAS AKHIR
PENGARUH PENAMBAHAN GEOPOL TERHADAP
PENINGKATAN NILAI CBR SOAKED
PADA JENIS TANAH LEMPUNG
Oleh:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan karuniaNya penulis dapat menyusun Tugas Akhir (TA) yang berjudul
“PengaruhPenambahan GEOPOL®TerhadapPeningkatan Nilai CBR Soaked
PadaJenisTanahLempung” yang telah melewati berbagai tahapan.
1. Prof. Dr. Ir. Slamet Riyadi, MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Katolik Soegijapranata,
2. Daniel Hartanto, ST. MT. selaku KetuaProgram Studi Teknik Sipil
Universitas Katolik Soegijapranata,
3. Ir. David Widianto, MT. IPM. selaku Koordinator Tugas Akhir Program
Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata,
4. Ir. YohanesYuliMulyanto, MT.selaku Dosen Pembimbing I selama penelitian
dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini,
5. Dr. Ir. Djoko Suwarno, M.Si. IPM. selaku Dosen Pembimbing II selama
penelitian dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini,
6. Dr. Maria Wahyuni, MT. IPM. danIr. WidijaSuseno, M.T. IPU. selaku dosen
penguji yang memberikan masukan, koreksi, dan evaluasi terhadap laporan
tugas akhir kami sehingga kekurangan-kelurangan dalam laporan dapat kami
perbaiki agar menjadi lebih baik,
7. Gregorius Agung Triandhi selaku laboran dari Laboratorium Mekanika Tanah
Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata,
8. F. Budhi Kustiyono selaku laboran dari Laboratorium Teknologi Bahan
Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata,
9. Staf dan karyawan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Katolik Soegijapranata yang telah membantu dalam pengurusan administrasi,
10. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa
kepada penulis,
ABSTRAK
Tanah dasar (subgrade) yang digunakan untuk suatu konstruksi jalan raya harus
memiliki daya dukung tanah yang baik, karena beban yang bekerja dipermukaan
konstruksi jalan adalah beban statis dan beban dinamis. Salah satu parameter yang
dapat diketahui daya dukung tanah dasar itu baik atau tidak yaitu dengan
mengetahui nilai CBR nya. Daya dukung tanah yang kurang baik yaitu memiliki
nilai CBR kurang dari 6% menurut Dirjen Bina Marga. Untuk mengatasi tanah
dasar yang kurang baik dapat dilakukan penggantian dengan tanah yang lebih baik
atau penimbunan tanah yang didatangkan dari lokasi lain. Karena seringkali tidak
ada pilihan untuk material timbunan, sehingga tanah dengan plastisitas tinggi
seperti tanah lempung digunakan sebagai material timbunan. Berdasarkan
informasi, tanah yang berasal dari Kradenan Semarang dan tanah dari Desa
Tinanding di kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan merupakan jenis tanah
ekspansif. Untuk menjawab permasalahan ini, salah satu usaha yang dilakukan
untuk peningkatan daya dukung tanah tersebut adalah dengan perbaikan tanah
dengan metode stabilisasi kimiawi menggunakan bahan stabilisasi GEOPOL ®.
Variasi campuran GEOPOL® yang digunakan 0% sebagai pembanding, 2%, 4%
dan 6% tanpa pemeraman dan dengan usia pemeraman 2 dan 4 hari serta
perendaman selama 4 hari. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sifat
fisik dan mekanik tanah asli serta pengujian sifat mekanik tanah yang telah
distabilisasi (CBR tanah) dan Uji Swelling Procentage. Berdasarkan penelitian
didapat hasil bahwa nilai CBR mengalami peningkatan seiring dengan
penambahan prosentase GEOPOL® dibandingkan tanah asli. Dengan kadar
campuran GEOPOL® pada kondisi tanah tidak terendam pada kadar sebesar 6%
dihasilkan nilai CBR sebesar 52,5% pada tanah Kradenan dan 76,45% pada tanah
dari Desa Tinanding. Penelitian dilanjutkan dengan pemeraman selama 4 hari
dengan kadar prosentase 6% dan didapat nilai CBR sebesar 9% pada tanah
Kradenan dan 12,39% pada tanah Desa Tinanding pada kondisi terendam. Hasil
CBR tersebut memenuhi syarat minimum perkerasan tanah dasar jalan raya CBR
yaitu minimum 6% dari Bina Marga. Berdasarkan penelitian, campuran
GEOPOL® mampu meningkatkan nilai CBR dan menurunkan nilai Swell
Procentage secara optimal dan efisien.
Kata Kunci: Tanah lempung, GEOPOL®, California Bearing Ratio (CBR),
Swelling Procentage, Soaked, Unsoaked.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR........................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................................iv
KARTU ASISTENSI PEMBIMBING I...................................................................vi
KARTU ASISTENSI PEMBIMBING II................................................................viii
PRAKATA................................................................................................................ix
ABSTRAK................................................................................................................xi
DAFTAR ISI............................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xiv
DAFTAR TABEL...................................................................................................xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.......................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xx
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................5
1.5 Batasan Penelitian....................................................................................6
1.6 Sistematika Penulisan...............................................................................7
4.8 Pembahasan............................................................................................89
4.8.1 Pengujian Tanah Kradenan dan Tanah Desa Tinanding........................89
Reynaldi Aditya 15.B1.00
Nugraha Arjuna 12 x
Tugas Akhir
Pengaruh Penambahan GEOPOL®terhadap
Peningkatan nilai CBR Soaked Pada Jenis Tanah
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................96
LAMPIRAN - LAMPIRAN .............................................................................. L-1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Batuan Pada Elemen Tanah....................................10
Gambar 2.2 Diagram Fase Tanah.............................................................................10
Gambar 2.3 Diagram Plastisitas...............................................................................13
Gambar 2.4 Rentang Batas Cair (LL) dan (PI) AASHTO.......................................16
Gambar 2.5(a) Struktur Lapisan Perkerasan Lentur.................................................18
Gambar 2.5(b) Struktur Lapisan Perkerasan Kaku..................................................18
Gambar 2.6Skema Batas Konsistensi Tanah............................................................24
Gambar 2.7(a) Alat Uji Proctor Modifikasi Penumbuk...........................................28
Gambar 2.7(b) Alat Uji Proctor Modifikasi Cetakkan............................................28
Gambar 2.8Pengaruh Energi Pemadatan Pada Lempung Berpasir..........................29
Gambar 2.9Alat CBR Laboratorium........................................................................32
.................................................................................
Gambar 2.10 Paket GEOPOL® 36
Gambar 2.11Grafik Uji Plastisitas Campuran Tanah Dan Kapur............................37
Gambar 2.12 Hubungan Variasi Benda Uji CBR.....................................................37
Gambar 2.13 Hubungan Variasi Benda Uji Dan Nilai Swelling..............................38
Gambar 2.14 Hubungan Waktu Pemeraman dengan Nilai CBR.............................39
Gambar 3.1 Tanah Lempung Abu-Abu Desa Tinanding.........................................41
Gambar 3.2(a) GEOPOL®A.....................................................................................42
Gambar 3.2(b) GEOPOL®B.....................................................................................42
Gambar 3.3 Peta Lokasi Pengambilan Sampel di Gubug, Purwodadi.....................43
Gambar 3.4 Peta Lokasi Jalan Dewi Sartika Raya...................................................44
Gambar 3.5 Pengambilan Sampel Uji Tanah Lempung...........................................45
Gambar 3.6(a) Mold Tampak Atas...........................................................................46
Gambar 3.6(b) Mold Dengan Collar Tampak Depan...............................................47
Gambar 3.7 Tahapan Proses Penelitian....................................................................50
Gambar 4.1 Hasil Uji Analisis Saringan Tanah Kradenan.......................................53
Gambar 4.2 Hasil Uji Analisis Hidrometer Tanah Kradenan...................................54
Gambar 4.3 Hasil Uji Analisis Saringan Desa Tinanding........................................55
Gambar 4.4 Hasil Uji Analisis Hidrometer Desa Tinanding....................................56
Gambar 4.5 Pengujian Berat Jenis Tanah................................................................58
Gambar 4.6 Pembuatan Sampel Uji Batas Cair........................................................61
Gambar 4.7 Grafik Uji batas Cair Tanah Kradenan.................................................61
Gambar 4.8 Sampel Uji Batas Plastis Tanah Kradenan...........................................62
Gambar 4.9 Klasifikasi pada Tanah Kradenan Metode USCS.................................63
Gambar 4.10 Klasifikasi pada Tanah Kradenan Metode AASHTO........................64
Gambar 4.11 Pengujian Batas Susut pada Tanah Kradenan....................................65
Gambar 4.12 Grafik Uji Batas Cair Desa Tinanding................................................66
Gambar 4.13Sampel Batas Cair dengan alat Casagrande........................................67
Gambar 4.14 Klasifikasi pada Tanah Desa Tinanding berdasarkan metode
USCS.....................................................................................................68
Gambar 4.15 Klasifikasi AASHTO pada tanah Desa Tinanding.............................68
Gambar 4.16 Penimbangan Berat Sampel Batas Susut............................................70
Gambar 4.17 Pengambilan dan Pengeringan Tanah Sampel....................................71
Gambar 4.18 Pembuatan Sampel Tanah Proctor Modified.....................................72
DAFTAR TABEL
Pemakaianpertama
Singkatan Nama
kali padahalaman
SNI StandarNasional Indonesia
American Association of State Highway and
AASHTO 11
Transportation Official
ASTM American Standard Testing and Material 17
CBR California Bearing Ratio 2
OMC Optimum Moisture Content 40
USCS Unified Soil Classification System 13
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam perkembangan di dunia konstruksi teknik sipil, tanah memiliki peranan
yang penting sebagai penahan beban akibat konstruksi bangunan terutama
perkerasan jalan raya yang terletak di atas tanah, yang harus mampu memikul
seluruh beban bangunan dan beban lainnya yang juga diperhitungkan. Stabilitas
konstruksi perkerasan secara langsung akan dipengaruhi oleh kemampuan tanah
dasar ketika menerima serta meneruskan beban yang bekerja. Akan tetapi perlu
diketahui bahwa tidak semua lapisan tanah dasar mampu menahan atau memikul
beban di atasnya. Infrastruktur jalan di Indonesia sering terjadi kerusakan.
Perbaikan terhadap kerusakan adalah salah satu langkah untuk mempertahankan
umur rencana suatu jalan. Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan secara
umum adalah peningkatan beban, volume, material konstruksi perkerasan yang
kurang baik, iklim maupun keadaan tanah yang tidak stabil (Udiana, dkk, 2014).
Perbaikan infrastruktur jalan raya yang mengalami kerusakan tentu sangat
berkaitan dengan kualitas tanah dasar (subgrade). Tanah dasar (subgrade)
merupakan lapisan dasar untuk meletakkan lapisan-lapisan perkerasan lainnya.
Kekuatan dan keawetan maupun tebal dari lapisan konstruksi perkerasan jalan
sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar ini.
terdiri dari pasir dan lempung. Untuk daerah Ungaran, Gunungpati dan Ngaliyan
karena terletak di daerah Semarang atas, maka jenis tanah yang ada di daerah
tersebut merupakan tanah lempung. Berdasarkan informasi teknis, tanah dari
daerah Kradenan Semarang dan tanah di Desa Tinanding kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan tergolong tanah ekspansif. Supaya dapat diketahui lebih
jelas dan lebih tepat jenis tanah apa yang khususnya terletak di daerah Kradenan
dan Desa Tinanding dengan dilakukan penelitian di laboratorium seperti pengujian
analisis saringan dan analisis hidrometer. Tanah yang demikian itu belum
memenuhi standar sebagai bahan konstruksi jalan, karena (Departemen Pekerjaan
Umum 1987) telah memberi batasan nilai kekuatan CBR untuk tanah dasar
(subgrade) minimal 6% (Soedarsono, 1985). Untuk mengatasi permasalahan pada
tanah dasar dari jenis tanah lempung, terdapat beberapa alternatif yang dijelaskan
menurut buku Penentuan Tebal Perkerasan Jalan Raya Departemen Pekerjaan
Umum yang diterbitkan pada tahun 1974 antara lain menurunkan nilai indeks
plastis tanah dan meningkatkan nilai CBR, atau mengganti tanah setebal minimal
15 cm dengan tanah yang lebih baik.
Dalam perencanaan struktur perkerasan jalan raya, daya dukung suatu lapisan
tanah sangat mempengaruhi tebal perkerasan saat perencanaan jalan raya, semakin
tinggi kuat dukung tanah, maka semakin tipis tebal perkerasan yang diperlukan
untuk menahan beban lalu lintas. Daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh jenis
tanah, tingkat kepadatan, kadar air dan lain-lain (Hendarsin, 2000). Untuk
mengukur suatu kekuatan lapisan tanah dasar dalam mendukung beban tanpa
mengalami perubahan bentuk, maka perlu dilakukan pengujian California
Bearing Ratio (CBR). Jika semakin kecil nilai CBR dari lapisan suatu tanah
tertentu maka lapisan rencana yang akan dibuat diatasnya tentu semakin tebal. Di
banyak lokasi dalam wilayah negara Indonesia, tidak banyak ditemukan tanah
terpadatkan yang mampu memberikan nilai CBR tinggi. Biasanya tanah lempung
lunak terdapat di daerah dataran rendah atau pantai dengan nilai rata-rata CBR
yang rendah.
Pada umumnya perbaikan tanah dilakukan terhadap jenis tanah lunak yang daya
dukungnya rendah, karena jenis tanah lunak lebih peka terhadap ada tidaknya air.
Dalam musim penghujan tanah lunak mengembang dan tidak mampu mendukung
beban. Namun sebaliknya, dalam musim kemarau tanah lunak menyusut dan
mengalami keretakkan, walau mampu untuk menahan beban yang besar. Tentu
hal ini sangat berbahaya bagi pekerjaan konstruksi di atasnya karena akan
merusak konstruksi di atasnya. Proses stabilisasi tanah secara konvensional saat
ini belum mampu sepenuhnya untuk merubah sifat kembang susut tanah sehingga
walaupun suatu perkerasan atau konstruksi jalan maupun bangunan tersebut sudah
dipadatkan, nantinya akan mengalami kerusakan secara cepat karena masih ada
sifat-sifat buruk tanah di bawahnya. Dengan adanya perkembangan teknologi
yang terjadi di lapangan, inovasi stabilisasi tanah telah mengikuti perkembangan
zaman. Salah satu dari perkembangan zaman pada usaha menstabilisasi tanah
adalah dengan melakukan pencampuran bahan kimia. Untuk memperbaiki kualitas
tanah lempung yang memiliki sifat kembang susut, maka dibutuhkan suatu bahan
aditif agar stabil. Salah satunya adalah stabilizing agent atau bahan aditif untuk
menstabilisasi tanah yaitu GEOPOL®. GEOPOL® adalah bahan aditif berupa
cairan yang dengan kadar tertentu mampu memperbaiki dan menstabilkan kualitas
tanah khususnya tanah lempung. Maka perlu dilakukan suatu pengujian untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan GEOPOL® terhadap nilai CBR
yang terendam (Soaked) pada jenis tanah lempung khususnya berwarna abu-abu
di daerah Desa Tinanding, Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Jawa Tengah
dan di daerah Kradenan, Semarang Jawa Tengah.
Berbagai literatur penelitian tentang perbaikan tanah dasar yang telah diteliti
seperti: penambahan gipsum sintetis (Nugroho, 2008), kapur (Aini dkk, 2013),
Portland cement (Rakhman, 2002), Mathos (Saputra, E., dan Kurniawan,L.S
2018) dan lain-lain. Penelitian lain dilakukan oleh Sidhi dan Helda (2015) yang
berjudul “Stabilisasi Tanah Gambut Rawa Pening Menggunakan Portland
Cement Tipe I untuk Material Timbunan Konstruksi Bangunan”. Hasil penelitian
tersebut yaitu penambahan bahan tambah berupa Portland Cement tipe I dengan
kadar 5%, 10% dan 15% meningkatkan berat jenis gambut Rawa Pening rata-rata
sebesar 9,6%. Semakin besar prosentase kadar Portland Cement tipe I, semakin
besar nilai kohesi, hal itu dilakukan dengan masa perawatan tetap selama 14 dan
28 hari. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wiratama (2015) yang berjudul
“Studi Daya Dukung Tanah Organik Menggunakan Matos”. Berdasarkan uraian
tersebut, belum ada penelitian sejenis dengan menggunakan GEOPOL ®.
GEOPOL® adalah bahan aditif yang baru diperkenalkan dan diproduksi pada
tahun 2018 oleh PT. Masushita Builders yang berasal dari Kota Bandung Jawa
Barat. GEOPOL® memiliki fungsi untuk memperbaiki, memadatkan (solidifikasi)
kualitas tanah, serta menstabilkan tanah secara fisik dan kimiawi. Tentu saja hal
tersebut memiliki manfaat bagi pekerjaan konstruksi di bidang Geoteknik untuk
memperoleh daya dukung tanah yang lebih baik. Berdasarkan permasalahan dan
penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul
”Pengaruh Penambahan GEOPOL® terhadap Peningkatan nilai CBR Soaked Pada
Jenis Tanah Lempung”
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan
beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan seperti berikut ini:
1. Bagaimana sifat-sifat fisis tanah asli dari Desa Tinanding, Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Jawa Tengah dan di daerah Kradenan, Semarang Jawa
Tengah.
2. Bagaimana sifat-sifat fisis tanah campuran yang telah distabilisasi GEOPOL®
dengan kadar campuran sebanyak 0%, 2%, 4%, 6% dari di daerah Kradenan,
Semarang Jawa Tengah dan Desa Tinanding, Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Jawa Tengah.
3. Seberapa besar nilai CBR dan Swelling Procentage dari tanah asli serta tanah
campuran dengan penambahan campuran GEOPOL® sebanyak 0%, 2%, 4%,
6% pada keadaan Soaked/terendam.
Penelitian terkait dengan pengaruh penggunaan bahan aditif yaitu GEOPOL ® ini
memiliki tujuan untuk:
1. Mengetahui sifat-sifat fisis sampel tanah asli pada lokasi penelitian dengan
melakukan beberapa pengujian seperti: Atterberg Limits, Grain Size, dan
Spesific Gravity (Gs).
2. Mengetahui nilai peningkatan Swelling Procentage dari tanah lempung, baik
yang natural maupun yang diberi tambahan GEOPOL® masing-masing sebesar
0%, 2%, 4%, dan 6% sebagai pembanding.
3. Mengetahui nilai peningkatan CBR Soaked dari tanah lempung, baik yang
natural maupun yang diberi tambahan GEOPOL® sebesar 0%, 2%, 4%, dan 6%
sebagai pembanding.
Masalah pada penelitian ini dibatasi pada nilai daya dukung tanah lempung lunak
asli sebelum dan sesudah dicampur menggunakan GEOPOL® sebagai bahan aditif
dengan melakukan pengujian-pengujian yang dilakukan di Laboratorium
Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Berikut ini adalah ruang lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini:
1. Sampel tanah yang digunakan adalah sampel tanah (Disturbed) pada jenis
tanah lempung lunak berwarna abu-abu yang berasal dari daerah Kradenan,
Semarang Jawa Tengah dan di Desa Tinanding, Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Jawa Tengah.
2. Bahan additive yang dipakai untuk stabilisasi tanah adalah GEOPOL® sebagai
Stabilizing Agent.
3. Material tambah yang akan digunakan adalah GEOPOL® Jenis A dan B.
4. Pengujian-pengujian yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah
Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata Semarang antara lain,
sebagai berikut:
a. Pengujian pada tanah asli yang meliputi:
a.1. Uji Kadar Air (w) (ASTM D2216-71),
a.2. Uji Berat Jenis/Spesific Gravity (Gs) (ASTM D8554-58),
a.3. Uji Batas-Batas Atterberg (ASTM D423-66, D424-59 dan D427)
a.4. Uji Analisis Saringan (ASTM D421-58),
a.5. Uji Analisis Hidrometer jika tanah lolos saringan no 200>50%.
a.6. Uji Indeks Properties
b. Pengujian pada tanah yang ditambahkan dengan GEOPOL® dengan kadar
air optimum melalui:
b.1. Uji Pemadatan Tanah/Kompaksi dengan Modified Proctor (ASTM D
698),
b.2. Uji CBR (California Bearing Ratio) Soaked dengan perendaman
sampel uji selama 4 hari (ASTM D1883-37).
5. Kadar GEOPOL® yang digunakan sebesar 0%, 2%, 4%, 6% berdasarkan kadar
wOptimum yang didapat dari uji pemadatan tanah.
6. Air yang digunakan adalah air bersih keran dari Universitas Katolik
Soegijapranata Kota Semarang Jawa Tengah.
Agar penelitian Tugas Akhir ini menjadi sistematis dan terarah, maka penulisan
Tugas Akhir ini dibagi menjadi beberapa bab yang terdiri dari:
Bab 1: Pendahuluan
Pendahuluan akan membahas latar belakang permasalahan, tujuan
penelitian, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika pembahasan dari
Tugas Akhir ini.
Bab 2: Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka membahas mengenai teori-teori, jurnal serta penelitian
yang berkaitan dengan jenis-jenis tanah di Indonesia.
Bab 3: Metode Penelitian
Bab ini membahas cara pengumpulan data-data yang didapat dari
observasi di lapangan dan pengujian di laboratorium.
Bab 4: Hasil dan Pembahasan
Hasil dan Pembahasan berisikan analisis data serta pembahasannya
berdasarkan data–data yang telah diperoleh.
Bab 5: Penutup
Bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dan memberikan saran serta masukan yang tepat agar penelitian
ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik.
Lampiran
Lampiran merupakan bagian dari penyusunan laporan yang berisi tentang
hal-hal yang dapat membantu memahami isi laporan yang berupa
dokumentasi pelaksanaan penelitian dan lembar lembar yang penting
untuk penelitian ini.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah
Tanah adalah semua endapan alam yang berhubungan dengan teknik sipil, kecuali
batuan tetap (Soedarmo dan Purnomo, 1997). Tanah memiliki ciri khas dan sifat-
sifat yang berbeda beda di daerah satu dengan daerah lainya. Sifat-sifat tanah itu
memiliki sifat fisika dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah yaitu antara lain
tekstur, bentuk dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukkan sifat yang
dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah
tersebut.
Adapun menurut para ahli teknik sipil, tanah dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Tanah merupakan kumpulan butiran agregat mineral alami yang dapat
dipisahkan dengan suatu cara mekanik bila agregat tersebut diaduk dalam air
(Terzaghi, 1987).
2. Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat atau butiran mineral-
mineral padat yang terikat secara kimia satu dengan yang lain dan dari bahan
bahan organik yang dapat melapuk partikel padat disertai zat cair dan gas yang
mengisi ruang-ruang kosong diantara parikel-partikel padat tersebut (Das,
1995).
3. Tanah didefinisikan sebagai partikel-partikel mineral yang tersemen maupun
yang lepas sebagai hasil pelapukan dari batuan, rongga pori antar partikel
terisi oleh udara dan atau air. Akibat pengaruh cuaca dan pengaruh lainnya,
tanah mengalami pelapukan sehingga terjadi perubahan ukuran dan bentuk
butirannya. Pelapukan batuan dapat disebabkan oleh pelapukan mekanis, kimia
dan organis. (Sosrodarsono, 1984).
4. Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang
relatif lepas (loose), yang terletak diatas batuan dasar (bedrock). Ikatan antara
butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik atau
oksida-oksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Ruang diantara
partikel-partikel dapat berisi air, udara maupun keduanya. Proses pelapukan
batuan atau proses geologi lainnya yang terjadi di dekat permukaan bumi
membentuk tanah. Pembentukan tanah dari batuan induknya, dapat berupa
proses fisik maupun kimia. Proses pembentukan tanah secara fisik yang
mengubah batuan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, terjadi akibat
pengaruh erosi, angin, air, es, manusia, atau hancurnya pertikel tanah akibat
perubahan suhu atau cuaca (Hardiyatmo, 2002).
Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah merupakan hasil
pelapukan dari batuan. Ukuran setiap butiran padat tersebut sangat bervariasi dan
sifat-sifat fisik dari tanah banyak tergantung dari faktor-faktor ukuran, bentuk, dan
komposisi kimia dari batuan. Berdasarkan asal-usulnya, batuan dapat dibagi
menjadi tiga tipe dasarya itu: batuan beku (igneus rocks), batuan sedimen
(sedimentary rock), dan batuan metamorf (metamorphic rocks). Pada Gambar 2.1
ditunjukan diagram dari siklus kejadian beberapa tipe batuan dengan beberapa
keterangan singkat untuk tiap-tiap elemen dari siklus batuan.
Indeks properties dari tanah didapat dari korelasi antara berat tanah dan volume
tanah. Keadaan tersebut bisa dilihat pada suatu bentuk diagram fase tanah seperti
pada Gambar 2.2.
Ukuran dan partikel tanah sangat beragam dan bervariasi yang cukup besar. Tanah
pada umumnya disebut kerikil, pasir, lanau, atau lempung, tergantung pada
ukuran partikel yang paling dominan pada tanah tersebut seperti batasan-batasan
ukuran golongan tanah pada Tabel 2.1.
Tanah diklasifikasikan sebagai tanah yang kohesif dan tidak kohesif atau sebagai
tanah yang beragregat kasar dan halus, yang mencakup semua bahan seperti
lempung, pasir, kerikil, dan batu-batu yang besar. Hasil penyelidikan di
laboratorium dan atau di lapangan, diketahui sifat-sifat alami dan teknis tanah-
tanah tersebut serta dapat digunakan untuk mengevaluasi masalah-masalah
tertentu dalam bidang teknik sipil, yaitu antara lain menurut (Soedarmo dan
Purnomo, 1997):
1. Menentukan rembesan, daya rembes dan kecepatan rembesan air yang melalui
penampang tanah serta koefisien rembesannya.
2. Menentukan pemampatan tanah yang berdasarkan teori konsolidasi Terzaghi
dan penurunan, maka dapat digunakan untuk mengevaluasi penurunan
konstruksi.
Dalam hal ini digambarkan sebuah garis diagonal yang disebut garis A dan suatu
garis tegak lurus yang ditarik pada batas cair yaitu = 50%. Garis A adalah batas
empiris antara lempung inorganik yang khas (CL dan CH) dengan lanau inorganik
yang khas (ML dan MH) atau tanah organik (OL dan OH). Garis tegak lurus pada
batas cair 50 itu memisahkan lanau dan lempung yang batas cairnya tinggi (H). Di
bagian bawah diagram, dibawah batas cair kira-kira 29 dan antara nilai PI sebesar
4 dan 7, sifat-sifat tanah menunjukan gejala saling berhimpitan dan karena itulah
garis A di daerah ini menjadi suatu daerah. Klasifikasi dualistis CL-ML dipakai
untuk tanah-tanah yang berbeda dalam daerah ini. Tanah-tanah berbutir kasar
dibagi menjadi kerikil dan pasir serta dibagi lagi menjadi: yang mengandung
bahan alus dalam jumlah yang ada artinya dan yang bebas dari bahan-bahan halus
yang mengandung bahan-bahan halus diklasifikasikan berdasarkan diagram
plastisitas (menjadi golongan yang bersifat kelanauan atau bersifat kelempungan)
dan yang bebas dari bahan-bahan halus menurut grafik lengkungan-gradasi
dengan mempergunakan koefisien-koefisien derajat keseragaman dan koefisien
koefisien lengkungan. Sistem klasifikasi tanah Unified seperti pada Tabel 2.2 dan
Huruf-huruf yang digunakan adalah sebagai berikut:
Kerikil 50% atau lebih dari kerikil- pasir, sedikit atau sama sekali
(Hanya kerikil)
fraksi kasar tertahan pada tidak mengandung butiran halus.
Kerikil bersih
GP Kerikil bergradasi buruk dan campuran
kerikil-
pasir, sedikit atau sama sekali
mengandung butiran halus.
Kerikil berlanau, campuran kerkil-pasir-
yaka No.
GM
lanau.
ayakan No. 200
dengan
Kerikil
butiran
halus GC Kerikil berlempung, campuran kerikil-
pasir- lempung.
SW Pasir bergradasi baik, pasir berkerikil,
sedikit atau sama sekali tidak
Pasir lebih dari 50% fraksi
mengandung butiran
Pasir bersih
kasar lolos ayakan No. 4
(hanya pasir)
halus.
SP Pasir bergradasi-buruk dan pasir
berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak
mengandung butiran halus.
SC
lempung.
ML Lanau anorganik, pasir halus sekali,
dan Lanau dan lempung
Batas Cair 50% atau
diatomae, atau
lanau diatomae . lanau yang elastis.
Lempung
Lebih
Batas
CH tinggi,
50%
Batas Cair
c. Batu
Batu yang ukurannya lebih besar dari 75 mm tidak digolongkan dalam
klasifikasi ini. Klasifikasi tanah berdasarkan AASHTO harus memenuhi
gradasi dan persyaratan yang ditentukan seperti pada Tabel 2.3.
Klasifikasi kelompok
A-4 A-5 A-6 A-7
Analisis ayakan (%
lolos)
No.10
No.40
No.200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36
Perkerasan jalan merupakan konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah dasar
dengan fungsi menahan beban lalu lintas kendaraan. Jenis konstruksi perkerasan
jalan secara umum ada 2 jenis, yaitu perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan
perkerasan kaku (Rigid Pavement). Perencanaan perkerasan jalan dikatakan baik
apabila konstruksi tersebut memberikan beberapa sifat yaitu kuat, nyaman dan
bernilai ekonomis. Perkerasan lentur menurut Departemen Pekerjaan Umum
(1987) adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal
sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya seperti
pada Gambar 2.5(a) dan (b).
Lapis Pondasi
Tanah Dasar
Tanah Dasar
(a) (b)
Tanah lempung (Clay) adalah tanah yang terdiri dari partikel mikroskopis dan
submikroskopis yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan
partikel dari mika, mineral-mineral lempung (Clay Minerals) dan mineral-mineral
yang sangat halus lain. Tanah lempung didefinisikan sebagai golongan partikel
yang ukuran butirannya kurang dari 0,002 mm. Namun beberapa kasus partikel
yang berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm masih digolongkan sebagai
partikel lempung, dalam hal ini tanah diklasifikasikan sebagai lempung (hanya
berdasarkan pada ukurannya saja) atau lolos saringan no 200. Beberapa definisi
tanah lempung yang dipaparkan oleh beberapa ahli, diantaranya:
1. Menurut Bowles (1984) tanah lempung adalah deposit yang memiliki partikel
yang berukuran lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm dalam jumlah lebih
dari 50%,
2. Menurut Grim (1953) tanah lempung adalah tanah yang terdiri dari partikel-
partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat plastis apabila dalam keadaan
basah.
Jika nilai PI = 0, maka batas cair sama dengan batas platis maka tanah tersebut
non plastis, sedangkan jika nilai PI antara 0 – 7 % tergolong plastisitas rendah,
nilai PI antara 7% - 17% termasuk plastisitas sedang, sedangkan nilai PI lebih
besar dari 17% disebut plastisitas tinggi (Hardiyatmo, 2010). Lempung ekspansif
merupakan tanah yang memiliki sifat kembang susut yang tinggi karena
dipengaruhi oleh kandungan air yang berada di dalam tanah tersebut.
Apabila kandungan airnya banyak maka tanah tersebut akan mengembang serta
daya dukung tanah akan berkurang demikian sebaliknya apabila kadar airnya
berkurang maka tanah tersebut terjadi penyusutan dan menimbulkan keretakan
pada permukaannya serta daya dukungnya akan meningkat. Dalam perencanaan
perkerasan jalan raya, keadaan ini tentu menimbulkan permasalahan seperti
bergelombang pada jalan, lapisan perkerasan diatas subgrade akan terjadi
penurunan dan keretakan pada permukaan jalan bahkan bisa sampai patah apabila
menggunakan perkerasan kaku (Rigid Pavement). Mineral utama pembentuk
tanah lempung dapat dipelajari pada subbab berikut.
1. Kaolinite
Mineral Kaolinite terdiri dari tupukkan lapisan-lapisan dasar lembaran-
lemabran kombinasi silica-gibbsite. Mineral kaolinite berwujud seperti
lempengan tipis, masing-masing dengan diameter kira-kira 1000 Å sampai
20.000 Å dan ketebalan dari 100 Å sampai 1000 Å. Reaksi kimia dari Kaolinite
adalah: (OH)8Al4Si4O10.
2. Illite
Illite terdiri dari sebuah lembaran gibbsite yang diapit oleh dua lembaran silika.
Illite juga disebut mika lempung. Lapisan-lapisan Illite terikat satu sama lain
oleh ion-ion Kalium. Reaksi kimia Illite yaitu: KyAl2 (Fe2Mg2Mg3) (Si4yAly)
3. Montmorilonite
Mineral ini memiliki potensi plastisitas dan mengembang atau menyusut yang
tinggi sehingga bersifat plastis pada keadaan basah dan keras pada keadaan
kering. Rumus kimia montmorilonite adalah Al2Mg (Si4O10) (OH)2xH2O.
Partikel montmorillonite mempunyai dimensi mendatar 1000 Å sampai 5000 Å
dan ketebalan 10 Å sampai 50 Å. Luasan spesifikasi adalah sekitar 800 m2
/gram.
dikatakan aktif atau mudah mengalami kembang susut jika kadar airnya berubah,
apabila besarnya A> 1,25 seperti pada Tabel 2.5 berikut.
Uji Indeks properties digunakan untuk melakukan klasifikasi pada tanah dengan
parameter yang dipakai adalah sebagai berikut:
1. Berat isi (𝛾) adalah berat tanah persatuan volume.
2. Kadar air (w) perbandingan antara berat air dengan berat butir tanah.
3. Derajat kejenuhan (Sr) adalah perbandingan isi air massa tanah dengan isi pori
seluruhnya.
4. Angka pori (e) adalah perbandingan antara isi pori dengan volume butir.
5. Porositas (n) adalah perbandingan antara isi pori dengan isi tanah dan volume
total.
Berat Isi
𝛾 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 𝑡𝑎𝑛𝑎 (𝑔/𝑐𝑚3) ………………....……………...............(2.3)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 𝑡𝑎𝑛𝑎
Jadi 𝛾 = 𝑊 = W2 – W1
V V
Kadar Air (Water Content)
w= Ww × 100%.........................................................................................(2.4)
Ws
Ww = Berat tanah basah dan ring – berat ring – berat kering
= W2 – W1 - Ws
Jadi w = 𝑊2−𝑊1−𝑊𝑠
𝑊𝑠
𝑆𝑟 = VW × 100%..............................................................................................(2.5)
VV
Vw = WW = Wwet – Wdry
W 𝛾W
Vw = V – Vs = V – Ws
Gs - 𝛾W
Vs Vs Ws /(Gs × 𝛾W )
e = V × Gs × 𝛾W – 1
Ws
Porositas
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎
𝑛= = Vv × 100%.................................................................(2.7)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉
𝑛= e
𝑒 + 1 .........………………....……………………………….................(2.8)
1. Tanah butir kasar: tanah dengan ukuran butir ≥ 75μm (tertahan oleh saringan
no.200)
2. Tanah butir halus (fine grained soils): tanah dengan ukuran butir < 75 μm
(lolos saringan no.200). Ukuran saringan harus mengikuti standar ASTM.
Dari hasil-hasil percobaan tersebut digambarkan suatu grafik dalam suatu susunan
koordinat semilog, yaitu ukuran diameter butir sebagai absis dalam skala log dan
% lebih halus sebagai ordinat dengan skala linier. Dari grafik diatas didapat
koefisien keseragaman (Cu):
Cu = 𝐷60.......................................................................................................... (2.9)
𝐷10
Uji analisis hidrometer ini digunakan untuk tanah berbutir halus. Metode ini
mencakup penentuan distribusi ukuran butir tanah yang lolos saringan no.200
dengan keterangan seperti berikut:
A= 𝐼𝑝................................................................................................................ (2.11)
% 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎 𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
Jika tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut bisa
diremas-remas (remolded) tanpa menyebabkan retakan. Sifat kohesif ini terjadi
karena adanya air yang terserap (adsorbed water) di sekeliling permukaan dari
partikel lempung. Pada awal tahun 1900, seorang ilmuwan dari Swedia bernama
Atterberg mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat konsistensi
tanah berbutir halus pada kadar air yang bervariasi. Jika kadar airnya sangat
tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh
karena itu, atas dasar air yang dikandung tanah, tanah bisa dipisahkan ke dalam
empat keadaan dasar, yaitu: padat, semi padat, plastis, dan cair (Das, 1995).
Berikut ini adalah skema batas konsistensi tanah hubungan batas cair LL (Liquid
Limit), batas cair PL (Plastic Limit) serta batas susut SL (Shrinkage Limit) yang
disebut sebagai bagan uji batas-batas Atterberg yang ditunjukkan pada Gambar
2.6.
Kadar air dinyatakan dalam bentuk persen, terjadi transisi dari keadaan padat ke
keadaan semi-padat yang didefinisikan sebagai batas susut (shrinkage limit).
Kadar air transisi dari keadaan semi-padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan
batas plastis (plastic limit), dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan
batas cair (liquid limit). Batas-batas ini disebut sebagai batas Atterberg (Atterberg
Limits) (Das, 1995). Batas-batas tersebut dinyatakan sebagai berikut:
1. Batas cair (Liquid limit): kadar air ketika tanah berubah dari keadaan cair
menjadi keadaan plastis.
2. Batas plastis (Plastic limit): kadar air ketika tanah berubah dari keadaan plastis
menjadi keadaan semi solid
3. Batas susut (Shrinkage limit): kadar air ketika tanah berubah dari keadaan semi
solid menjadi solid.
datar (Das, 1998). Indeks Plastisitas [Plasticity Index (PI)] adalah selisih antara
batas cair dan batas plastis suatu tanah, atau seperti berikut:
PI= LL - PL.............................................................................................(2.13)
Pemadatan tanah menurut (Das, 1998) yaitu memiliki tujuan untuk meningkatkan
kekuatan tanah, sehingga dengan demikian dapat meningkatkan daya dukung
tanah tersebut. Berikut ini adalah definisi dari uji pemadatan pada tanah.
2.9.1. Definisi
Kadar air optimum adalah kadar air ketika harga berat volume kering
maksimum telah tercapai. Pada setiap percobaan, kadar air dapat ditentukan di
laboratorium bila kadar air sudah diketahui, berat volume kering bisa dihitung
sebagai berikut:
100 gt
gd ......................................................................................(2.14)
= 100 + w
w = dalam %
gt
..........
gd = .. ...........................................................................................(2.15)
1+w
Pemadatan adalah suatu proses bertambanya berat volume kering tanah akibat
memadatnya partikel yang diikuti oleh pengurangan volume udara dengan air
tetap tidak berubah (Hardiyatmo, 2010) dengan tujuan untuk memadatkan tanah
pada kadar air optimum dan memperbaiki karakteristik mekanisme tanah. Tanah
dipadatkan dalam sebuah cetakan silinder bervolume 130 ft3 (= 943,3 cm3).
Diameter cetakan tersebut adalah 4 in (= 101,6 mm).
Selama percobaan di laboratorium, cetakan itu dikelem pada sebuah pelat dasar
dan diatasnya diberi perpanjangan. Tanah dicampur air dengan kadar yang
berbeda dan kemudian dipadatkan dengan menggunakan penumbuk khusus.
Pemadatan tanah dilakukan dalam 5 lapisan (dengan tebal tiap lapisan 1 inch) dan
jumlah tumbukan adalah 56 × setiap lapisan. Berat penumbuk adalah 5,5 lb
(massa = 2,5 kg) dan tinggi jatuh sebesar 12 in (= 304,8 mm). Untuk setiap
percobaan, berat volume basah dari tanah yang dipadatkan tersebut dapat dihitung
sebagai berikut:
g = .........................................................................................................(2.16)
Juga pada setiap percobaan besarnya kadar air dalam tanah yang dipadatkan
tersebut dapat ditentukan di laboratorium. Bila kadar air tersebut diketahui, berat
volume kering gd dari tanah tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
gd = gd
1+ ..................................................................................................(2.17)
Gambar alat untuk uji pemadatan/Proctor seperti pada Gambar 2.7(a) dan (b).
(a) (b)
Gambar 2.7 Alat Uji Proctor Modifikasi (a) Penumbuk,
(b) Cetakan (Sumber: Das, 1995)
AASHTO Test Designation T-99. Untuk kadar air tertentu, berat volume kering
maksimum secara teoritis didapat bila pada pori–pori tanah sudah tidak ada
udaranya lagi, yaitu pada saat derajat kejenuhan tanah sama dengan 100%. Jadi,
berat volume kering maksimum pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi
“zero air voids” (pori-pori tanah tidak mengandung udara sama sekali) ditulis
sebagai berikut:
g zav = Gsgw
1+ e...................................................................................(2.18)
2.9.3. Pengaruh Energi Pemadatan
Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan (E) pada uji Proctor modifikasi,
dapat ditulis sebagai berikut:
E =.................................................................................................................(2.19)
Pengaruh Energi Pemadatan Pada Lempung Berpasir seperti pada Gambar 2.8.
Pada Gambar 2.13 menunjukan empat buah kurva pemadatan untuk tanah
lempung berpasir. Cetakan dan penumbuk seperti pada proctor modifikasi
digunakan guna mendapatkan kurva grafik dari uji pemadatan tersebut. Jumlah
tumbukan perlapisan sebanyak 56 tumbukan untuk uji Proctor Modified
pertama, 56 kali pada lapisan kedua hingga lapisan ke 6. Untuk pengujian CBR
unsoaked, benda uji dapat diperiksa nilai CBR-nya.
Pengujian CBR rendaman bertujuan untuk mengetahui nilai CBR dari sampel
tanah setelah terendam air dengan jangka waktu tertentu. Pelaksanaan uji CBR
terendam sama dengan yang tidak terendam (Unsoaked) namun perbedaannya ada
pada perlakuan sampel sebelum diuji. Pengujian ini didapatkan data berupa nilai
CBR tanah asli dan Swelling Procentage dengan perendaman selama 4 hari.
Terdapat dua macam pengukuran CBR yaitu:
1. Nilai CBR untuk penetrasi 0,254 cm (0,1”) terhadap penetrasi standar yang
besarnya 70,37 kg/cm2 (1000 psi) dirumuskan seperti berikut.
2. Nilai CBR untuk penetrasi 0,508 cm (0,2”) terhadap penetrasi standar yang
besarnya 105,56 kg/cm2 (1500 psi) dirumuskan seperti berikut.
CBR = B ×100% (P2 dalam kg/cm2)..........................................................(2.21)
3×1500
adalah contoh alat CBR Laboratorium yang digunakan selama pengujian CBR
pada tanah asli seperti pada Gambar 2.9.
Dengan Catatan:
a. Kec. Penetrasi (dari piston penetrasi) = 0,05 “/menit.
b. Harga CBR didapat dari beban pada penetrasi 0,1” atau 0,2” (=2,54 mm/5,08mm).
c. Harga CBR dinyatakan dalam %.
Dari kedua perhitungan tersebut digunakan nilai terbesar (manual pemeriksaan badan jalan. Persyaratan uji CBR menurut SNI dapat
di lihat pada Tabel 2.6 SNI di bawah menunjukan syarat CBR untuk jalan adalah sebesar ≥ 6 %.
Menurut Bowles stabilisasi tanah adalah upaya guna meningkatkan stabilitas dan
kapasitas daya dukung tanah. Apabila tanah yang terdapat di lapangan bersifat
sangat lepas atau sangat mudah tertekan, atau jika memiliki indeks konsistensi
yang tidak sesuai, permeabilitas yang terlalu tinggi, atau sifat lain yang tidak
diinginkan sehingga tidak sesuai untuk suatu proyek pembangunan, maka tanah
tersebut wajib dilakukan stabilisasi tanah. Ada beberapa cara melakukan
stabilisasi tanah ekspansif yaitu:
1. Menambah bahan agar terjadi perubahan fisis atau kimiawi,
2. Menambah material yang kurang aktif sehingga mampu mengoptimalkan
kohesi,
3. Menurunkan muka air tanah,
Terdapat dua cara stabilisasi yang umum dilakukan yaitu: beberapa metode
stabilitasi yang sering dilakukan adalah:
1. Memperbaiki tanah mekanis (Mechanical Stabilization),
Stabilisasi mekanis adalah suatu penambahan daya dukung atau kekuatan tanah
dengan cara mengatur gradiasi tanah tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan
cara pemadatan. (Bowles, 1984).
2. Memperbaiki secara kimiawi (Mechanical Chemical),
Memperbaiki tanah dengan bahan tambah additive atau kimiawi (Chemical
Stabilization), stabilisasi kimiawi adalah penambahan bahan stabilisasi untuk
mengubah karakter tanah yang kurang baik. Penambahan bahan stabilisasi
tersebut berupa tanah berbutir halus. Bahan yang digunakan untuk stabilisasi
disebut juga dengan stabilizing agent karena setelah diadakan pencampuran
menyebabkan tanah menjadi lebih stabil (Bowles, 1984). Penelitian ini
termasuk dalam stabilisasi secara kimiawi.
Bahan tambah GEOPOL® yang akan digunakan didapat dari sebuah perusahaan
yang bergerak dibidang kimiawi yang bernama PT. Masushita Builders dan
berasal dari Bandung Jawa Barat. GEOPOL® diproduksi dari sistem polimer
c. Penelitian dengan bahan aditif GEOPOL® masih sedikit sehingga sulit untuk
menjadikan GEOPOL® sebagai referensi untuk bahan aditif perkerasan
jalan.
Kadar abu sekam padi yang diperlukan melalui perbandingan 1:2 terhadap kadar
kapur optimum yaitu sebesar 24%. Kadar serat karung plastik yang dibutuhkan
yaitu sebesar 0.1%, 0.2%, 0.4%, 0.8%, dan 1.2% dari berat kering total. Benda
uji dibuat sebanyak 7 buah, dan benda uji tersebut dapat diuji setelah umur 7 dan
14 hari. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Muhammadiyah Yogyakarta. Sebelum digunakan
tanah di saring dengan saringan no. 4, kapur dan sekam padi disaring dengan
saringan no. 40 agar dihasilkan lebih halus, sedangkan serat plastik dipotong-
potong hingga sepanjang 1–2 cm dan direndam selama 4 hari maka dapat dilihat
nilai pengembangan (Swelling) dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Hubungan antara variasi benda uji dan nilai pengembangan (Swelling) dapat
dilihat pada Gambar 2.13.
2. Sampurna, S. A., dkk. (2016), meneliti bahan abu sekam padi dan matos
sebagai penstabil dapat meningkatkan mutu tanah. Hasil pengujian sampel
tanah asli yaitu uji kadar air sebesar 50.16%, uji berat jenis sebesar 2.45, dan
uji batas-batas Atterberg dengan nilai batas cair (LL) sebesar 74.11%, batas
plastis (PL) sebesar 35.44%, dan Indeks Plastisitas (PI) sebesar 38.66%. Uji
pemadatan tanah yang telah diberi sampel abu sekam padi dan matos didapat
hasil kadar air optimum dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Hasil pengujian CBR tanpa pemeraman dengan abu sekam padi dan matos
didapat hasil peningkatan nilai CBR seperti pada Tabel 2.8.
5 12,4
8 15,2
10 17,6
12 18,2
(Sumber: Sampurna, 2016)
Pada pengujian CBR pemeraman dengan variasi sekam padi maksimum dan
matos didapatkan hasil peningkatan nilai CBR seperti pada Tabel 2.9.
7 20,3
14 22,9
21 27,9
28 31,8
(Sumber: Sampurna, 2016)
Hubungan Antara nilai CBR pada setiap peningkatan waktu pemeraman seperti
Gambar 2.14. Hal ini menunjukkan bahwa campuran abu sekam padi dan
matos cukup efektif dalam meningkatkan daya dukung tanah lempung.
Untuk mengatasi permasalahan ini, salah satu usaha yang dilakukan untuk
peningkatan daya dukung tanah tersebut adalah dengan melalui perbaikan
tanah dengan metode stabilisasi kimiawi yang menggunakan bahan stabilisasi
semen. Variasi semen yang digunakan 10%, 12,5% dan 15% dengan umur
pemeraman 1,7,14,dan 28 hari, kondisi air optimum. Pengujian yang dilakukan
meliputi pengujian sifat fisik dan mekanik tanah asli serta pengujian sifat
mekanik tanah yang stabilisasi (CBR tanah). Dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa nilai CBR mengalami peningkatan dengan bertambahnya
Prosentase semen dibandingkan dengan nilai CBR tanah asli. Nilai CBR
maksimum pada prosentase semen 15% sebesar 69,31% dibandingkan dengan
nilai CBR tanah asli 3,01%. Nilai CBR juga meningkat dengan bertambahnya
umur pemeraman dari 1 hari sampai 28 hari.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.2 GEOPOL®
Bahan aditif yang akan digunakan berupa paket GEOPOL ® yang didapat dari PT.
Masushita Builders, Kota Bandung Jawa Barat selaku pembuat bahan aditif
tersebut. GEOPOL® diproduksi dari sistem polimer berganda berbentuk serupa
sistem enzyme-apoenzyme yang ramah lingkungan karena GEOPOL® tersebut
terbuat dari limbah polutan padat yang kemudian dicairkan. Paket GEOPOL®
yang didapat terdiri dari GEOPOL®A sebagai Enzim Additive berwarna coklat tua
dan GEOPOL®B sebagai enzim Monomer Apo-Enzim base berwarna putih susu.
Untuk penggunaan GEOPOL®A dan GEOPOL®B dicampur sehingga memiliki
fungsi untuk mengikat butiran tanah atau padatan lainnya sehingga membentuk
komponen keras, stabil yang tidak berdebu. Contoh GEOPOL ®A yang berwarna
coklat tua dan GEOPOL®B yang berwarna putih susu dituang pada gelas ukur
sebelum dicampur dengan air bisa dilihat seperti pada Gambar 3.2(a) dan 3.2(b).
U
1
Keterangan:
1. Jalan Menuju Kota Purwodadi
2. Lokasi Pengambilan Sampel Uji Tanah Desa Tinanding, Kec Gubug, Kab Grobogan.
3. Jalan menuju Kota Demak/Semarang
Keterangan:
1. Jalan Menuju Sampangan
2. Lokasi Pengambilan Sampel Uji Tanah di daerah Kradenan
3. Jalan menuju Universitas Negeri Semarang
Sampel uji penelitian yang hendak dipakai adalah tanah lempung berwarna abu-
abu yang berasal dari Kradenan Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Langkah
keadaan optimum yang akan digunakan untuk membuat sampel pada uji CBR.
Penentuan kadar air pada sampel tanah uji dilakukan seperti berikut ini:
a. Menyiapkan sampel tanah masing-masing dari Tanah Kradenan dan Tanah
dari Gubug Desa Tinanding masing-masing sebanyak ± 6 kg/6000 gram
yang sudah dioven selama 24 jam dengan suhu 105-110°C.
b. Sampel tanah oven diletakkan pada palet berukuran 1,5×1,5 meter dan
didiamkan selama 30 menit supaya tidak terlalu panas kemudian
dihancurkan kembali dengan palu supaya tanah yang menggumpal lolos
saringan nomor 4 ketika akan dilakukan uji pemadatan/proctor.
c. Sampel tanah diayak dengan saringan nomor 4, lalu tanah lempung yang
lolos ayakan nomor 4 digunakan sebagai benda uji.
d. Tanah hasil ayakan sebanyak 6 kg disemprot dengan air yang dimasukkan
kedalam botol yang sudah dilubangi tutupnya. Air yang disemprot
ditentukan dari perhitungan prosentase batas plastis Wp (%) pada percobaan
Batas Plastis dalam Uji Batas-Batas Atterberg.
e. Mold yang dibersihkan dari sisa-sisa kotoran lalu ditimbang berat dan
diukur volume dalam keadaan kosong tanpa Collar diatasnya. Mold beserta
Collar yang digunakan selama praktikum seperti pada Gambar 3.6(a), dan
3.6(b)
f. Mold disambung dengan collar lalu diisi tanah setinggi bibir Mold. Mold
yang berisi tanah lempung tersebut ditumbuk dengan hammer sebanyak 56
kali pada titik yang berlainan. Kemudian lapis berikutnya diisi dan ditumbuk
sebanyak 56 kali. Pengisian tanah dilanjutkan hingga 5 kali lapisan untuk
pemadatan secara modified.
g. Membuka sambungan Collar pada Mold, lalu permukaan tanahnya
diratakan jika ketinggian sampel tanah melebihi tinggi bibir Mold kemudian
sampel tanah ditimbang
h. Tanah dikeluarkan dengan dongkrak hidrolik dan diambil bagian atas,
tengah, dan bawah. Masing-masing diambil sedikit sampel kemudian dioven
selama 24 jam. Setelah 24 jam dioven, container + tanah kering ditimbang,
maka didapat nilai kadar airnya.
i. Percobaan dilakukan sebanyak 6 kali dengan setiap kali menambah kadar
airnya sehingga dapat dibuat grafik berat isi kering terhadap kadar air.
j. Nilai Kadar Air Optimum ini digunakan sebagai acuan perhitungan kadar
GEOPOL® yang akan dicampur dengan sampel tanah lempung. Untuk satu
cetakkan Mold besar dibutuhkan sampel tanah kering sebanyak ± 6 kg/6000
gram. Contoh perhitungan kadar air dapat dilihat seperti berikut ini:
Jadi air yang ditambah pada campuran GEOPOL® nantinya sebanyak 780 cc.
Hal ini tergantung grafik prosentase kadar air dari uji proctor pada tiap tanah
lempung.
3. Penakaran jumlah kadar efektif campuran Pada GEOPOL ® yang diperlukan
untuk stabilisasi pada sampel tanah lempung. Metode dalam melakukan jumlah
kadar campuran GEOPOL® adalah sebagai berikut:
a. Menentukan kepadatan kering maksimum tanah yang belum mendapat
perlakuan,
b. Menentukan berat dari sampel tanah yang akan diuji,
c. Perhitungan penentuan kadar campuran GEOPOL® sebagai bahan aditif,
berikut ini adalah contoh perhitungan campuran GEOPOL® sebesar 2%.
TAHAP 1 Mulai
Studi Literatur
Lolos saringan
# 200 > 50%
YA TIDAK
Uji Hidrometer Klasifikasi Tanah
Uji Pemadatan
Pengukuran % Swell
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan sampel tanah yang berasal dari daerah Kradenan,
Semarang Jawa Tengah dan Desa Tinanding, Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Jawa Tengah. Tanah tersebut mengandung lempung, hal itu dibuktikan
pada saat pengamatan langsung di lapangan terdapat tanah yang memiliki tekstur
lembut berwarna abu-abu. Cara memperoleh sampel uji yang berupa tanah sekitar
dari daerah Kradenan, Semarang Jawa Tengah dan Desa Tinanding, Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan Jawa Tengah dengan cara mengambil langsung
dilokasi. Setelah pengambilan tanah sekitar didapatkan, kemudian kedua sampel
tersebut dikeringkan dengan oven selama 24 jam diruangan laboratorium
mekanika tanah Unika Soegijapranata Semarang. Hal tersebut dilakukan, agar
tanah sekitar yang akan diuji dalam kondisi kering, karena pada saat pengambilan
sampel uji, tanah tersebut pada kondisi yang lembab. Dari hasil penelitian CBR
(Soaked) terendam dan (Unsoaked) tidak direndam serta uji kembang susut
(Swelling Potential) yang akan dilakukan, apabila hasil dari percobaan CBR
tersebut memenuhi syarat, maka dapat digunakan untuk pembuatan jalan. Selain
itu juga, hasil dari nilai Swelling Procentage, apabila tahan terhadap
pengembangan akibat intrusi air, maka dapat digunakan juga untuk pembuatan
jalan. Penelitian ini dilakukan di laboratorium mekanika tanah Unika
Soegijaranata guna memperoleh hasil sehingga dapat disimpulkan bagaimana
tanah yang distabilisasi dengan campuran GEOPOL®. Prosedur pengujian yang
dilakukan pada penelitian ini yaitu terdiri dari tahap persiapan pengujian dan
percobaan utama. Tahap persiapan pengujian dilakukan untuk mengetahui
karakteristik dan jenis tanah. Setelah mengetahui karakteristik dan jenis tanah,
dilakukan percobaan utama yang terdiri atas Uji Kompaksi/Proctor secara
modifikasi, Uji CBR (California Bearing Ratio) dan Uji Swelling Procentage atau
kembang susut agar dijadikan sebagai dasar perencanaan perkerasan jalan raya.
Berikut adalah pengujian pada sampel tanah.
Sampel tanah pada penelitian ini berupa butiran halus atau butiran kasar. Maka
dari itu dilakukan penelitian atau uji analisis distribusi ukuran butir tanah dengan
pengujian analisis saringan dan pengujian analisis hidrometer.
Cc = 0,325521
SAND
GRAVEL
CLAY SILT
FINE COARSE TO MEDIUM
100,00
90,00
80,00
70,00
Prosentase Lolos (%)
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,000 0,001 0,010 0,100 1,000
0,00
0,000 Diameter Butiran (mm)
Tanah yang bergradasi baik mempunyai nilai Cu > 4 (untuk tanah kerikil), Cu > 6
(untuk pasir), dan Cc antara 1–3 (untuk kerikil & pasir). Sampel tanah Kradenan
didapat nilai Cu sebesar 53,33 > dari 4 untuk kerikil dan > dari 6 untuk pasir. Nilai
Cc didapat sebesar 0,3255. Sementara itu nilai Cc yang didapat kurang dari nilai 1.
Nilai Cu yang didapat memenuhi syarat akan tetapi nilai Cc tidak masuk kriteria
sehingga uji analisis saringan tanah asli di Kradenan didapatkan Silt 16% clay
sebesar 73% sehingga tanah ini didominasi jenis clay dengan gradasi yang buruk.
4.2.2. Uji Analisis Saringan dan Analisis Hidrometer Tanah Desa Tinanding
Berikut ini adalah pengujian analisis saringan pada sampel tanah asli dari Desa
Tinanding.
1. Uji Analisis Saringan
Berikut ini adalah hasil pengujian analisis saringan sampel tanah asli dari Desa
Tinanding didapat hasil pada Tabel 4.3.
Diketahui bahwa sampel tanah mengandung Gravel 0%, Sand 0% namun silt dan
clay belum diketahui. Pada saringan no 4 diameter 4,750 mm didapat prosentase
tanah lolos 100%. Saringan no 200 diameter 0,075 mm prosentase tanah berbutir
halus lebih dari 50% yaitu 96,07%. Grafik uji analisis saringan pada tanah asli
Desa Tinanding seperti pada Gambar 4.3.
Cu = D60
𝐷10 115,38
Cc =
4,02
Tanah yang bergradasi baik mempunyai nilai Cu > 4 (untuk tanah kerikil), Cu > 6
(untuk pasir), dan Cc antara 1–3 (untuk kerikil & pasir). Sampel tanah Desa
Tinanding didapat nilai Cu sebesar 115,38 > 4 untuk kerikil dan > 6 untuk pasir
dan nilai Cc sebesar 4,02. Berdasarkan hasil, nilai C u memenuhi syarat sementara
itu nilai Cc tidak memenuhi syarat karena melebihi angka 3 untuk kerikil dan pasir
sehingga didapatkan hasil tanah berupa Silt 54% clay sebesar 26%. Maka dari itu
tanah ini didominasi jenis silt dengan gradasi yang buruk.
Setelah dilakukan pengujian sampel pada tanah asli sekitar Kradenan Kota
Semarang didapatkan hasil Berat jenis/Gs (Spesific Gravity) rata-rata sebesar
2,70 seperti pada Tabel 4.7.
Banyak ketukan, N 70 52 34 24 12
Batas cair, WL (%) 81
Pada Gambar 4.6 menunjukkan proses pembuatan sampel uji batas cair pada
tanah Kradenan. Pengujian batas cair standar pada ketukan ke-25 diperoleh
kadar air sebesar 81%.
90,00
81,00
80,00
70,00
60,00
50,00
Kadar air
40,00
(%)
30,00
20,00
10,00
05101520
25
25 303540455055606570
0,00
Jumlah ketukan (N)
2. Batas Plastis
Berikut ini adalah hasil uji batas plastis pada tanah Kradenan yang
ditunjukkan pada Tabel 4.11.
Berdasarkan uji batas cair dan uji batas plastis didapat hasilnya, maka bisa
didapat nilai Indeks Plastisitas dengan cara melakukan perhitungan
pengurangan dari batas cair dan batas plastis seperti perhitungan berikut.
Berikut ini adalah proses pengujian batas plastis pada tanah dengan
menggunakan jangka sorong seperti pada Gambar 4.8.
81%
Deskripsi nilai-nilai Indeks Plastisitas (IP), Liquid Limit (LL), Plasticity Limit
(PL) didapatkan hasil seperti berikut ini:
81
Batas Cair
Gambar 4.10 Klasifikasi pada tanah Kradenan metode AASHTO
Menurut klasifikasi AASHTO, batas cair minimal 41% dan nilai indeks
plastisitas minimal 11% serta nilai (PL) > 30, maka sampel tanah ini
digolongkan pada kriteria klasifikasi A-7-5 dengan jenis bahan pendukung
utama tanah berlempung dengan penilaian umum sebagai tanah dasar sedang
sampai buruk. Berdasarkan nilai Indeks Plastisitas (IP) dan nilai prosentase
tanah lempung yang didapat dari uji analisis hidrometer, dapat dihitung nilai
aktivitas seperti pada persamaan 2.22 berikut ini:
A= IP....................................................................................(2.22)
% 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎 𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
A = 43,63 % = 1,038
42%
Berdasarkan Tabel 2.5 aktivitas tanah lempung, tanah dari Kradenan
mengandung tanah Montmorilonite karena nilai aktivitas pada sampel tanah
didapat sebesar 1,038.
3. Batas Susut
Uji Batas susut yang didapat dari pengujian sampel tanah asli dari Kradenan
didapat sebesar 61,73%. Berikut ini adalah contoh proses penimbangan berat
tanah kering + container pada sampel uji seperti pada Gambar 4.11.
Berikut ini adalah hasil uji batas cair pada tanah Kradenan yang ditunjukkan
pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Batas Susut Tanah Kradenan
Berat Container, W1 (gr) 56,5
Berat tanah basah + container, W2 (gr) 83,5
Berat tanah kering + container, W3 (gr) 73
Berat tanah basah, W4 = W2-W1 (gr) 27
Berat tanah kering, W5 = W3-W1 (gr) 16,5
Berat air, W6= W4-W5 (gr) 10,5
Kadar air, w= (W6/W5)*100% 63,63
Volume tanah basah, V0 (cm3) 10,60
Berat piring, W7 (gr) 68
Berat piring + air raksa, W8 (gr) 208
Berat air raksa, W9 (gr) 140
Volume tanah kering, Vf (cm3) 10,29
Batas susut, ws (%) 61,73
Berat susut, Ws (%) 23,10
Kesalahan Relatif 38,63
Shrinkage Ratio, SR=W5/Vf 1,60
Tabel 4.13 Hasil Uji Batas Cair Pada Tanah Desa Tinanding
No. Container 1 2 3 4 5
Berat Container, W1 (gr) 4,7 5,1 4,9 4,7 4,5
Berat tanah basah + Container, W2 (gr) 11,9 13,5 12 19,6 20,2
Berat tanah kering + Container, W3 (gr) 9,9 10,9 9,6 14,2 14,1
Berat tanah basah, W4 = W2 - W1 (gr) 7,7 8,9 7,6 15,4 15,7
Berat tanah kering, W5 = W3 - W1 (gr) 5,2 5,8 4,7 9,5 9,6
Berat air, W6 = W4 - W5 (gr) 2,5 3,1 2,9 5,9 6,1
Banyak ketukan, N 70 56 41 25 13
Batas cair, WL (%) 55
Grafik pengujian batas-batas Atterberg yaitu pengujian batas cair pada sampel
tanah asli dari Desa Tinanding bisa dilihat seperti pada Gambar 4.12 berikut.
Setelah didapatkan hasil batas cair sebesar 55% dengan jumlah ketukan sebanyak
25 kali, Berikut ini adalah salah satu proses pelaksanaan pengujian Atterberg
Limits yaitu pengujian batas cair pada sampel tanah asli dari Desa Tinanding
dengan bantuan alat casagrande dan grooving tool seperti pada Gambar 4.13.
2. Batas Plastis
Berikut ini adalah hasil uji batas plastis pada tanah Desa Tinanding yang
dapat ditunjukkan pada Tabel 4.14.
Batas Cair
Gambar 4.15 Klasifikasi AASHTO pada tanah Desa Tinanding
Menurut klasifikasi AASHTO, batas cair minimal 41% dan nilai indeks
plastisitas maksimal 10% sehingga sampel tanah ini digolongkan pada kriteria
klasifikasi A-5 seperti pada Gambar 4.15. Klasifikasi tanah A-5 merupakan
klasifikasi tanah dengan jenis bahan pendukung utama tanah berlanau dengan
tingkatan umum sebagai tanah dasar sedang sampai buruk.. Jika plastisitas
suatu tanah bertambah kecil, berarti tanah tersebut semakin padat. Dengan
berkurangnya nilai plastisitas tanah lempung maka beberapa sifat lempung
yang kurang menguntungkan dipandang dari segi mekanis seperti kembang
susut dapat diperbaiki. Berdasarkan nilai Indeks Plastisitas (IP) dan nilai
prosentase tanah lempung yang didapat, dapat dihitung nilai aktivitas seperti
berikut ini:
A= IP ............................................................................. (2.3)
% 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎 𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
A = 29,07 % = 1,115
26 %
Berdasarkan Tabel 2.5 aktivitas tanah lempung, tanah dari Desa Tinanding
mengandung tanah Montmorillonite karena nilai aktivitas (A) pada sampel
tanah didapat sebesar 1,115.
3. Batas Susut
Berikut ini adalah salah satu pengujian Atterberg Limits/Batas-Batas Pengujian
Atterberg yaitu batas susut. Proses pelaksanaan uji Atterberg Limits yang
terakhir dilanjutkan dengan pengujian batas susut pada sampel tanah asli dari
Desa Tinanding. Penimbangan berat sampel tanah asli pada uji batas susut
tanah dari Desa Tinanding dapat dilihat seperti pada Gambar 4.16.
Hasil sampel uji tanah asli dari Desa Tinanding didapat nilai sebesar 51,48%.
Berikut ini adalah hasil uji batas susut pada tanah Desa Tinanding yang
ditunjukkan pada Tabel 4.15.
Setelah dipadatkan ruang pori antar butir akan menjadi lebih kecil. Pada suatu
nilai kadar air tertentu, angka pori akan menjadi lebih rendah, yaitu tanah menjadi
paling padat. Kadar air ini adalah kadar air yang tepat untuk daya pemadatan yang
disebut sebagai kadar air optimum (woptimum). Dalam penelitian pemadatan ini
dilakukan terhadap tanah asli dan masing-masing sampel dilakukan lima kali
percobaan dengan kadar air yang berbeda-beda untuk mendapatkan berat volume
kering maksimum (gd) serta kadar air optimum (woptimum).
Berikut adalah pembuatan sampel dan pengujian pemadatan modified yang dapat
dilihat pada Gambar 4.17 dan 4.18.
Dari data tersebut dapat dibuat kurva hubungan antara kadar air dengan
kepadatan. Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa makin bertambah kadar air,
maka kepadatan yang dicapai akan cenderung meningkat, sampai pada kadar air
tertentu kepadatan mencapai maksimum (Maximum Dry Density) dan bila
penambahan air masih tetap dilakukan maka tingkat kepadatan akan menurun.
Seperti pada Gambar 4.19.
1,82
Tabel 4.16 Hasil Uji CBR soaked Tanah Kradenan Tanpa Pemeraman
Nilai CBR (%) Soaked
No Variabel
Tanpa Pemeraman
1 Tanah Asli + GEOPOL® 0% 0,15
2 Tanah Asli + GEOPOL® 2% 1,84
3 Tanah Asli + GEOPOL® 4% 2,66
4 Tanah Asli + GEOPOL® 6% 4,26
Sampel tersebut didapatkan hasil Uji CBR tertinggi sebesar 4,26% dengan
variabel Tanah Asli + GEOPOL® 6%.
Tabel 4.17 Hasil uji CBR soaked Tanah Kradenan 2 Hari Pemeraman
Nilai CBR (%) Soaked
No Variabel
2 Hari Pemeraman
1 Tanah Asli + GEOPOL® 0% 0,64
2 Tanah Asli + GEOPOL® 2% 3,13
3 Tanah Asli + GEOPOL® 4% 6,77
4 Tanah Asli + GEOPOL® 6% 8,88
Sampel tersebut didapatkan hasil Uji CBR tertinggi sebesar 8,889% dengan
variabel Tanah Asli + GEOPOL® 6%
Tabel 4.18 Hasil uji CBR soaked Tanah Kradenan 4 Hari Pemeraman
Nilai CBR (%) Soaked
No Variabel
4 Hari Pemeraman
1 Tanah Asli + GEOPOL® 0% 0,66
2 Tanah Asli + GEOPOL® 2% 3,75
3 Tanah Asli + GEOPOL® 4% 7,33
4 Tanah Asli + GEOPOL® 6% 9,33
Sampel tersebut didapatkan hasil Uji CBR tertinggi sebesar 9,33% dengan
variabel Tanah Asli + GEOPOL® 6%
Tabel 4.19 Hasil uji CBR Unsoaked Tanah Kradenan Tanpa Pemeraman
Nilai CBR (%) Unsoaked
No Variabel
Tanpa Pemeraman
1 Tanah Asli + GEOPOL® 0% 6,66
2 Tanah Asli + GEOPOL® 2% 10,88
3 Tanah Asli + GEOPOL® 4% 26,44
4 Tanah Asli + GEOPOL® 6% 57,77
Tabel 4.20 Hasil uji CBR Soaked Tanah Desa Tinanding Tanpa Pemeraman
Nilai CBR (%) Soaked
No Variabel
Tanpa Pemeraman
1 Tanah Asli + GEOPOL® 0% 0,16
2 Tanah Asli + GEOPOL® 2% 2,06
3 Tanah Asli + GEOPOL® 4% 2,82
4 Tanah Asli + GEOPOL® 6% 6,84
Sampel tersebut didapatkan hasil Uji CBR tertinggi sebesar 6,844% dengan
variabel Tanah Asli + GEOPOL® 6%.
Tabel 4.21 Hasil uji CBR soaked Tanah Desa Tinanding 2 Hari Pemeraman
Nilai CBR (%) Soaked
No Variabel
2 Hari Pemeraman
1 Tanah Asli + GEOPOL® 0% 0,62
2 Tanah Asli + GEOPOL® 2% 4,22
3 Tanah Asli + GEOPOL® 4% 7,88
4 Tanah Asli + GEOPOL® 6% 10,11
Sampel tersebut didapatkan hasil Uji CBR tertinggi sebesar 10,11% dengan
variabel Tanah Asli + GEOPOL® 6%.
Tabel 4.22 Hasil uji CBR soaked Tanah Desa Tinanding 4 Hari Pemeraman
Nilai CBR (%) Soaked
No Variabel
4 Hari Pemeraman
1 Tanah Asli + GEOPOL® 0% 0,77
2 Tanah Asli + GEOPOL® 2% 4,44
3 Tanah Asli + GEOPOL® 4% 8,53
4 Tanah Asli + GEOPOL® 6% 12,44
pada sampel tanah unsoaked tanpa dilakukan pemeraman seperti pada Tabel
4.23.
Tabel 4.23 Hasil uji CBR Unsoaked Tanah Desa Tinanding Tanpa Pemeraman
Nilai CBR (%) Unsoaked
No Variabel Tanpa Pemeraman
1 Tanah Asli + GEOPOL® 0% 9,11
2 Tanah Asli + GEOPOL® 2% 16,66
3 Tanah Asli + GEOPOL® 4% 32,22
4 Tanah Asli + GEOPOL® 6% 83,22
4.6.3. Perbandingan Uji CBR Tanah Kradenan dan Tanah Desa Tinanding
Berikut ini adalah perbandingan nilai uji CBR laboratorium pada sampel tanah
Kradenan dan Desa Tinanding.
1. Uji CBR Tanah Kradenan
Pelaksanaan uji CBR Tanah Kradenan secara soaked dan unsoaked dapat
dilihat seperti pada Tabel 4.24 berikut:
Berdasarkan pengujian CBR pada sampel tanah asli dari Kradenan baik Soaked
dan Unsoaked, Tanah tersebut memiliki hasil CBR soaked tertinggi sebesar 9,33%
pada variabel Tanah Asli + GEOPOL® 6%.
Berikut ini adalah grafik perbandingan kadar GEOPOL® terhadap nilai Uji CBR
soaked pada Tanah Kradenan seperti pada Gambar 4.22.
16,0
14,0
12,0
10,0
Nilai CBR
8,0
(%)
Tanpa Pemeraman
2 Hari Pemeraman
6,0
4 Hari Pemeraman
4,0
2,0
0,0
0 2 4 6 8
Kadar GEOPOL (%)
Batas CBR Subgrade Minimal Praktis Min 6% (Bina Marga, 2012) CBR Kradenan
Hasil uji CBR unsoaked tertinggi didapat hasil sebesar 57,77% pada variabel
Tanah Asli + GEOPOL® 6% seperti pada Gambar 4.23.
80,0
70,0
60,0
50,0
Nilai CBR
40,0
(%)
20,0
10,0
0,0
0 2 4 6 8
Kadar GEOPOL (%)
Batas CBR Subgrade Minimal Praktis Min 6% (Bina Marga, 2012) CBR Kradenan
Menurut Tabel 4.27, CBR pada sampel tanah asli dari Desa Tinanding soaked dan
unsoaked, Tanah tersebut memiliki hasil CBR soaked tertinggi sebesar 12,444%
pada variabel Tanah Asli + GEOPOL® 6%. Hal ini disebabkan oleh 4 hari masa
pemeraman dan hasil CBR unsoaked tertinggi didapat hasil sebesar 83,229% pada
variabel Tanah Asli + GEOPOL® 6%. Uji CBR laboratorium dengan kadar
GEOPOL® 6% pada tanah Desa Tinanding seperti pada Gambar 4.24 berikut in
Berikut adalah contoh perhitungan CBR dengan variabel Tanah Asli Desa
Tinanding + GEOPOL® 6%.
1. Nilai CBR untuk penetrasi 0,254 cm (0,1”) terhadap penetrasi standar yang
besarnya 70,37 kg/cm2 (1000 psi).
CBR (0,1) =
=
= 12,333 %
2. Nilai CBR untuk penetrasi 0,508 cm (0,2”) terhadap penetrasi standar yang
besarnya 105,56 kg/cm2 (1500 psi).
CBR (0,2) =
=
= 12,444 %
Berikut adalah perbandingan kadar GEOPOL® uji CBR soaked dan unsoaked
pada tanah Desa Tinanding seperti pada Gambar 4.25.dan 4.26.
16,0
14,0
12,0
10,0
Nilai CBR (%)
8,0
2,0
0,0
0 2 4 6 8
Kadar GEOPOL (%)
Batas CBR Subgrade Minimal Praktis Min 6% (Bina Marga, 2012)
CBR Desa Tinanding
Uji swelling procentage dilakukan menggunakan sampel tanah asli dari Kradenan
dan dari Desa Tinanding dengan pemeraman maupun tanpa pemeraman. Uji
swelling procentage dilakukan setelah sampel tersebut direndam selama 4 hari
dengan bak terisi air dan tertutup. Berikut ini adalah proses pengujian swelling
procentage pada sampel tanah asli dari Kradenan dan dari Desa Tinanding.
Setelah dilakukan uji swell procentage pada tanah asli dari Kradenan, maka
dilanjutkan dengan menguji sampel dari Desa Tinanding seperti berikut ini:
1. Uji Swelling Procentage Soaked
Pada pengujian swelling procentage soaked, Sampel tanah yang sudah diberi
GEOPOL® direndam 4 hari. Perendaman dilakukan pada sampel tanah asli
yang diperam selama 2 dan 4 hari serta sampel tanah yang tidak dilakukan
pemeraman. Berikut ini adalah beberapa pengujian sampel tanah asli dari Desa
Tinanding yang dilakukan pengujian swelling procentage secara
soaked/terendam selama 4 hari.
a. Uji Swelling Procentage Soaked Tanpa Pemeraman
pengujian sampel tanah dilakukan perendaman selama 4 hari tanpa
dilakukan pemeraman sebelumnya. Pengujian swelling procentage soaked
Tanpa Pemeraman ini didapatkan hasil seperti pada Tabel 4.29
Pada masa pemeraman 4 hari juga didapat hasil uji swelling procentage
sebesar 4,83%. Hal ini disebabkan oleh masa pemeraman selama 2 dan 4
hari dengan GEOPOL® 6%. Berikut ini adalah perbandingan nilai Swell
Procentage pada Tanah Kradenan seperti pada Gambar 4.27.
16,0
14,0
12,0
Swelling Procentage (%)
10,0
8,0
Tanpa Pemeraman
6,0 2 Hari Pemeraman 4 Hari Pemeraman
4,0
2,0
0,0
0 2 4 6 8
Kadar GEOPOL (%)
Batas Nilai Swell Procentage Maksimal Praktis 5% (Bina Marga,2012)
16,0
14,0
12,0
Swelling Procentage (%)
10,0
8,0
4,0
2,0
0,0
0 2 4 6 8
Kadar GEOPOL (%)
Batas Nilai Swell Procentage Maksimal Praktis 5% (Bina Marga,2012)
Berdasarkan pengujian uji swelling procentage, pada sampel tanah asli dari
Desa Tinanding memiliki nilai swelling procentage terkecil sebesar 3,87%
pada variabel tanah asli + GEOPOL® 6% dengan 4 hari masa pemeraman.
Campuran GEOPOL® dengan kadar 6% mampu menahan kembang susut
pada sampel tanah dari Desa Tinanding yang terendam seperti pada
perhitungan berikut ini.
= = 13,77 cm
= T – d1
= = 14,30 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100% = 3,87%
4.8. Pembahasan
Pembahasan meliputi sifat-sifat fisis dan pengujian mekanis pada sampel tanah
yang telah dilakukan pengujian. Berikut ini adalah pembahasan pada sampel tanah
asli dari Kradenan dan tanah asli dari Desa Tinanding.
Berdasarkan pengujian fisik yang telah dilakukan, Tanah asli dari Kradenan
didominasi oleh tanah lempung/clay sebesar 73% dan Tanah dari Desa Tinanding
didominasi oleh tanah lanau/silt sebesar 54% melalui uji analisis saringan dan uji
analisis hidrometer. Tanah dari Kradenan memiliki kadar air sebesar 33,96%
dengan nilai Gs sebesar 2,70 sehingga tanah sekitar Kradenan termasuk dalam
lempung tak organik dan dari Desa Tinanding didapatkan kadar air sebesar
31,58% dengan nilai Gs sebesar 2,66. Tanah lempung ekspansif merupakan tanah
yang memiliki potensi pengembangan yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai
aktivitas (A) pada tanah Kradenan sebesar 1,038 dan nilai aktivitas pada tanah
Desa Tinanding sebesar 1,115 maka dari itu sampel tanah dari kedua lokasi
tersebut digolongkan dengan tanah yang mengandung mineral montmorillonite.
Pada uji klasifikasi dan karakteristik tanah Kradenan memiliki nilai Liquid Limit
(LL) sebesar 81% dan nilai Plasticity Limit (PL) sebesar 37,37% sehingga tanah
asli dari Kradenan tidak direkomendasikan jika dijadikan subgrade.
Untuk karakteristik tanah asli dari Desa Tinanding memiliki nilai Liquid Limit
sebesar 55% dan nilai Plasticity Limit sebesar 45,87%. Tanah asli dari Kradenan
merupakan tanah dengan sifat plastisitas tinggi karena memiliki IP > 17%
menurut Atterberg. Menurut klasifikasi USCS tanah di Desa Tinanding
digolongkan klasifikasi MH yaitu lanau tak organik dengan plastisitas sedang
sampai tinggi dan hasil pengujian klasifikasi dan karakteristik tanah sekitar
Kradenan digolongkan dalam klasifikasi CH yaitu lempung tak organik dengan
plastisitas tinggi, lempung gemuk. Berdasarkan klasifikasi AASHTO, tanah dari
Kradenan dan dari Desa Tinanding digolongkan jenis tanah berlanau dengan kode
A-5 seperti pada Tabel 4.34.
Tabel 4.34 Pengujian Sifat Fisis Tanah Kradenan dan Desa Tinanding
Nilai Hasil Pengujian Tanah
Jenis Pengujian Parameter
Kradenan Desa Tinanding
Kadar Air Asli Kadar air rata-rata% 33,96% 31,58%
1,038 1,115
Aktivitas (A) montmorillonite montmorillonite
Berat Jenis (Gs) 2,70 2,66
Spesifik
Gravel 0 2
Coarse to Medium
Sand 1 32
Fine Sand 23 12
Uji Analisis Silt 27 54
Hidrometer Clay 42 26
D10 0,0006 0,000065
D60 0,0032 0,0075
D30 0,00025 0,0014
Cu 53,333 115,38
Cc 0,325 4,02
Batas Cair (LL) 81% 55%
Uji Batas-Batas Batas Plastis (PL) 37,37% 45,87%
Atterberg Batas Susut (SL) 61,73% 51,48%
Indeks Plastisitas (IP) 43,63% 9,07%
AASHTO A-7-5 A-5
Klasifikasi Tanah Tanah Berlempung Tanah Berlanau
USCS CH MH
(Lempung Tak Organik) (Lanau Tak Organik)
minimal subgrade sebesar 6% dari Bina Marga. Nilai Uji CBR pada Desa
Tinanding lebih besar dibandingkan dengan sampel tanah dari Kradenan karena
merupakan sampel tanah lanau sedangkan tanah Kradenan merupakan tanah
lempung yang memiliki daya dukung yang rendah dibandingkan tanah lanau dari
Desa Tinanding.
Menurut hasil Uji Swelling Procentage pada sampel tanah asli dari Tanah
Kradenan secara Soaked, Tanah tersebut memiliki hasil Uji Swelling Procentage
terkecil sebesar 4,22% pada variabel Tanah Asli + GEOPOL ® 6% dengan 2 hari
masa pemeraman. Pada masa pemeraman 4 hari juga didapat hasil Uji Swelling
Procentage sebesar 4,83%. Hal ini disebabkan oleh masa pemeraman selama 2
dan 4 hari dengan GEOPOL® 6%. Pada pengujian Uji Swelling Procentage, pada
sampel tanah asli dari Desa Tinanding memiliki nilai Swelling Procentage terkecil
sebesar 3,87% pada variabel tanah asli + GEOPOL ® 6% dengan 4 hari masa
pemeraman. GEOPOL® dengan kadar 6% mampu menahan kembang susut pada
sampel tanah dari Desa Tinanding yang terendam.
Hal ini disebabkan adanya dengan metode pemeraman 4 hari sebelum direndam
merupakan cara yang ideal agar sampel tanah asli yang nantinya direncanakan
sebagai subgrade mendapat nilai CBR dan swelling procentage secara maksimal.
Namun selisih kenaikan yang didapat tidak signifikan yaitu masing-masing adalah
0,58% dan 0,69% dan penurunan nilai swelling procentage juga sedikit karena
memiliki selisih masing-masing 0,16% dan 0,14% dengan kadar campuran
GEOPOL® yang sama yaitu 4%. Pemeraman pada sampel tanah dapat
meningkatkan nilai CBR dan mampu menurunkan swelling procentage karena
bahan kimia yang ada pada GEOPOL® bekerja dengan cara menyerap kadar air
optimum serta meningkatkan berat volume kering (gd) pada tanah sehingga
mampu mengubah kepadatan pada rongga-rongga tanah dan memberikan
peningkatan nilai CBR secara signifikan. Sampel tanah tersebut tentu telah
memenuhi standar swell procentage minimal sebesar 5% dari Bina Marga
Apriyanti, Yayuk (2018) dalam tugas akhirnya yaitu Peningkatan Nilai CBR
Tanah Lempung Dengan Menggunakan Semen Untuk Timbunan Jalan. Variasi
semen yang digunakan 10%, 12,5% dan 15% dengan umur pemeraman 1, 7, 14,
dan 28 hari pada kondisi air optimum. Nilai CBR maksimum pada prosentase
semen 15% didapat sebesar 69,31% dibandingkan dengan nilai CBR tanah asli
sebesar 3,01%. Nilai CBR juga meningkat dengan bertambahnya umur
pemeraman dari 1 hari sampai 28 hari. Angka hasil Uji CBR menggunakan bahan
berupa semenlebih besar dibandingkan dengan GEOPOL® yang diperam karena
kadar prosentase semen yang lebih besar dan durasi pemeraman yang dilakukan
lebih lama dibandingkan dengan penggunaan GEOPOL®. Hal ini menunjukkan
bahwa campuran semen juga efektif dalam meningkatkan daya dukung tanah
namun penggunaan GEOPOL® dengan kadar tertentu mampu memberikan nilai
CBR yang baik dengan waktu pemeraman yang lebih singkat dibandingkan
dengan semen yaitu selama 4 hari dan nilai CBR yang didapat mampu memenuhi
standar minimal dari Bina Marga.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO. (1982): Materials, Part II, The American Association of State Highway
and Transportation Officials, Washington, D.C, USA.
AASHTO. (1993): Guide for design of pavement structures, The American
Association of State Highway and Transportation Officials, Washington, D.C,
USA.
American Society for Testing and Material. (1998): United States of America.
Apriyanti, Y. (2018): Peningkatan nilai CBR tanah lempung dengan mengunakan
semen untuk timbunan jalan, TA Program Studi Teknik Sipil, Universitas
Bangka Belitung.
Aini, N.R., dan Arief, M.A., (2013): Pengaruh penambahan kapur dan aditif
(matos+semen) terhadap kuat geser lempung ekspansif, TA Program Studi
Teknik Sipil, Universitas Brawijaya, Malang.
ASTM. (1979): Standard method of laboratory determination of moisture content
of soil, Procedure D2216-71. pp. 290–291. In Annual book of ASTM
standards. Am. Soc. Test. Mater., Philadelphia, United States of America.
Badan Pusat Statistik Semarang Dalam Angka diperoleh dari situs internet: dari
https://semarangkota.bps.go.id/index.php/publikasi/2. Diunduh pada tanggal
15 Juli 2020 pukul 19.32 WIB.
Bina Marga. 2018. Spesifikasi umum seksi 3.2. Timbunan. Jakarta.
Bowles, J.E. (1984): Sifat-sifat fisis dan geoteknis tanah, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Collins, K., dan McGown, A. (1974): The form and function of microfabric
feautures in a variety of natural soils, Geotechnique, 24 (2), 223-254.
Carter M. dan Bentley S.P., (1991): Correlations of soil properties, Pentech.
Das, B. M. (1991): Mekanika tanah, (Prinsip-prinsip rekayasa geoteknis) Jilid 1.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Das, B. M., Noor, E. M., dan Indrasurya, B.M. (1995): Mekanika tanah (Prinsip–
prinsip rekayasa geoteknis) Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Das, B. M., Noor, E. M., dan Indrasurya, B.M. (1998): Mekanika tanah (Prinsip–
prinsip rekayasa geoteknis) Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. (1987): Petunjuk perencanaan tebal perkerasan
lentur jalan raya dengan metode analisa komponen, (SKBI-2.3.26).
Direktorat Jenderal Bina Marga (1976): Manual pemeriksaan badan jalan,
Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum.
Djatmiko, S. dan Purnomo. (1993): Mekanika tanah Jilid I, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Gambar–Gambar Diagram fase tanah yang diperoleh dari internet:
http://wijayascompany.blogspot.com/2014/03/tanah-terbentuk-atas-proses-
pelapukan.html. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2020, pukul 15.23 WIB
Gambar Peta Geologi Grobogan, Desa Tinanding diperoleh dari internet :
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fjurnal.uns.ac.id%2 Fijap%2Farticle
%2Fdownload%2F19816%2F15720&psig=AOvVaw2B6lTe
2VKi67PPNyYbsbyt&ust=1581512770574000&source=images&cd=vfe&ve
d=0CA0QjhxqFwoTCPDi8KGUyecCFQAAAAAdAAAAABAD. Diunduh
pada tanggal 11 Febuari 2020, Pukul 20.13 WIB
Gambar Struktur Lapisan Perkerasan Jalan diperoleh dari internet:
http://www.kumpulengineer.com/2014/05/tanah-dasar-sub-grade-
struktur.html. Diunduh pada tanggal 11 febuari 2020, pukul 18.04 WIB.
Gambar Sistem Klasifikasi Tanah USCS, diperoleh dari internet
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fslideplayer.info%2
Fslide%2F2949802%2F&psig=AOvVaw3gMpHm0TbS2AqQvkzC7ZV6&us
t=1591348007548000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCKi
ck7nn5-kCFQAAAAAdAAAAABAQ. Diunduh pada tanggal 4 Juni 2020,
pukul 16.04 WIB.
Gambar Batas Cair AASHTO, diperoleh dari internet
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.ilmutekniksi
pil.com%2Fperkerasan-jalan-raya%2Fklasifikasi-
tanah&psig=AOvVaw0ZtNkkWvmy0HSPc2uF8Z9P&ust=15913514534220
00&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCMD6taX05-
kCFQAAAAAdAAAAABAD. Diunduh pada tanggal 4 Juni 2020, pukul
17.07 WIB.
Grim, R.E. (1953): Clay mineralogy, Mc Graw Hill Book Company Inc. New
York, Toronto, London, Dalam Braja M. Das, 2008, Advanced soil
mechanics third edition.
Hardiyatmo, H. C. (2002): Mekanika tanah I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Hardiyatmo, H. C. (2006): Penanganan tanah longsor dan erosi, Gadjah Mada
University Press.
Hardiyatmo, H. C. (2012): Mekanika tanah I, Cetakan Pertama, Edisi Keenam.
Hendarsin, S. (2000): Perencanaan teknik jalan raya, Politeknik Negeri Bandung.
Bandung.
Holtz, R.D. dan Kovacs, W.D. (1981): An introduction to geotechnical
engineering, Prentice Hall Civil Engineering and Engineering Mechanic
Series.
Nugroho, U. (2008): Stabilisasi tanah gambut rawa pening dengan menggunakan
campuran portland cement dan gypsum sintetis, TA Program Studi Teknik
Sipil, Universitas Negeri Semarang.
Rachmansyah, A. (2008): Pengaruh prosentase pasir pada kaolin yang
dipadatkan dengan pemadatan standar terhadap rasio daya dukung
california (CBR), Jurnal Rekayasa Sipil, 2,(3).
Rakhman, A. (2002): Stabilisasi tanah gambut pening dengan menggunakan
campuran portland cement dan gypsum sintetis, TA Program Studi Teknik
Sipil, Universitas Diponegoro.
Sampurna, S. A. (2016): Pengaruh penambahan zat additive abu sekam padi dan
matos terhadap nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah lempung di
tinjau dari waktu pemeraman, TA Program Studi Teknik Sipil, Universitas
Lampung.
Saputra, E.H., dan Kurniawan, L.S. (2018): Pengaruh matos terhadap
pengingkatan CBR (California Bearing Ratio) Sifat kedap air pada tanah
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN ANALISIS SARINGAN DAN
ANALISIS HIDROMETER
1. Nomor Saringan =4
Ukuran Saringan = 4,75 mm
Berat Tertahan = 0 gram
% Tertahan = 0
184,7 x 100% = 0 %
% Lolos = 100% - 0% = 100 %
2. Nomor Saringan = 10
Ukuran Saringan = 2,0mm
Berat Tertahan = 0gram
% Tertahan = 0
184,7 x 100% =0%
% Lolos = 100% - 0% = 100 %
3. Nomor Saringan = 20
Ukuran Saringan = 0,85mm
Berat Tertahan = 0 gram
% Tertahan = 0
148,7 x 100% =0%
% Lolos = 100% - 0% = 100 %
4. Nomor Saringan = 40
Ukuran Saringan = 0,425mm
Berat Tertahan = 0 gram
% Tertahan = 0
184,7 x 100% =0%
% Lolos = 100% - 100%= 0 %
5. Nomor Saringan = 80
1. Nomor Saringan =4
Ukuran Saringan = 4,75 mm
Berat Tertahan = 0 gram
% Tertahan = 0
165,2 x 100% = 0 %
2. Nomor Saringan = 10
Ukuran Saringan = 2,0mm
Berat Tertahan = 0 gram
% Tertahan = 0
165,2 x 100% =0%
% Lolos = 100% - 0% = 100 %
3. Nomor Saringan = 20
Ukuran Saringan = 0,85mm
Berat Tertahan = 0 gram
% Tertahan = 0
165,2 x 100% =0%
% Lolos = 100% - 0% = 100 %
4. Nomor Saringan = 40
Ukuran Saringan = 0,425mm
Berat Tertahan = 32,9 gram
% Tertahan = 0
165,2 x 100% =0%
% Lolos = 100% - 0% = 100 %
5. Nomor Saringan = 80
Ukuran Saringan = 0,18 mm
Berat Tertahan = 0 gram
% Tertahan = 0
× 100% =0%
400
% Tertahan = 158,7
165,2
× 100% = 96,07 %
A.1. Faktor Gt
C 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 0,9999 0,9999 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0,9999 0,9999 0,9998
10 0,9997 0,9996 0,9995 0,9994 0,9993 0,9991 0,999 0,9988 0,9936 0,9984
20 0,9982 0,998 0,9995 0,9976 0,9973 0,9971 0,9968 0,9965 0,9963 0,996
30 0,9957 0,9954 0,9978 0,9947 0,9944 0,9941 0,9937 0,9934 0,993 0,9926
40 0,9922 0,9919 0,9951 0,9911 0,9907 0,9902 0,9898 0,9894 0,989 0,9885
50 0,9881 0,9876 0,9915 0,9867 0,9811 0,9857 0,9852 0,9848 0,9842 0,9838
60 0,9832 0,9827 0,9822 0,9817 0,9755 0,9749 0,9800 0,9795 0,9789 0,9784
70 0,9778 0,9772 0,9767 0,9761 0,9693 0,9686 0,9743 0,9737 0,9731 0,9724
80 0,9718 0,9712 0,9706 0,9699 0,9693 0,9686 0,968 0,9673 0,9667 0,966
90 0,9653 0,9647 0,964 0,9633 0,9626 0,9619 0,9653 0,9605 0,9598 0,9591
Tabel A.4.Data Rekap Faktor Koreksi Suhu, Gw, dan Viskositas untuk
Temperatur Tertentu
T (oC) Ct (tabel 2) Gw (tabel 1) η (tabel 3)
Specific Gravity(𝑮𝒔)
Faktor Koreksi ( a )
1,65 × G s
a = 2,65 × ( GS − 1 )
1,65 × 2,7
= 2,65 × 2,7−1
= 0,9889 = 0,99
Persen Finer
% finer = 𝑅𝑐×𝑎 × 100%
𝑊𝑠
64,05× 0,99
= 80 × 100%
= 79,26 %
Harga L
R = 58
L = 6,8 cm
Sumber: Google.com
L/t
L = 6,8 cm
t = 1 menit
6,8
L/t = 1
= 6,8 cm menit
Harga K
Temperatur= 29°
Gw = 0,9960
η = 0,00818
g = 9,81 m/s2= 981 cm/s2
2 30 ×η
K = g×G −G
s w
30 ×0,00818
= 981 × 2,7−0,9960
= 0,0001250
K = 0,01212
Diameter, D
D =K × L
t
= 0,01212× 6,8
1
= 0,0412 mm
Specific Gravity(𝑮𝒔)
𝐺𝑠
= 𝐺𝑡 × 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑖𝑟
𝐺𝑠 = 0,9954 × 40
15
𝐺𝑠 = 2,65
Faktor Koreksi ( a )
1,65 × G s
a = 2,65 × ( GS − 1 )
1,65 × 2,65
= 2,65 × 2,65−1
= 0,99
= 59,95
Persen Finer
% finer = 𝑅𝑐×𝑎 × 100%
𝑊𝑠
59,95× 1
= 100 × 100%
= 94,21 %
Harga L
R = 60
L = 6,5 cm
L/t
L = 6,5 cm
t = 1 menit
6,5
L/t = 1
= 6,5 cm menit
Harga K
Temperatur = 29°
Gw = 0,996
η = 0,00818
g = 9,81 m/s2= 981 cm/s2
2 30 ×η
K = g × Gs− Gw
30 ×0,00818
= 981 × 2,392−1
= 0,0001315
K = 0,0123
Diameter, D
D =K × L
t
=0,0123× 6,5
1
= 0,04 mm
a. Contoh Perhitungan Prosentase Uji Analisis Butiran Tanah
Persentase Gravel
= Persentase lolos saringan No. 4 – Batas persentase gravel
= 100 % – 100 %
=0%
Persentase Coarse to Medium Sand
= Batas persentase gravel – batas persentase coarse to medium sand
= 100 % – 100%
=0%
Persentase Fine Sand
= Batas persentase coarse to medium sand – Batas persentasefine sand
= 100 % – 10 %
= 90 %
Persentase Silt – Clay
= 90 % – 9
= 81 %
D10 = 0,000065
D60 = 0,0075
D30 = 0,0014
D60 0,0075
Cu = = = 115,38
𝐷10 0,000065
2
𝐷 0,0014 2
Cc = D6030 = = 4,02
0,0075
×𝐷10 ×0,000065
𝐷30 2
Cc= D60 ×𝐷10 4,02
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN PENGUJIAN KADAR AIR DAN BERAT JENIS TANAH
Berat air, Ww = W4 – W5
= 100 – 66,5
= 33,5gr
w
Kadar air, w = WW ×100%
5
= 33,5 ×100%
66,5
=50,35 %
No. Container =2
Berat Container , W1 = 73,5 gr
Berat Tanah Basah+ Container, W2 = 173,5 gr
Berat Tanah Kering + Container, W3 = 139,5 gr
Berat Tanah Basah, W4 = W2 - W1
= 173,5 – 73,5
= 100 gr
Berat air, Ww = W4 – W5
= 100 – 66
= 34gr
w
Kadar air, w = W ×100%
W5
= 34 ×100%
66
=50,52 %
Kadar air rata-rata (%) =50,38+51,52
2
=50,95
(𝐶−𝐴)
𝐺𝑠 = 𝐵−𝐴 ×𝑇1 ×[(𝐷−𝐶)×𝑇2]
(76 − 40)
𝐺𝑠 = 140,5 − 40 × 0,995 − 165,5 − 80 × 0,969
𝐺𝑠 = 2,65
Picnometer Uji 2 :
Berat pic kosong, A (gr) = 40
Berat pic + Aquades, B (gr) = 138,5
Berat pic + Tanah kering, C (gr) = 80
Berat pic + Aquades + sample tanah, D (gr) = 164
Temperatur, T1 ( ◦ ) = 29 = 0,995
Temperatur, T2 ( ◦ ) = 28 = 0,969
(𝐶−𝐴)
𝐺𝑠 = 𝐵−𝐴 ×𝑇1 ×[(𝐷−𝐶)×𝑇2]
(80 − 40)
𝐺𝑠 = 138,5 − 40 × 0,995 − 164 − 80 × 0,969
𝐺𝑠 = 2,75
Gs (spesifiec gravity) rata-rata = 2,65+2,75
2
=2,70
= 23,5gr
w
Kadar air, w = W ×100%
W5
23,5
= ×100%
76,5
=30,72 %
No uji =2
No. Container =2
Berat Container , W1 = 74 gr
Berat Tanah Basah+ Container, W2 = 174 gr
Berat Tanah Kering + Container, W3 = 149,5 gr
Berat Tanah Basah, W4 = W2 - W1
= 174 – 74
= 100 gr
Berat air, Ww = W4 – W5
= 100 – 75,5
= 24,5gr
w
Kadar air, w = W ×100%
W5
= 24,5 ×100%
75,5
=32,45 %
=31,58
(𝐶−𝐴)
𝐺𝑠 = 𝐵−𝐴 ×𝑇1 ×[(𝐷−𝐶)×𝑇2]
(80 − 40)
𝐺𝑠 = 139,5 − 40 × 0,995 − 162 − 76 × 0,969
𝐺𝑠 = 2,76
Picnometer Uji 2 :
Berat pic kosong, A (gr) = 40
Berat pic + Aquades, B (gr) = 138,5
Berat pic + Tanah kering, C (gr) = 80
Berat pic + Aquades + sample tanah, D (gr) = 163
Temperatur, T1 ( ◦ ) = 29 = 0,995
Temperatur, T2 ( ◦ ) = 28 = 0,969
(𝐶−𝐴)
𝐺𝑠 = 𝐵−𝐴 ×𝑇1 ×[(𝐷−𝐶)×𝑇2]
(80 − 40)
𝐺𝑠 = 138,5 − 40 × 0,995 − 163 − 80 × 0,969
𝐺𝑠 = 2,57
Gs (spesifiec gravity) rata-rata = 2,76+2,57
2
=2,66
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN UJI BATAS CAIR, BATAS SUSUT DAN BATAS
PLASTIS (ATTERBERG LIMIT)
1. Analisis Uji Batas Cair dan Uji Batas Plastis (Tanah Keradenan)
Berikut adalah contohperhitungan uji batas cair Tanah Kradenan didapatkan hasil
seperti pada Tabel C.1.
Jumlah ketukan, N 70 52 34 24 12
Batas cair, WL (%) 81
6
Kadar air, W =W ×100%
W5
=3.8×100%
5,9
= 64,41 %
Banyak ketukan, N = 70
6
Kadar air, WA =W ×100%
W5
=0,15 ×100%
1,35
=11,11 %
𝑤 𝐴 +𝑤 𝐵 +𝑤 𝐶
Batas Plastis Wp = 3
11,11+41,67+55
= 3
= 35,93 %
2. Analisis Uji Batas Cair dan Uji Batas Plastis (Tanah Tinanding)
Berikut adalah contohperhitungan uji batas cair Tanah Desa Tinanding didapatkan
hasil seperti pada Tabel C.3:
6
Kadar air, W =W ×100%
W5
= 2 ×100%
5,2
= 38,5 %
Banyak ketukan, N = 70
Batas Cair WL = 55 % (lihat grafik)
No. Container A B C
Berat Container (gr) 5,00 5,00 5,00
Berat Container + Tanah Basah (gr) 6,60 6,70 6,55
Berat Container + Tanah Kering (gr) 6,10 6,20 6,03
Berat Tanah Basah (gr) 1,60 1,70 1,55
Berat Tanah Kering (gr) 1,10 1,20 1,03
Berat Air (gr) 0,50 0,50 0,52
Kadar Air (%) 45,45 41,67 50,49
Batas plastis,Wp (%) 45,87
6
Kadar air, WA =W ×100%
W5
=0,5 ×100%
1,1
= 45,45
𝑤 𝐴 +𝑤 𝐵 +𝑤 𝐶
Batas Plastis Wp = 3
45,45+41,67+50,49
= 3
= 45,87 %
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN UJI PEMADATAN/KOMPAKSI
No. Container Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah
Berat container (gr) 75 75 75 74 74 74 75 75 75
Berat container + tanah basah (gr) 157,5 151,2 163,8 228 234,3 240,6 244,5 250,8 238,2
Berat container + tanah kering (gr) 148,9 142,6 155,3 210,7 217,1 223,3 226,0 232,4 219,7
Berat tanah basah (gr) 82,5 76,2 88,8 154 160,3 166,6 169,5 175,8 163,2
Berat tanah kering (gr) 73,9 67,6 80,3 136,7 143,1 149,3 151,0 157,4 144,7
Berat air (gr) 8,6 8,6 8,5 17,3 17,2 17,3 18,5 18,45 18,5
Kadar air (%) 11,637 12,722 10,585 12,655 12,020 11,587 12,252 11,725 12,785
Kadar air rata-rata (%) 11,648 12,087 12,254
No. Container Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah
Berat container (gr) 75 75 75 75 75 75 75 75 75
Berat container + tanah basah (gr) 169,7 182,3 176 220 214,9 225,1 213,2 206,8 210
Berat container + tanah kering (gr) 158,5 171,2 164,8 202,7 197,7 207,8 196,9 190,5 193,7
Berat tanah basah (gr) 94,7 107,3 101 145 139,9 150,1 138,2 131,8 135
Berat tanah kering (gr) 83,5 96,2 89,8 127,7 122,7 132,8 121,9 115,5 118,7
Berat air (gr) 11,2 11,11 11,2 17,3 17,25 17,3 16,3 16,3 16,3
Kadar air (%) 13,413 11,550 12,472 13,547 14,064 13,027 13,372 14,113 13,732
Kadar air rata-rata (%) 12,478 13,546 13,739
Percobaan ke =4
Berat tanah asli = 6000 gr
Berat mold = 7010 gr
Berat mold + tanah basah = 10040 gr
Berat tanah basah = ( berat mold + tanah basah ) – berat mold
= 10040 - 7010
= 3030 gr
Diameter mold = 15,2 cm
Tinggi mold = 17,6 cm
Volume mold = ¼ x π x d2 x t
= 1559,751 cm3
No. container = atas
Berat container = 75 gr
Berat containe +tanah basah = 169,7 gr
Berat container+tanah kering = 158,5 gr
Berat tanah basah = ( berat container + tanah basah ) – berat container
= 169,7 – 75
= 94,7 gr
Berat tanah kering = ( berat container + tanah kering ) – berat container
= 158,5 – 75
= 83,5 gr
BC + tb − BC + tk
Kadar air, w = 𝑥 100 %
BC + tk − BC
75 + 94,7 – (75 + 83,5)
= 75 + 83,5 − 75 × 100%
= 13,41 %
No. container = tengah
Berat container = 75 gr
Berat containe +tanah basah = 182,3 gr
w
Berat isi Kering =
𝑉
3030
= 1559 ,75
= 1,943 gr/cm3
γ
Berat isi Tanah =
1+w
2,55
= 1+3030
= 1,727 gr/cm3
Keterangan :
BC = Berat Container
Tb = tanah basah
Tk = tanah kering
No. Container Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah
Berat container (gr) 75 75 75 74 74 74 75 75 75
Berat container + tanah basah (gr) 157,5 151,4 163,6 234,3 239 229,6 244,5 239,9 249,1
Berat container + tanah kering (gr) 148,9 142,9 155,0 217 221,7 212,3 226,0 221,4 230,6
Berat tanah basah (gr) 82,5 76,4 88,6 160,3 165 155,6 169,5 164,9 174,1
Berat tanah kering (gr) 73,9 67,9 80,0 143,0 147,7 138,3 151,0 146,4 155,6
Berat air (gr) 8,6 8,5 8,6 17,3 17,3 17,3 18,5 18,5 18,5
Kadar air (%) 11,637 12,518 10,750 12,098 11,713 12,509 12,252 12,637 11,889
Kadar air rata-rata (%) 11,635 12,107 12,259
No. Container Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah
Berat container (gr) 75 75 75 75 75 75 75 75 75
Berat container + tanah basah (gr) 176 179,2 172,8 220 215,9 224,1 210 203,7 216,3
Berat container + tanah kering (gr) 164,8 168,0 161,6 202,7 198,7 206,8 193,7 187,4 200,1
Berat tanah basah (gr) 101 104,2 97,8 145 140,9 149,1 135 128,7 141,3
Berat tanah kering (gr) 89,8 93,0 86,6 127,7 123,7 131,8 118,7 112,4 125,1
Berat air (gr) 11,2 11,2 11,2 17,3 17,2 17,3 16,3 16,3 16,2
Kadar air (%) 12,472 12,043 12,933 13,547 13,905 13,126 13,732 14,502 12,950
Kadar air rata-rata (%) 12,483 13,526 13,728
Percobaan ke =4
Berat tanah asli = 6000 gr
Berat mold = 7010 gr
Berat mold + tanah basah = 10989 gr
Berat tanah basah = ( berat mold + tanah basah ) – berat mold
= 10989 - 7010
= 3979 gr
Diameter mold = 15,2 cm
Tinggi mold = 17,6 cm
Volume mold = ¼ x π x d2 x t
= 1559,751 cm3
w
Berat isi Kering =
𝑉
3979
= 1559,75
= 2,55 gr/cm3
γ
B erat isi Tanah =
1+w
2,55
= 1+3979
= 2,268 gr/cm3
LAMPIRAN E
PERHITUNGAN HASIL CBR RENDAMAN (SOAKED)
15,0 14,807
14,0
13,0
12,0
11,0 11,323
10,0
9,581
Beban (Lbs)
9,0
8,0 7,839
7,0
6,0
5,0 5,226
4,0 4,355
3,0
2,0 2,613
1,0 1,742
0,18,73107
0,0
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 0,156% seperti tabel di bawah.
200,0
180,0 182,910
160,0
140,0 156,780
Beban (Lbs)
120,0
113,230
100,0
80,0 87,100
60,0 69,680
40,0 52,260
20,0 34,840
0,0
26,130
17, 420
8,710
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 1,844% seperti tabel di bawah.
339,690
320,0
280,0
278,720
240,0
226,460
200,0
Beban (Lbs)
160,0
120,0 165,490
80,0 148,070
40,0 113,230
0,0 87,100
60,96790,680
43,550
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 2,667% seperti Tabel E.3 di bawah.
400,0 409,370
350,0
357,110
300,0
250,0
200,0
Beban (Lbs)
150,0 261,300
100,0
50,0 209,040
0,0 174,200
148,070
121,940
95,810
69,680
52,260
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 4,26% seperti tabel di bawah.
13,0
12,0 11,759
11,0
10,0 10,452
9,581
9,0
Beban (Lbs)
8,0
7,839
7,0
6,0 6,097
5,0
4,0 4,355
3,0 3,484
2,0
1,72,178
1,0 42
0,0 0,871
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 0,164% seperti tabel di bawah.
200,0 200,330
180,0 174,200
160,0
140,0
120,0
Beban (Lbs)
130,650
100,0
80,0
60,0
40,0 87,100
78,39 0
20,0
60,970
0,0
43,550
26,130
17, 420
8,710
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 2,067% seperti tabel di bawah.
300,0
278,720
250,0 252,590
200,0
Beban (Lbs)
178,555
150,0
130,650
100,0 95,810
82,745
69,680
50,039,195
26,130
13,065
0,0
0,00,10,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Penetrasi (inches)
Keterangan:
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 2,822% seperti tabel di bawah.
100,0 182,910
(Lbs)
50,0 139,360
0,0 95,810
69,680
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 6,844% seperti tabel di bawah.
LAMPIRAN F
PERHITUNGAN ANALISIS HASIL CBR RENDAMAN DENGAN
PEMERAMAN 2 HARI
1. Tanah Kradenan
a. Tanah Kradenan+ Geopol 0%
70,0
60,0 60,970
56,615
50,0 47,905
Beban (Lbs)
40,0
34,840
30,0
26,130
20,0 20,904
17,420
13,065
10,0 8,710
6,968
0,0
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 0,644% seperti tabel di bawah.
250,0 243,880
200,0
150,0165,490
130,650
100,0
78,390
52,26600,970
50,0
263,41,38040
0,0
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
:Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
:Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 3,133% seperti tabel di bawah.
200,0 287,430
150,0 243,880
100,0 200,330
50,0 174,200
0,0 130,650
87,100
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 6,778% seperti tabel di bawah.
0,1 6,400
0,2 6,778
500,0
450,0 435,500
400,0 391,950
350,0 339,690
304,850
300,0 261,300
250,0
182,910
200,0 156,780
150,0
100,0
50,0
0,00,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 8,889% seperti tabel di bawah.
60,0 58,357
50,0 49,647
Beban (Lbs)
40,937
40,0
32,227
30,0 27,8 72
23,517
20,0 19,162
1 4,807
10,4 52
10,0
6,097
0,0
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 0,622% seperti tabel di bawah.
250,0
200,0 200,330
156,780
150,0
113,230
100,0 87,100
60,970
50,0 263,41,38040
0,0
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 4,222% seperti tabel di bawah.
200,0 270,010
150,0 3,880
24
100,0 191,620
50,0
0,0
130,650
87,100
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 7,889% seperti tabel di bawah.
400,0 418,080
350,0
300,0 330,980
250,0 287,430
261,300
200,0
150,0
100,0156,780
50,087,100
0,0
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 10,111% seperti tabel di bawah.
0,1 10,000
0,2 10,111
LAMPIRAN G
PERHITUNGAN HASIL CBR RENDAMAN DENGAN PEMERAMAN 4
HARI
80,0
70,0
60,0 65,325
50,0 56,615
40,0 47,905
30,0 34,840
30,485
20,0
20,904
13,01655,61778,420
10,0
0,0 8,710
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 0,667% seperti tabel di bawah.
250,0
200,0
182,910
150,0 139,360
100,0 95,810
78,390
50,0 60,970
263,41,38040
0,0
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 3,756% seperti tabel di bawah.
500,0
450,0 452,920
400,0 435,500
350,0 391,950
300,0
348,400
250,0
304,850
Beban (Lbs)
200,0
261,300
150,0
217,750
100,0
191,620
50,0
0,0
130,650
87,100
0,00
0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan :
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 7,333% seperti tabel di bawah.
800,0
750,0
700,0
650,0 635,830
609,700
600,0
550,0 548,730
Beban (Lbs)
500,0
452,920
450,0 409,370
400,0 357,110
350,0 313,560
300,0 270,010
250,0
182,910
200,0 156,780
150,0
100,0
50,0
0,00,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 9,333% seperti tabel di bawah.
140,0
120,0
100,0
Beban (Lbs)
80,0 74,035
65,325
60,0 56,615
40,0 39,195
26,13030,485
20,0 17, 21,775
13,06 420
5
8,710
0,0
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 0,778% seperti tabel di bawah.
400,0
383,240
350,0 339,690
300,0
278,720
250,0
Beban (Lbs)
209,040
200,0 165,490
150,0
113,230
100,0 95, 810
60,970
50,0
43, 550
26,130
0,0
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
:Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 4,444% seperti tabel di bawah.
550,0
500,0 505,180
450,0 487,760
452,920
400,0
350,0 391,950
300,0 357,110
Beban (Lbs)
250,0
200,0 287,430
150,0 261,300
100,0 209,040
50,0
0,0139,360
87,100
0,00
0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 8,533% seperti tabel di bawah.
700,0
650,0 653,250 670,670
627,120
600,0
550,0 566,150
500,0
487,760
450,0
Beban (Lbs)
400,0
400,660
350,0 348,400
300,0
250,0
200,0252,590
150,0
100,0139,360
50,095,810
0,0
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 12,444% seperti tabel di bawah.
LAMPIRAN H
PERHITUNGAN ANALISIS HASIL CBR TANPA RENDAMAN
(UNSOAKED)
1000,0
900,0
800,0
700,0
600,0
500,0
635,830
Beban (Lbs)
400,0
300,0 540,020
200,0 444,210
100,0
0,0 348,400
270,010
191,620
87,111031,32930,360
60,970 0
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
:Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 6,667% seperti tabel di bawah.
b. TanahKradenan + Geopol 2%
1200,0
1100,0 1132,300
1000,0
900,0 984,230
800,0
700,0 783,900
Beban (Lbs)
600,0
500,0
400,0 566,150
300,0 435,500
200,0 348,400
100,0 270,010
1652,04090,330
0,0
95,810
Keterangan:
:Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
:Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 10,889% seperti tabel di bawah.
2400,0 2334,280
2200,0
2000,0
1977,170
1800,0
1600,0
1620,060
1400,0
Beban (Lbs)
1200,0
1000,0 1262,950
1019,070
800,0
775,190
600,0 574,860
400,0 444,210
200,0 313,560
0,0 182,910
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
:Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 26,444% seperti tabel di bawah.
4000,0
3754,010
Beban (Lbs)
3500,0
3000,0
2500,0 2883,010
2000,0 2273,310
1500,0
1000,0 1663,610
500,0 13 93,600
1071,330
0,0 749,060
4 26,790
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 57,778% seperti tabel di bawah.
800,0
766,480
700,0
600,0
Beban (Lbs)
618,410
500,0 470,340
400,0 383,240
300,0 296,140
200,0
100,0 226,460
0,0 18 2,910
139,360
9 5,810
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 9,111% seperti tabel di bawah.
( inch ) (%)
0,1 7,333
0,2 9,111
1400,0 1245,530
1300,0 1027,780
1200,0
1100,0 810,030
1000,0 644,540
900,0 479,050
800,0 365,820
700,0287,430
209,040
600,0 130,650
500,0
400,00,00
0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
300,0
Penetrasi (inches)
200,0
100,0
0,0
Gambar H.6. CBR Tanah Desa Tinanding+ Geopol 2%
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 16,667% seperti tabel di bawah.
( inch ) (%)
0,1 15,000
0,2 16,667
3200,0 3118,180
3000,0
2800,0
2600,0 2586,870
2400,0
2200,0 2055,560
Beban (Lbs)
2000,0
1800,0
1600,0 1524,250
1400,0 1228,110
1200,0 931,970
1000,0 688,090
513,890
800,0
339,690
600,0 165,490
400,0
200,0
0,0
0,000,100,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 32,222% seperti tabel di bawah.
( inch ) (%)
0,1 26,667
0,2 32,222
8000,000
7500,000
7000,000 6968,000
6500,000
6009,900
6000,000
5500,000 5226,000
Beban (Lbs)
5000,000
4500,000
4000,000 3745,300
2961,400
3500,000
2090,400
3000,000 1654,900
2500,000 1132,300
2000,000 43650,95,07000
1500,000
1000,000
500,000
0,0000,000,100,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Penetrasi (inches)
Keterangan:
: Garis bantu untuk menunjukkan nilai beban
: Garis koreksi beban
Setelah diuji ulang maka didapatkan nilai CBR yang harus dilaporkan
adalah CBR 0.2" sebesar 83,229% seperti tabel di bawah.
( inch ) (%)
0,1 69,680
0,2 83,229
LAMPIRAN I
PERHITUNGANHASIL PRESENTASE PENGEMBANGAN
(SWELL PROCENTAGE)
do d1
T
to t1
= = 14,15 cm
= T – d1
= = 16,13 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 13,99%
= = 12,65 cm
= T – d1
= = 14,2 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
=12,25%
= = 12,87 cm
= T – d1
= = 14,13 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 9,79%
= = 12,62 cm
= T – d1
= = 13,7 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 8,56%
= = 14,65 cm
= T – d1
= = 16,47 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 12,42%
b. Tanah Desa Tinanding + Geopol 2%
= T – do
= = 13,88 cm
= T – d1
= = 15,43 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 11,17 %
= = 12,97 cm
= T – d1
= = 15,83 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
=10,25%
= = 10,65 cm
= T – d1
= = 11,47 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
=7,69 %
= T – do
= = 14,07 cm
= T – d1
= = 16,03 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 13,98%
= = 14,87 cm
= T – d1
= = 16,5 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
=10,99%
= = 13,2 cm
= T – d1
= = 14,33 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 8,59%
= = 12,43 cm
= T – d1
= 13,03
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 4,83%
= = 14,97 cm
= T – d1
= = 17,03 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
=13,81%
= = 14,33 cm
= T – d1
= 15,9 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 10,93%
= = 13,9 cm
= T – d1
= = 14,97 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
=7,67%
= = 14,20 cm
= T – d1
= = 14,77 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 3,99%
= = 12,00 cm
= T – d1
= 13,70
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 14,17%
= = 11,13 cm
= T – d1
= = 12,33 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
=10,78%
= = 11,07 cm
= T – d1
= = 12,00 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 8,43%
= = 13,43 cm
= T – d1
= = 14,00 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 4,22%
= = 14,87 cm
= T – d1
= = 16,93 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
=13,90%
= T – do
= = 14,83 cm
= T – d1
= = 16,37 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
= 10,34 %
= T – do
= = 14,60 cm
= T – d1
= 15,70
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
=7,53%
= = 13,77 cm
= T – d1
= = 14,30 cm
% Swell =( ) x 100%
=( ) x 100%
=3,87%
LAMPIRAN J
GAMBAR PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN
DAN ANALISIS HIDROMETER
NO GAMBAR KETERANGAN
Pengeringan Sampel
1 Tanah diruang Terbuka
2 Uji Saringan
NO GAMBAR KETERANGAN
Pembacaan Alat
6
Hidrometer
LAMPIRAN K
GAMBAR PENGUJIAN ATTERBERG LIMITS
NO GAMBAR KETERANGAN
NO GAMBAR KETERANGAN
Penumbukkan Sampel
4
Tanah
LAMPIRAN L
GAMBAR PENGUJIAN INDEKS PROPERTIES
NO GAMBAR KETERANGAN
Penimbangan Sampel
Berat Jenis Tanah
1
Kradenan
Penimbangan Akuades
2
dan Piknometer
NO GAMBAR KETERANGAN
Penimbangan Sampel
Tanah yang sudah
3
didiamkan selama 24
jam
LAMPIRAN M
GAMBAR PENGUJIAN PEMADATAN MODIFIKASI
NO GAMBAR KETERANGAN
Pengeringan Sampel
1 Tanah
NO GAMBAR KETERANGAN
Penimbangan mold
4
Pengujian Pemadatan
dengan Hammer
5
sebanyak 56 kali
tumbukkan
Pembongkaran sampel
6 tanah yang telah
ditumbuk
LAMPIRAN N
GAMBAR PENGUJIAN CBR SOAKED,UNSOAKED DAN
SWELLING PROCENTAGE
NO GAMBAR KETERANGAN
Pencampuran sampel
3 tanah dengan campuran
GEOPOL®
NO GAMBAR KETERANGAN
NO GAMBAR KETERANGAN
Penimbangan sampel
7 tanah sesudah
perendaman 4 hari
NO GAMBAR KETERANGAN
Pembongkaran sampel
uji tanah yang telah
10 dilakukan uji CBR
Laboratorium