ABSTRAK
Uji California Bearing Ratio (CBR) dikatakan menjadi standar tes untuk mengetahui daya dukung tanah. Nilai
CBR bisa didapatkan di pengujian laboratorium dan pengujian dilapangan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui korelasi yang didapat dari CBR lapangan dari uji DCP dan CBR Laboratorium. Proses penelitian terdiri
dari data sekunder didapat data CBR lapangan dari uji DCP sebanyak 15 titik dan untuk data primer mencakup
pemeriksaan sifat fisis tanah, pengujian proctor modified dan pengujian CBR Laboratorium sebanyak 15 sampel
tanah. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan rumus matematis untuk mendapatkan persamaan
regresi dan nilai korelasi agar diketahui seberapa erat data-data tersebut berkaitan. Berdasarkan metode AASHTO
tanah tersebut diklasifikasikan dalam jenis tanah A-2-4 yaitu kerikil dan pasir berlanau atau berlempung dengan
penilaian umum sebagai tanah subgrade sangat baik sampai baik. Berdasarkan metode USCS klasifikasi tanah
yang paling dominan adalah SW/SC yaitu pasir gradasi baik, pasir berkerikil, sedikit atau tidak mengandung
butiran halus/pasir berlanau, campuran pasir lempung. Dari hasil perhitungan regresi dan korelasi didapat
persamaan rumus untuk memprediksi nilai CBR dan nilai DCP dimana nilai CBR (%) Desain vs CBR dari uji DCP
(%) (CBR-DCP = 0,1197(CBR(Desain)) + 14,3970. Penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada pengaruh
signifikan antara nilai CBR dan nilai DCP.
Kata Kunci: CBR, DCP, tanah subgrade.
ABSTRACT
The California Bearing Ratio (CBR) test is said to be the standard test to determine the bearing capacity of the
soil. CBR values can be obtained in laboratory testing and field testing. This study was conducted to determine
the correlation obtained from the field CBR from the DCP and Laboratory CBR tests. The research process
consisted of secondary data obtained from field CBR data from the DCP test as many as 15 points and primary
data including examination of soil physical properties, proctor modified testing, and laboratory CBR testing of 15
soil samples. The data obtained were then analyzed using a mathematical formula to obtain the regression
equation and the correlation value to know how closely the data were related. Based on the AASHTO method, the
soil is classified into soil type A-2-4, namely gravel and silty sand or loam with a general assessment as very good
to good subgrade soil. Based on the USCS method, the most dominant soil classification is SW/SC, namely sand
of good gradation, gravel sand, little or no fine grain/silty sand, and a mixture of loamy sand. From the results of
the regression and correlation calculations, the formula for predicting the CBR value and DCP value is obtained
where the CBR value (%) Design vs. CBR from the DCP test (%) (CBR-DCP = 0.1197(CBR(Design)) + 14.3970.
This study proves that there is no significant effect between the CBR value and the DCP value.
Keywords: CBR, DCP, subgrade soil.
I. PENDAHULUAN
Jalan merupakan prasarana transportasi yang paling sangat ditentukan oleh sifat-sifat daya dukung tanah
banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk dasar (Sukirman 1999).
melakukan mobilitas keseharian sehingga volume Konstruksi perkerasan lentur jalan terdiri dari
kendaraan yang melewati suatu ruas jalan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar
mempengaruhi kapasitas dan kemampuan dukungnya. yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut
Kekuatan dan keawetan kontruksi perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan
1
menyebarkan ke lapisan di bawahnya. Beban Sedangkan menurut Craig (1989), pemadatan
kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan melalui (compaction) adalah proses naiknya kerapatan tanah
bidang kontak roda beban berupa beban terbagi rata. dengan memperkecil jarak antar partikel sehingga
Beban tersebut berfungsi untuk diterima oleh lapisan terjadi reduksi volume udara dan tidak terjadi
permukaan dan disebarkan ke tanah dasar menjadi perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah.
lebih kecil dari daya dukung tanah dasar (Sukirman Uji pemadatan tanah adalah metode laboratorium
1999). untuk menentukan eksperimental kadar air yang
Pengujian tanah dilakukan untuk memperoleh data optimal dimana suatu jenis tanah tertentu akan menjadi
tanah yang diperlukan baik untuk perencanaan maupun paling padat dan mencapai kepadatan kering
untuk pelaksanaan. Uji California Bearing Ratio (CBR) maksimum. Nilai kepadatan kering tanah didapat dari
dikatakan menjadi standar tes untuk mengetahui daya persamaan :
dukung tanah. Nilai CBR bisa didapatkan di pengujian 𝜌
laboratorium dan pengujian langsung dilapangan. 𝜌𝑑 = (1)
(1+𝑤)
Untuk mendapatkan nilai CBR di lapangan pemakaian
alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP) menjadi salah CBR (California Bearing Ratio)
satu pilihan pada proyek perkerasan jalan untuk CBR merupakan suatu perbandingan antara beban
mengukur nilai kekutan tanah dasar karena cepat dan percobaan (Test Load) dengan beban standar (Standard
efisien. Berbeda dengan pengujian dengan alat DCP Load) dan dinyatakan dalam persentase. Tujuan dari
yang tergolong singkat, uji CBR laboratorium memiliki percobaan CBR adalah untuk menentukan daya dukung
rangkaian prosedur pengujian yang panjang. tanah dalam kepadatan maksimum. Untuk mencari
Perbedaan kepadatan tanah dapat mempengaruhi nilai nilai CBR memakai rumus :
CBR yang didapat langsung dilapangan dan nilai CBR
dengan tanah yang dipadatkan dilaboratorium. 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
CBR(%) = Beban penetrasi standard × 100% (2)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi
atau hubungan yang didapat dari CBR lapangan dari uji
DCP dan CBR Laboratorium. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan Pengujian DCP dimaksudkan untuk menentukan
adalah tanah sub-grade pada Pembangunan Ruas jalan nilai CBR tanah dasar, timbunan, dan atau suatu sistem
Nanga Pinoh – Ela Hilir – Batas Kalimantan Tengah 1. perkerasan. Pengujian ini akan memberikan data
kekuatan tanah sampai kedalaman kurang lebih 70
centimeter di bawah permukaan lapisan tanah yang ada
atau permukaan tanah dasar.
II. METODOLOGI DAN PUSTAKA Gambar 2. Grafik Hubungan Nilai DCP dan Nilai
Tanah Subgrade (Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum,
Tanah dasar adalah berupa tanah asli atau tanah Rancangan 3 Pedoman Cara Uji CBR
galian ataupun berupa tanah timbunan, yang dengan Dynamic Cone Penetrometer)
merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-
bagian perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat- Berdasarkan grafik hubungan di atas, didapat
sifat serta daya dukung dari tanah dasar. persamaan untuk menentukan nilai CBR untuk masing-
masing sudut konus sebagai berikut :
Pemadatan Sudut konus 30°
Pemadatan tanah adalah suatu proses memadatkan Log CBR = 1,352 – 1,125 (Log DCP) (3)
partikel tanah sehingga terjadi pengurangan volume Sudut konus 60°
udara dan volume air dengan memakai cara mekanis. Log CBR = 2,8135 – 1,313 (Log DCP) (4)
2
Regresi dan Korelasi Metodologi Penelitian
Parameter tanah yang telah didapat dari data primer Untuk mempermudah proses penelitian, dibuatlah
dan sekunder dikumpulkan dan dipilah untuk tahapan-tahapan pengujian yang meliputi:
kemudian dianalisis dengan menggunakan analisa 1. Pemeriksaan sifat-sifat fisis tanah meliputi:
statistik yaitu dengan cara analisis regresi dan korelasi Kadar Air
yang maksud untuk mendapatkan nilai regresi dan Berat Jenis
korelasi antar paratameter yang diuji. Semakin besar Batas Atterberg
nilai koefisien korelasi maka hubungan kedua variabel Analisa Saringan
tersebut semakin kuat. 2. Mengklasifikasikan tanah asli dan tanah dengan
penambahan persentase pasir:
Tabel 1. Nilai koefisien korelasi dan kekuatan Klasifikasi AASHTO
hubungan antar variabel (Soewarno, 1995) Klasifikasi USCS
Nilai 3. Pemeriksaan sifat mekanis tanah asli dan tanah
Koefesien Keterangan dengan penambahan persentase pasir:
Korelasi Uji pemadatan (Modified)
1 Hubungan positif sempurna Uji CBR Laboratorium (Unsoaked)
4. Analisis data yang telah didapat menggunakan
0,6 – 1 Hubungan langsung positif baik analisa regresi dan korelasi model linier
0 - 0,6 Hubungan langsung positif lemah
0 Tidak terdapat hubungan linier III. HASIL DAN PEMBAHASAN
-0,6 – 0 Hubungan langsung negatif lemah Setelah dilakukan pengujian maka data yang
didapat bisa diolah untuk mencari sifat fisis, mekanis,
-1 - -0,6 Hubungan langsung negatif baik dan juga korelasi antara nilai CBR Laboratorium dan
-1 Hubungan negatif sempurna nilai DCP.
3
Tabel 4. Hasil Klasifikasi AASHTO (Sumber: Hasil Tabel 6. Hasil Pengujian Pemadatan (Modified)
Pengujian Laboratorium, 2022) (Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium,
Persen 2022)
Lolos
No. Titik PL (%) IP (%) Klasifikasi
Saringan Pemadatan
No. 200 No. Titik
Wopt (%) ℽd (gr/cm3)
1 STA 11 + 050 26,006 10,102 7,592 A-2-4
1 STA 11+050 14,29 1,868
2 STA 11 + 100 27,741 8,933 6,376 A-2-4
2 STA 11+100 14,55 1,862
3 STA 11 + 150 26,848 8,422 7,462 A-2-4 3 STA 11+150 14,31 1,865
4 STA 11 + 200 24,800 8,977 7,141 A-2-4 4 STA 11+200 13,39 1,877
5 STA 11+250 13,75 1,873
5 STA 11 + 250 27,484 7,888 8,016 A-2-4
6 STA 11+300 12,70 1,902
6 STA 11 + 300 25,881 7,048 10,311 A-2-4
7 STA 11+350 14,28 1,868
7 STA 11 + 350 25,941 10,568 8,457 A-2-4 8 STA 11+400 14,45 1,863
8 STA 11 + 400 25,516 9,873 6,181 A-2-4 9 STA 11+450 15,80 1,845
10 STA 11+500 14,30 1,867
9 STA 11 + 450 24,952 9,701 9,422 A-2-4
11 STA 11+550 14,41 1,860
10 STA 11 + 500 27,492 7,258 7,209 A-2-4
12 STA 11+600 14,38 1,865
11 STA 11 + 550 24,765 8,963 7,603 A-2-4 13 STA 11+650 15,25 1,851
12 STA 11 + 600 27,576 8,580 8,868 A-2-4 14 STA 11+700 14,27 1,871
15 STA 11+750 14,35 1,863
13 STA 11 + 650 27,085 10,078 9,213 A-2-4
7 STA 11 + 350 25,941 10,568 SW/SC 4 STA 11+200 21,718 27,131 34,045 28,020
5 STA 11+250 20,870 26,479 33,653 27,170
8 STA 11 + 400 25,516 9,873 SW/SC
6 STA 11+300 22,892 28,436 36,393 30,347
9 STA 11 + 450 24,952 9,701 SW/SC
7 STA 11+350 19,957 25,827 32,871 26,926
10 STA 11 + 500 27,492 7,258 SW/SC 8 STA 11+400 19,370 25,044 32,088 25,911
11 STA 11 + 550 24,765 8,963 SW/SC 9 STA 11+450 18,196 23,870 30,262 23,695
10 STA 11+500 19,957 25,305 32,479 26,617
12 STA 11 + 600 27,576 8,580 SW/SC
11 STA 11+550 19,762 25,240 32,219 25,962
13 STA 11 + 650 27,085 10,078 SW/SC
12 STA 11+600 19,762 25,436 31,827 26,131
14 STA 11 + 700 24,424 9,129 SW/SC 13 STA 11+650 18,783 24,131 30,784 24,409
15 STA 11 + 750 26,839 7,966 SW/SC 14 STA 11+700 20,153 26,088 32,610 27,045
15 STA 11+750 19,762 25,436 32,349 26,213
4
– Ela Hilir – Batas Kalimantan Tengah 1. Hasil Dari hasil perhitungan didapat hubungan nilai CBR
pengujian DCP dapat dilihat pada Tabel 8. : Desain dengan nilai CBR-DCP adalah y = 0,1197x +
14,397 dan memiliki koefisien korelasi (r) 0,1089
Tabel 8. Hasil Pengujian DCP (Sumber: Data maka dapat disimpulkan hubungan antara nilai CBR
Sekunder) Desain dan nilai CBR-DCP memiliki hubungan
langsung positif lemah.
No. Titik CBR - DCP (%)
20
yang baik.
19 2. Bagi calon peneliti diharapkan untuk mencari
korelasi nilai CBR Laboratorium dan nilai CBR
18
Lapangan dari uji DCP yang lebih lengkap untuk
17 wilayah lainnya di Indonesia.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
16 mencari korelasi nilai CBR Laboratorium dan nilai
y = 0,1197x + 14,397
R² = 0,0119 CBR Lapangan dari uji DCP yang lebih lengkap
15 untuk semua jenis tanah.
14 4. Ketelitian sangat diperlukan dalam penelitian ini
23 24 25 26 27 28 29 30 31 agar didapatkan hasil yang akurat sesuai dengan
Nilai CBR Desain (%) kondisi yang diinginkan.
REFERENSI
Gambar 4. Grafik Hubungan Nilai CBR Desain dan
Nilai CBR-DCP (Sumber: Hasil Pengujian Craig RF, 1989, Mekanika Tanah, Edisi Keempat,
Laboratorium, 2022) Erlangga, Jakarta.
5
Hardiyatmo, Hary Christady. (2002). Mekanika Tanah
I. Edisi ketiga. Penerbit Gajah Mada University
Press. Jakarta.
Pemberlakuan Pedoman Cara Uji California Bearing
Ratio (CBR) Dengan Dynamic Cone
Penetrometer (DCP). (2010). Bandung:
Kementerian Pekerjaan Umum.
Soewarno. 1995. Aplikasi Metode Statistik Untuk
Analisa Data Jilid 1. Bandung : Penerbit Nova.
Sukirman, S. (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya.
Bandung: NOVA.