Abstrak
Tanah dasar (subgrade) merupakan salah satu faktor yang sangat berperan
dalam menentukan ukuran ketebalan dari lapis pekerasan. Tanah dasar pada
setiap lokasi tidak sama dan sangat variatif tergantung dari spesifikasi tanah
pada daerah tersebut. Semakin bagus kualitas tanah pada sebuah daerah maka
semakin tinggi pula nilai CBR tanah tersebut. Penelitian ini ingin melihat
sejauh mana perbedaan ukuran tebal perkerasan dengan menggunakan nilai
CBR dari masing-masing lokasi yang berbeda. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan perencanaan-
perencanaan tebal lapis perkerasan nantinya. Dari hasil pengujian di lapangan
diperoleh nilai rerata CBR dari masing-masing lokasi adalah Kecamatan
Nisam Antara 38,94%, Kecamatan Sawang 38,80% dan Kecamatan Kuta
Makmur 51,58%. Berdasarkan hasil perhitungan didapat tebal lapis
permukaan untuk Kecamatan Nisam Antara sebesar 2 cm, lapis pondasi atas
20 cm dan lapis pondasi bawah 10 cm. Untuk Kecamatan Sawang tebal lapis
permukaan 2,3 cm, lapis pondasi atas 20 cm dan lapis pondasi bawah 10 cm,
sementara untuk Kecamatan Kuta Makmur tebal lapis permukaan 1,5 cm,
lapis pondasi atas 20 cm dan lapis pondasi bawah 10 cm, sehingga dapat di
simpulkan bahwa nilai CBR Kecamatan Kuta Makmur merupakan nilai CBR
terbaik dari ketiga lokasi tersebut dan memberi penguruh yang signifikan
terhadap tebal perkerasan sehingga lapis permukaan menjadi lebih tipis
sehingga apabila dikonversi terhadap harga pengerjaannya menjadi lebih
murah dan efisien
1. Pendahuluan
Tanah dasar (subgrade) adalah permukaan tanah asli, permukaan galian,
atau permukaan tanah timbunan yang merupakan permukaan untuk perletakan
bagianbagian perkerasan lainnya. Fungsi tanah dasar adalah menerima tekanan
akibat beban lalu lintas yang ada diatasnya oleh karena itu tanah dasar harus
mempunyai kapasitas daya dukung yang optimal sehingga mampu menerima gaya
akibat beban lalu lintas tanpa mengalami kerusakan (Wasis et al, 2012)
pengaruh dari Nilai CBR tersebut terhadap lapis perkerasan jalan di daerah
masing-masing dan akan dikomparasi besarnya tebal perkerasan tersebut. Dari
karakteristik jenis tanah yang berbeda akan dilihat pengaruhnya sesuai dengan
literatur yang ada. Penelitian ini menggunakan data CBR lapangan di mana
menurut SNI 03-1738-1989 bahwa pengujian ini dimaksudkan untuk CBR (California
Bearing Ratio) langsung di tempat (in place) atau bila diperlukan dapat dilakukan
dengan mengambil contoh asli tanah dengan cetakan CBR (undisturb). CBR
lapangan adalah perbandingan antara beban penterasi suatu lapis/bahan tanah atau
perkerasan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi
yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai perbandingan dari
ketiga CBR tersebut sesuai dengan karakteristik subgrade masing-masing dan
nantinya dapat digunakan sebagai referensi dalam menentukan tebal perkerasan
jalan yang pada daerah lain yang berkesesuaian dengan karakteristik tanahnya.
2. Tinjauan Kepustakaan
2.1 Kepadatan dan Daya Dukung Tanah
Menurut Sukirman (1999), beban kendaraan yang dilimpahkan ke lapis
perkerasan melalui roda-roda kendaraan selanjutnya disebarkan ke lapisan-lapisan
di bawahnya dan akhirnya diterima oleh tanah dasar. Dengan demikian tingkat
kerusakan konstruksi perkerasan selama masa pelayanan tidak saja ditentukan
oleh kekuatan dari lapis perkerasan tetapi juga tanah dasar. Daya dukung tanah
dasar dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, kondisi drainase
dan lain-lain.
Daya dukung tanah dasar (DDT), adalah merupakan salah satu parameter
yang dipakai dalam nomogram penetapan indeks tebal perkerasan (ITP). Nilai
daya dukung tanah dasar didapat dari hasil grafik korelasi CBR tanah dasar
terhadap DDT, secara analitis nilai DDT dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut (Sukirman, 1999):
Sukirman (2003), menyatakan bahwa tanah dasar dapat terdiri dari tanah
dasar tanah asli, tanah dasar tanah galian, atau tanah dasar tanah urug yang
disiapkan dengan cara dipadatkan. Di atas lapis tanah dasar diletakkan lapis
struktur perkerasan lainnya, oleh karena itu mutu daya dukung tanah dasar ikut
mempengaruhi mutu jalan secara keseluruhan. Berbagai parameter digunakan
Kajian Pengaruh Nilai CBR Subgrade Terhadap Tebal Perkerasan Jalan (Studi 139
Komparasi CBR Kecamatan Nisam Antara, Kecamatan Sawang dan Kecamatan Kuta
MAkmur) Said Jalalul Akbar
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
sebagai penunjuk mutu daya dukung tanah dasar seperti California Bearing Ratio
(CBR), modulus resilient (MR); penetrometer konus dinamis (Dynamic Cone
Penetrometer), atau modulus reaksi tanah dasar (k). Pemilihan parameter mana
yang akan digunakan, ditentukan oleh kondisi tanah dasar yang direncanakan dan
metode perencanaan tebal perkerasan yang akan dipilih.
Sukirman (2003), CBR lapangan, dikenal juga dengan nama CBR inplace
atau field CBR, adalah pengujan CBR yang dilaksanakan langsung dilapangan, di
lokasi tanah dasar rencana. Prosedur pengujian mengikuti SNI 03-1738 atau ASTM
D 4429. CBR lapanganan digunakan untuk menyatakan daya dukung tanahdasar
dimana tanah dasar drencanakan tidak lagi mengalami proses pemadatan atau
peningkatan daya dukung tanah sebelum lapis pondasi dihampar
dan pada saat pengujian tanah dasar dalam kondisi jenuh. Dengan kata
lain perencanaan tebal perkerasan dilakukan berdasarkan kondisi daya dukung
tanah dasar pada saat pengujian CBR lapangan itu. Pengujian dilakukan dengan
meletakkan piston pada elevasi dimana nilai CBR hendak diukur, lalu dipenetrasi
Kajian Pengaruh Nilai CBR Subgrade Terhadap Tebal Perkerasan Jalan (Studi 140
Komparasi CBR Kecamatan Nisam Antara, Kecamatan Sawang dan Kecamatan Kuta
MAkmur) Said Jalalul Akbar
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
dengan menggunakan beban yang di limpahkan melalui gandar truk ataupun alat
lainnya dengan kecepatan 0,05 inci/menit. CBR ditentukan sebagai hasil
perbandingan antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi 0,1 atau 0,2 inci
benda uji dengan beban standar.
Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapis dapat bersifat kedap air dan
memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti mempertinggi daya dukung lapis
terhadap beban roda lalu lintas. Jenis lapis permukaan yang umum dipergunakan
di Indonesia antara lain :
a. Penetrasi Macadam (Lapen)
b. Lasbutag (Lapis Tanah Galian)
c. Laston (lapis aspal beton) 5
dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pemakai jalan, maka konstruksi
perkerasan lentur haruslah memenuhi persyaratan lalulintas dan struktural.
Perkerasan berfungsi sebagai tumpuan rata-rata, permukaan yang rata
menghasilkan jalan pesawat (kenderaan) yang stabil dan ditinjau dari fungsinya
harus dijamin bahwa tiap-tiap lapis dari atas ke bawah cukup kekerasan dan
ketebalannya sehingga tidak mengalami perubahan karena tidak mampu menahan
beban (Ashford dan Wright, 1979).
ITP Gt
Log ( LERx 3650) = 9,36 log( + 1) 0,20 + .... (2)
2,54 1094
0,40 +
ITP
( + 1) 5,19
2,54
1
+ log( ) + 0,372( DDT 3,0)
FR
di mana :
LER = Lintas Ekivalen Rencana
3650 = Jumlah hari dalam 10 tahun
ITP = Indek Tebal Perkerasan
DDT= Daya Dukung Tanah Dasar
FR = Faktor Regional
( IP IPt )
Gt = Log 0
(4,2 1,5)
ITP adalah angka yang menunjukkan nialai struktural perkerasan jalan yang
terdiri dari beberapa lapis dengan mutu yang berbeda. Oleh karena itu untuk
menentukan ITP diperlukan koefisian relatif sehingga tebal perkerasan setiap lapis
setelah dikalikan dengan koefesian relatif dapat dijumlahkan. ITP dihitung dengan
rumus di bawah ini (Sukirman, 2003).
Kajian Pengaruh Nilai CBR Subgrade Terhadap Tebal Perkerasan Jalan (Studi 142
Komparasi CBR Kecamatan Nisam Antara, Kecamatan Sawang dan Kecamatan Kuta
MAkmur) Said Jalalul Akbar
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
3. Metode Penelitian
Nilai CBR yang digunakan pada penelitian ini adalah nilai CBR lapangan
(CBR inplace atau field CBR) yang berarti pengujian nilai CBR langsung
dilakukan di lapangan. Lokasi penelitian dilakukan pada tiga tempat yaitu
kecamatan Nisam Antara, Sawang dan Kuta Makmur kabupeten Aceh Utara, hal
tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini.
Data nilai CBR lapangan diambil dengan menggunakan alat pengujian CBR
lapangan. Pengujian dilakukan dengan meletakkan piston pada elevasi di mana
nilai CBR hendak diukur, lalu dipenetrasi dengan menggunakan beban yang di
limpahkan melalui gandar truk dengan kecepatan 0,05 inci/menit. Jumlah titik
pengujian pada masing-masing lokasi bervariasi sesuai dengan panjang jalan yang
direncanakan. Untuk kecamatan Nisam Antara dengan panjang jalan 5300 m
jumlah titik pengujian 54 titik, kecamatan Sawang dengan panjang jalan 4750 m
jumlah titik pengujian 48 titik dan Kecamatan Kuta Makmur dengan panjang
jalan 4445 m jumlah titik pengujian 45 titik.
Berdasarkan nilai CBR yang digunakan sebagai nilai CBR disain dalam
melakukan perhitungan tebal perkerasan ditentukan nilai daya dukung tanah dasar
melalui grafik korelasi DDT dan CBR. Kemudian dilakukan perhitungan terhadap
variabel-variabel lain yang diperlukan sehingga diperoleh nilai masing-masing
tebal lapis perkerasan pada akhir dari perhitungan. Hasil perhitungan tebal lapis
Kajian Pengaruh Nilai CBR Subgrade Terhadap Tebal Perkerasan Jalan (Studi 143
Komparasi CBR Kecamatan Nisam Antara, Kecamatan Sawang dan Kecamatan Kuta
MAkmur) Said Jalalul Akbar
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Pengaruh Nilai CBR Subgrade Terhadap Tebal Perkerasan Jalan (Studi 144
Komparasi CBR Kecamatan Nisam Antara, Kecamatan Sawang dan Kecamatan Kuta
MAkmur) Said Jalalul Akbar
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Kajian Pengaruh Nilai CBR Subgrade Terhadap Tebal Perkerasan Jalan (Studi 145
Komparasi CBR Kecamatan Nisam Antara, Kecamatan Sawang dan Kecamatan Kuta
MAkmur) Said Jalalul Akbar
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Pada pehitungan di atas lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah dambil
nilai ketebalan minimum dari masing-masing lapisan sesuai syarat yang telah
ditetapkan dalam Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Nomor
01/PD/B/1983 yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Sedangkan
lapis permukaan merupakan variabel yang dicari (tidak diketahui) pada
perhitungan tersebut. Jika lapis pondasi bawah sebagai variabel yang tidak
diketahui maka hasil perhitungan tebal lapis perkerasan menjadi seperti
diperlihatkan pada Tabel 4.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat bahwa nilai CBR dari masing-masing
lokasi dapat dinyatakan memiliki nilai CBR yang baik, dan diantara ketiga nilai
tersebut dapat dinyatakan bahwa kecamatan Kuta Makmur memiliki nilai terbaik
(tertinggi). Berdasarkan nilai CBR tersebut diperlihatkan pada Tabel 3 di atas
bahwa hasil perhitungan tebal lapis perkerasan untuk masing-masing lokasi,
kecamatan Kuta makmur yang memiliki nilai lapis perkerasan yang paling efisien
(lapis permukaan/D1) yang berarti sesuai dengan besarnya nilai CBR yang
diperoleh. Pada Tabel 4 perhitungan tebal lapis perkerasan dilakukan dengan cara
nilai lapis permukaan dan nilai lapis pondasi atas diketahui yaitu diambil nilai
ketebalan minimum dari masing-masing lapis sesuai syarat yang diizinkan.
Sedangkan yang dicari (belum diketahui) nilai lapis pondasi bawah. Hasil
perhitungan pada Tabel 3 (D1) dan Tabel 4 (D3) di atas, lapis perkerasan yang
merupakan variabel yang dicari kemudian diambil nilai minimum yang diizinkan
(digenapkan minimim 5 cm) sesuai syarat yang telah ditetapkan.
Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa peran nilai CBR tanah dasar
sangatlah berpengaruh dalam menentukan tebal lapis perkerasan. Hal tersebut
diperlihatkan dari hasil tebal perkerasan yang diperoleh yaitu semua lapis yang
Kajian Pengaruh Nilai CBR Subgrade Terhadap Tebal Perkerasan Jalan (Studi 146
Komparasi CBR Kecamatan Nisam Antara, Kecamatan Sawang dan Kecamatan Kuta
MAkmur) Said Jalalul Akbar
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
5.2 Saran
Dari hasil penelian ini dapat diberikan saran-saran berupa rekomendasi bagi
para perencana bahwa dalam melakukan perencanaan tebal perkerasan jalan
hendaknya memperhatikan lapis tanah dasar (subgrade) dan memberi perkuatan
melalui nilai CBR dan jika diperlukan maka dapat melakukan stabilisasi tanah
dasar agar nilai CBR menjadi meningkat dan lapis permukaan menjadi lebih tipis
serta lebih murah untuk efisiensi pembagunannya.
Daftar Kepustakaan
1. Alamsyah, A.A, 2001, Rekayasa Jalan Raya, UMM press, Malang
2. Ashford, N & Paul H.Wright , 1979, Airport Engineering, John Wiley &
Sons Inc, Canada
3. Basuki, H, 1986, Merancang Merencanakan Bandara, Penerbit Alumni,
Bandung
4. Bina Marga, 1983, Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Raya, No. 01/PD/B/1983, Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta
5. Sukirman, S., 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova,
Bandung
6. Sukirman, S., 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta.
7. Wasis H, F, H. et.al.2012, Penggunaan terrasil sebagai material modifier
untuk perbaikan daya dukung subgrade, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro
Kajian Pengaruh Nilai CBR Subgrade Terhadap Tebal Perkerasan Jalan (Studi 147
Komparasi CBR Kecamatan Nisam Antara, Kecamatan Sawang dan Kecamatan Kuta
MAkmur) Said Jalalul Akbar