Abstrak
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Jika
perkerasan jalan dalam kondisi baik maka arus lalu lintas akan berjalan dengan lancar, demikian
sebaliknya. Dengan perkembangan pertumbuhan lalu lintas di Kota Pontianak yang setiap tahun
bertambah, maka perlu diadakan peningkatan fungsi infrastruktur dalam hal ini yakni
pembangunan jalan menggunakan Perkerasan Kaku atau dikenal dengan Rigid Pavement.
Landasan teori dalam penelitian ini menggunakan metoda Bina Marga 2003. Adapun cara
pengumpulan data primer yaitu pengambilan data lalu lintas harian rata-rata langsung di
lapangan, sedangkan pengumpulan data sekunder diambil dari Direktorat Samsat Polda Kalbar
dalam hal ini data pertumbuhan kendaraan bermotor.
Dalam penelitian ini untuk perkerasan kaku umur rencana 20 tahun dengan laju
pertumbuhan lalu lintas di kota pontianak sebesar 8,603% terdapat 295.650 truk 2 as/tahun
dengan berat 13 ton yang akan melewati Jalan Paralel Sungai Raya Dalam dan didapat ketebalan
pelat 16 cm dengan mutu beton K-350. Untuk perencanaan sambungan melintang umur rencana
20 tahun digunakan dowel dengan diameter 29 mm, panjang 450 mm dan jarak 300 mm.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran untuk perencanaan perkerasan kaku
untuk dilaksanakan pada daerah Kota Pontianak.
2
Untuk menentukan Modulus Tabel 2. Perkiraan Nilai CBR
Reaksi Tanah Dasar (k) Rencana yang Pemerian Lapisan Tipikal nilai CBR
mewakili suatu seksi jalan, dipergunakan Tanah Dasar (%)
rumus sebagai berikut :
Material USC Drainase Drainase
k0 = k - 2 S untuk jalan Tol S Baik Jelek /
k0 = k - 1,64 S untuk jalan Arteri Kurang
Lempung CH 5 2-3.
k0= k - 1,28 S untuk jalan lokal/ dengan
kolektor plastisitas
tinggi ML
dimana: Lanau
k0 = Modulus reaksi tanah yang Lempung CL 6-7. 4-5.
mewakili suatu seksi Lanauan
∑
k= Modulus reaksi tanah Lempung SC
dasar rata-rata dalam suatu seksi. Pasiran
Pasir SW, 15-20. -
k = Modulus reaksi tanah dasar
SP
tiap titik di dalam seksi jalan
Sumber : Perencanaan Teknik Jalan Raya
n = Jumlah data k
(2000)
2.2.4. Parameter Elastis
2.3 Lapis Pondasi
Tata cara yang digunakan untuk
Yaitu lapis perkerasan yang
menentukan nilai CBR desain dilakukan
dengan pengujian laboratorium terhadap diletakkan diantara tanah dasar (sub
grade) dan pelat beton. Lapis ini tidak
contoh tanah dari lapangan dimana dapat
diperkirakan nilai kepadatan dan kadar mempunyai nilai struktural. Menurut
Hary Christady Hardiyatmo (2011),
air lapisan tanah dasar tersebut.
lapisan pondasi berfungsi untuk:
2.2.5. Pengambilan Nilai CBR Perkiraan Mengendalikan pengaruh
Pendekatan ini dapat digunakan pemompaan (pumping).
jika tidak dapat diperoleh nilai Menambah modulus reaksi tanah
CBR,khususnya untuk jalan dengan lalu dasar (k)
lintas rendah atau untuk tahap awal Untuk memberikan dukungan
perencanaan suatu jalan. pada pelat beton yang stabil,
seragam dan permanen
Mengendalikan aksi pembekuan.
Sebagai lapisan drainase.
Mengendalikan kembang-susut
tanah dasar,
Memudahkan pelaksanaan,
karena dapat juga berfungsi
sebagai landasan kerja.
Mengurangi terjadinya retak
pada beton.
3
2.4 Lapisan permukaan Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga
Lapisan permukaan adalah pelat jenis-jenis sambungan pada perkerasan
beton semen diatas lapisan pondasi yang jalan beton, yaitu:
merupakan bagian utama dan memegang
peranan utama dalam stuktur perkerasan. 2.5.1. Sambungan Susut ( Constraction
Beton semen yang biasanya mempunyai Joint )
kuat tekan K250-K425. Agar permukaan Sambungan susut dibuat untuk
jalan beton semen mempunyai tingkat mengalihkan tegangan tarik akibat suhu,
kekesatan (skid resistance) yang kelembapan, gesekan sehingga akan
memadai, maka permukaan jalan tersebut mencegah retak. Jika sambungan susut
diberi struktur dengan cara grooving tidak dipasang, maka akan terjadi retak
(mengeruk) dan brashing (menyikat). yang acak pada permukaan beton. Retak
Karena alasan untuk mengurangi akibat susut ini biasanya terjadi pada
kebisingan dan kekasaran maka tekstur malam hari pertama, waktu pelat beton
yang dibuat pada pada umumnya tekstur belum selesai dicor. Sambungan susut ini
arah memanjang dan tidak terlalu dalam ditempatkan pada jarak yang tidak
,meskipun pemakaian tekstur ini melebihi perbandingan 3:2 dari panjang
mempunyai kerugian yaitu drainase dan lebar pelat beton. Perlemahan untuk
permukaan menjadi tidak lancar. membentuk sambungan susut dapat
dibuat dengan cara penggergajian yang
2.5 Sambungan dilakukan pada permukaan pelat beton
Perencanaan sambungan pada selebar 4-6 mm dengan kedalaman
perkerasan jalan beton, merupakan kurang dari seperempat dari tebal pelat
bagian yang harus dilakukan, baik jenis betonnya. Kemudian perlemahan ini diisi
perkerasan jalan beton bersambung tanpa dengan joint sealant sedalam 4 mm untuk
atau dengan tulangan, maupun pada jenis mencegah masuknya air dari permukaan
perkerasan jalan beton menerus dengan perkerasan.
tulangan.
Fungsi sambungan pada 2.5.2. Sambungan muai ( Expansion
perkerasan jalan beton pada dasarnya Joint )
untuk mengontrol retakan akibat susut Berfungsi untuk menyiapkan
dan tempat untuk memuai. Penempatan ruang muai pada perkerasan akibat
sambungan akan menentukan letak perubahan temperatur yang tinggi,
dimana retak tersebut harus terjadi akibat sehingga dapat mencegah terjadinya
menyusutnya beton dan juga tegangan tekan yang akan menyebabkan
pengendalian-pengendalian terhadap perkerasan tertekuk. Pembuatan
perubahan perubahan temperatur pada sambungan muai, biasanya dibuat
perkerasan maupun untuk keperluan dengan cara dibentuk (preformed),
konstruksi (pelaksanaan). karena pada sambungan ini celah harus
Sambungan pada perkerasan jalan dibuat cukup lebar.
beton terdiri dari sambungan arah
melintang dan sambungan arah 2.5.3. Sambungan Konstruksi
memanjang. Pada sambungan arah (Construction Joint)
melintang menggunakan besi polos Sambungan ini dibuat sehubungan
(dowel) yang berfungsi sebagai dengan berhentinya pekerjaan (break
pemindah beban ( transfer loading down) pada waktu selesai jam kerja,
device). Besi polos tersebut pada salah kerusakan alat atau keadaaan darurat
satu ujungnya harus dapat bergerak lainnya.
secara bebas , sedang pada sambungan Dalam pelaksanaan pembuatan
arah memanjang menggunakan besi sambungan terdapat komponen-
berprofil (deformed steel) yang disebut komponen yang berperan penting, yaitu:
tie bar dan berfungsi sebagai pengikat
pelat beton pada arah memanjang.
4
2.5.4. Dowel Bars Dalam perhitungan dowel ini nilai
Dowel adalah sepotong baja polos bearing stress pada beton harus lebih
yang lurus yang digunakan sebagai kecil dari bearing stress yang diizinkan.
perangkat transfer beban dalam
menjalankan fungsi-fungsinya tersebut. 2.5.5. Tie Bars
Dowel harus memiliki sifat-sifat sebagai Adalah batang baja yang
berikut: diprofilkan dan direncanakan untuk
Sederhana dalam perencanaan, pengikat pelat bersam-sama, serta
pemasangannya praktis, serta mengatasi gesekan anatara pelat
terbungkus secara sempurna oleh perkerasan dengan sub grade atau sub
beton. base. Bina Marga menyarankan tie bars
Mampu mendistribusikan beban dibuat dari baja tulangan minimum U24,
akibat pegangan roda tanpa dengan diameter 16 mm, panjang 800
menimbulkan tegangan yang mm dan jarak 750 mm.
lebih pada beton.
Tahan korosi. 2.6 Lalu Lintas Rencana Untuk
Untuk perhitungan dowel ini Perkerasan Kaku
menggunakan Analisis Frieberg Penentuan beban lalu lintas
yang diambil dalam buku rencana untuk perkerasan kaku dilakukan
Principles of Pavement Design dengan cara mengakumulasikan jumlah
yaitu: beban sumbu (dalam rencana lajur
selama usia rencana) untuk masing-
masing jenis kelompok sumbu, termasuk
- ...................................................................................................................... B
distribusi beban ini.
anyak dowel yang digunakan (N) :
Dalam Pd T-14-2003, lalu lintas
- ......................................................................................................
harus dianalisis berdasarkan J hasil
( )
arak pemasangan dari tepi = perhitungan volume lalu lintas dan
konfigurasi sumbu, menggunakan
- ...................................................................................................... l data
terakhir atau data 2 tahun terakhir.
(radius kekakuan relatif) = ( µ, ) Kendaraaan yang ditinjau untuk
perencanaan perkerasan beton semen
keterangan : adalah yang mempunyai total minimum 5
E = Modulus Elastisitas Plat ton.
k = Modulus daya dukung tanah Konfingurasi sumbu yang
h = Tebal plat diperhitungkan ada 4 jenis, yaitu :
µ = poisons ratio (0,2) Sumbu Tunggal Roda Tunggal
(STRT).
Sumbu Tunggal Roda Ganda
- .................................................................................................................................... K
,
(STRG).
ekauan relatif dowel (ß)= Sumbu Tandem Roda Ganda
(STdRG).
- ............................... Lendutan pada Sumbu Tridem Roda Ganda
(STrRG).
joint (Y0)= Yo = . . ( 2 + . )
2.7 Umur Rencana
Z = lebar bukaan sambungan (0,2) Umur rencana perkerasan jalan
- Bearing stress ditentukan atas pertimbangan klasifikasi
pada beton di permukaan dowel : Ϭ = K fungsional jalan,pola lalu lintas serta nilai
. Yo ekonomi jalan yang bersangkutan, yang
- Baering stress dapat ditentukan antara lain dengan
yang diizinkan : fb = metode Benefit Cost Ratio, Internal rate
of Return, kombinasi dari metode
5
tersebut atau cara lain yang tidak terlepas tahap dimana kapasitas jalan dicapai
dari pola pengembangan wilayah. dengan faktor pertumbuhan lalu-lintas
Umumnya perkerasan beton semen dapat yang dapat ditentukan berdasrkan rumus
direncanakan dengan umur rencana (UR) sebagi berikut :
20 tahun sampai 40 tahun.
(1 + ) −1
2.8 Lalu Lintas Rencana R= =
Dalam Pd T-14-2003, Lalu Lintas
Rencana adalah jumlah kumulatif sumbu R : Faktor pertumbuhan lalu
kendaraan niaga pada lajur rencana lintas.
selama umur rencana, meliputi proporsi I : Laju pertumbuhan lalu lintas
sumbu serta distribusi beban pada setiap per tahun dalam %.
jenis sumbu kendaraan. UR : Umur rencana (tahun).
Beban pada suatu jenis sumbu
secara tipikal dikelompokkan dalam Faktor pertumbuhan lalu lintas (R)
interval 10 kN ( 1 ton ) bila diambil dari dapat juga ditentukan berdasarkan tabel
survei beban. Jumlah sumbu kendaraan berikut ini :
niaga selama umur rencana dihitung
dengan rumus berikut :
Tabel 4. Faktor pertumbuhan lalu lintas
JSKn = JSKNH x 365 x R x C (R)
Umur Laju Pertumbuhan (i) per tahun
Dengan Pengertian :
Rencana (%)
6
2.10 Faktor Keamanan Beban b. Jalan Kolektor
Pada penentuan beban rencana, Jalan Kolektor adalah jalan yang
beban sumbu dikalikan dengan faktor berfungsi melayani angkutan
keamanan beban (FKB). Faktor pemgumpul atau pembagi
keamanan beban ini digunakan dengan ciri perjalanan jarak
berkaitan adanya berbagai tingkat sedang, kecepatan rata-rata
realibilitas perencanaan seperti telihat sedang, dan jumlah jalan masuk
pada tabel berikut. dibatasi.
c. Jalan Lokal
Tabel 5. Faktor Keamanan Beban Jalan Lokal adalah jalan yang
berfungi melayani angkutan
Nilai stempat dengan ciri perjalanan
N Penggunaan jarak dekat, kecepatan rata-rata
1o Jalan bebas hambatan 1,2 rendah, dan jumlah masuk tidak
utama (major freeway) dibatasi
dan jalan berlajur d. Jalan Lingkungan
banyak, Jalan Lingkungan adalah jalan
yang aliran lalu lintasnya yang berfungsi melayani
tidak terhambat serta angkutan lingkungan dengan ciri
volume kendaraan niaga perjalanan jarak dekat, kecepatan
yang tinggi. rata-rata rendah.
Bila menggunakan data
lalu-lintas dari hasil 2.12 Beton Semen
survai beban (weight-in- Kekuatan beton harus dinyatakan
motion) dalam nilai kuat tarik lentur ( flexural
dan adanya strength) umur 28 hari, yang didapat dari
2 Jalan bebas hambatan 1,1 hasil pengujian balok dengan
(freeway) dan jalan pembebanan tiga titik ( ASTM C-78)
arteri dengan volume yang besarnya secara tipikal 3-5 Mpa (
kendaraan niaga 30-50 kg/cm2 ).
3 Jalan dengan volume 1,0 Kuat tarik lentur beton yang
kendaraan niaga rendah. diperkuat dengan bahan serat penguat
seperti serat baja, aramit atau serat
karbon, harus mencapai kuat tarik lentur
2.11 Fungsi Jalan 5-5,5 Mpa (50-55 kg/cm2 ). Kekuatan
Fungsi jalan dapat rencana harus dinyatakan dengan kuat
menggambarkan jenis kendaraan tarik lentur karakteristik yang dibulatkan
pengguna jalan dan beban lalu lintas yang hingga 0,25
akan dipikul oleh struktur perkerasan
jalan. Sebagai contoh , lalu lintas Mpa (2,5 kg/cm2 ) terdekat.
angkutan barang yang menggunakan truk Hubungan antara kuat tekan
berat, trailer tunggal, atau trailer ganda karakteristik dengan kuat tarik
pada umumnya melintasi jalan-jalan lentur beton dapat didekati
arteri suatu wilayah. dengan rumus berikut:
Berdasarkan fungsinya,jalan dapat fcf = K (fc’)0,50 dalam Mpa atau
dikelompokkan ke dalam :
fcf = 3,13 K (fc’)0,50 dalam kg/cm2
a. Jalan Arteri
Jalan arteri adalah jalan yang
berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata
tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
7
Dengan pengertian :
fc’: kuat tekan beton
karakteristik 28 hari (kg/cm2)
fcf : kuat tarik lentur beton 28
hari (kg/cm2)
K : konstanta 0,7 untuk agregat
tidak pecah dan 0,75 untuk
agregat.pecah.
8
Pavement) dengan panjang 3100 meter 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan lebar 7 meter. Proyek jalan yang dibahas adalah
jalan Paralel Sungai Raya Dalam Kota
Pontianak sepanjang 3100 m dengan
lebar perkerasan 7 m.
Untuk perencanaan tebal
perkerasan kaku, daya dukung tanah
dasar diperoleh dengan nilai CBR. Daya
dukung tanah dasar yang telah
dipadatkan dapat diukur langsung di
lapangan dengan melakukan korelasi dari
nilai empiris hasil pengujian
penetrometer konus dinamis ( Dynamic
Cone Penetrometer) yang dikenal dengan
DCP. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini dapat mengukur sampai
kedalaman 100 cm dengan ujung batang
atau stang berbentuk konus dengan luas
1,61 cm2 dengan sudut 600.
9
Tabel 6. Pertumbuhan kendaraan niaga ( )
R= =
di pontianak ( , )
,
= 48,936 ≈ 49
Tahun I (%)
2008 – 2009 7,09
4.1. Perencanaan Perkerasan Umur
2009 – 2010 19,892
Rencana 20 Tahun
2010 – 2011 14,284
Jumlah Kendaraan Niaga (JKN)
2011 – 2012 9,806 selama umur rencana = 922 x 49 = 45178
2012 – 2013 7,462 buah
2013 – 2014 5,975
2014 – 2015 4,859 Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN)
2015 – 2016 3,828 selama umur rencana :
2016 - 2017 4,234 JSKN = 184 x49x0,7=63249,2 buah
Rata - Rata 8,603
Tabel 8. Repetisi Umur Rencana 20
Tahun
Konfigurasi Beban Perentase Jumlah
Sumbu Sumbu Konfigurasi Repetisi
(Ton) Sumbu Selama
Umur
Rencana
STRT 2 112 : 224 = 3.842,388
STRT 4 50% 3.842,388
STRT 5 112 : 224 = 27.782,211
STRG 8 50% 27.782,211
810 : 1620
= 50 %
810 : 1620
= 50%
Jumlah 63249,2
Tabel 7. Angka Pertumbuhan Kendaraan
Didapatkan :
sebesar 8,603 %
10
Untuk perhitungan tebal pelat beton Untuk batang pengikat digunakan baja
sebagai berikut : ulir Ф 29 mm, panjang 45 cm dengan
jarak 30 cm.
K : K-350
fcf :4,1 ruji sisi bebas
Mpa h/4 = 4
FK (Faktor Keamanan) : 1
h=16
CBR tanah dasar :6% 22.5 22.5
CBR Effectip : 25 %
Beban Rencana per-roda : tulangan ruji Ø28mm
STRT = 1 = 10 kN Gambar 3. Potongan Pelat Boeton
STRT = 1 = 20 kN
STRT = 1 = 25 kN Lebar truk = 180 cm = 70,86 in
STRG = 1 = 20 kN Nilai k ( modulus daya dukung
, tanah) didapat dari lampiran 9 =
TESTRT =1,39 ; FRT = = 4,1 kg/cm2
,
= 0,33 E ( modulus elastisitas pelat)
,
TESTRG =2,17 ; FRT= = =9600 √350 = 1,79 . 105 kg/cm2
,
= 0,52 P = 8000 kg = 17639,98 lb
l (radius kekauan relatif) =
Karena % rusak fatik lebih kecil dari ( , . ). ( )
( µ, )
= ( , ).( , )
=
100% maka tebal pelat diambil 160 mm.
62,76 cm
4.2 Perencanaan Dowel Bars
Dowel bars merupakan sepotong Untuk perhitungan dowel ini
baja polos dan lurus yang digunakan menggunakan Analisis Frieberg yang
sebagai perangkat transver beban, diambil dalam buku Principles of
dengan diampeter dan panjang yang telah Pavement Design ( E.J Yoder &
ditetapkan, yang tercantum pada M.W.Witczak).
peraturan Bina Marga 2003. Adapun
dowel bars yang digunakan adalah 180
0,73 0,73
11
Pt terbesar terjadi pada beban di 5. KESIMPULAN DAN SARAN
A →De terkecil 5.1 Kesimpulan
%. , a. Dari hasil perhitungan setiap bab
Pt = = 3674,37 lb
, pada perencanaan perkerasan
kaku ruas jalan Paralel Sungai
Kekakuan relatif dowel : Raya Dalam sepanjang 3100
, meter dapat ditarik kesimpulan :
ß=
b. Dalam perhitungan perencanaan
K (Modulus daya dukung perkerasan kaku dalam
dowel) = 1,5. 106 pci penelitian ini yang memiliki
b ( diameter dowel) = 29 mm = umur rencana 20 tahun didapat
1,14 in tebal pelat 160 mm atau 16 cm,
E (Modulus Elastisitas Dowel) = dan didapatkan dowel dengan
29 .106 pci diameter 29 mm, panjang 450
I = Momen inersia dowel mm dan jarak 300 mm, dengan
=
. mutu beton K – 350.
c. Dalam penelitian ini didapatkan
r = jari-jari dowel = 1,14/2 = bahwa perencanaan Jalan Paralel
0,57 in Sungai Raya Dalam memiliki
. . ,
I= = 0,082 in4 tebal pelat yang lebih tipis
( , . ). ,
daripada yang ada di lapangan
ß= = saat ini, yaitu 200 mm, dan
. ( . ). ( , )
diameter dowel yang lebih besar
0,65/in
daripada yang ada dilapangan
saat ini, yaitu 19 mm dengan
mutu beton yang sama.
Lendutan pada joint :
d. Perbedaan tebal pelat dan
Yo = (2+ . ) diameter dowel antara hasil
. .
z = lebar bukaan sambungan = analisa dengan yang ada
0,2 in dilapangan saat ini di karenakan
Yo = .( , ) .( . , ) . ( , ) ( 2 + perbedaan data CBR dan beban
kendaraan yang digunakan
0,65. 0,2 ) = 0,00299 in
dalam analisa perhitungan.
Bearing stress pada beton di permukaan
5.2 Saran
dowel :
Untuk Perencanaan Jalan Paralel
Ϭ = K . Yo Sungai Raya Dalam ini disarankan untuk
= 1,5 . 106 . 0,00299 menggunakan Tebal pelat setebal 160
= 4485 pci mm agar dapat mengurangi biaya
pelaksanaan. Dan menggunakan dowel
Bearing stress yang diizinkan : dengan diameter 29 mm guna menahan
fb = beban transfer sebesar 8 ton.
fc = 350 kg/cm2 = 4977 psi
,
fb = 4977 = 4744,74 DAFTAR PUSTAKA
psi Direktorat Jenderal Bina Marga. 2003.
Perencanaan Perkerasan Jalan
ϭ < fb maka dowel dengan diameter 29 Beton Semen. Jakarta:
mm, panjang 450 mm dan jarak 300 mm Departemen Permukiman dan
memenuhi syarat untuk digunakan pada Prasarana Wilayah.
sambungan melintang.
12
Hendarsin, S. L. (2000). Penuntun
Praktis Perencanaan Teknik
Jalan Raya. Bandung: Politeknik
Negeri Bandung.
13