Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Uraian Umum


Perencanaan jalan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan
jalan yang berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya agar mencapai
peningkatan jalan yang direncanakan. (Direktorat PU Bina Marga No.
18/T/BNKT/1990).
Hal ini berbeda dengan tujuan pemeliharaan jalan yang secara rutin
dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dan dilakukan sesegera mungkin
ketika kerusakan yang terjadi belum meluas karena tahap kerusakan masih
ringan dan setempat. Pada perencanaan jalan Wolter Mongonsidi ini
menggunakan konstruksi perkerasan kaku atau (Rigid Pavement) berupa beton
semen. Lapisan perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban
lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan pada konstruksi jalan itu sendiri. Dengan
demikian lapisan perkerasan ini memberikan kenyamanan kepada pengguna jalan
selama masa pelayanan jalan tersebut. Dalam perencanaannya, perlu
dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan
konstruksi perkerasan tersebut, diantaranya fungsi jalan, kinerja perkerasan, umur
rencana, lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan, sifat dasar tanah,
kondisi lingkungan, sifat dan material tersedia di lokasi yang akan digunakan
untuk perkerasan, dan bentuk geometrik lapisan perkerasan. (Sukirman, Silvia,
1999).

2.2 Analisa Kapasitas Jalan


Kapasitas adalah arus maksimum yang dapat dipertahankan (tetap) pada
suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu. (MKJI, 1997). Segmen jalan pada
Perdesaan merupakan segmen yang mempunyai perkembangan permanen dan
menerus sepanjang jalan atau minimal hanya pada satu sisi jalan. Berdasarkan UU

3
4

38/2004 Bab 3 tentang peran, pengelompokan dan bagian-bagian jalan pasal 8,


pada dasarnya konstruksi jalan raya dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan
fungsinya yaitu:
1. Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi antara kota atau
antara pusat produksi dan pusat-pusat ekspor, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Dilalui oleh kendaraan berat > 10 ton, 10 ton adalah beban ganda.
b. Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan tinggi > 80 km/jam.

2. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, jumlah jalan masuk dibatasi serta melayani daerah-daerah di sekitarnya.
Adapun cirinya sebagai berikutnya:
a. Kendaraan yang melaluinya yaitu kendaraan ringan < 10 ton.
b. Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan sedang (40-80 km/jam).

3. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan keperluan aktivitas daerah yang sempit juga
dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang lama atau
yang lain. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Melayani semua jenis pemakai jalan, kendaraan ringan serta kendaraan berat
namun dibatasi dari pusat pemukiman ke pusat industri.
b. Kecepatan kendaraan rendah (maksimum 60 km/jam)

2.3 Perencanaan Tebal Perkerasan


Perencanaan tebal perkerasan jalan di tentukan berdasarkan umur rencana
perkerasan, pertumbuhan lalu–lintas tahunan, jumlah kendaraan komersial
(kendaraan/hari) tiap arah, jumlah total kendaraan komersial selama umur
5

rencana, jenis dan kekuatan lapis tanah dasar, pemilihan material dan ketebalan
tiap lapisan permukaan. (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina
Marga, 1985. “Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku dengan Pedoman
Perencanaan Beton Semen”)
Perhitungan tebal perkerasan jalan menggunakan metode Analisa
Komponen Bina Marga berdasarkan AASHTO 1972 dan dimodifikasi sesuai
dengan kondisi jalan di Indonesia.
Fungsi utama perkerasan adalah untuk memikul beban lalu lintas dan selama
umur rencana, tebal perkerasan tidak boleh rusak.
Syarat konstruksi perkerasan:
1. Memiliki tebal dan tegangan ijin yang cukup
2. Tahan terhadap perubahan bentuk yang dikarenakan kadar air yang berubah
3. Dapat mencegah deformasi yang tetap akibat beban roda
4. Bentuk permukaan yang rata, tahan terhadap gesekan dan pengaruh beban
dan pengaruh dari cuaca sekitar. (AASHTO 1972)
Konstruksi perkerasan jalan ada dua sesuai penyebaran tegangan dan material
yang digunakan:
a. Perkerasan Lentur (flexible pavement)
Lapis perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan bahan
campuran beraspal sebagai pengikat dan lapis permukaan serta bahan berbutir
sebagai lapis dibawahnya. Setiap lapisan pada perkerasan bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
b. Perkerasan Kaku ( rigid pavement)a
Perkerasan Kaku (Rigid pavement) adalah salah satu perkerasan yang
menggunakan beton semen sebagai bahan utama. Perkerasan ini dipakai pada
kondisi lalu lintas yang padat dan memiliki distribusi beban yang besar. Jenis-
jenis perkerasan kaku adalah sebagai berikut:
a. Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT)
b. Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT)
c. Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT)
(Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T-14-2003)
6

2.4 Struktur dan Jenis Perkerasan Kaku


Jenis perkerasan kaku yang akan digunakan dalam peningkatan jalan Air
Mata Permai ini menggunakan jenis perkerasan beton semen menerus dengan
tulangan. Jenis perkerasan ini dipilih karena beton lebih stabil menahan beban
kendaraan dan unggul dalam segi kekuatannya serta beban kendaraan akan
diterima dan disebar secara merata oleh tulangan sehingga diharapkan jalan jadi
lebih awet dan tahan lama, dan karena nilai CBR kurang dari 4%.

Struktur perkerasan beton semen secara tipikal sebagaimana terlihat gambar


di bawah ini :

Perkerasan Beton Semen

Pondasi bawah

Tanah dasar

(Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T-14-2003)


Gambar 2.1 Tipikal struktur perkerasan beton semen

2.4.1 Tanah Dasar

Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu


sesuai dengan SNI 03- 1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI
03-1744-1989, masing-masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan
perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil
dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus
(Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR
tanah dasar efektif 5 %
7

2.4.2 Pondasi Bawah


Bahan pondasi bawah dapat berupa:
a. Bahan berbutir.
b. Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat.
c. Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete).
Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi
perkerasan beton semen. Untuk tanah ekspansif perlu pertimbangan khusus
perihal jenis dan penentuan lebar lapisan pondasi dengan memperhitungkan
tegangan pengembangan yang mungkin timbul. Pemasangan lapis pondasi
dengan lebar sampai ke tepi luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk
mereduksi prilaku tanah ekspansif.
Tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling sedikit mempunyai
mutu sesuai dengan SNI No. 03-6388-2000 dan AASHTO M-155 serta SNI 03-
1743-1989. Bila direncanakan perkerasan beton semen bersambung tanpa ruji,
pondasi bawah harus menggunakan campuran beton kurus (CBK).

(Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T-14-2003)


Gambar 2.2 Tebal lapis pondasi bawah
CBR efektif ditentukan hasilnya dengan CBR Rata-Rata 23,00 % adalah 50
%, sedangkan Untuk pondasi dasar menggunakan Sirtu dengan tebal lapisan 100
mm.

(Sumber: Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T-14-2003)


8

Gambar 2.3 CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah

2.5 Penyelidikan Daya Dukung California Bearing Ratio (CBR)


denganDynamic Cone Penetrometer (DCP)
Pengujian menggunakan DCP menghasilkan data yang dapat dianalisa
untuk menghasilkan informasi yang akurat terhadap ketebalan dan kekuatan dari
perkerasan jalan atau lapangan terbang. Pengujian dapat dilakukan dengan cepat
dan lokasi pengujian dapat mudah dirapikan. Ketika digunakan untuk desain, uji
DCP dilakukan ketika perkerasan jalan atau lapangan terbang berada pada kondisi
basah. Uji DCP umum dilakukan dengan 3 orang yang dapat melakukan 20
pengujian dalam satu hari dengan interval 50 dan 500 m. DCP dapat memberikan
informasi dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memperkirakan kekuatan
perkerasan dan kemajuan pekerjaan yang sudah didesain. Hasil dari uji DCP dapat
juga digunakan untuk menentukan posisi paling tepat untuk melakukan tes pit
sebagai informasi tambahan.

DCP terdiri dari konus didasar dari batang vertikal. Sebuah palu diangkat
dan dijatuhkan secara berulang – ulang kedalam perangkai pada setengah tinggi
batang untuk menghasilkan pukulan yang standar, “blow” kepada konus yang
menekan perkerasan. Skala vertikal sepanjang batang digunakan untuk mengukur
kedalaman penetrasi dari konus. Penetrasi dan jumlah pukulan dicatat pada lembar
data uji. Penetrasi per pukulan atau ‘nilai penetrasi’ dicatat selama konus menekan
perkerasan dan digunakan untuk menghitung kekuatan dari material. Perubahan
dalam nilai penetrasi mengindikasikan perubahan kekuatan material, sehingga
memungkinkan lapisan diidentifikasi dan dapat menentukan ketebalan serta
kekuatan dari lapisan tersebut. Lapisan – lapisan ini kemudian dikelompokan
bersama ke dalam lapisan perkerasan dari lapisan dasar, sub-base, dan subgrade
yang dikorelasikan dengan hasil tes pit jika dimungkinkan.
9

Gambar 2.4. Alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP)


Sumber : Transport Research Laboratory Department for International
Development

Prinsip kerja DCP adalah bahwa kecepatan penetrasi dari konus ketika
ditekan oleh kekuatan standar, sebanding dengan kekuatan bahan yang diukur.
Bila lapis perkerasan jalan atau lapangan terbang memiliki kekuatan yang
berbeda, lingkungan lapisan – lapisan disekitarnya dapat diidentifikasi dan
ketebalan lapisan dapat ditentukan.

Menurut Harison, J.A., Correlation of CBR Dynamic Cone Penetrometer


Stenght Measurement of Soil. Australian Road Research 16(2), June, 1986 dalam
Leni (2016 : 91), menentukan dan memperkirakan nilai CBR tanah atau bahan
granular dapat menggunakan beberapa metode, namun yang cukup akurat dan
paling murah sampai saat ini adalah dengan Penetrasi Konus Dinamis atau dikenal
dengan nama Dynamic Cone Penetrometer (DCP). Disamping itu DCP adalah
salah satu cara pengujian tanpa merusak atau Non Destructive Testing (NDT)
10

yang digunakan untuk lapis pondasi batu pecah, pondasi bawah sirtu, stabilisasi
tanah dengan semen atau kapur dan tanah dasar.

a. Kelebihan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)


 Menentukan kekakuan dalam mm/pukulan
 Perubahan lapisan tanah dapat diketahui melalui perubahan kemiringan
 Meminimalisir gangguan permukaan tanah
 Informasi kekuatan dan desain dapat dikorelasikan dengan uji lain (CBR)
 Biaya murah dan waktu yang dibutuhkan sedikit (cepat)
b. Kekurangan menggunakan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
 Tidak dapat digunakan pada batuan keras, aspal, maupun beton
 DCP dapat rusak bila dilakukan pada lapisan tanah keras secara berulang
 ulang atau pembuangan lapisan yang tidak sempurna
 Tidak dapat mengukur kelembaban maupun kepadatan (hanya untuk
mengukur kekakuan).

2.6 lasifikasi Kendaraan


Klasifikasi kendaraan terdapat berbagai macam jenis kendaraan yang
biasanya digunakan di Indonesia. Berdasarkan karakteristiknya, kendaraan dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Kendaraan ringan (LV), yaitu kendaraan bermotor ber as dua dengan 4 roda
dan dengan jarak as 2,0-3,0m (meliputi; mobil penumpang, oplet, mikrobis,
pick up dan truk kecil sesuai sistim klasifikasi Bina Marga).
2. Kendaraan berat (HV), yaitu kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda
(meliputi bus,truk 2as, truk 3 as dan truk kombinasi sesuai sistem klasifikasi
Bina Marga).
3. Sepeda motor (MC), yaitu kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda
(meliputi sepeda motor dan kendaraan roda 3 sesuai sistem klasifikasi Bina
Marga).
11

2.7 Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi


Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan
raya yang menampung lalu- lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak
memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefsien distribusi (C)
kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan sesuai Tabel 2.1 berikut
ini.
Tabel 2.1 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan dan Koefisien
Distribusi (C) Kendaraan Niaga pada Lajur Rencana.

Lebar Jumlah Koefisien Distribusi


Perkerassan
Lajur 1 Arah 2 Arah
(Lp)

Lp < 5,50 m 1 Lajur 1 1


5,50 m ≤ Lp < 2 Lajur 0,70 0,50
Lebar Jumlah Koefisien Distribusi
Perkerassan
Lajur 1 Arah 2 Arah
(Lp)
8,25 m ≤ Lp <
3 Lajur 0,50 0,475
11,25 m
11,23 m ≤ Lp <
15,00 m 4 Lajur - 0,45
15,00 m ≤ Lp <
5 Lajur - 0,425
18,75 m
18,75 m ≤ Lp <
6 Lajur - 0,40
22,00 m
(Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T-14-2003)

2.8 Perencanaan Jalan Beton


Perencanaan tebal jalan beton yang tepat merupakan bagian penting dari
desain jalan beton. Ketebalan jalan beton yang tidak memadai akan menyebabkan
retak dan tidak tercapainya umur layanan seperti diperlihatkan Tabel 2.2
Tabel 2.2 Katalog Perencanaan
Kriteria Jalan
Jalan
Uraian Jalan Kolektor Jalan Khusus
Lokal
1. LHRN <50 50-500 ≤500
12

2. Beban MST Maks. 5 Ton Maks. 8 Ton Maks. 12 Ton

3. TebalBeton 150 mm 200 mm 230 mm


4. Kuat Lentur Minimum, Sc 3,5 Mpa 3,8 Mpa 4,1 Mpa
5. Tebal Beton Kurus 50 mm 100 mm 100 mm
CBR Tanah
Dasar, 4%≤ 250 mm 250 mm 250 mm
6. Tebal Lapis CBR <6%
Pondasi Bawah CBR Tanah
Dasar, CBR 150 mm 150 mm 150 mm
≥6%
7. Jarak SambunganMelintang 4,0 m 4,0 m 4,0 m
Mutu Baja
BjTS 30 BjTS 30 BjTS 30
8. BatangPengingat ( Min.
Bars) Diameter, Ø 13 mm 16 mm 16 mm
Panjang, L 600 mm 700 mm 700 mm
Spasi, S 750 mm 750 mm 750 mm
Mutu Baja
BjTP 30 BjTP 30
Min.
9. Ruji (Dowel) Diameter, Ø Tanpa Ruji 25 mm 28 mm
Panjang, L 450 mm 450 mm
Spasi, S 300 mm 300 mm
(Sumber: Rancangan tebal jalan beton untuk lalu lintas rendah SNI-8457-2017)

Keterangan :
1) Jumlah kendaraan dengan Beban MST (Muatan Sumbu
Terberat) yang melewati ruas jalan ditentukan maksimal
10% LHRN
2) Beton kurus berfungsi sebagai lantai kerja dan tidak diperhitungkan dalam
perhitungan kekuatan struktur.
3) Akses ke kawasan Industri.
13

2.9 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


2.9.1 Definisi RAB
Rencana anggaran biaya (RAB) adalah merencanakan sesuatu bangunan
dalam bentuk dan faedah dalam penggunaannya, beserta besar biaya yang
diperlukan dan susunan-susunan pelaksanaan dalam bidang administrasi maupun
bidang teknik. Dimana rencana anggaran biaya merupakan perkiraan perhitungan
biaya-biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi
sehingga diperoleh biaya total yang diperlukan untuk tahap penyelesaian proyek
pekerjaan konstruksi. Rencana anggaran biaya dihitung berdasarkan gambar-
gambar rencana dan spesifikasi yang mudah ditentukan serta upah tenaga kerja
dan alat kerja. Dalam proses konstruksi, estimasi meliputi banyak hal yang
mencakup bermacam- macam yang maksud kepentingan bagi berbagai
manajemen dalam organisasi.
Perhitungan rencana anggaran biaya ini bertujuan untuk mengetahui
jumlah biaya yang dibutuhkan, mengontrol pengeluaran per item pekerjaan,
mencegah adanya keterlambatan atau pemberhentian kerja, dan meminimalisir
pemborosan biaya yang mungkin terjadi pada saat dilaksanakannya pekerjaan.
Dalam perhitungan atau penaksiran biaya pelaksanaan biasanya
berdasarkan gambar-gambar dan spesifikasi yang ada, meliputi:
1. Metode Unit (satuan)
Metode ini adalah metode harga tunggal yang didasarkan pada persamaan
fungsional dari peoyek konstruksi bangunan yang akan dibuat.
2. Metode Luas
Metode luas adalah metode perkiraan biaya berdasarkan luas bangunan
dengan mengacu pada bangunan yang mempunyai karaktersitik yang sama.
3. Metode Kubik
Metode kubik adalah metode harga satuan yang didasarkan pada biaya per
meter kubik dari bangunan.

4. Metode Bill Of Quantity


14

Metode bill of quantity adalah metode yang paling teliti dalam


memperkirakan harga satuan pekerjaan, tetapi metode ini biasa dilakukan
setelah perencanaan lengkap dengan perinciannya.

2.9.2 Proses Rencana Anggaran Biaya


Proses pengerjaan rencana anggaran biaya dapat di klasifikasi kan sebagai
berikut, yaitu:
1. Untuk menghitung anggaran biaya terlebih dahulu perlu dipersiapkan bahan
bahan yang telah diuraikan termasuk data atau catatan-catatan mengenai
harga bangunan sejenis yang ada. Selanjutnya perlu ditetapkan ukuran
pokok berdasarkan gambar rencana yang akan dipakai sebagai dasar
perhitungan untuk menentukan harga satuan pekerjaan. Yang dimaksud
ukuran pokok dalam penulisan disini adalah untuk Perencanaan jalan yang
dipakai sebagai ukuran pokok adalah luas per m2 atau sisi bangunan per m3.
RAB = Σ (volume x harga satuan pekerjaan)..........................................(2.1)

2.9.3 Analisa Biaya Konstruksi


Analisa biaya konstruksi adalah suatu langkah perhitungan harga satuan
konstruksi, yang dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunan dan upah
kerja dengan harga bangunan dan standar pengupahan pekerja, untuk
menyelesaikan per-satuan pekerjaan konstruksi. Analisa harga satuan pekerjaan
berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya bangunan di
dalamnya terdapat angka yang menunjukkan material tenaga dan biaya per satuan

pekerjaan.

2.9.4 Perhitungan Volume Pekerjaan


Menurut Fathansyah (2002:154) dalam buku analisa-analisa dalam proyek
menyebutkan bahwa “perhitungan volume pekerjaan adalah bagian paling esensial
15

dalam tahap perencanaan proyek. Pengukuran kualitas/volume pekerjaan


merupakan suatu proses pengukuran/perhitungan terhadap kuantitas item- item
pekerjaan sesuai dengan lapangan. Dengan mengetahui volume pekerjaan maka
akan diketahui berapa banyak biaya yang akan di perlukan dalam pelaksanaan
proyek.
Perhitungan volume pekerjaan memiliki beberapa perhitungan yang tidak
sama antara satu dengan yang lainnya. Salah satu rumus perhitungan volume
item pekerjaan antara lain:

1. Volume untuk luasan item pekerjaan

m2 = Panjang x Lebar.................................................................................(2.2)

2. Volume untuk kubikasi item pekerjaan

m3 = Panjang x Lebar x Tinggi............................................................(2.3)

3. Volume untuk panjang item pekerjaan


M’ = Panjang

2.9.5 Menghitung Harga Satuan Pekerjaan


Koefisien analisa harga satuan adalah angka-angka jumlah kebutuhan
maupun tenaga yang diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dalam satuan
tertentu. Koefisien analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal
perhitungan rencana anggaran biaya bangunan.
Harga satuan pekerjaan = volume pekerjaan x analisa harga...................(2.4)

2.9.6 Persentase Bobot Pekerjaan


Persentase bobot pekerjaan adalah nilai besarnya persen pekerjaan siap
(telah selesai) per item dibanding dengan selesai seluruhnya, untuk pekerjaan
selesai seluruhnya dinilai 100%
VOLUME X HARGA SATUAN
Persentase bobot pekerjaan = x
HARGA TOTAL BANGUNAN
100%................(2.5)
16

2.10 Gambar Kerja


2.10.1 Definisi Gambar Kerja
Menurut Suratman pada buku menggambar teknik mesin dengan standar iso
di halaman 15,diterbitkan oleh CV. Pustaka Setia di Bandung tahun 2011. Gambar
kerja adalah suatu teknikpenggambaran yang digunakan untuk menjelaskan secara
gamblang persyaratan item yang direkayasa, aktifitas menggambar mesin
menghasilkan dokumen gambar yang bekerja sebagaibahasa atau media untuk
menyampaikan ide, gagasan, atau informasi dari para insinyur yangmendesian
suatu produk kepada para pekerja yang akan dibuat.Menurut Sujiyanto pada buku
menggambar teknik mesin di halaman 7, diterbitkan oleh KanisusdiYogyakarta
tahun 2012. Gambar kerja adalah komunikasi utama antara si pembuat gambar
atau idedengan si pelaksana di lapangan, dan gambar harus dijangkau oleh kedua
belah pihak.Menurut Ir. Ohan Juhana pada buku menggambar teknik mesin
dengan standar iso di halaman 14,diterbitkan oleh CV. Pustaka Setia di Bandung
tahun 2011. Gambar teknik adalah gambar yangmenitik beratkan pada
penyampaian maksud dari pembuat gambar secara objektif, jenis gambar
inimenggunakan simbol-simbol yang dapat diterima secara internasional. Simbol
tersebut sudah dirangkumkan dalam sebuah standar yang dapat diterima di seluruh
dunia, yaitu standar ISO. selainitu ada juga standar lain yang dikeluarkan oleh
suatu Negara.Berdasarkan teori-toeri diatas dapat membuka kunci gambar Kerja
adalah suatu bahasa yang digunakanoleh designer kepada si pelaksana dilapangan,
dengan menggunakan standar-standar internasionaldan harus dikunjungi oleh
kedua belah pihak.

2.10.2 Fungsi Gambar Kerja


17

 Gambar kerja sebagai bahasa teknik dan pola penyampaian informasi,


fungsi - fungsi gambar dapat digolong kanmenjadi tiga golongan, yaitu :

1. Penyampaian Informasi
Gambar berfunsi untuk maksud dari perancangan dengan tepat kepada
orang – orang yang bersangkutan untuk perancanaan proses, pembuatan,
pemeriksaan dan sebagainya. Orang-orangyang yang dimaksud bukan hanya
orang-orang pabrik atau orang di bengkel sendiri, tetapi jug a orang- orang
dalam pabrikatau bengkel sub kontrak atau orang asing dengan bahasa lain2.

 
2. Pengawet, penyimpanan dan penggunaan keterangan
Gambar merupakan data teknik yang sangat ampuh, dimana teknologi dari
suatu perushaan di padatkan dimengumpulkan Oleh karena itu gambar bukan saja
diawetkan untuk mensuplai bagian bagian produk untukdiperbaiki ( reparasi ) atau
untuk di perbaiki, tetapigambar diperlukan juga sebagai bahsebuah informasi
untukrencana-rencana baru di kemudian hari. Sehingga diperlukan penyimpanan,
kondifikasi nomor urut gambar dansebagainya.3.

 
3. Cara-cara pemikiran dalam penyiapan informasi
Dalam perencanaan, konsep abstrak yang terlintas dalam pikiran yang ingin
diwujudkan dalam bentuk gambar melalui proses masalahnya pertama-tama di
analisa dan disintesa dengan gambarnya di teliti dan mendekati. Proses inidi
ulang-ulang, sehingga dapat di hasilkan gambar-gambar yang sempurna

2.10.3 Tujuan Gambar Kerja


 Adapun tujuan - tujuan gambar yaitu :
1. gambar internasional
Peraturan-peraturan gambar dimulai dengan persetujuan bersama antara
orang-orang yang bersangkutan dankemudian menjadi standar perusahaan. Agar
18

tujuan dapat di capai, penunjukan simbol-simbol gambarharus sama secara


internasional.

2. Mempopulerkan gambar
Dalam lingkup teknologi, mempopulerkan gambar menjadi suatu keharusan,
karena dalam teknologi tinggidibutuhkan data-data yang pasti dan akurat dan
tidak berdasarkan kebiasaan atau feeling.

3. Gambar Perumusan
Berdasarkan sifat-sifat kerja masing-masing maka dari tiap-tiap bagian,
mesin, listrik harus memilikiketerangan yang sama agar dapat dipahami oleh
semua orang.

4. Gambar sistematik
Mengingat gambar menyajikan banyak perbedaan tidak hanya dalam bentuk
dan ukuran, tetapi tanda-tandatolenrasi, lambang-lambang dst, maka harus ada
sistematika dalam lingkungan perusahaan itu sendiri.

5. Penyederhanaan Gambar
semoga dapat menghemat waktu, menghindari kesalahan pengerjaan,
mempermudah pengerjaandan mempercepat perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai