Anda di halaman 1dari 22

PERENCANAAN

LAPISAN PERKERASAN JALAN

By. Ir. IDA HADIJAH, M.T.


Bagan Alir Sistem Perencanaan Perkerasan Jalan Baru
PERTIMBANGAN PERENCANAAN

Berbagai pertimbangan yang di perlukan dalam perencanaan tebal perkerasan


antara lain :

1. Pertimbangan Konstruksi dan pemeliharaan


Faktor -faktor yang perlu di pertimbangkan yaitu :
a. Perluasan dan jenis drainase
b. Penggunaan konstruksi berkotak – kotak
c. Ketersediaan peralatan khusus (alat pemadatan ,pencampur material dan
penghamparan )
d. Penggunaan konstruksi bertahap
e. Penggunaan stabilitas
f. Kebutuhan dari segi lingkungan dan keamanan pemakai
g. Pertimbangan sosial dan strategi pemeliharaan
h. Resiko- resiko yang mungkin terjadi

2. Pertimbangan Lingkungan
Faktor yang dominan pada perkerasan jalan adalah :
(1) Kelembaban
Kelembaban secara umum berpengaruh terhadap penampilan
perkerasan, sedangkan kekakuan/kekuatan material yang lepas dan
tanah dasar, tergantung dari kadar air materialnya.
Faktor- faktor yang di perlukan dalam tahap perencanaan:
a. Pola hujan dan penguapan
b. Permeabilitas lapisan aus
c. Kedalaman MTA (muka air tanah )
d. Permeabilitas relatip dari lapisan perkerasan
e. Jenis perkerasan
f. Bahu jalan tertutup atau terbuka

(2) Suhu Lingkungan


Suhu lingkungan pengaruhnya sangat besar pada penampilan pernukaan
perkerasan jika menggunakan lapis permukaan dengan Aspal,itu dipengaruhi
oleh sifat dan karakteristik aspal.
Pada perkerasan dengan beton, temperatur yang tinggi juga akan berpengaruh
terutama pada saat pelaksanaan konstruksi.

3. Evaluasi Lapis Tanah Dasar (subgrade)


Daya dukung lapisan tanah dasar adalah hal yang sangat penting dalam
merencanakan lapisan perkerasan, Tujuannya untuk mengestimasi nilai daya dukung
subgrade yang akan digunakan dalam perencanaan.
(1) Faktor Pertimbangan untuk estimasi daya dukung:
 Urutan pekerjaan tanah

 Penggunaan kadar air (w) pada saat kompaksi dan kepadatan lapangan yang

dicapai.
 Perubahan kadar air selama usia pelayanan

 Variabilitas tanah dasar

 Ketebalan lapis perkerasan

(2) Pengukuran Daya Dukung Subgade.


Pengukurannya dengan cara :
A. California Bearing Ratio (CBR)
Dari pavernen desigen NAASRA 1987
B. Parameter Elastis
C. Modulus reaksi tanah dasar (K)
Tabel Pengkuruan Daya Dukung Yang Digunakan :

4. Material Perkerasan
Material perkerasan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori sehubungan
dengan sifat dasarnya akibat beban lalu-lintas, yaitu :
a. Material berbutir lepas
b. Material terikat
c. Aspal
d. Beton semen
(1) Material Berbutir
Material berbutir terdiri atas kerikil atau batu pecah yang mempunyai gradasi yang dapat
menghasilkan kestabilan secara mekanis dan dapat dipadatkan. Dapat pula ditambahkan aditiv untuk
menambahkan kestabilan tanpa menambahkan kekakuan

(2) Material Terikat


Adalah material yang dihasilkan dengan menambahkan semen, kapur, atau zat cair lannya dalam
jumlah tertentu untuk menghasilkan bahan yang terikat dengan kuat tarik.

(3) Aspal
Aspal adalah kombinasi bitumen dan agregat yang dicampurkan dan dipadatkan selagi panas untuk
membuat lapisan perkerasan.
Kekuatan/kekauan aspal diperoleh dari gesekan antara partikel agregat, viskositas bitumen pada saat
pelaksanaan dan kohesi dalam masa dari bitumen dan adhesi antara bitumen dan agregat.
Kegagalan lapisan perkerasan aspal yang paling umum adalah
deformasi permanen akibat stabilitas yang kurang dan retak akibat
kelelahan.
(4) Beton Semen
Beton semen adalah agregat yang dicampur dengan semen PC secara basah.
Lapisan beton semen dapat digunakan sebagai lapisan pondasi bawah pada perkerasan lentur
dan kaku, dan sebagai lapisan pondasi atas pada perkerasan kaku.
(a) Beton Pondasi Bawah
Untuk pondasi bawah pada perkerasan lentur beton mempunyai kelebihan kemampuan
untuk ditempatkan dengan tuangan begitu saja pada area dengan kondisi tanah dasar
jelek (poor subgrade) tanpa digilas.
(b) Beton Pondasi Atas
Perekrasan kaku dapat didefinisikan sebagai perkerasan yang mempunyai alas/dasar atau
landasan beton semen.
5. Lalu-Lintas Rencana
Kondisi lalu-lintas yang akan menentukan pelayanan :
• Jumlah sumbu yang lewat
• Beban sumbu
• Konfigurasi sumbu
Untuk semua jenis perkerasan, penampilan dipengaruhi terutama oleh kendaraan berat.
(1) Konfigurasi sumbu dan ekivalensi
Kerusakan akibat kendaraan tergantung pada :
 Jarak sumbu
 Jumlah roda/sumbu
 Beban sumbu

Untuk kebutuhan perencanaan kendaraan yang diperhitungkan adalah :


 Sumbu tunggal roda tunggal
 Sumbu tunggal roda ganda
 Sumbu tandem roda ganda
 Sumbu triple roda ganda

(2) Lajur Rencana


Lajur rencana yang dibuat, yaitu lajur yang menerima beban terbesar.
(3) Usia Rencana
Usia rencana adalah jangka waktu dalam tahun sampai perkerasan harus diperbaiki atau ditingkatkan.
Beberapa tipikal usia rencana :
 Lapisan perkerasan aspal baru, 20-25 tahun
 Lapisan perkerasan kaku baru, 20-40 tahun
 Lapisan tambahan (aspal, 10-15), (batu pasir, 10-20) tahun

(4) Angka Pertumbuhan Lalu-lintas


Angka pertumbuhan lalu-lintas dapat ditentukan dari hasil survey untuk setiap proyek.
(5) Metode Perhitungan Lalu-lintas Rencana
Metode yang digunakan tergantung dari data lalu-lintas yang ada, dan prosedur perencanaan yang
digunakan. Data lalu-lintas harus mencakup jumlah dan berat setiap jenis sumbu dalam arus lalu-lintas.
LAPISAN PERKERASAN LENTUR
Perencanaan konstruksi lapisan perkerasan lentur jalan, yaitu perkerasan lentur untuk jalan baru dengan
Metode Analisa Komponen.

1. Karakteristik Perkerasan Lentur


• Bersifat elastis jika menerima beban, sehingga dapat memberikan kenyaman bagi pengguna jalan.
• Menggunakan bahan pengikat aspal.
• Seluruh lapisan ikut menanggung beban
• Penyebaran tegangan ke lapisan tanah dasar sedemikian sehingga tidak merusak lapisan tanah dasar
(subgrade).
• Usia rencana maksimum 20 tahun.
• Selama usia rencana diperlukan pemeliharaan secara berkala (routine maintenance)

2. Lalu-Lintas Rencana untuk Perkerasan Lentur


(a) Persentase Kendaraan pada Jalur Rencana
Jalur Rencana (JR) merupakan jalur lalu-lintas dari suatu ruas jalan raya yang terdiri dari satu jalur atau
lebih. Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur ditentukan dari lebar perkerasan.
(b) Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan sumbu :
• Angka Ekivalen Sumbu Tunggal

• Angka Ekivalen Sumbu Ganda


(c) Perhitungan Lalu-lintas

• Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

• Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

• Lintas Ekivalen Tengah (LET)

• Lintas Ekivalen Perencanaan (LER)


3. Perhitungan Daya Dukung Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi. Daya dukung tanah dasar diperoleh
dari nilai CBR atau Plate Bearing Test, DCP, dan lain-lain.
4. Faktor Regional
Faktor Regional (FR) adalah faktor koreksi sehubungan dengan adanya perbedaan kondisi dan disesuaikan
dengan keadaan di Indonesia. FR ini dipengaruhi oleh bentuk alinemen, persentase kendaraan berat dan
yang berhenti serta iklim.

5. Indeks Permukaan
Indeks permukaan adalah nilai kerataan/ kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan
tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang lewat.
6. Indeks Tebal Perkerasan
LAPISAN PERKERASAN KAKU
Metode Perencanaan untuk menentukan tebal lapisan perkerasan didasarkan :
• Kekuatan lapisan tanah dasar yang dinamakan nilai CBR atau Modulus Reaksi Tanah Dasar (k)
• Kekuatan beton yang digunakan untuk lapisan perkerasan.
• Prediksi volume dan komposisi lalu-lintas selama usia rencana
• Ketebalan dan kondisi lapis pondasi bawah (sub base) yang diperlukan untuk menopang konstruksi, lalu-lintas,
penurunan akibat air dan perubahan volume lapisan tanah dasar serta sarana perlengkapan daya dukung
permukaan yang seragam di bawah dasar beton.

1. Jenis Perkerasan Kaku

(1) Perkerasan Beton Semen


Perkerasan Beton Semen didefinisikan sebagai perkerasan yang mempunyai lapisan dasar beton dari
Portland Cement (PC)
(2) Perkerasan Kaku dengan Permukaan Aspal
Jenis Perkerasan kaku dengan permukaan aspal adalah salah satu dari jenis komposit.
2. Faktor Untuk Menentukan Ketebalan

(1) Kekuatan Lapisan Tanah Dasar

(2) Kekuatan Beton

(3) Lalu-lintas Rencana

(4) Lapis Pondasi Bawah (Sub Base)


• Lapis Pondasi Bawah Agregat Lepas
• Lapis Pondasi Bawah Terikat
• Lapis Pondasi Bawah Beton
3. Lalu-lintas Rencana Perkerasan Kaku

Tahapan yang dilakukan sebagai berikut :


(1) Karakteristik Kendaraan
(2) Tata Cara Perhitungan Lalu-lintas Rencana

4. Tata Cara Perencanaan Ketebalan


Tahapan yang dilakukan sebagai berikut :
(1) Tebal Pelat
(2) Dasar Penentuan Ketebalan
• Perkerasan Bersambung
• Perkerasan Bertulang Menerus
• Perkerasan Kaku dengan Permukaan Aspal
(3) Tebal Perkerasan Minimum

5. Tatacara Perencanaan Penulangan


(1) Kebutuhan Penulangan pada Perkerasan Bersambung Tanpa Tulangan
(2) Penulangan pada Perkerasan Bersambung Dengan Tulangan
(3) Penulangan pada Perkerasan Menerus Dengan Tulangan

6. Sambungan
(1) Jenis Sambungan
• Sambungan susut
• Sambungan Muai
• Sambungan Konstruksi (Pelaksanaan)
(2) Geometrik Sambungan
Geometrik sambungan adalah tata letak secara umum dan jarak antar sambungan.
(3) Dimensi Bahan Penutup Sambungan
• Sambungan Susut
• Sambungan Muai
• Sambungan Pelaksanaan

(4) Dowel (Ruji)


Dowel berupa batang baja tulangan polos maupun profil, yang digunakan sebagai sarana
penyambung/ pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan jalan.

(5) Batang Pengikat (Tie Bar)


Adalah potongan baja yang diprofilkan yang dipasang pada sambungan lidah-alur dengan maksud
untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horisontal. Batang pengikat dipasang pada sambungan
memanjang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai