PENDAHULUAN
lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan
kerusakan yang berarti. Bahan dan material pembentuk lapisan perkerasan jalan
adalah agregat sebagai material utama yang berpengaruh terhadap daya dukung
lapisan permukaan jalan dan aspal sebagai bahan pengikat agregat agar lapisan
Dua jenis perkerasan yang biasa digunakan yaitu perkerasan lentur yang
menggunakan semen sebagai bahan pengikat agregat. Jenis perkerasan lentur yang
Lapis Aspal Beton (Laston) atau AC (Asphalt Concrete), Lapis Tipis Aspal Beton
(Lataston) atau HRS (Hot Rolled Sheets) dan Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir).
Adapun maksud dan tujuan dari Perancangan Perkerasan Jalan ini adalah:
persyaratan struktural.
Mampu menerapkan ilmu yang diperoleh pada mata kuliah Perencanaan
Memenuhi salah satu syarat wajib menyelesaikan tugas besar pada mata
sebagai berikut :
Marga 1988
Marga 1988
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Jalan.
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
laporan.
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
bersifat memikul dan menyebabkan beban lalu lintas tanah dasar. Suatu struktur
perkerasan lentur biasanya terdiri atas beberapa lapisan bahan, dimana setiap
Lapisan paling atas adalah material dengan daya dukung terhadap beban paling
besar (dan paling mahal harganya), dan semakin kebawah adalah lapisan dengan
daya dukung terhadap beban semakin kecil dan semakin murah harganya
(Sukirman,1992).
Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau
sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut
kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti
pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan
Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
konstruksi).
terhadap roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa
Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang
relatif lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah.
beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif terhadap
permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak
Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet
Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%)
dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil
Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis
b. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat
cuaca.
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk
lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal
diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri
umur rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-
konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal
keras, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu
tertentu.
perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi
terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal keras dengan cara disemprotkan
diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila akan digunakan sebagai
terdiri dari agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila
Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada
suhu tertentu.
ukuran butir maksimum dari lapisan aspal taburan pasir 9,6 mm atau 3/8 inch.
2.3.6 LaburanBatuSatu Lapis (BURTU)
Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi
Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara
pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan
umumnya merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan
tanah dasar jalan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan
yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal
keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan
Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari campuran pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan
2.3.12 AspalMakadam
agregat pokok dan/atau agregat pengunci bergradasi terbuka atau seragam yang
Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi: lapis pondasi bawah (sub base
course), lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course).
berlubang.
• Permukaan yang cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat
• Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan
dibawahnya.
Dalam perencanaan perkerasan kaku, tebal pelat beton dihitung agar mampu
pada beton akibat beban roda terhadap kuat lentur beton (modulus of rupture,
MR) menurun, maka jumlah repetisi pembebanan sampai runtuh (failure) akan
akan mampu memikul repetisi tegangan yang tidak terbatas tanpa kehilangan
beton hanya akan mampu memikul repetisi tegangan yang sangat terbatas
sebelum beton tersebut runtuh. Beban lalu lintas yang akan dipikul oleh pelat
• Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dalam modulus reaksi tanah dasar
Loading
Makin penting peranan jalan, dan makin tinggi intensitas lalu lintas, maka
makin tinggi pula perwujudan yang harus disediakan. Hal ini dapat diperoleh
besaran rencana.
b. Lalu lintas
• Beban sumbu
c. Umur rencana
pertimbangan peranan jalan, pola lalu lintas dan nilai ekonomi jalan.
d. Kapasitas jalan
sebagai pembatasan.
e. Tanah dasar
Dalam merencanakan tebal pelat beton perkerasan kaku, keseragaman
daya dukung tanah dasar lebih dituntut dibandingkan dengan besarnya nilai
daya dukung itu sendiri, seperti dijelaskan dalam gambar 1. dalam hal pengujian
Plate Bearing tidak bisa dilakukan, nilai k dapat juga ditentukan berdasarkan nilai
CBR
Gambar 2.2
Pengaruh Reaksi tanah dasar pada tegangan pelat beton
Gambar 2.3 a. Hubungan Antara CBR tanah Dengan Nilai k
Gambar 2.3 b. Hubungan Antara CBR tanah Dengan Nilai k
• Mengendalikanpengaruhkembangsusuttanahdasar.
• Mencegahintrusidanpemompaanlumpur (mud pumping) padasambungan,
retakandantepipelat.
• Sebagaiperkerasanjalankerjaselamapelaksanaan.
Lapis pondasi distabilisasi semen 3,5 – 6,9 50000 – 1000000 35210 - 70420
Lapis pondasi diperbaiki aspal 2,4 – 6,9 350000 – 1000000 24650 – 70420
g. Bahu
Bahu biasanya dibuat dari bahan lapis pondasi lentur atau bahan lapis
Perbedaan kekuatan antara bahu dengan jalur lau lintas akan menimbulkan
persoalan pada sambungan (antara bahu dengan pelat) apabila sebagian roda
kendaraan berat menginjak bahu. Hal tersebut bisa diatasi antara lain dengan cara
• Membuat bahu dari pelat beton den mngikatkannya pada pelat perkerasan.
• Mempertebal tepi pelat.
h. Kekuatan beton
MR = Untuk Aspal
ME = Untuk Granular
a. Umurrencana
tahun.
b. Lalulintasrencana
Kekuatan tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Hal ini
reaksi tanah dasar (k) rencana mewakili suatu seksi jalan dapat
𝑆
dengan faktor keseragaman [𝐹𝐾 = 𝐾 𝑥 100%] lebih kecil dari 25%
Dimana
jalan)
𝑁(∑ 𝐾2 )−(∑ 𝐾2 )
𝑆= (Standar Deviasi)
𝑛 (𝑛−1)
c. Kekuatan beton
Hal ini sudah disinggung dimuka. Untuk tujuan sementara, kuat tarik
Gambar 2.5 korelasi kuat tekan hancur dengan kuat tarik lentur (MR)
2.5.5 Langkah-Langkah Penentuan Tebal PelatBeton
(1 + 𝑖)𝑛 − 1
𝑅= 𝑒
𝐿𝑜𝑔 (1 + 𝑖)
n = umur rencana
distribusi jalur
Tabel 2.2 Koefisien Distribusi Jalur
1 Arah 2 Arah
1 Jalur 1 1
4 Jalur 0.45
5 Jalur 0.425
6 Jalur 0.4
Peranan Jala FK
MR.
sumbu.
k. Langkah langkah yang sama (1 sampai 10) diulangi untuk tebal pelat beton
apabila total fatigue yang didapat besarnya LEBIH KECIL ATAU SAMA
DENGAN 100%.
Gambar 2.6Nomogram untuk Sumbu tunggal roda tunggal (STRT)
Gambar 2.7Nomogram untuk Sumbu tunggal roda Ganda (STRG)
Gambar 2.8Nomogram untuk Sumbu tandem roda Ganda (STdRG)
Tabel 2.4 Perbandingan Tegangan dan Jumlah Repetisi Beban Yang
diijinkan
Jumlah Jumlah
dijinkan dijinkan
dijinkan dijinkan
0.68 3500
2.5.6 PerencanaanTulangan
𝐴1200 . 𝐹 . 𝐿 . ℎ
𝐴𝑠 =
𝐹𝑠
dimana :
• Tulangan memanjang
100. 𝐹𝑡
𝐴𝑆 = (1.3 − 0.2𝐹)
(𝐹𝑦 − 𝑛𝐹𝑡)
dimana :
• Tulangan melintang
1200 . 𝐹. 𝐿 . ℎ
𝑃𝑠 =
𝐹𝑠