Perkerasan Jalan
2017
Perkerasan Lentur
(Flexible Pavement)
Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) adalah perkerasan
yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.
Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Konstruksi
perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang
diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan.
Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima
beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan
dibawahnya.
1) Lapisan Permukaan (Surface)
Lapis asbuton
Lapis tipis beton
3 6 agregat
aspal (Lataston)
(Lasbutag)
2) Lapisan pondasi atas (base course)
Konstruksi Perkerasan
Laps ini terletak diantara lapis permukaan dan lapis menurut Sukirman (1999)
pondasi bawah. Material yang digunakan pada terdiri dari :
lapisan ini haruslah material yang cukup kuat. Untuk
lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat dapat
menggunakan material dengan CBR >50% dan
Plastisitas Indenks (PI)<4%. Bahan yang digunakan
dapat berupa batu pecah, kerikil pecah, stabilitas
tanah dengan semen dan kapur. Lapis pondasi atas
berfungsi sebagai:
Fondasi jalan
Semua perkerasan untuk daerah
yang tidak memungkinkan lapisan 1. Umur Rencana
ulang (overlay), seperti: jalan
perkotaan, underpass, jembatan,
Perkerasan Kaku 40 Umur rencana perkerasan baru
dan terowongan.
dinyatakan pada tabel berikut ini
Cement Treated Based (CTB)
Lapis fondasi atas, lapisan pondasi
bawah, lapis beton semen, dan
fondasi jalan.
Jalan tanpa penutup Semua elemen (termasuk fondasi
Minimum 10
jalan)
Catatan
Jika dianggap sulit untuk menggunakan unsur
1
rencana tersebut, maka dapat digunakan umur
rencana berbeda, namun sebelumnya harus
dilakukan analisis dengan discounted lifecycle cost
yang dapat menunjukkan bahwa umur rencana
tersebut dapat memberikan discounted lifesycle cost
terendah.
lama 10 tahun dapat kondisi jalan agar tetap baik selama jangka waktu yang lebih lama.
c) Jenis Kendaraan
Sistem klasifikasi kendaraan dinyatakan dalam Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas (Pd
T-19-2004-B). Beban gandar kendaraan penampang kendaraan ringan sampai sedang cukup kecil
sehingga tidak berpotensi menimbulkan kerusakan struktural pada perkerasan. Hanya kendaraan niaga
dengan jumlah roda enam atau lebih yang perlu diperhitungkan dalam analisis.
Rata-rata
Jenis Jalan Jawa Sumatera Kalimantan
Indonesia
Arteri dan
4,80 4,83 5,14 4,75
perkotaan
Kolektor
3,50 3,50 3,50 3,50
rural
Jalan desa 1,00 1,00 1,00 1,00
Untuk jalan dua arah, faktor distribusi arah (DD) umumnya diambil 0,50 kecuali pada lokasi-lokasi
yang jumlah kendaraan niaga cenderung lebih tinggi daripada satu arah tertentu.
Faktor distribusi lajur digunakan untuk menyesuaikan beban kumulatif (ESA) pada jalan dengan dua
lajur atau lebih dalam satu arah. Pada jalan yang demikian, walaupun sebagian besar kendaraan
niaga akan menggunakan lajur luar, sebagian lainnya akan menggunakan lajur-lajur dalam. Faktor
distribusi jalur yang ditunjukkan pada Tabel 2.11.
Beban desain pada setiap lajur tidak boleh melampaui kapasitas lajur selama umur rencana
kapasitas lajur mengacu Permen PU No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis berkaitan rasio
antara volume dan kapasitas jalan yang harus dipenuhi.
Tabel 2.11 Faktor Distribusi Jalur (DL)
Jumlah Lajur Kendaraan niaga pada lajur desain Di bawah ini adalah beberapa tipe jalur
Setiap Arah (% terhadap populasi kendaraan niaga) lalu lintas yang umum ada di sekitar kita,
1 100 yaitu:
2 80-100
1) 1 jalur-2 lajur-2 arah (2/2 TB)
3 60-80
2) 1 jalur-2 lajur-1 arah (2/1 TB)
4 50-75
3) 1 jalur-4 lajur-2 arah (4/2 TB)
4) 2 jalur-4 lajur-2 arah (4/2 B)
5) 2 jalur-6 lajur-2 arah (6/2 B)
Keterangan:
TB = Tak Terbagi
B = Terbagi
f) Faktor Ekivalen Beban (Vechile Damage
Factor)
Dalam desain perkerasan, beban lalu lintas Tabel 2.12 Pengumpulan Data Beban Gandar
dikonversi ke beban standar (ESA) dengan
Spesifikasi Penyediaan Sumber Data Beban
menggunakan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle
Prasarana Jalan Gandar*
Damage Factor). Analisis struktur perkerasan
Jalan Bebas Hambatan* 1 atau 2
dilakukan berdasarkan jumlah kumulatif ESA
Jalan Raya 1 atau 2 atau 3
pada lajur rencana sepanjang umur rencana. Jalan Sedang 2 atau 3
Desain yang akurat memerlukan perhitungan Jalan Kecil 2 atau 3
beban lalu lintas yang akurat pula. Studi atau
survei beban gandar yang dirancang dan
dilaksanakan dengan baik merupakan dasar
perhitungan ESA yang andal.
3. Data WIM Regional yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina Marga.
Data beban gandar dapat Timbangan survei beban gandar yang menggunakan sistem statis
diperoleh dari: harus mempunyai kapasitas beban roda (tunggal atau ganda)
1. Jembatan timbang timbangan minimum 18 ton atau kapasitas beban sumbu tunggal minimum 35
statis atau WIM (survei ton.
langsung).
Tingkat pembebanan faktual terlebih diasumsikan berlangsung
2. Survei beban gambar pada sampai tahun 2020, Setelah tahun 2020, diasumsikan beban
jembatan timbang atau WIM kendaraan sudah terkendali dengan beban sumbu nominal terberat
yang pernah dilakukan dan (MST) 12 ton. Namun demikian, untuk keperluan desain, Direktorat
dianggap cukup reseprentatif. Jenderal Bina Marga dapat menentukan waktu penerapan efektif
beban terkendali tersebut setiap waktu.
Jika survei beban gandar tidak mungkin dilakukan oleh
perencana dan data survei beban gandar sebelumnya tidak
tersedia, maka nilai VDF pada tabel dapat digunakan untuk
menghitung ESA
ESATH-1 = Kumulatif lintasan sumbu standar ekuivalen (Equivalent Standard Axle) pada tahun pertama;
LHRJK = Lintas harian rata-rata tiap jenis kendaraan niaga (satuan kendaraan per hari);
VDFJK = Faktor ekuivalen beban (Vehicle Damage Factor) tiap jenis kendaraan niaga (Tabel 2.21);
DD = Faktor distribusi arah;
DL = Faktor distribusi lajur (Tabel 2.19).
CESAL = Kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur rencana, dan
R = Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif.
Desain Fondasi
Perkerasan Lentur
Tanah lunak didefinisikan sebagai tanah terkonsolidasi normal atau sedikit over konsolidasi
(lightly over consolidated), biasanya berupa tanah lempung atau lempung kelanauan dengan
CBR kurang dari 2,5% dan kekuatan geser (qc) lebih kecil dari 7,5 kPa, dan umumnya IP>25.
Tanah Lunak
Metode khusus diperlukan untuk mempersiapkan fondasi jalan yang memadai di atas tanah
terkonsolidasi normal. Metode pemadatan permukaan biasa dan penggunaan pengujian CBR
laboratorium tidak valid karena: Umumnya dalam keadaan jenuh dan tidak dapat dipadatkan
secara biasa, dalam keadaan kering, hanya lapis permukaan yang dapat dipadatkan dengan
alat pemadat biasa, sedangkan kepadatan dan kekuatan geser lapisan di bawahnya akan tetap
rendah pada kondisi jenuh;
Tanah terkonsolidasi normal yang mendapat pembebanan statik dan dinamik akan mengalami
pergerakan yang jauh lebih besar (akibat konsilidasi sekunder atau rangkak) dibandingkan
tanah dasar normal yang dipadatkan secara mekanik. Oleh sebab itu penyebab kerusakan
yang berbeda berlaku pada jalan yang dibangun di atas tanah lunak. Ketentuan yang
dijelaskan dalam bagian berikut adalah ketentuan minimum.
Tanah Lunak
b) Pengujian lapangan
Pemilihan metode perbaikan berupa lapis penopang atau penggantian tanah harus didasarkan
pada biaya terendah. Apabila kedalaman tanah lunak kurang dari 1 meter maka penggantian
tanah seluruhnya perlu dipertimbangkan.
Tanah Lunak
Jika kedalaman tanah lebih dari 1 meter perbaikan dengan lapis penopang perlu
dipertimbangkan. Lihat pada Bagan Desain–2 mengenai ketebalan lapis penopang.
Apabila kedalaman tanah lunak memerlukan waktu pra-pembebanan yang terlalu lama (lihat
Tabel 6.3), drainase vertikal atau pra-pembebanan atau kombinasi dari metode-metode
tersebut atau metode lainnya harus ditentukan dengan menggunakan analisa geoteknik.
Apabila tidak ada contoh atau pengalaman yang mendukung kelayakan desain lapis penopang
atau desain lain untuk kondisi yang serupa, lakukan timbunan percobaan (trial embankment)
dan pengujian pembebanan harus dilakukan untuk memverifikasi.
Tanah aluvial kering pada umumnya memiliki kekuatan sangat
rendah (misalnya CBR < 2%) di bawah lapis permukaan kering yang
Tanah aluvial relatif keras. Kedalaman lapis permukaan tersebut berkisar antara
kering 400 – 600 mm. Metode termudah untuk mengidentifikasi kondisi
tersebut adalah menggunakan uji DCP.
Tanah aluvial
kering Jika lapis atas tanah asli tidak digali dan dapat dipadatkan menggunakan
1 pemadat pad foot roller, maka tebal lapis penopang dari Bagan Desain - 2
dapat dikurangi sebesar 150 mm.
Pada kawasan yang tidak ada referensi jalan eksisting di atas tanah gambut, harus
dibuat timbunan percobaan (trial embankment). Timbunan percobaan tersebut
harus dipantau untuk memverifikasi stabilitas, waktu pra-pembebanan, dan data
lainnya. Pelaksanaan konstruksi tidak boleh dilaksanakan sebelum percobaan
timbunan selesai dilaksanakan dan informasi yang diperlukan didapat.
Perkerasan
Perkerasan Lentur
Kaku
Beban lalu lintas pada lajur rencana
Kelas Kekuatan Uraian Struktur Fondasi dengan umur rencana 40 tahun
CBR Tanah dasar(%)
Tanah Dasar (juta ESA5) Stabilisasi
<2 2-4 >4 Semen
Tebal minimum perbaikan tanah dasar
≥6 SG6 Perbaikan tanah dasar dapat Tidak diperlukan perbaikan
5 SG5 berupa stabilasi semen atau - - 100
4 SG4 material timbunan pilihan 100 150 200 300
3 SG3 (sesuai persyaratan 150 200 300
2,5 SG2.5 Spesifikasi Umum, Devisi 3 – 175 250 350
Pekerjaan Tanah)
Tanah ekspansif (potensi pemuaian > 5%) (pemadatan lapisan ≤ 200 400 500 600 Berlaku
mm tebal gembur)
ketentuan yang
Lapis penopang(4)(5) 1000 1100 1200 sama dengan
Perkerasan di atas SG1
-atau- lapis penopang dan
tanah lunak(2) (3) 650 750 850 fondasi jalan
geogrid(4)(5) perkerasan
Tanah gambut dengan HRS atau DBST lentur
Lapis penopang berbutir(4)
untuk perkerasan untuk jalan raya minor (5) 1000 1250 1500
(nilai minimum – ketentuan lain berlaku)
1 Desain harus mempertimbangkan semua hal yang kritikal; syarat tambahan mungkin berlaku.
Permukaan lapis penopang di atas tanah SG1 dan gambut diasumsikan mempunyai daya dukung setara
nilai CBR 2.5%, dengan demikian ketentuan perbaikan tanah SG2.5 berlaku. Contoh: untuk lalu lintas
3 rencana > 4 jt ESA, tanah SG1 memerlukan lapis penopang setebal 1200 mm untuk mencapai daya
dukung setara SG2.5 dan selanjutnya perlu ditambah lagi setebal 350 mm untuk meningkatkan menjadi
setara SG6.
Tebal lapis penopang dapat dikurangi 300 mm jika tanah asal dipadatkan pada kondisi kering. 4
Untuk perkerasan kaku, material perbaikan tanah dasar berbutir halus (klasifikasi A4 sampai
5
dengan A6) harus berupa stabilissasi semen.
Tabel 2.14 Nilai VDF Masing-masing Jenis Kendaraan Niaga
Jenis
Beban Aktual Normal Beban Aktual Normal Beban Aktual Normal Beban Aktual Normal Beban Aktual Normal
kenderaan
VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5
5B 1.0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1.0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
6A 0.55 0.5 0.55 0.5 0.55 0.5 0.55 0.5 0.55 0.5 0.55 0.5 0.55 0.5 0.55 0.5 0.55 0.5 0.55 0.5
6B 4,5 7,4 3,4 4,6 5,3 9,2 4,0 5,1 4,8 8,5 3,4 4,7 4,9 9,0 2,9 4,0 3,0 4,0 2,5 3,0
7A1 10,1 18,4 5,4 7,4 8,2 14,4 4,7 6,4 9,9 18,3 4,1 5,3 7,2 11,4 4,9 6,7 - - - -
7A2 10,5 20,0 4,3 5,6 10,2 19,0 4,3 5,6 9,6 17,7 4,2 5,4 9,4 19,1 3,8 4,8 4,9 9,7 3,9 6,0
7C1 15,9 29,5 7.0 9,6 11,0 19,8 7,4 9,7 11,7 20,4 7,0 10,2 13,2 25,5 6,5 8,8 14,0 11,9 10,2 8,0
7C2A 19,8 39,0 6,1 8,1 17,7 33,0 7,6 10,2 8,2 14,7 4,0 5,2 20,2 42,0 6,6 8,5 - - - -
7C2B 20,7 42,8 6,1 8,0 13,4 24,2 6,5 8,5 - - - - 17,0 28,8 9,3 13,5 - - - -
7C3 24,5 51,7 6,4 8,0 18,1 34,4 6,1 7,7 13,5 22,9 9,8 15,0 28,7 59,6 6,9 8,8 - - - -
Faktor Ekivalen Beban
Jenis Kendaraan Distribusi Tipikal (%)
(VDF) (ESA/Kendaraan)
Konfigurasi Kelompok
Uraian Semua Semua Kendaraan
Klasifikasi Sumbu Sumbu VDF4 VDF5
Alternatif Kendaraan Bermotor Kecuali
Lama (Pangkat 4) (Pangkat 5)
Bermotor Sepeda Motor
Muatan yang
1 1 Sepeda motor 1.1 diangkut 2 30,4
Sedan / Angkot /
2, 3, 4 2, 3, 4 1.1 2 51,7 74,3
Pickup / Station wagon
5a 5a Bus kecil 1.2 2 3,5 5,00 0,3 0,2
5b 5b Bus besar 1.2 2 0,1 0,20 1,0 1,0
Truk 2 sumbu – cargo 0,3 0,2
6a.1 6.1 1.1 muatan umum 2
ringan
tanah, pasir, 4,6 6,60 0,8 0,8
6a.2 6.2 Truk 2 sumbu – ringan 1.2 2
besi, semen
Truk 2 sumbu – cargo 0,7 0,7
6b1.1 7.1 1.2 muatan umum 2
sedang
tanah, pasir, - - 1,6 1,7
6b1.2 7.2 Truk 2 sumbu – sedang 1.2 2
besi, semen
6b2.1 8.1 Truk 2 sumbu – berat 1.2 muatan umum 2 0,9 0,8
tanah, pasir, 7,3 11,2
6b2.2 8.2 Truk 2 sumbu – berat 1.2 2 3,8 5,50
besi, semen
7a1 9.1 Truk 3 sumbu – ringan 1.22 muatan umum 3 7,6 11,2
tanah, pasir, 28,1 64,4
7a2 9.2 Truk 3 sumbu – sedang 1.22 3 3,9 5,60
besi, semen
7a3 9.3 Truk 3 sumbu – berat 1.1.2 3 0,1 0,10 28,9 62,2
Truk 2 sumbu dan 36,9 90,4
7b 10 1.2-2.2 4 0,5 0,70
trailer penarik 2 sumbu
7c1 11 Truk 4 sumbu - trailer 1.2-22 4 0,3 0,50 13,6 24,0