LANDASAN TEORI
5
dasar, yaitu pada tekanan di mana tanah dasar tidak mengalami deformasi
berlebihan selama masa pelayanan perkerasan.
6
Oleh karena sifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh
masing–masing lapisan berbeda dan semakin kebawah semakin kecil. Adapun
fungsi dari berbagai lapisan perkerasan yaitu :
1. Tanah Dasar (Sub Grade)
Tanah dasar (sub grade) adalah permukaan tanah semula atau
permukaan galian atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan yang
merupakan tolak ukur dalam menentukan tebal tipisnya konstruksi
perkerasan diatasnya.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai
berikut :
1) Perubahan bentuk tetap (Deformasi Permanen) dari macam tanah
tertentu akibat beban lalu lintas.
2) Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat kadar
air.
3) Daya dukung tanah yang merata dan sukar ditentukan secara pasti.
4) Tambahan pemadatan (Secondary Compaction) akibat pembebanan
lalu lintas dan penurunan yang diakibatkan yaitu pada tanah yang
berbutir kasar (Granular Soil) yang tidak dipadatkan secara baik
saat pelaksanaan.
Lapisan tanah dasar berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah
aslinya kurang baik, maka dapat diganti dengan tanah yang didatangkan
dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang distabilisasikan dengan
kapur atau bahan lainnya. Pemadatan yang baik diperoleh jika dilakukan
pada kadar air optimum dan diusahakan kadar tersebut kontan selama
umur rencana.
2. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course)
Lapisan pondasi bawah (sub base course) adalah suatu lapisan
perkerasan jalan yang terletak antara lapisan pondasi atas (base course)
dan tanah dasar (sub grade).
Fungsi dari lapisan pondasi bawah (sub base course) antara lain :
1) Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan jalan untuk
menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
7
2) Menjaga efisiensi penggunaan material agar ketebalan lapisan-
lapisan berikutnya dapat dikurangi (penghematan biaya
konstruksi).
3) Sebagai lapis peresapan (drainage blanket sheet), sehingga air
tanah tidak mengumpul di pondasi yang dapat mengganggu
konstruksi tersebut, sebaiknya lapisan pondasi bawah terbuat dari
material yang non-plastis (lanau kelempungan atau pasir
kelempungan).
Jenis-jenis lapis pondasi bawah (sub base course) yang umumnya
dipergunakan di Indonesia, antara lain :
1) Pondasi Bawah yang menggunakan sirtu.
2) Pondasi Bawah yang menggunakan material ASTB (Asphalt
Treated Sub Base)/ Laston (Lapisan aspal beton).
3) Pondasi Bawah yang menggunakan stabilisasi.
4) Pondasi bawah (sub base course) yang menggunakan agregat.
8
Lapis permukaan adalah lapis perkerasan yang bersentuhan langsung
dengan beban roda kendaraan dan bersifat kedap air.
9
Kedua jenis perkerasan diatas memiliki keuntungan dan kerugian
masing-masing:
1) Keuntungan menggunakan jenis perkerasan kaku adalah tahan
terhadap air (jika drainase kurang berfungsi), tahan deformasi
(perubahan bentuk).
2) Relatif tidak tebal (± 3,5 cm), tahan lama (umur rencana 15 s/d 20
tahun) dan biaya pemeliharaannya tidak terlalu mahal
dibandingkan dengan perkerasan lentur.
3) Kerugiannya menggunakan jenis perkerasan kaku jika
dibandingkan dengan perkerasan lentur adalah biaya
pembangunannya yang mahal, tidak dapat dibangun secara
bertahap, ketika dibangun jalan harus ditutup dari arus lalulintas
selama 14 s/d 21 hari.
10
Menurut Spesifikasi Umum (2018) revisi 2, pada pekerjaan lapis pondasi
harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan agregat diatas permukaan yang telah disisipkan dan telah diterima
sesuai dengan detail yang ditunjuk dalam gambar atau dengan perintah direksi
pekerjaan, dan memelihara lapis pondasi agregat yang telah selesai sesuai dengan
yang disyaratkan.
Lapis pondasi agregat adalah lapis pondasi yang bahan utamanya terdiri atas
agregat atau batu dan atau granular material. Agregat adalah material berbutir
yang keras dan kompak dan yang dimaksud agregat mencangkup antara lain batu
bulat,batu pecah, abu batu, dan pasir.
Lapis pondasi agregat terdiri atas 3 (tiga) kelas yang berbeda yaitu kelas A,
kelas B, dan kelas S.
1. Agregat Kelas A
Agregat Kelas A merupakan suatu lapisan perkerasan jalan yang
biasa disebut lapisan pondasi atas dan terletak diantara lapis
permukaan dan lapisan pondasi bawah yang berfungsi sebagai bagian
perkerasan yang mendukung lapis permukaan dan beban-beban roda
dan menyebarkan tegangan yang terjadi ke lapis pondasi bawah
kemudian ke lapis tanah dasar. Syarat utama dari Agregat A adalah
material yang lolos saringan 1,5 dan yang tertahan pada saringan No.4
dan memiliki ±100% bidang pecah serta memiliki prsentase CBR
90%.
2. Agregat kelas B
Agregat B atau Lapisan Pondasi B adalah lapisan perkerasan yang
terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar berfungsi sebagai
bagian perkerasan yang meneruskan beban diatasnya dan selanjutnya
menyebarkan tegangan yang terjadi ke lapis tanah dasar. Syarat utama
dari Agregat B adalah material yang lolos saringan No.2 dan yang
tertahan pada saringan No.4 dan memiliki ±50% bidang pecah serta
memiliki presentase CBR 60%.
3. Agregat Kelas S
11
Agregat yang biasanya digunakan pada bahu jalan tanpa penutup
aspal, dengan kondisi elevasi permukaan dan kemiringan melintang
mengacu pada spesifikasi teknik. Bahan material agregat kelas S
terdiri dari fraksi agregat kasar (tertahan pada saringan No.4) dan
fraksi agregat halus (Lolos saringan No.4) dan memiliki presentase
CBR 50%.
Persyaratan gradasi lapis pondasi agregat dapat dilihat pada Tabel 2. 4
dibawah ini.
12
Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organic dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan
Keterangan Tabel 2. 5 :
1. Pengujian abrasi menggunakan Los Angeleles Machine yaitu
pengujian agregat yang berprinsip menguji agregat dengan pukulan
dan gesekan di dalam mesin mix jika nilai abrasinya besar maka
nilai abrasi yang berada di dalam mesin mix akan mengalami
banyak yang pecah sehingga nilai abrasi yang di inginkan 0-40%.
2. 95/90 menunjukan bahwa 95 % agregat kasar mempunyai muka
bidang pecah satu atau lebih dan 90 % agregat kasar mempunyai
muka bidang pecah dua atau lebih 55/50 menunjukan bahwa 55%
agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan
50 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
13
3. Batas cair tanah adalah kadar air tanah pada keadaan batas cair dan
plastis (kadar air pada kondisi pralihan tanah dari bentuk plastis
menjadi cair).
4. Batas plastis bertujuan menentukan kadar air tanah pada kondisi
batas plastis.
5. Pengujian CBR digunakan untuk mengevaluasi potensi kekuatan
material tanah dasar, pondasi bawah dan pondasi nilai CBR untuk
agregat A min. 90%.
1. Agregat Alam
Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam
atau dengan sedikit proses pengolahan, dinamakan agregat alam. Dua
bentuk agregat alam yang sering dipergunakan yaitu kerikil dan pasir.
Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel > ¼ inch (6,35 mm),
pasir adalah agregat dengan ukuran partikel < ¼ inch tetapi lebih besar
dari 0,075 mm (saringan no.200).
2. Agregat Buatan
Di gunung-gunung atau di bukit-bukit sering ditemui agregat masih
berbentuk batu gunung sehingga diperlukan proses pengolahan
terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi
perkerasan jalan. Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih
dahulu supaya diperoleh:
a. Bentuk partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus.
b. Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang
baik.
c. Gradasi sesuai yang diinginkan.
Proses pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah
batu (Stone Crusher) sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat
terkontrol sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
14
Berdasarkan besar partikel-partikel agregat, agregat dapat
dibedakan atas:
15
Gambar 2. 7 Agregat Halus
16
3) Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan
yang nyaman dan aman dipengaruhi oleh:
a) Tahan geser (Skid resistance)
b) Campuran yang memberikan kemudahan dalam
pelaksanaan (Bitominoiun Mix Workability)
Agregat yang dipakai untuk lapisan permukaan harus
mempunyai Gradasi yang menerus dan butir yang kasar
sampai yang halus dan apabila diperiksa dengan SNI harus
memenuhi salah satu gradasi yang digunakan lapis
permukaan No. 4.
c) Blending equipment
Pada blending equipment digunakan alat Agregate
Mixing Plant untuk pencampuran agregat.
17
harus diselesaikan sepenuhnya, juga lapis drainase di atas tanah
dasar baru yang disiapkan.
3. Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi
Agregat dan Lapis Drainase sesuai dengan butir (1) dan (2) di
atas, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari Pengawas Pekerjaaan paling sedikit 100 m ke depan
dari rencana akhir lokasi penghamparan lapis pondasi pada setiap
saat. Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 m
panjangnya, seluruh formasi itu harus dipersiapkan dan disetujui
sebelum lapis pondasi agregat di hampar.
4. Bila lapis pondasi agregat akan dihampar langsung diatas
permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat
Pengawas Pekerja dalam kondisi tidak rusak, maka harus
dilakukan penggarukan atau pengaluran pada permukaan
perkerasan aspal lama dengan greder agar diperoleh tahanan geser
yang lebih baik.
5. Lebar pelebaran harus diberi tambahan yang cukup sehingga
memungkinkan tepi setiap lapisan yang dihampar bertangga
terhadap lapisan dibawahnya atau terhadap perkerasan eksisting.
Susunan bertangga ini diperlukan untuk memungkinkan
penggilasan yang sedikit ke luar dari tepi hamparan dan untuk
memperoleh daya dukung samping yang memadai, dan harus
dibuat berturut-turut selebar 5 cm untuk setiap pelapisan (overlay)
yang dihampar.
6. Penebangan pohon hanya akan dilaksanakan bilamana mutlak
diperlukan untuk pelaksanaan pelebaran jalan, baik pada jalur lalu
lintas maupun pada bahu jalan. Pohon-pohon yang sudah ditebang
harus diganti dengan cara penanaman pohon baru di daerah
manfaat jalan (diluar bahu jalan). Penebangan pohon tidak boleh
dilaksananakan bilamana kesetabilan lereng lama menjadi
terganggu.
18
2.6.2 Penghamparan
1. Lapisan Pondasi Agregat dan Lapis Drainase harus dibawa ke
badan jalan sebagai campuran yang merata dan untuk Lapisan
Pondasi Agregat harus di hampar pada kadar air dalam rentang 3 %
di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum
kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
2. Setiap lapis harus dihampar pada suatu kegiatan dengan takaran
yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam
toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu
lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama
tebalnya.
3. Lapisan Pondasi Agregat dan Lapis Drainase harus dihampar dan
dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak
menyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus.
Bahan yang segregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti
atau diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
4. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali
digunakan peralatan khusus yang disetujui Pengawas Pekerja.
5. Alat untuk menghamparkan material agregat lapis pondasi
menggunakan motor grader dan penghamparan material agregat
tidak boleh di lakukan apabila cuaca tidak mendukung seperti pada
waktu hujan karena kadar air terlalu tinggi.
2.6.3 Pemadatan
1. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis
harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan
memadai dan disetujui oleh Pengawas Pekerja, sehingga pemadatan
paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi
seperti yang ditentukan oleh SNI 1743:2008 metode D untuk Lapis
Pondasi Agregat. Pemadatan lapis Drainase dengan mesin gilas
bergetar (vibratory roller) sekitar 10 ton harus dilaksanakan sampai
seluruh permukaan telah mengalami penggilasan sebanyak enam
19
lintasan dengan penggetar yang diaktifakan atau sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Pekerja.
2. Pengawas Pekerja dapat memerintahkan agar digunakan mesin
gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan terakhir, bila mesin
gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau
degradasi berlebihan dari lapis pondasi agregat.
3. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentan 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas
kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang
ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi yang
ditentukan oleh SNI 1743:2008, metode D
4. Kegiatan penggilasan harus dimulai dari panjang tepi dan bergerak
sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang.
Pada bagian yang ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai
dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke
bagian yang lebih tinggi. Kegiatan pengilasan harus dilanjutkan
sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut
terpadatkan secara merata.
5. Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat yang tak
terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbiris mekanis
atau alat pemadat lainnya yang disetujui.
20
menumbuk atau memukul. Daya pemadatan ini tergantung pada kadar air
meskipun digunakan energi yang sama, nilai kepadatan yang akan diperoleh
akan berbeda beda. Pada kadar air yang cukup rendah tanah sukar dipadatkan,
sedangkan pada kadar air yang cukup tinggi nilai kepadatan akan menurun,
sampai suatu kadar air tinggi sekali sehinnga air tidak dapat dikeluarkan
dengan pemadatan. Pada pemadatan dengan kadar air yang berbeda-beda akan
didapat nilai kepadatan yang berbeda pula. Sehingga kadar air tertentu akan
didapat keadaan yang paling padat (angka pori yang paling rendah). Kadar air
dimana tanah mencapai keadaan yang paling padat disebut kadar air optimum.
Untuk menentukan kadar air optimum ini biasanya dibuat grafik hubungan
antara kadar air dan berat isi kering. Berat isi kering digunakan untuk
menentukan kadar air optimum dimana mencapai keadaan air paling padat.
(SNI 03-2828-1992).
21