“PERKERASAN JALAN”
DOSEN PENGAMPU: -
DOSEN PENGAJAR: -
DISUSUN OLEH:
NAMA: -
NIM: -
SEMESTER: 3 (GANJIL)
-
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN
Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis konstruksi
tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta kestabilan tertentu agar mampu
menyalurkan beban lalulintas diatasnya ke tanah dasar secara aman.
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar
dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan
selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan
jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan
pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia Sukirman, 1995).
Secara umum perkerasan jalan mempunyai persyaratan yaitu kuat, awet, kedap air, rata,
tidak licin, murah dan mudah dikerjakan. Oleh karena itu bahan perkerasan jalan yang paling
cocok adalah pasir, kerikil, batu dan bahan pengikat (aspal atau semen).
Berdasarkan suatu bahan ikat, lapisan perkerasan jalan dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
a. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Yaitu suatu perkerasan yang menggunakan bahan
campuran beton bertulang, atau bahan-bahan yang bersifat kaku.
b. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Yaitu suatu perkerasan yang menggunakan bahan
campuran aspal dan agregat atau bahan-bahan yang bersifat tidak kaku/lentur.
c. Perkerasan Komposit (Composite Pavement) Yaitu perkerasan dengan memakai dua
bahan, dengan maksud menggabungkan dua bahan yang berbeda yaitu aspal dan beton.
1
1. PERKERASAN LENTUR
Konstruksi perkerasan terdiri dari lapisan – lapisan yang diletakkan diatas permukaan tanah
dasar yang telah dipadatkan. Konstruksi perkerasan terdiri dari:
2
1.1 Lapis Permukaan (LP)
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Lapisan permukaan
dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang
kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan lama. Fungsi lapis permukaan
dapat meliputi:
A. Stuktural: Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendara yang diterima oleh
perkerasan, baik beban vertikal maupun beban horizontal (gaya geser). Untuk hal ini
persyaratan yang dituntut adalah kuat, Kokoh, dan stabil.
B. Non Struktural, dalam hal ini mencakup:
Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam lapisan perkerasan
yang ada di bawahnya dan melemah lapisan-lapisan tersebut.
Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat berjalan
dan memperoleh kenyamanan yang cukup.
Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak
(skid resistance) yang cukup untuk menjamin tersedianya keamanan lalu
lintas.
Sebagai lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya dapat
diganti lagi dengan yang baru.
Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan lagi, yaitu:
C. Lapis Aus (Wearing Course) Lapis aus (baring course), yaitu lapisan yang langsung
mengalami gesekan akibat rem kendaraan, sehingga mudah aus. Lapis aus (wearing
course) merupakan bagian dari lapis permukaan yang terletak di atas lapis antara (binder
course). Fungsi dari lapis aus adalah:
Mengamankan perkerasan dari pengaruh air.
Menyediakan permukaan yang halus.
Menyediakan permukaasn yang kesat.
D. Lapis Antara (Binder Course) Lapis antara (binder course) merupakan bagian dari lapisan
permukaan yang terletak di antara lapis pondasi atas (base course) dengan lapis aus
(wearing course). Fungsi dari lapis antara adalah (Nono,2007):
Mengurangi tegangan.
3
Menahan beban paling tinggi akibat beban lalu lintas sehingga harus
mempunyai kekuatan yang cukup.
Base Course Lapis pondasi adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan nah apabila tidak menggunakan lapis
pondasi bawah. Fungsi lapis ini adalah:
Lapis pendukung bagi lapis permukaan.
Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban ke lapisan dibawahnya.
Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
4
tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya. Mutu dan daya tahan
konstruksi perkerasan tak lepas dari sifat tanah dasar.
Tanah dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan jalan adalah tanah dasar yang
berasal dari lokasi itu sendiri serta kemampuan mempertahankan perubahan volume
selama masa pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah
setempat. Sifat masing-masing tanah tergantung dari tekstur, kadar air dan kondisi
lingkungan.
Tanah dasar (subgrade) adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah galian
atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan tanah dasar
untuk perletakan bagian – bagian perkerasan lainnya. Perkerasan lentur yaitu perkerasan
yang menggunakan bahan campuran aspal dan agregat atau bahan-bahan yang bersifat
tidak kaku atau lentur. Pada umumnya perkerasan lentur baik digunakan untuk jalan yang
melayani beban lalulintas ringan sampai dengan sedang, seperti jalan perkotaan, jalan
dengan sistem utilitas terletak di bawah perkerasan jalan, perkerasan bahu jalan, atau
perkerasan dengan konstruksi bertahap.
Bahan penyusun lapisan untuk perkerasan lentur yang utama terdiri atas bahan
ikat dan bahan pokok. Bahan pokok bisa berupa pasir, kerikil, batu pecah/agregat dan
lain-lain. Sedang untuk bahan ikat untuk perkerasan bisa berbeda-beda, tergantung dari
jenis perkerasan jalan yang akan dipakai. Bisa berupa tanah liat, aspal/bitumen, Portland
cement, atau kapur/lime.
1.5 Aspal
Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna cokelat gelap atau hitam pekat yang
dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resin, dan Oils. Aspal pada lapis perkerasan
berfungsi sebagai bahan pengikat antara agregat untuk membentuk suatu campuran yang
kompak, sehingga akan memberikan kekuatan pada masing-masing agregat. Selain
sebagai bahan pengikat, aspal juga berfungsi untuk mengisi rongga antara butir agregat
dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.
Pada temperature ruang aspal bersifat termoplastik, sehingga aspal akan mencair
jika dipanaskan sampai pada temperatur tertentu dan kembali membeku jika temperatur
turun. Bersama agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.
Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4 –10% berdasarkan berat
5
camapuran , atau 10-15% berdasarkan volume campuran (Silvia Sukirman, 1995).
Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan atas aspal alam dan aspal minyak.
Aspal alam yaitu aspal yang didapat di suatu tempat di alam, dan dapat
digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan. Aspal alam yang
diperoleh d gunung-gunung seperti aspal di pulau Buton. dan ada pula yang diperoleh di
danau seperti di Trinidad. Asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan
mineral lainnya dalam bentuk batuan. Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu
pengilangan minyak bumi. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak
jenis asphaltic base crude oil.
2. PERKERASAN KAKU
Perkerasan kaku merupakan salah satu jenis konstruksi perkerasan jalan yang
menggunakan bahan campuran aggregat dengan semen sebagai bahan pengikatnya.
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas
lapisan permukaan (surface) berupa plat (slab) beton semen, lapisan pondasi bawah (sub base
course) berupa sirtu (batu pecah) atau semen tipis dan lapisan tanah dasar (subgrade) yang sudah
dipadatkan. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi
karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton diatasnya yang berfungsi sebagai lapis
permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban kebidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari
6
kapasitas struktur perkerasan tersebut diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan
perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis
pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung
beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen
adalah kekuatan dari beton itu sendiri, karena beban lalu lintas yang diterima sebagian besar
akan dipikul oleh pelat beton. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya
berpengaruh kecil terhadap kapasitas structural perkerasannya.
Metode perencanaan perkerasan kaku didasarkan pada:
a. Perkiraan volume lalu lintas dan komposisinya selama umur rencana
b. Kekuatan tanah dasar yang dinamakan CBR atau modulus reaksi tanah dasar (k).
c. Kekuatan beton yang digunakan untuk lapisan perkerasan.
d. Ketebalan dan kondisi lapisan pondasi bawah, diperlukan untuk menopang konstruksi,
penurunan akibat air dan perubahan volume lapisan tanah dasar.
e. Jenis bahu jalan.
f. Jenis perkerasan.
g. Jenis penyaluran beban.
7
B. Fungsi perkerasan kaku
Memikul beban roda kendaraan
Sebagai running surface yang memenuhi aspek keselamatan dan aspek ketahanan
terhadap pengaruh lalu lintas dan cuaca, dengan sedikit pemeliharaan untuk suatu
periode yang panjang.
Melindungi lapisan struktur dibawahnya dari kemungkinan masuknya air serta
kemungkinan perubahan kadar air, sehingga akan membantu tetap terpeliharanya
kestabilan subgrade selama unsur perkerasan.
8
dasar akibat pemuaian atau penyusutan serta mencegah keluarnya air atau pumping pada
sambungan atau tepi-tepi pelat beton.
Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi perkerasan beton
semen. Pemasangan lapis pondasi dengan lebar sampai ke tepi luar lebar jalan merupakan
salah satu cara untuk mereduksi prilaku tanah ekspansif. Tebal lapis pondasi minimum 10
cm yang paling sedikit mempunyai mutu sesuai dengan SNI No. 03-6388-2000. Bila
direncanakan perkerasan beton semen bersambung tanpa ruji, pondasi bawah harus
mempergunakan campuran beton kurus (CBK).
C. Beton semen
Bahan beton semen terdiri dari agregat, semen, air, dan bahan tambah jika diperlukan,
dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Agregat
Agregat yang akan dipergunakan untuk perkerasan beton semen harus sesuai
dengan AASHTO M6-97 untuk agregat halus, dan AASHTO M80-87 untuk
agregat kasar. Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus dibatasi hingg
seperempat dari tebal perkerasan beton semen. Ukuran nominal agregat kasar
yang didasarkan pada ketebalan perkerasan. Ukuran maksimum nominal agregat
kasar harus dikombinasikan dengan ukuran yang lebih kecil sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan.
b. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton umumnnya tipe I yang harus sesuai
dengan SNI 15-2049-1994. Semen harus dipilih dan sesuai dengan lingkungan
dimana perkerasan.
c. Air
Air harus bersih terbebas dari segala hal yang dapat merugikan dan dapat merusak
kekuatan, waktu seting atau keawetan beton serta kekuatan beton serta kekuatan
dan keawetan tulangan.
d. Bahan tambah
Bahan tambah harus sesuai dengan persyaratan ASTM C-494 untuk
waterredrucing dan SNI 03-2496-1991 untuk airentraining.
9
3. PERKERASAN GABUNGAN (COMPOSITE PAVEMENT)
Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi
pengendara dibandingkan dengan konstruksi perkerasan beton semen sebagai lapis permukaan
tanpa aspal.
10