LATAR BELAKANG
1
1.1.1 Lapis Permukaan (Surface Course)
Lapis permukaan adalah lapisan perkerasan yang terletak paling atas, yang
terdiri dari lapis aus (wearing course) dan lapis antara (binder course).
a. Lapis Aus (Wearing Course)
1) Sebagai lapisan aus, yaitu lapisan yang semakin lama semakin tipis karena langsung
bersentuhan dengan roda-roda kendaraan lalu lintas, dan dapat diganti lagi dengan
yang baru.
2) Menyediakan permukaan jalan yang aman dan kesat (anti selip).
b. Lapis Antara (Binder Course)
Menyediakan drainase yang baik dari permukaan kedap air, sehingga air hujan yang
jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan-
lapisan tersebut. Menerima beban langsung dari lalu lintas dan menyebarkannya
untuk mengurangi tegangan pada lapisan bawah struktur jalan. Menyediakan
permukaan jalan yang baik dan rata sehingga nyaman dilalui.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Dalam metode PCI, tingkat keparahan kerusakan perkerasan merupakan fungsi dari
3 faktor utama yaitu :
a. Tipe kerusakan
b. Tingkat keparahan kerusakan
c. Jumlah atau kerapatan kerusakan.
Metode PCI memberikan informasi kondisi perkerasan hanya pada saat survey
dilakukan, tapi tidak dapat memberikan gambaran prediksi dimasa datang. Namun
demikian, dengan melakukan survey kondisi secara periodik, informasi kondisi
perkerasan dapat berguna untuk prediksi kinerja dimasa datang, selain juga dapat
digunakan sebagai masukan pengukuran yang lebih detail.
7
KLASIFIKASI JALAN
a) Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Sistem
jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan
sebagai berikut:
1. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah,
pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
2. Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional, sebagai contoh Jalur Pantura yang
menghubungkan antara Sumatera dengan Jawa di Merak, Jakarta, Semarang,
Surabaya sampai dengan Banyuwangi merupakan arteri primer.
Karakteristik Jalan Arteri Primer
Karakteristik jalan arteri primer adalah sebagai berikut :
Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam
puluh) kilometer per jam (km/h).
Lebar Daerah Manfaat Jalan minimal 11 (sebelas) meter.
Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien; jarak antar jalan masuk/akses langsung
minimal 500 meter, jarak antar akses lahan langsung berupa kapling luas lahan
harus di atas 1000 m2, dengan pemanfaatan untuk perumahan.
Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas, marka
jalan, lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain.
Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan seharusnya
dilengkapi dengan median (sesuai dengan ketentuan geometrik).
Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak dapat dipenuhi,
maka pada jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat (frontage road) dan juga
jalur khusus untuk kendaraan tidak bermotor (sepeda, becak, dll).
8
b) Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
seefisien,dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota.
Didaerah perkotaan juga disebut sebagai jalan protokol.
Ciri Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder menghubungkan : kawasan primer dengan kawasan sekunder
kesatu, antar kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua, dan jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu.
Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30
(tiga puluh) km per jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.
Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.
Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat diizinkan
melalui jalan ini.
Persimpangan pads jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas same atau lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak
dizinkan pada jam sibuk.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.
Besarnya lala lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari sistem
sekunder yang lain.
Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak selang dengan
kelas jalan yang lebih rendah.
c) Jalan Kolektor Primer
9
Jalan kolektor primer adalah jalan yang dikembangkan untuk melayani dan
menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau
kawasan-kawasan berskala kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan
pengumpan lokal.
Ciri jalan Kolektor Primer :
Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar
kota.
Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.
Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
(empat puluh) km per jam.
Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar
jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.
Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume
lalu lintas rata-rata.
Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan pada
jam sibuk.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas, marka
jalan, lampu lalu lintas dan lampu penerangan jalan.
Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri
primer.
Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
d) Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau
pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi, dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat
di dalam kota.
Ciri Jalan Kolektor Sekunder :
10
Jalan kolektor sekunder menghubungkan: antar kawasan sekunder kedua, kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarken keoepatan rencana paling rendah 20
(dua puluh) km per jam.
Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah
pemukiman.
Lokasi parkir pada badan jalan-dibatasi.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
Besarnya lalu lintas harian rata-rata pads umumnya lebih rendah dari sistem primer
dan arteri sekunder.
e) Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat
kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.
Ciri Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.
Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua
puluh) km per jam.
Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
Lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6 (enam) meter.
Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem
primer.
e) Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat
kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.
Ciri Jalan Lokal Primer :
Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.
11
Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua
puluh) km per jam.
Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
Lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6 (enam) meter.
Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem
primer.
f) Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder ajavascript:void(0)dalah menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Ciri Jalan Lokal Sekunder :
Jalan lokal sekunder menghubungkan: antar kawasan sekunder ketiga atau
dibawahnya, kawasan sekunder dengan perumahan.
Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
(sepuluh) km per jam.
Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter.
Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui fungsi jaIan ini
di daerah pemukiman.
Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah dibandingkan
dengan fungsi jalan yang lain.
15
proyek-proyek jembatan layang.
Karena beton akan segerah mengeras setelah dicor, dan pembuatan beton tidak
dapat menerus, maka pada perkerasan ini terdapat sambungan-sambungan beton atau
joint. Pada perkerasan ini juga slab beton akan ikut memikul beban roda, sehingga
kualitas beton sangat menentukan kualitas pada rigid pavement.
3. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement).
Perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa
perkerasan lentur diatas perkerasan kaku. Perkerasan komposit merupakan gabungan
konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible
pavement) di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memikul
beban lalu lintas. Untuk ini maka perlu ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar
mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan
beton di bawahnya.
16
2.4 Lapis Perkerasan
Sedangkan lapisan konstruksi perkerasan secara umum yang biasa digunakan
di Indonesia menurut Sukirman (1999) terdiri dari :
a. Lapisan permukaan (surface course).
b. Lapisan pondasi atas (base course).
c. Lapisan pondasi bawah (subbase course).
d. Lapisan tanah bawah (subgrade).
Selanjutnya bagian perkerasan jalan dapat dilihat pada Gambar 2.4
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Menghitung CBR
Tanah Dasar
Menghitung Faktor
CESAL
Umur Rencana (N)
Menghitung SN
MR
Reliabilitas
Zr
Ipt
Ipo
Tebal
Perkerasan
Lentur
19
Menghitung CBR
Tanah Dasar
CBR efektif
Fkb
Fcf
Bahu / Tanpa
Bahu
Tebal
Perkerasan
Kaku
20
BAB IV
ANALISA PERHITUNGAN
21
1. Perhitungan Nilai CBR metode Distribusi Normal
CBRsegmen = CBRrerata – (K x S)
= 53.325 – (1.282 x 13.65)
= 35.82%
Nilai K pada kasus ini sebesar 1.282 dengan probabilitas 90 % dikarenakan CBR
diguakan untuk jalan arteri.
2. Perhitungan Nilai CBR metode Japan Road Ass
cbr max − cbr min Nilai R diperoleh sebesar 3.18
CBRsegmen = CBRrerata - R
84.5−32
apabila data pengamatan CBR
= 53.325 - 3.18 >10
= 36.81%
3. Perhitungan Nilai CBR metode grafis
Tabel 4. 2 Data CBR perhitungan metode grafis
Nilai CBR
No Sta CBR (%) Jumlah Data CBR CBR ≥
dari kecil ke besar
1 1+200 41 32 20 100
2 3+100 42,5 33,5 19 95
3 4+000 44 39,5 18 90
4 4+500 39,5 41 17 85
5 5+500 33,5 42,5 16 80
6 6+700 32 43,5 15 75
7 7+500 43,5 44 14 70
8 8+000 45 45 13 65
9 9+500 48 48 12 60
10 10+500 59,5 53,5 11 55
11 11+100 53,5 55,5 10 50
12 13+200 60 57 9 45
13 15+400 57 59,5 8 40
14 17+200 55,5 59,5 7 35
15 18+200 67 60 6 30
16 20+500 65,5 61 5 25
17 21+100 61 65,5 4 20
18 22+000 59,5 67 3 15
19 23+200 74,5 74,5 2 10
20 25+100 84,5 84,5 1 5
22
Gambar 4. 1 Grafik hubungan nilai CBR Dengan persentase jumlah data yang sama
atau lebih besar dari CBR yang diamati
Kesimpulan :
Dari hasil perhitungan CbR segmen pada tiga metode tersebut didapatkan nilai
masing - masing CBR pada masing – masing metode pada tabel 4.3. Hasil CBR segmen
acuan yang digunakan adalah 35.82% pada perhitungan metode distribusi normal karena
semakin kecil nilai CBR, maka tebal perkerasan jalan akan semakin tebal dan juga untuk
menjaga keamanan jalan yang akan digunakan oleh kendaraan.
23
4.2 Perhitungan Repetisi Beban Lalu Lintas dan CESAL
a. Tabel LHR Untuk Tahun 2019
Golongan Kendaraan LHR Kend
No Kelas Kendaraan Konfigurasi Sumbu
Binamarga /2 arah 2019
1 Kendaraan penumpang 2 1.1 6110
2 Kendaraan Utilitas 1 (freight) 3 1.1 123
3 Kendaraan utilitas 2 (passenger) 4 1.1 110
4 Bus kecil (Bus tiga perempat 5A 1.2 531
5 Bus Besar 5B 1.2 321
6 Truk 2 as kecil (truk tiga perempat 6A 1.1 451
7 Truk 2 as besar 6B 1.2 311
8 truk 3 as (tronton) 71 1.22 111
9 Truk gandengan 7B 1.2+2.2 51
10 Truk semi-trailer 7C 1.2-2.2 71
c. Umur rencana :
Untuk perkerasan lentur 20 tahun
Untuk perkerasan kaku 40 tahun
24
e. Data LHR dan perhitungan ESAL acuan data LHR tahun 2019 untuk tahun 2020
DATA LHR DAN CESAL PADA TAHUN 2019 - 2020
Golongan Kendaraan Konfigurasi LHR Kend LHR Angka
No Kelas Kendaraan hari DA DL R ESAL
Binamarga Sumbu /2 arah 2019 2020 Ekuivalen
1 Kendaraan penumpang 2 1.1 6110 6422 0,0002 365 0,9 0,5 1,0000 215,9988
Kendaraan Utilitas 1
129 0,0119 365 0,9 0,5 1,0000 240,5639
2 (freight) 3 1.1 123
Kendaraan utilitas 2
116 0,0024 365 0,9 0,5 1,0000 42,4965
3 (passenger) 4 1.1 110
Bus kecil (Bus tiga
558 0,0150 365 0,9 0,5 1,0000 1306,4511
4 perempat 5A 1.2 531
5 Bus Besar 5B 1.2 321 337 0,0758 365 0,9 0,5 1,0000 3998,2386
Truk 2 as kecil (truk
474 0,1662 365 0,9 0,5 1,0000 12309,1101
6 tiga perempat 6A 1.1 451
7 Truk 2 as besar 6B 1.2 311 327 3,1234 365 0,9 0,5 1,0000 159548,7525
8 truk 3 as (tronton) 71 1.22 111 117 3,7555 365 0,9 0,5 1,0000 68469,1644
9 Truk gandengan 7B 1.2+2.2 51 54 3,5493 365 0,9 0,5 1,0000 29731,5565
10 Truk semi-trailer 7C 1.2-2.2 71 75 2,9845 365 0,9 0,5 1,0000 34804,8523
Contoh Perhitungan :
LHR2020 = LHR2019 × (1+i)n ESAL = LHR × Angka Ekivalen × hari × DA × DL × R
= 6110 × (1 + 5,1%)1 = 6110 × 0,0002 × 365 × 0,9 × 0,5 × 1,0000
= 6422 kendaraan = 215,9988 lss/hari/2 arah
(1+5,1%)1 −1
R = = 1,00
5,1%
25
f. Jalan dibuka pada tahun 2025, tipe jalan arteri sekunder acuan data LHR pada tahun 2020 (lentur)
DATA LHR DAN CESAL PADA TAHUN 2020 - 2025
Golongan Kendaraan Konfigurasi LHR 2020 LHR Angka
No Kelas Kendaraan hari DA DL R ESAL
Binamarga Sumbu 2025 Ekuivalen
1 Kendaraan penumpang 2 1.1 6422 8235 0,0002 365 0,9 0,5 5,5367 1256,9082
Kendaraan Utilitas 1
129 0,0119 365 0,9 0,5 5,5367 1399,8537
2 (freight) 3 1.1 166
Kendaraan utilitas 2
116 0,0024 365 0,9 0,5 5,5367 247,2893
3 (passenger) 4 1.1 148
Bus kecil (Bus tiga
558 0,0150 365 0,9 0,5 5,5367 7602,3052
4 perempat 5A 1.2 716
5 Bus Besar 5B 1.2 337 433 0,0758 365 0,9 0,5 5,5367 23265,9530
Truk 2 as kecil (truk
474 0,1662 365 0,9 0,5 5,5367 71627,3355
6 tiga perempat 6A 1.1 608
7 Truk 2 as besar 6B 1.2 327 419 3,1234 365 0,9 0,5 5,5367 928422,2802
8 truk 3 as (tronton) 71 1.22 117 150 3,7555 365 0,9 0,5 5,5367 398425,5393
9 Truk gandengan 7B 1.2+2.2 54 69 3,5493 365 0,9 0,5 5,5367 173009,4348
10 Truk semi-trailer 7C 1.2-2.2 75 96 2,9845 365 0,9 0,5 5,5367 202531,1999
Contoh Perhitungan :
LHR2025 = LHR2020 × (1+i)n ESAL = LHR × Angka Ekivalen × hari × DA × DL × R
= 6442 × (1 + 5,1%)5 = 6422× 0,0002 × 365 × 0,9 × 0,5 × 5,6367
= 8235 kendaraan = 1256,9082 lss/hari/2 arah
(1+5,1%)5 −1
R = = 5,536
5,1%
26
g. Data LHR dan Perhitungan ESAL acuan data LHR tahun 2025 untuk tahun 2030 (lentur)
DATA LHR DAN CESAL PADA TAHUN 2025 - 2030
Golongan Kendaraan Konfigurasi LHR 2025 LHR Angka
No Kelas Kendaraan hari DA DL R ESAL
Binamarga Sumbu 2030 Ekuivalen
1 Kendaraan penumpang 2 1.1 8235 10560 0,0002 365 0,9 0,5 5,5367 1611,8222
Kendaraan Utilitas 1
0,0119 365 0,9 0,5 5,5367 1795,1313
2 (freight) 3 1.1 166 213
Kendaraan utilitas 2
0,0024 365 0,9 0,5 5,5367 317,1165
3 (passenger) 4 1.1 148 190
Bus kecil (Bus tiga
0,0150 365 0,9 0,5 5,5367 9748,9733
4 perempat 5A 1.2 716 918
5 Bus Besar 5B 1.2 433 555 0,0758 365 0,9 0,5 5,5367 29835,5760
Truk 2 as kecil (truk
0,1662 365 0,9 0,5 5,5367 91852,7950
6 tiga perempat 6A 1.1 608 779
7 Truk 2 as besar 6B 1.2 419 538 3,1234 365 0,9 0,5 5,5367 1190581,5117
8 truk 3 as (tronton) 71 1.22 150 192 3,7555 365 0,9 0,5 5,5367 510929,2302
9 Truk gandengan 7B 1.2+2.2 69 88 3,5493 365 0,9 0,5 5,5367 221862,2268
10 Truk semi-trailer 7C 1.2-2.2 96 123 2,9845 365 0,9 0,5 5,5367 259720,0728
Contoh Perhitungan :
LHR2030 = LHR2025 × (1+i)n ESAL = LHR × Angka Ekivalen × hari × DA × DL × R
= 8235 × (1 + 5,1%)5 = 6422× 0,0002 × 365 × 0,9 × 0,5 × 5,6367
= 10560 kendaraan = 1611,8222 lss/hari/2 arah
(1+5,1%)5 −1
R = = 5,5367
5,1%
27
h. Data LHR dan perhitungan ESAL acuan data LHR tahun 2030 untuk tahun 2040 (lentur)
DATA LHR DAN CESAL PADA TAHUN 2030 - 2040
Golongan Kendaraan Konfigurasi LHR 2030 LHR Angka
No Kelas Kendaraan hari DA DL R ESAL
Binamarga Sumbu 2040 Ekuivalen
1 Kendaraan penumpang 2 1.1 10560 15783 0,0002 365 0,9 0,5 12,0619 4502,9602
Kendaraan Utilitas 1
0,0119 365 0,9 0,5 12,0619 5015,0722
2 (freight) 3 1.1 213 318
Kendaraan utilitas 2
0,0024 365 0,9 0,5 12,0619 885,9308
3 (passenger) 4 1.1 190 284
Bus kecil (Bus tiga
0,0150 365 0,9 0,5 12,0619 27235,7822
4 perempat 5A 1.2 918 1372
5 Bus Besar 5B 1.2 555 829 0,0758 365 0,9 0,5 12,0619 83351,8801
Truk 2 as kecil (truk
0,1662 365 0,9 0,5 12,0619 256609,8659
6 tiga perempat 6A 1.1 779 1165
7 Truk 2 as besar 6B 1.2 538 803 3,1234 365 0,9 0,5 12,0619 3326136,8034
8 truk 3 as (tronton) 71 1.22 192 287 3,7555 365 0,9 0,5 12,0619 1427386,9531
9 Truk gandengan 7B 1.2+2.2 88 132 3,5493 365 0,9 0,5 12,0619 619818,2237
10 Truk semi-trailer 7C 1.2-2.2 123 183 2,9845 365 0,9 0,5 12,0619 725581,9817
Contoh Perhitungan :
LHR2040 = LHR2030 × (1+i)n ESAL = LHR × Angka Ekivalen × hari × DA × DL × R
= 10560 × (1 + 4,1%)10 = 10560 × 0,0002 × 365 × 0,9 × 0,5 × 12,0619
= 15783 kendaraan = 4502,9602 lss/hari/2 arah
(1+4,1%)10 −1
R = = 12,0619
4,1%
28
DATA LHR DAN CESAL PADA TAHUN 2040 - 2045
Golongan Kendaraan Konfigurasi LHR 2040 LHR Angka
No Kelas Kendaraan hari DA DL R ESAL
Binamarga Sumbu 2045 Ekuivalen
1 Kendaraan penumpang 2 1.1 15783 17511 0,0002 365 0,9 0,5 5,2145 2909,3611
Kendaraan Utilitas 1
0,0119 365 0,9 0,5 5,2145 3240,2365
2 (freight) 3 1.1 318 353
Kendaraan utilitas 2
0,0024 365 0,9 0,5 5,2145 572,3996
3 (passenger) 4 1.1 284 315
Bus kecil (Bus tiga
0,0150 365 0,9 0,5 5,2145 17597,0301
4 perempat 5A 1.2 1372 1522
5 Bus Besar 5B 1.2 829 920 0,0758 365 0,9 0,5 5,2145 53853,6230
Truk 2 as kecil (truk
0,1662 365 0,9 0,5 5,2145 165795,5520
6 tiga perempat 6A 1.1 1165 1293
7 Truk 2 as besar 6B 1.2 803 891 3,1234 365 0,9 0,5 5,2145 2149015,9214
8 truk 3 as (tronton) 71 1.22 287 318 3,7555 365 0,9 0,5 5,2145 922234,2524
9 Truk gandengan 7B 1.2+2.2 132 146 3,5493 365 0,9 0,5 5,2145 400464,3554
10 Truk semi-trailer 7C 1.2-2.2 183 203 2,9845 365 0,9 0,5 5,2145 468798,2856
i. Data LHR dan Perhitungan ESAL acuan data LHR tahun 2040 untuk tahun 2045 (lentur)
Contoh Perhitungan :
LHR2045 = LHR2040 × (1+i)n ESAL = LHR × Angka Ekivalen × hari × DA × DL × R
= 15783 × (1 + 2,1%)5 = 15783 × 0,0002 × 365 × 0,9 × 0,5 × 5,2145
= 17511 kendaraan = 2909,3611 lss/hari/2 arah
(1+2,1%)5 −1
R = = 5,2145
2,1%
29
DATA LHR DAN CESAL PADA TAHUN 2040 - 2060
Golongan Kendaraan Konfigurasi LHR 2040 LHR Angka
No Kelas Kendaraan hari DA DL R ESAL
Binamarga Sumbu 2060 Ekuivalen
1 Kendaraan penumpang 2 1.1 15783 23916 0,0002 365 0,9 0,5 24,5408 13692,3226
Kendaraan Utilitas 1
0,0119 365 0,9 0,5 24,5408 15249,5211
2 (freight) 3 1.1 318 481
Kendaraan utilitas 2
0,0024 365 0,9 0,5 24,5408 2693,8835
3 (passenger) 4 1.1 284 431
Bus kecil (Bus tiga
0,0150 365 0,9 0,5 24,5408 82816,8805
4 perempat 5A 1.2 1372 2078
5 Bus Besar 5B 1.2 829 1256 0,0758 365 0,9 0,5 24,5408 253451,2369
Truk 2 as kecil (truk
0,1662 365 0,9 0,5 24,5408 780283,3945
6 tiga perempat 6A 1.1 1165 1765
7 Truk 2 as besar 6B 1.2 803 1217 3,1234 365 0,9 0,5 24,5408 10113910,8848
8 truk 3 as (tronton) 71 1.22 287 434 3,7555 365 0,9 0,5 24,5408 4340309,8837
9 Truk gandengan 7B 1.2+2.2 132 200 3,5493 365 0,9 0,5 24,5408 1884704,8843
10 Truk semi-trailer 7C 1.2-2.2 183 278 2,9845 365 0,9 0,5 24,5408 2206304,7723
j. Data perkerasan kaku pada umur rencana 40 tahun data acuan LHR Tahun 2040 untuk LHR 2060
Contoh Perhitungan :
LHR2040 = LHR2060 × (1+i)n ESAL = LHR × Angka Ekivalen × hari × DA × DL × R
= 15783 × (1 + 2,1%)20 = 15783 × 0,0002 × 365 × 0,9 × 0,5 × 24,5408
= 23916 kendaraan = 13692,3226 lss/hari/2 arah
30
DATA LHR DAN CESAL PADA TAHUN 2060 - 2065
Golongan Kendaraan Konfigurasi LHR 2060 LHR Angka
No Kelas Kendaraan hari DA DL R ESAL
Binamarga Sumbu 2065 Ekuivalen
1 Kendaraan penumpang 2 1.1 23916 25777 0,0002 365 0,9 0,5 5,1533 4357,0107
Kendaraan Utilitas 1
0,0119 365 0,9 0,5 5,1533 4852,5242
2 (freight) 3 1.1 481 519
Kendaraan utilitas 2
0,0024 365 0,9 0,5 5,1533 857,2161
3 (passenger) 4 1.1 431 464
Bus kecil (Bus tiga
0,0150 365 0,9 0,5 5,1533 26353,0190
4 perempat 5A 1.2 2078 2240
5 Bus Besar 5B 1.2 1256 1354 0,0758 365 0,9 0,5 5,1533 80650,2879
Truk 2 as kecil (truk
0,1662 365 0,9 0,5 5,1533 248292,6546
6 tiga perempat 6A 1.1 1765 1903
7 Truk 2 as besar 6B 1.2 1217 1312 3,1234 365 0,9 0,5 5,1533 3218330,4165
8 truk 3 as (tronton) 71 1.22 434 468 3,7555 365 0,9 0,5 5,1533 1381122,6414
9 Truk gandengan 7B 1.2+2.2 200 215 3,5493 365 0,9 0,5 5,1533 599728,7424
10 Truk semi-trailer 7C 1.2-2.2 278 300 2,9845 365 0,9 0,5 5,1533 702064,4969
(1+2,1%)20 −1
R = = 24,508
2,1%
k. Data perkerasan kaku final 2065 acuan data LHR Tahun 2060
Contoh Perhitungan :
LHR2065 = LHR2060 × (1+i)n ESAL = LHR × Angka Ekivalen × hari × DA × DL × R
= 23916 × (1 + 1,51%)5 = 23916 × 0,0002 × 365 × 0,9 × 0,5 × 5,1533
= 25777 kendaraan = 4357,0107 lss/hari/2 arah
31
(1+1,51%)5 −1
R == = 5,1533
1,51%
32
l. Data Akhir CESAL pada perkerasan lentur dan perkerasan kaku
Perkerasan Letur Perkerasan Kaku
Kelas Kendaraan
ESA 20 tahun ESA 40 tahun
Kendaraaa Penumpang 9024,1435 24164,1157
Kend utilitas 1 10050,4401 26912,2489
Kend utilitas 2 1775,4469 4754,1469
Bus Kecil 54581,7856 146154,6549
Bus Besar 167041,0790 447288,9809
Truk 2 As Kecil 514258,2129 1377038,7100
Truk 2 As Besar 6665734,2365 17848959,6164
Truk 3 As ( Tronton ) 2860550,4358 7659748,7084
Truk Gandengan 1242144,8059 3326114,0771
Truk Semi-trailer 1454100,3400 3893671,3236
CESAL 12979260,9262 34754806,5828
Contoh Perhitungan :
CESALLentur = 9024,1435 + 10050,4401 + 1775,4469 + 54581,7856 + 167041,0790 +
514258,2129 + 6665734,2365 + 2860550,4358 + 1242144,8059 +
1454100,3400
= 12979260,9262 lss/UR/LR/2 arah
33
Beban Sumbu (Kg)
LHR Berat Kend Angka
No Kelas Kendaraan STRT STRT STRG STRG STRG STdRG STrRG
Kend/2arah rata - rata Ekivalen
1 2 1 2 3 1 1
Kendaraaa
1 6110 1100 550 550 0,0002
Penumpang
2 Kend utilitas 1 123 3000 1500 1500 0,0119
3 Kend utilitas 2 110 2000 1000 1000 0,0024
4 Bus Kecil 531 4000 1360 2640 0,0150
5 Bus Besar 321 6000 2040 3960 0,0758
6 Truk 2 As Kecil 451 7300 2482 4818 0,1662
7 Truk 2 As Besar 311 15200 5168 10032 3,1234
Truk 3 As ( Tronton
8 111 23 5750 17250 3,7555
)
9 Truk Gandengan 51 29 5220 8120 7830 7830 3,5493
10 Truk Semi-trailer 71 26 3380 10400 12220 2,9845
Contoh Perhitungan :
𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒎𝒃𝒖 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏 𝟒 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒎𝒃𝒖 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒌𝒂𝒏𝒈 𝟒
𝑬𝑴𝒐𝒃𝒊𝒍 𝑷𝒆𝒏𝒖𝒎𝒑𝒂𝒏𝒈 =( ) + ( )
𝟓𝟒𝟎𝟎 𝟓𝟒𝟎𝟎
𝟓𝟓𝟎 𝟒 𝟓𝟓𝟎 𝟒
= (𝟓𝟒𝟎𝟎) + (𝟓𝟒𝟎𝟎) = 0,0002
34
4.3 Perhitungan Tebal Struktur Perkerasan Lentur
PERHITUNGAN STRUKTRURAL NUMBER 3,2, DAN 1
1. Mencari nilai Struktural Number 3
(didasarkan pada metode AASHTO 1993)
Diambil Nilai So = 0,45 Jenis perkerasan : sirtu
CBR tanah dasar untuk SN3 = 35% kelas A
Mr = 2555 × (CBR) 0,64
A3 = 0,13
0,64
= 2555 × (35)
= 24865,34
∆𝑝𝑠𝑖
log[ ]
4,2−1,5
log (W18) = ZR x S0 + 9,36 x log (SN + 1) – 0,20 + 1094 +
0,40+
(𝑆𝑁+1)5,19
SN3 = 3,44
2. Mencari nilai Struktural Number 2
(didasarkan pada metode AASHTO 1993)
Diambil Nilai So = 0,45 Jenis perkerasan : batu
CBR Lapis Fondasi Bawah SN2 = 80% pecah kelas b
Mr = 2555 × (CBR) 0,64
A2 = 0,13
= 2555 × (80)0,64
= 42205,44
∆𝑝𝑠𝑖
log[ ]
4,2−1,5
log (W18) = ZR x S0 + 9,36 x log (SN + 1) – 0,20 + 1094 +
0,40+
(𝑆𝑁+1)5,19
SN2 = 2,77
35
3. Mencari nilai Struktural Number 1
(didasarkan pada metode AASHTO 1993)
Diambil Nilai So = 0,45
Jenis perkerasan : laston
CBR Lapis Fondasi Bawah SN2 = 80%
A1 = 0,35
Mr =48654,521
∆𝑝𝑠𝑖
log[ ]
4,2−1,5
log (W18) = ZR x S0 + 9,36 x log (SN + 1) – 0,20 + 1094 +
0,40+
(𝑆𝑁+1)5,19
SN1 = 2,61
1. Tebal perkerasan D1
SN1 = a1 × D1
2,61 = 0,35 × D1
36
= 7 in
= 18 cm
2. Tebal perkerasan D2
𝑆𝑁2−(𝑎1×D1)
D2 = 𝑎2×m2
2,77−(0,35×7,45)
= 0,13×1
3. Tebal perkerasan D3
𝑆𝑁3−(𝑎1×D1)+(a2×m2×D2)
D3 = 𝑎3×m3
3,44−(0,35×7,45)+(0,13×1×8)
= 0,13×1
= 14,40 in
= 40 cm
18 cm
22 cm
40 cm
37
4.4 Perhitungan Tebal Struktur Perkerasan Kaku
Hal yang perlu diasumsikan antara lain sebagai berikut :
1. Jenis perkerasan beton semen bersambung dengan ruji
2. Menggunakan tanpa bahu beton dan dengan ruji
3. Pelat beton 210 mm
4. Fcf 4 Mpa
5. fkb 1,1
6. CBR tanah dasar 35,82%
Direncanakan perkerasan beton semen untuk jalan 4 jalur 2 arah untuk jalan arteri
dengan model perkerasan beton sambung tanpa tulangan (BPTT).
38
Pada kasus ini, perkerasan kaku tidak menggunakan cbk (campuran beton kurus)
dan bp (bahan pengikat) karena nilai cbr tanah dasar didapatkan sebesar 35,82 % yang
artinya tanah dasar berperilaku baik dan untuk cbr effektif digunakan nilai cbr tanah dasar
sebesar 35,82 %
Tabel 4. 7 Perhitungan jumlah sumbu LHR 2019-2025 berdasarkan jenis dan bebanya
Konfigurasi Beban Jumlah Jumlah Jumlah
Sumbu (ton) Kendaraan Sumbu Sumbu STRT STRG STDRG STRRG
Jenis Kendaraan (Bh) per (Bh)
Kendaraan
RD RB RGD RGB RGD (gandeng) RGB (gandeng) RGB (Hidraulik) (Bh) BS JS BS JS BS JS BS JS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
MP 0,5 0,5 8235 - - - - - - - - - -
Kendaraan Utilitas 1 1,5 1,5 166 -
Kendaraan Utilitas 2 1 1 148 -
Bus kecil 1,36 2,64 716 -
Truk 3 as tronton 5,75 17,25 150 2 300 5,75 150 17,25 150
Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (40 tahun)
39
JSKN = 365 x JSKNH x R
= 365 x 3976 x 54,38
= 78918431,2
JSKN rencana = 0,45 x 78918431,2
= 35513294,
40
Tabel 4. 9 Perhitungan Analisis Fatik dan Erosi
beban beban rencana repetisi faktor teganngan Analisis Fatik Analisis Erosi
Jenis
sumbu per yang dan Repetisi Persen rusak Repetisi Persen rusak
sumbu ton roda (kn) terjadi erosi ijin (%) ijin (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2,04 11,220 4301330,44 TE = 0,89 TT 0 TT 0
2,482 13,651 6039743,60 FRT = 0,22 TT 0 TT 0
3,38 18,590 953643,75 FE = 2,13 TT 0 TT 0
STRT 5,168 28,424 4162257,75 TT 0 TT 0
5,22 28,710 685431,49 TT 0 TT 0
5,75 31,625 1490068,49 TT 0 TT 0
4,818 26,499 6039744,45 TT 0 TT 0
3,96 10,890 4301331,408 TE = 1,41 TT 0 TT 0
10,03 27,583 2086096,123 FRT = 0,35 4000000 52,152 10000000 20,861
8,12 22,330 685431,6025 FE = 2,74 TT 0 40000000 1,714
STRG
7,83 21,533 685431,6218 TT 0 80000000 0,857
7,83 21,533 685431,6411 TT 0 80000000 0,857
10,4 28,600 953644,0492 2000000 47,582 8000000 11,921
TE = 1,18
STDRG 17,25 23,719 1490068,911 FRT = 0,3 TT 0 TT 0
FE = 2,84
STRRG 12,22 11,202 953644,1566 TE = 0,88
FRT = 0,22 TT 0 TT 0
FE = 2,9
TOTAL 99,734<100% 36,21<100%
21 cm
10 cm
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tebal perkerasan lentur dengan Cesal sebesar 12979260,9262 didapatkan sebagai
berikut :
18 cm
22 cm
40 cm
21 cm
10 cm
Dari kedua jenis perkerasan tersebut, bahwa perkerasan yang memiliki lapis tebal
yang lebih sedikit adalah perkerasan kaku yang tidak membutuhkan lapis fondasi atas
atau bawah. Sedangkan untuk perkerasan lentur diperlukan lapis fondasi atas dan bawah
untuk keamanan pada perkerasan tersebut.
5.2 Saran
Saran dari penyusun tugas adalah dapat teliti kembali dalam mengerjakan tugas ini
karena perhitungan ini akan diterapkan di lapangan ketika kelak bekerja di bidang
pembangunan jalan.
42
LAMPIRAN
43
44