Anda di halaman 1dari 46

TUGAS AKHIR

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN


MENGGUNAKAN GEOTEXTILE DENGAN PROGRAM
PLAXIS VERSI 8.2
( Studi Kasus Pada Sta. 2 + 450, Proyek Jalan Tol Semarang -
Solo )

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu ( S1 ) Teknik Sipil

FACHRI ACHMAT
10511091

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2017

i
TUGAS AKHIR

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN


MENGGUNAKAN GEOTEXTILE DENGAN PROGRAM
PLAXIS VERSI 8.2
( Studi Kasus Pada Sta. 2 + 450, Proyek Jalan Tol Semarang - Solo )

Disusun oleh

Fachri Achmat
10511091

Telah diterima sebagai salah satu persyaratan


Untuk memperoleh derajat Sarjana Teknik Sipil

Diuji pada tanggal

Oleh Dewan Penguji

Pembimbing Penguji I Penguji II

M Rifqi Abdurrozak.,S.T.,M.Eng Ir. A Marzuko.,M.T ______________


NIK: NIK: NIK:

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Teknik Sipil

Miftahul Fauziah,S.T.M.T.,
NIK:

ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Tugas Akhir yang


saya susun sebagai syarat untuk penyelesaian program Sarjana di Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam
penulisan laporan Tugas Akhir yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau
sebagian laporan Tugas Akhir ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya
plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi, termasuk
pencabutan gelar akademik yang saya sandang sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.

Yogyakarta, Februari 2017


Yang membuat pernyataan,

Fachri Achmat
(105 11 091)

iii
DEDIKASI

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwr.wb.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiratan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dan dapat menyusun laporan Tugas
Akhir dengan judul “Analisis Stabilitas Lereng Dengan Menggunakan Geotextile
Dengan Program Plaxis Versi 8.2 Studi Kasus Pada Sta. 2+450, Proyek Jalan Tol
Semarang-Solo”
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata 1 (S1) di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Atas terselesaikannya Tugas Akhir ini, dengan penuh rasa hormat, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah
diberikan selama penyusunan tugas akhir ini kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bapak Muhammad Rifqi Abdurrazak.,ST.,M.Eng selaku Dosen Pembimbing I
2. Bapak Ir.Akhmad Marzuko.,M.T selaku dosen Penguji I Tugas Akhir.
3. selaku dosen Penguji II Tugas Akhir.
4. Ibu Miftahul Fauziah, S.T., M.T., Ph.D., selaku Ketua Prodi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
5. Keluarga besar dan para sahabat terima kasih selalu memberi semangat dan
dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Wassalamu’alaikumwr.wb.

Yogyakarta, 2017
Penulis

Fachri Achmat
10511091

v
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii
DEDIKASI iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN x
ABSTRAK xi
ABSTRACT xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
I.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Batasan Penelitian 3
1.5. Keaslian Penelitian 4
1.6. Manfaat Penelitian 4
1.7. Lokasi Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Stabilitas Lereng 5
2.1.1. Jenis-jenis Gerakan Tanah 5
2.2. Penelitian Terdahulu 7
2.2.1. Dianty Zahrina Putri (2013) 7
2.2.2. Cahyo Dita Saputro 8
2.2.3. Putra Hendra Dharmawan 9
2.3. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu 10
BAB III LANDASAN TEORI 12

vi
3.1. Tanah 12
3.1.1.Pengertian Tanah 12
3.1.2.Klasifikasi Tanah 13
3.1.3.Sifat-Sifat Tanah 16
3.2. Tanah Clayshale 18
3.3. Lereng 19
3.3.1. Stabilitas Lereng 19
3.3.2. Bidang Longsor Lereng 19
3.3.3. Analisis Stabilitas Lereng 21
3.4. Geosintetik 22
3.4.1. Geotekstil 23
3.4.2. Geomembran 24
3.5. Program Plaxis 25
3.5.1. Parameter Input Program Plaxis v 8.2 25
3.5.2. Analisis Data Plaxis v 8.2 26
3.5.3. Output Program Plaxis v 8.2 26
BAB IV METODE PENELITIAN 28
4.1. Tinjauan Penelitian 28
4.2. Subjek Dan Objek Penelitian 28
4.3. Data Penelitian 28
4.4. Tahapan Penelitian 28
4.5. Parameter Penelitian 31
4.5.1. Data Tanah 31
4.6. Time Schedule 31
BAB V IV METODE PENELITIAN --
5.1. --
5.2. --
5.3. --
5.4. --
5.5. --
5.5.1. --
5.6. --

vii
viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Ini Dengan Penelitian Terdahulu 10


Tabel 3.1 Sistem Klasifikasi Tanah USCS 14
Tabel 3.2 Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO 15
Tabel 4.1 Data Parameter Tanah 30
Tabel 4.2 Time Schedule Proposal Tugas Akhir 30

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Proyek Jalan Tol Semarang-Solo 2


Gambar 1.2 Lokasi Studi Kasus Pada Sta.2+450 4
Gambar 1.3 Penampang Melintang Struktur Jalan Pada Sta.2 +450 4
Gambar 2.1 Kelongsoran Lereng Jenis Nendatan (Slump) 5
Gambar 2.2 Material Yang Bergerak Adalah Batu 6
Gambar 2.3 Material Yang Bergerak Adalah Tanah 6
Gambar 2.4 Model Gerakan Tanah Jenis Aliran 7
Gambar 3.1 Diagram Fase Tanah 16
Gambar 3.2 Macam-Macam Kelongsoran 20
Gambar 3.3 Geotekstil Non Woven dan Woven 24
Gambar 3.4 Geomembran 24
Gambar 3.5 Deformed Mesh 26
Gambar 3.6 Total Displacements 27
Gambar 3.7 Arah Displacements 27
Gambar 3.8 Kurva Faktor Keamanan 27
Gambar 4.1 Flow Chart Analisis Stabilitas Lereng 30

x
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1.1 Peta Proyek Jalan Tol Semarang-Solo 2


Gambar 1.2 Lokasi Studi Kasus Pada Sta.2+450 4
Gambar 1.3 Penampang Melintang Struktur Jalan Pada Sta.2 +450 4
Gambar 2.1 Kelongsoran Lereng Jenis Nendatan (Slump) 5
Gambar 2.2 Material Yang Bergerak Adalah Batu 6
Gambar 2.3 Material Yang Bergerak Adalah Tanah 6
Gambar 2.4 Model Gerakan Tanah Jenis Aliran 7
Gambar 3.1 Diagram Fase Tanah 16
Gambar 3.2 Macam-Macam Kelongsoran 20
Gambar 3.3 Geotekstil Non Woven dan Woven 24
Gambar 3.4 Geomembran 24
Gambar 3.5 Deformed Mesh 26
Gambar 3.6 Total Displacements 27
Gambar 3.7 Arah Displacements 27
Gambar 3.8 Kurva Faktor Keamanan 27
Gambar 4.1 Flow Chart Analisis Stabilitas Lereng 30

xi
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

xii
ABSTRAK

xiii
ABSTRACT

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang giat
melakukan pembangunan di segala bidang. Jalan sebagai salah satu prasarana
transportasi, mempunyai peranan yang penting di dalam infrastruktur suatu
daerah. Di Jawa Tengah memiliki banyak daerah perbukitan yang bisa di
manfaatkan untuk sarana dan prasarana transportasi seperti jalan tol, tetapi
ketersediaan lahan pembangunan yang terbatas sehingga memanfaatkan lereng-
lereng perbukitan.
Proses pembangunan jalan tol Semarang-Solo ini terdiri dari 2 tahap.
Tahap I adalah pembangunan ruas Semarang-Bawen dan tahap II pembangunan
ruas Bawen-Solo. Pembangunan jalan tol tahap I, ruas Semarang-Bawen yang
melintasi daerah Pedalangan Sta. 2+450 terdapat daerah perbukitan dan daerah
lembah, pada daerah perbukitan bias menyebabkan terjadinya permasalahan yaitu
bencana tanah longsor sehingga untuk memberikan solusi terhadap masalah
tersebut dengan menggunakan analisa stabilitas lereng.
Didalam analisa stabilitas lereng sangat diperlukan suatu kajian bidang
geoteknik yang cukup luas dan kini terus berkembang. Kajian geoteknik tersebut
terutama dalam analisis kestabilan lereng berikut cara dan upaya penanggulangan
kelongsoran/keruntuhan suatu lereng. Metode analisis kestabilan lereng
merupakan bagian dari teknologi struktur secara keseluruhan dengan membuat
pemodelan yang tepat, akurat dan realistis. Perencanaan struktur yang aman,
handal dan stabilitas bedasarkan umur rencana merupakan tujuan utama dari suatu
analisis stabilitas lereng,. Sehingga dalam analisis stabilitas lereng tersebut
diperlukan suatu model yang dianggap dapat mewakili kondisi dilapangan secara
akurat. Pemahaman mengenai masalah-masalah prilaku tanah, geologi, hidrologi,
dan karakteristik tanah merupakan hal-hal penting dalam penerapan prinsip-
prinsip stabilitas lereng. Dalam analisis tersebut diperlukan juga pengambilan
keputusan yang rasional sehubungan dengan resiko yang dapat diterima atau

1
2

dengan kata lain harus memiliki faktor keamanan lereng yang memadai.
Permasalahan umum yang banyak dijumpai pada stabilitas lereng adalah kecilnya
kestabilan tanah dan daya dukung yang rendah pada tanah dasarnya. Keruntuhn
suatu lereng sering diakibatkan oleh meningkatnya tegangan geser suatu massa
tanah atau menurunnya kuat geser suatu massa tanah untuk mampu menahan gaya
yang termobilisasi akibat massa tanah dan adanya beban luar ataupun faktor lain
seperti iklim, cuaca dan lingkungan.
Untuk mengatasi kasus di atas, dibutuhkan konstruksi yang mampu
menahan longsor pada lereng yang ditimbun. Perkembangan teknologi yang telah
maju memungkinkan cara untuk menganalisis stabilitas lereng pada suatu daerah
dengan menggunakan program komputer, salah satunya adalah Program Plaxis
8.2. Dengan adanya program ini akan sangat membantu dalam menganalisa
deformasi dan penurunan bidang geoteknik dengan menggunakan model 2
dimensi. Lokasi kajian tugas akhir terletak pada Sta. 2+450 dan rute jalan tol
Semarang – Solo dipresentasikan seperti pada Gambar 1.1.

Gambar 1. 1 Peta Proyek Jalan Tol Semarang-Solo


(Sumber: Trans Marga Jateng, 2012)

2
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang di sampaikan di atas masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut ini.
1. Bagaimana besaran angka aman (Saftey Factor) pada lereng tersebut
dengam menggunakan Plaxis 8.2.
2. Bagaimana desain lereng dengan menggunakan perkuatan tanah
berjenis geotektile.
3. Bagaimana besaran angka aman yang terjadi pada lereng dengan
menggunakan perkuatan tanah berjenis geotekstil dengan Plaxis 8.2.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian pada analisis stabilitas lereng pada jalan tol Semarang –
Solo pada Sta. 2+450 ini antara lain :
1. Untuk mengetahui nilai besaran angka aman (saftey factor) pada
lereng tersebut dengan program Plaxis 8.2,
2. Untuk mengetahui desain lereng dengan menggunakan perkuatan
tanah berjenis geotekstil, dan
3. Untuk mengetahui nilai besaran angka aman (saftey factor) pada
lereng dengan menggunakan perkuatan tanah jenis geotekstil dengan
program Plaxis 8.2.

1.4 Batasan Penelitian


Batasan penelitian yang di lakukan dalam tugas akhir ini adalah:
1. Menganalisis angka aman pada lereng yang akan ditinjau dengan
mengunakan software Plaxis 8.2, sebelum dan sesudah dipasang
perkuatan tanah berupa geotekstil,
2. Analisa stabilitas lereng dilakukan pada daerah Sta. 2+450,
3. Kondisi lereng sesuaikan dengan keadaan yang ada di lapangan,
4. Data tanah digunakan dari hasil uji di lapangan dan di laboratorium,
5. Jenis Geotekstil yang digunakan adalah jenis Woven,
6. Pembebanan pada lereng digunakan pembebanan metode Statis.

3
4

1.5 Keaslian Penelitian


Dari segi keaslian penelitian, penelitian ini sudah pernah di lakukan
dengan judul Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Program Plaxis Versi 8.2
Pada Lereng Proyek jalan Tol Semarang-Solo Sta. 2+200, tetapi lokasi studi kasus
dan solusi penanganan yang digunakan berbeda. Penelitian yang akan dilakukan
dalam tugas akhir ini adalah Analisis Stabilitas Lereng Dengan Menggunakan
Geotextile Dengan Program Plaxis Versi 8.2 ( Studi Kasus Pada Sta.2 +450,
Proyek Jalan Tol semarang-Solo).

1.6 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan
informasi dalam menannalisis stabilitas lereng adalah :
1. Menambah pengetahuan kepada pembaca mengenai stabilitas lereng
dengan menggunakan program Plaxis 8.2.
2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai perkuatan tanah
dengan geotekstil.
3. Mengetahui seberapa besar angka aman pada sebuah lereng sebelum
dan sesudah menggunakan perkuatan tanah geotekstil.
4. Dapat dipakai sebagai referensi dalam perencanaan di lapangan yang
memiliki kemiripan kasus dengan lereng Sta. 2+450, Proyek Jalan Tol
Semarang-Solo.

1.7 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian adalah suatu tempat dimana penelitian tersebut akan
dilakukan. Kondisi dilapangan dan pemodelan penampang melintang lereng
dengan Autocad pada Sta. 2+450 dapat dilihat pada Gambar 1.2 dan 1.3.

4
5

Gambar 1.2 Lokasi Studi Kasus Pada Sta.2+450


(Sumber: PT. Global Profex Synergi, 2012)

Gambar 1.3 Penampang Melintang Struktur Jalan Pada Sta.2 +450


(Sumber: PT. Global Profex Synergi, 2012)

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Secara umum ada jenis lereng bedasarkan proses terjadinya yaitu lereng
alami dan buatan. Lereng alami adalah lereng yang terbentuk secara alami melalui
proses geologi seperti lereng perbukitan dan tebing sungai. Sedangkan lereng
buatan adalah lereng yang dibuat oleh manusia untuk keperluan tertentu, seperti
tanggul sungai, urugan untuk jalan raya, dan lereng bendungan.

Pada suatu permukaan tanah yang tidak datar atau mempuntai sudut
kemiringan maka akan cenderung menggerakan massa tanah ke arah permukaan
yang lebih rendah. Analisis yang menjelaskan tentang peristiwa tersebut di sebut
dengan analisis stabilitas lereng. Analisis stabilitas lereng sering di gunakan
dalam perencanaan konstruksi, seperti timbunan jalan raya dan galian lereng
untuk jalan raya. Analisis stabilitas lereng didasarkan pada konsep keseimbangan
batas plastis, maksud dari analisis stabilitas lereng adalah menentukan faktor
keamanan (saftey factor) dari bidang potensial terhadap longsor
(Hardiyatmo,2006).

Stabilitas lereng (slope stability) berkaitan erat dengan kelongsoran tanah.


Kelongsoran tanah merupakan proses perpindahan massa tanah secara alami dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, hal seperti ini terjadi karena
kehilangannya keseimbangan daya dukungnya dan akan berhenti jika telah
tercapai keseimbangan yang baru (Yulvi Zaika, 2011). Faktor keamanan stabilitas
lereng atau faktor aman ( saftey factor) terhadap kuat geser tanah di ambil lebih
besar atau sama dengan 1,2-1,5. Nilai dari faktor keamanan bedasarkan intensitas
kelongsorannya (Bowles, 1989).

2.2 Stabilitas Lereng

Penelitian stabilitas lereng yang telah di lakukan sebelumnya oleh peneliti


lain. Berikut adalah contoh penelitian tentang stabilitas lereng.

6
7

Saputro (2013), melakukan penelitian mengenai analisis stabilitas lereng


dan kapasitas dukung fondasi bored pile pada struktur abutment A2 overpass
deres pada Sta. 21+850, Proyek jalan tol Semarang – Solo. Penelitian tersebut
untuk mengetahui stabilitas lereng timbunan dengan dan tanpa beban gempa
menggunakan Plaxis versi 8.5. Hasil penelitian yang di lakukan pada penelitian
ini didapatkan hasil nilai angka aman pada lereng diperoleh sebesar 1,7595
dengan adanya beban gempa, sedangkan tanpa beban gempa di peroleh nilai
angka aman sebesar 1,7599. Nilai angka aman tersebut telah memenuhi syarat
angka aman stabilitas lereng yang di setujui di lapangan, yaitu 1,3. Sehingga
lereng timbunan dinyatakan aman terhadap kelongsoran. Sedangkan kapasitas
dukung kelompok ting pada abutmen A2 adalah sebesar 9583.59 Kn, nilai ini
lebih besar dari beban yang bekerja pada fondasi, yaitu sebesar 7472,741 Kn.
Wijaya (2015), melakukan penelitian mengenai analisis stabilitas lereng
menggunakan program Plaxis 8.2 pada lereng proyek jalan tol Semarang – Solo
Sta. 2+200. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka aman lereng asli
dengan beban gempa dan mengetahui angka aman lereng dengan kemiringan
lereng yang baru beban gempa dengan menggunakan program Plaxis 8.2.
Didapatkan hasil lereng asli nilai angka aman dengan beban gempa bagian kiri
1,8092 dan bagian kanan 1,8481 dan nilai angka aman lereng geometri baru
dengan beban gempa bagian kiri 2,0768 dan bagian kanan 1,6065. Karena nilai
angka aman yang di dapat dari analisis program Plaxis 8.2 terlalu besar dari nilai
angka aman yang di sepakati proyek, maka pada lereng asli dapat di buat lebih
curam atau tinggi jenjang diperbesar.
Dari kedua penelitan dapat di bandingkan pada penelitian Saputro (2013)
nilai angka aman stabilitas lereng telah memenuhi syarat yang telah di setujui di
lapangan 1,3, sehingga lereng timbunan di nyatakan aman terhadap longsor. Dan
penelitian Wijaya (2015) di dapatkan angka aman yang terlalu besar dari nilai
angka aman yang telah di sepakati proyek, maka pada lereng asli dapat di buat
lebih curam atau lebih tinggi jenjang diperbesar.

7
8

2.3 Perkuatan Lereng Dengan Geotekstil

Putri (2013), melakukan penelitian mengenai perbandingan stabilitas


lereng tanpa dan dengan perkuatan geotekstil menggunakan program Plaxis versi
8.5 pada lereng Sta. 2+225, Proyek jalan tol Semarang – Solo. Hasil penelitian
yang di lakukan mendapatkan nilai angka aman sebesar 2,628 untuk lereng asli
lebih besar di bandingkan dengan nilai angka aman sebesar 1,649 pada lereng
dengan geometri baru tanpa di perkuat geotekstil, hal ini menunjukan bahwa pada
geometri lereng asli lebih stabil dibandingkan pada lereng dengan geometri baru
tanpa diperkuat geotekstil. Namun nilai angka aman yang di dapat untuk lereng
dengan geometri baru yang di perkuat geotekstil sebesar 2,805 lebih besar di
bandingkan dengan nilai angka aman pada lereng dengan geometri baru tanpa
diperkuat geotekstil. Hal ini menunjukan bahwa perkuatan geotekstil woven
mampu meningkatkan nilai angka aman dari 1,649 menjadi 2,806, selain itu nilai
angka aman pada lereng dengan geometri baru yang di perkuat geotekstil lebih
besar di bandingkan dengan nilai angka aman lereng asli, hal ini menunjukan
bahwa lereng dengan geometri baru yang di pekuat geotekstil lebih stabil di
bandingkan dengan geometri lereng asli.
Fika dkk (2014), melakukan penelitian mengenai analisis stabilitas lereng
memakai perkuatan geotekstil dengan bantuan perangkat lunak pada sungai parit
raya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui angka aman lereng tanah asli
dan mendesain ulang lereng dengan geometri baru dengan perkuatan geotekstil
dengan bantuan perangkat lunak sloPe/W. Di dapatkan hasil dari penelitian ini
pada lereng tersebut mendapatkan angka aman hanya 0,660 sehingga akan terjadi
longsor. Maka dilakukan desain ulang lereng tersebut menggunakan geotekstil
dengan jumlah 5 lapis, kapasitas tarik 400kN/m, kohesi 0 kN, m2 dan sudut geser
terhadap tanah 38o, jarak vertikal 1m. Dengan analisis menggunakan SLOPE/W
diperoleh hasil angka aman baru sebesar 1,893. Anggaran yang di butuhkan dalam
perbaikan adalah Rp.1.287.439.000,00 (satu miliyar dua ratus delapan puluh tujuh
juta empat ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah).
Dari kedua penelitian di atas dapat di bandingkan bahwa pada penelitian
Putri (2013) di dapatkan hasil tanpa perkuatan geotekstil 1,649 menjadi 2,806
dengan menggunakan perkuatan geotekstil berjenis woven dan pada penelitian

8
9

Fika dkk (2014) di dapatkan hasil 0,660 tanpa mengunakan perkuatan geotekstil
menjadi 2,806 dengan menggunkan perkuatan geotekstile sebanyak 5 lapisan
namun di butuhkan anggaran dalam perbaikan sebesar Rp. 1.287.439.000,00.

2.4 Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Perbedaan penelitian atau tugas akhir ini dengan beberapa penelitian


seperti di atas dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu

No Nama Penelitian Sebelumnya Penelitian Sekarang


1 Saputro - Analisis stabilitas lereng dan - Analisis stabilitas lereng untuk
(2013)
menghitung nilai kapasitas dukung mengetahui lereng asli, lereng
pondasi bored pile. dengan geometri baru tanpa dan
- Menggunakan program Plaxis versi dengan geotextile.
8.5. - Lokasi penelitian pada lereng
- Lokasi penelitan pada lereng jalan jalan tol Semarang-Solo Sta.450.
tol Semarang-Solo Sta. 21+850. - Program yang digunakan Plaxis
versi 8.2.
2 Wijaya - Analisis stabilias lereng asli dengan - Analisis stabilitas lereng untuk
(2015)
dan tanpa beban gempa. mengetahui lereng asli, lereng
- Analisis lereng dengan kemiringan dengan geometri baru tanpa dan
lereng yang baru dengan dan tanpa dengan geotekstil.
beban gempa. - Lokasi penelitian pada lereng
- Pengaruh parameter tanah dan beban jalan tol Semarang-Solo Sta.450.
gempa terhadap stabilitas lereng. - Program yang digunakan Plaxis
- Menggunakan program Plaxis versi versi 8.2.
8.2.
- Lokasi penelitian pada proyek jalan
tol Semarang-Solo, pada lereng
bagian kanan dan kiri Sta. 2+200.

9
10

Lanjutan Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu

3 Putri - Analisis stabilitas lereng untuk - Analisis stabilitas lereng untuk


(2013) mengetahui lereng asli, lereng mengetahui lereng asli, lereng
dengan geometri baru tanpa dengan geometri baru tanpa dan
perkuatan geotekstil dan lereng dengan geotekstil.
dengan geometri baru yang - Lokasi penelitian pada lereng
diperkuat geotekstil dengan dan jalan tol Semarang-Solo Sta.450.
tanpa beban gempa. - Program yang digunakan Plaxis
- Perkuatan geotekstil yang digunakan versi 8.2.
berjenis woven HRX 300 produksi
PT.Tetrasa Geosinindo.
- Program yang digunakan Plaxis
versi 8.5.
- Lokasi penelitan pada proyek jalan
tol Semarang-Solo pada Sta.2+225.
4 Fika, - Analisis stabilitas lereng untuk - Analisis stabilitas lereng untuk
Widodo, mengetahui angka aman lereng tanah mengetahui lereng asli, lereng
Yulvi asli dan mendesain ulang lereng dengan geometri baru tanpa dan
(2014) dengan geometri baru dengan dengan geotekstil.
diperkuat geotekstil. - Lokasi penelitian pada lereng
- Perangkat lunak yang di gunakan jalan tol Semarang-Solo Sta.450.
SLOPE/W. - Program yang digunakan Plaxis
- Lokasi penelitian pada lereng Sungai versi 8.2.
Parit Jaya.

Dari Perbandingan penelitian yang dilakukan sebelumnya maka dapat


dipastikan penelitian pada jalan tol Semarang - Solo Sta. 2 + 450 dalam
perbandingan analisis stabilitas lereng tanpa dan dengan menggunakan geotekstil
belum pernah dilakukan.

10
11

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Tanah
3.1.1 Pengertian Tanah

Tanah sebagai semua bahan pada kulit bumi yang tidak terkonsolidasi
(unconsolidated). Dan menganggap bahwa batuan merupakan mineral agregat
yang dihubungkan oleh berbagai kekuatan besar, sedangkan tanah merupakan
partikel-partikel alam yang dapat dihancurkan dengan kekuatan rendah. Dengan
kata lain, tanah merupakan bahan lepas luar di luar lapis batuan, yang terdiri atas
kumpulan butir-butir mineral dengan berbagai ukuran dan bentuk serta kandungan
bahan organik, air dan udara.
Pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah campuran partikel-
partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:
a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya lebih besar
dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm sampai 250 mm, fragmen
batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).
b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5mm,
yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai bahan
halus yang berukuran < 1 mm.
d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai
0,0074 mm.
e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002
mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.
f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih kecil
dari 0,001 mm.
Tanah adalah mineral,bahan organik,dan endapan-endapan yang relative
lepas (loose),yang terletak di atas batuan dasar (bedrock). Ikatan antara butiran
yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-
oksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Proses pelapukan batuan yang
terjadi di dekat pemukaan bumi membentuk tanah, pembentukan tanah dari batuan

11
12

dapat berupa proses kimia maupun fisik. Pembentukan tanah akibat proses kimia
secara umum terjadi oleh pengaruh dari oksigen, karbondioksida, air (yang
mengandung asam atau alkali) dan proses-proses kimia yang lainnya dan poses
pembentukan tanah secara fisik yang mengubah batuan menjadi partikel-partikel
yang lebih kecil terjadi akibat pengaruh erosi,air,es,angin,manusia, dan hancurnya
partikel tanah akniat pengaruh perubahan suhu dan cuaca. Pertikel mungkin
berbentuk bulat, bergerigi, maupun berbentuk-bentuk lainnya. Dan jika hasil
pelapukan masih berada di tempat maka tanah tersebut disebut tanah residual
(residual soil) dan bila tanah berpindah tempatnya maka disebut tanah terangkat
(transpoorted soil). (Hardiyatmo, H.C. 2010)
Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi secara
fisis atau kimiawi. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan angin,
pengikisan oleh air dan gletsyer, atau perpecahan akibat pembekuan dan pencairan
es dalam batuan sedangkan proses kimiawi menghasilkan perubahan pada susunan
mineral batuan asalnya. Salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung
asam alkali, oksigen dan karbondioksida (Wesley, 1977).

3.1.2 Tanah Clayshale


Clayshale dikenal karena sifat atau karakteristiknya yang dapat bersifat
rapuh dengan tingkat durabilitas rendah. Hal ini memunculkan banyak problem
geoteknik seperti pemilihan material timbunan, daya dukung fondasi, kestabilan
lereng dan penurunan muka tanah. Deen (1981) dan Heryono (2010)
mengemukakan bahwa clayshale umumnya berada pada zona tidak jenuh air,
karena efek kapilaritas lebih berperan pada daerah tersebut dan tergantung atas
letak muka air tanah serta perilaku clayshale ini termasuk sebagai material transisi
tanah dan batuan. Akibat degradasi clayshale dapat mengalami penurunan
durabilitas dan berat isi yang disebut slaking, apabila material ini berada pada
kondisi terbuka berdesintegrasi setelah adanya kontak dengan udara dan air.
Kekuatan clayshale tergantung atas derajat dan jenis material pengikatnya.
Johnson (1964), Bjerrum (1966) dan US Ammy (1966) dalam Heryono (2010)
mengklasifikasikan perilaku clayshale sebagai lempung terkonsolidasi lebih
(overconsolidated clay). Faktor penting yang mempengaruhi properti clayshale
adalah sejarah geologi, mulai dari masa deposisi hingga kondisi terkini
unweathered atau weathered clayshale. Pelapukan (weathering) dalam hal ini

12
13

dinyatakan sebagai semua perubahan yang terjadi pada bagian permukaan paling
atas dari muka tanah atau batuan.

3.1.3 Pemadatan Tanah


Pemadatan tanah selain berfungsi sebagai pendukung pondasi bangunan,
juga digunakan sebagai bahan timbunan seperti tanggul, bendungan, dan jalan.
Untuk situasi keadaan lokasi aslinya membutuhkan perbaikan guna mendukung
bangunan di atasnya, ataupun karena digunakan sebagai bahan timbunan, maka
pemadatan sering di lakukan. Maksud dari pemadatan tanah adalah
1. Mempertinggi kuat geser tanah,
2. Mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas),
3. Mengurangi pemerbilitas,
4. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air dan
lain-lain.
Maksudnya dapat tercapai dengan pilihan tanah bahan timbunan, cara
pemadatan, pemilihan mesin pemadat, dan jumlah lintasan yang sesuai.
Tanah granuler dipandang paling mudah untuk penangannya untuk
pekerjaan di lapangan. Material ini dapat memberikan kuat geser yang tinggi
dengan sedikit terjadinya perubahan volume yang sudah dipadatkan dan
pemeabilitas tanah granuler yang tinggi dapat juga menguntungkan ataupun
merugikan.
Tanah lanau yang dipadatkan umumnya akan stabil dan mampu
memberikan kuat geser tanah yang cukup dan sedikit kecendrungan terjadinya
perubahan volume. Akan tetapi, tanah lanau sangat sulit untuk dipadatkan bila
saat dalam keadaan basah karena pemerbilitasnya rendah.
Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara yang benar akan
memberikan kuat geser yang tinggi. Stabilitasnya terhadap sifat kembang-susut
tergantung dari jenis kandungan mineralnya. Lempung padat mempunyai
permeabilitas yang rendah dan tanah ini tidak dapat dipadatkan dengan baik pada
waktu basah. Bekerja dengan tanah lempung yang basah akan mengalami banyak
kesulitan.
Peristiwa bertambahnya berat volume kering oleh beban dinamis di sebut
pemadatan. Ada perbedaan yang mendasar antara pemadatan dan peristiwa
konsolidasi tanah, konsolidasi adalah pengurangan pelan-pelan volume pori yang

13
14

berakibat bertambahnya berat volume kering akibat beban statis yang bekerja
dalam periode tertentu. Contohnya, pengurangan volume pori tanah akibat berat
tanah timbunan atau karena beban struktur diatasnya. Dalam tanah kohesif yang
jenuh, proses konolidasi akan diikuti oleh pengurangan volume pori dan
kandungan air dalam tanahnya yang berakibat pengurangan volume tanahnya.
Dan pemadatan adalah proses bertambahnya berat volume kering tanah sebagai
akibat memadatnya partikel yang diikuti oleh pengurangan volume udara dengan
volume air tetap tidak berubah.

3.2 Lereng
Kondisi permukaan tanah di bumi sebagian besar memiliki ketinggian
(level) yang tidak sama. Perbedaan ketinggian ini bisa disebabkan olek
mekanisme alam maupun oleh rekayasa manusia. Kondisi yang disebabkan oleh
mekanisme alam misalnya gunung, lembah, jurang dan lain-lain. Sedangkan
kondisi yang di sebabkan oleh manusia biasanya berupa hasil penggalian dan hasil
penimbunan untuk tujuan yang beraneka ragam, misalnya pembuatan bendungan,
irigasi, jalan raya dan sebagainya.
Suatu tempat yang terdapat dua permukaan tanah yang memiliki ketinggian
yang berbeda dihubungkan oleh suatu suatu permukaan yang di sebut sebagai
lereng. Suatu lereng yang terjadi secara alamiah maupun hasil rekayasa manusia,
akan terdapat di dalamnya gaya-gaya yang berkerja mendorong sehingga tanah
yang leih tinggi akan cenderung bergerak kea rah bawah. Di sisi lain terdapat pula
gaya-gaya dalam tanah yang menahan dan melawan dorongan gaya-gaya yang
bergerak ke bawah. Kedua gaya ini bila mencapai keseimbanga tertentu.
Dalam keadaan tidak seimbang, dimana gaya yang berfungsi
menahan/melawan lebih kecil di bandingkan dengan gaya-gaya yang mendorong
ke bawah, maka akan terjadi suatu kelongsoran (slide) yaitu keruntuhan dari
massa tanah yang terletak di bawah sebuah lereng. Dalam peristiwa tersebut
terjadi pergerakan massa tanah pada arah ke bawah dan pada arah keluar
(outward). Kelongsoran dapat terjadi dengan berbagai cara, ssecara perlahan-
lahan atau mendadak, dan dengan maupun tanpa dorongan yang terlihat secara
nyata.

14
15

3.2.1 Stabilitas Lereng


Stabilitas lereng merupakan suatu permukaan tanah yang membentuk
sudut tertentu terhadap bidang horizontal yang disebut sebagai lereng (slope).
Lereng dapat terjadi secara alamiah atau dibentuk oleh manusia dengan tujuan
tertentu. Jika permukaan membentuk suatu kemiringan maka komponen massa
tanah di atas bidang gelincir cenderung akan bergerak ke arah bawah akibat dari
gravitasi. Jika komponen gaya berat yang terjadi cukup besar maka dapat
mengakibatkan terjadinya longsor pada lereng tersebut, kondisi ini dapat dicegah
jika gaya dorong (driving force) tidak melampaui gaya perlawanan yang berasal
dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor seperti yang di perlihatkan
pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kelongsoran lereng jenis Nendatan (slump)


(Sumber: Subowo, 2003)

3.2.2 Jenis – Jenis Kelongsoran


Gerakan tanah terbagi menjadi 3 macam seperti berikut ini.
1. Longsoran / luncuran (slide) atau di sebut dengan translational slides,
adalah gerakan menuruni lereng sepanjang permukaan bidang rata,
tetapi dalam kondisi miring. Gerakan tanah yang termasuk dalam
translational slide ini, adalah rock slides, block slides dan debris
slides (Hutchinson. 1968). Rock slides, dapat terjadi bila material yang
bergerak masih agak koheren dan bergerak di atas suatu permukaan
bidang rata. Bidang luncurnya dapat berupa bidang rekahan/ kekas
atau bidang pelapisan yang searah dengan lereng (slope).

15
16

Gambar 3.2 Material yang bergerak adalah batu


(Sumber: Subowo, 2003)

Gambar 3.3 Material yang bergerak adalah tanah


(Sumber: Subowo, 2003)

2. Aliran (flow), aliran tanah penting juga untuk diperhatikan, mengingat


gerakan tanah jenis ini sering menimbulkan bahaya. Gerakan tanah
jeni flow, bisa berupa aliran bahan rombakan (debris flow) dengan
material berukuran butir kasar sampai dengan aliran lumpur (mud
flow), yakni aliran material dengan ukuran butir secara dominan adalah
lempung. Aliran lumpur (mud flow) terjadi apabila material cairan
kental bergerak menuruni lereng dengan cepat. Biasanya material
jenuh air dan utamanya partikel halus (debris).

16
17

Gambar 3.4 Model gerakan tanah jenis aliran


(Sumber: Subowo, 2003)

3. Nendatan (slump) adalah gerakan tanah yang khas yaitu gerakan


memutar. Nendatan juga disebut rotational slides, merupakan
keruntuhan lereng yang menyebabkan batuan atau regolith bergerak
turun dan maju, yang berlawanan dengan arah massa yang bergerak,
melalui bidang lengkung dan cekung ke atas seperti gambar 3.1.

3.2.3 Bidang Lonsor Lereng


Kelongsoran lereng dapat terjadi dengan model longsoran yang
bermacam-macam akibat ketidakseimbangan antara tegangan geser sepanjang satu
atau lebih permukaan bidang longsor, bergantung dengan peristiwa yang terjadi di
sekitar lereng dengan komposisi tanah pada lokasi tersebut. Pada umumnya
bidang luncur jurnag merupakan bentuk segmen lingkaran cembung ke atas. Ini
terjadi bila material lereng bukan material homogen, atau material massif.
Pada umumnya kelongsoran lingkaran berhubungan dnegan kondisi tanah
yang homogen dan lereng yang memiliki tinggi terbatas. Bentuk anggapan bidang
longsor berupa lingkaran dimaksudkan untuk mempermudah hitungan analisis
stabilitas secara matematik, dan dipertimbangkan mendekati bentuk sebenarnya
dari bidang longsor yang sering terjadi di alam. Kesalahan analisis stabilitas
lereng tidak banyak di sebabkan oleh bentuk anggapan bidang longsornya, akan
tetapi kesalahan banyak di sebabkan pada penentuan sifat-sifat tanah dan
pencarian longsoran kritisnya (Joseph E. Bowles 2001).
Bentuk model keruntuhannya biasanya dapat ditentukan dengan baik
walaupun demikian untuk pusat rotasi mungkin memerlukan beberapa kali

17
18

percobaan demikian untuk pusat rotasi mungkin memerlukan beberapa kali


percobaan (titik pusat dan jari-jari lingkaran ditentukan dengan cara coba-coba)
untuk mendapatkan kasus terbentuk, angka keamanan yang paling minimum. (Jos
Joseph E. Bowles 2001).
Kelongsoran terjadi jika tegangan geser maksimum pada suatu titik di
dalam tanah atau batuan melebihi kuat geser puncaknya. Pada mulanya tegangan
geser maksimum terjadi di dekat kaki lereng dan pada titik dimana kuat geser
tanah terlampaui. Setelah itu, kelongsoran menyebar keatas lereng. Macam -
macam kelongsoran dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Macam - Macam Kelongsoran


(Sumber : Ir. G. Djatmiko S, Ir. S. J. Edy Purnomo, 1997)

3.2.4 Analisis Stabilitas Lereng


Pada umumnya suatu lereng dapat dikatakan stabil apabila faktor
keamanannya lebih besar dari pada satu (>1). Kestabilan lereng tergantung dari
kekuatan geser tanahnya. Pergeseran tanahnya terjadi karena adanya gerakan
relatif antara butir-butir tanah. Oleh karena itu, kuat geser tanah tergantung pada
gaya yang bekerja antar butir-butirnya. Tanah yang padat dengan susunan butir
seperti pembagian ukuran butir interlocking dan besarnya kontak antara butir,
lebih besar kekuatan gesernya dari tanah yang lepas (Das B.M., 1993). Umumnya,
analisis stabilitas dilakukan untuk mengecek keamanan dari lereng alam, lereng
galian dan lereng urugan tanah. Analisis stabilitas lereng tidak mudah sebab
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil hitungannya. Faktor – faktor
tersebut seperti, kondisi tanah yang berlapis – lapis kuat geser tanah yang
anisotropis, aliran rembesan air dalam tanah dan lain – lain (Hardiyatmo,1994).

18
19

Dalam praktek, analisis lereng didasarkan pada konsep keseimbangan


plastis batas (limit plastic equilibrium). Adapun maksud analisis stabilitas adalah
untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor yang potensial. Faktor aman
didefenisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan gaya yang
menggerakkan, atau:

𝜏
F = 𝜏𝑑 (3.1)

dengan τ adalah tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh tanah, τd
adalah tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat tanah yang akan longsor, dan
F adalah faktor aman.
Menurut teori Mohr-Coulomb, tahanan geser (τ) yang dapat dikerahkan
oleh tanah, di sepanjang bidang longsornya dinyatakan oleh:

τ = c + σ tgφ (3.2)

dengan c = kohesi, σ = tegangan normal, dan φ = sudut gesek dalam tanah. Nilai-
nilai c dan φ adalah parameter kuat geser tanah di sepanjang bidang longsor.
Dengan cara yang sama, dapat dituliskan persamaan tegangan geser yang
terjadi (τd) akibat beban tanah dan beban-beban lain pada bidang longsornya:

τd = cd + σ tgφd (3.3)

dengan cd dan φd adalah kohesi dan sudut gesek dalam yang terjadi atau yang
dibutuhkan untuk keseimbangan pada bidang longsornya.
Substitusikan persamaan (3.2) dan (33) ke persamaan (3.4) di peroleh
persamaan faktor aman,

c + σ tgφ
F = cd + σ tgφd (3.4)

Untuk maksud memberikan faktor aman terhadap masing-masing


komponen kuat geser, faktor aman dapat dinyatakan oleh:

19
20

𝑐 tgφ
Fc = cd (3.5a) Fφ = tgφd (3.5b)

dengan Fc = faktor aman pada komponen kohesi dan Fφ = faktor aman pada
komponen gesekan. Umumnya faktor aman stabilitas lereng atau faktor aman
terhadap kuat geser tanah diambil lebih besar atau sama dengan 1,2 (Hardiyatmo
H.C., 2006).

3.3 Geosintetik
Geosintetik atau Geofabric’s merupakan suatu material yang berupa
lembaran dari tekstil yang digunakan dalam bidang geoteknik.
Geosintetik terbuat dari serat sintetik seperti:
a. Polyster
b. Polyethylelene
c. Polypropylene
d. Polyvinylclorida
e. Nylon
Serat sintetis tersebut terbuat dari kombinasi karbon,hidrogen,nitrogen,
dan oksigen yang berasal dari minyak tanah, gas alam, udara dan air. Macam –
macam geosintetik yang telah banyak digunakan dalam rekayasa geoteknik,
adalah :

1. Geotekstil
2. Geomembran
3. Geogrid
4. Geokomposit

3.4.1 Geotekstil
Geotekstil merupakan material lembaran yang dibuat dari bahan tekstil
polymeric, bersifat yang lolos air, yang dapat berbentuk bahan nir-anyam (non
woven), rajutan atau anyaman (woven) yang digunakan dalam kontak dengan
tanah/batu dan material geoteknik yang lain di dalam aplikasi teknik sipil.
Geotekstil umumnya tidak tahan atau mengalami degredasi apabila terkena sinar
ultra violet dari matahari. Dengan berbagai macam jenis material dan cara

20
21

pemrosesannya, maka diperlukan pemilihan tipe geotekstil yang tepat dalam


aplikasi proyek di lapangan. Suatu hal yang sangat penting terkait dengan
geotekstil adalah kuat tariknya. Tipe geotekstil tertentu menentukan tipe
penggunaan tertentu yang cocok, misalnya fungsi geotekstil untuk tulangan atau
pemisah, filtrasi atau drainase (Fluet, 1998).
Jika ditinjau menurut fungsinya, beberapa aplikasi geotekstil yang telah
digunakan hingga saat ini :

1. Pemisah antara material yang berbeda. Pada struktur perkerasan jalan dan
bandara geotekstil diletakkan di antara tanah-dasar (subgrade) dan lapis pondasi
agregat batuan atau diletakkan di antara lapisan aspal lama dan baru (overlay).
Pada timbunan, geotekstil diletakkan pada dasar timbunan di atas tanah lunak
berfungsi sebagai pemisah yang sekaligus sebagai perkuatan timbunan.

2. Sebagai filter. Dalam aplikasinya sebagai filter, geotekstil sering dipasang


melingkari agregat batuan atau pipa pengumpul pada saluran drainase bawah
tanah. Apabila geotekstil dipasang dalam timbunan dapat berfungsi sebagai
penyaring agar butiran halus tidak terangkut aliran rembesan.

3. Perkuatan bangunan pada tanah lunak. Dalam fungsinya sebagai


perkuatan, terutama perkuatan lereng pada timbunan terjal maupun landai,
geotekstil diletakkan dibagian lereng dengan jarak tertentu sehingga lereng
terjaga kestabilannya (Hardiyatmo, 2008).
Berikut adalah gambar dari geotekstil woven dan non woven pada
Gambar 3.3:

Geotekstil Non Woven (non tenun) Geotekstil Woven (tenun)


Gambar 3.6 Geotekstil Non Woven dan Woven
(Sumber : Google.com)

21
22

3.4.2 Geomembran
Pada prinsipnya geomembran berfungsi sebagai penghalang atau pencegah aliran
air masuk. Sebagai contoh, geomembran dipakai untuk pelindung kolam
penampung untuk tempat pembuangan sampah, sehingga air kotor tidak meresap
ke dalam tanah disekitarnya. Geotekstil dapat diletakkan pada satu atau dua sisi
(atas dan bawah) dari geomembran (linier synthetic) untuk melindungi membran
dari tegangan berlebihan yang terjadi saat pemasangan dan tegangan – tegangan
yang terjadi dikemudian hari (Hardiyatmo, 2008). Gambar geomembran dapat
dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.7 Geomembran


(Sumber : Google.com)

3.5 Program Plaxis


Plaxis merupakan sebuah paket program yang disusun berdasarkan
metode elemen hingga yang telah dikembangkan secara khusus untuk melakukan
analisis deformasi dan stabilitas dalam bidang rekayasa geoteknik. Prosedur
pembuatan model secara grafis yang mudah memungkinkan pembuatan suatu
model elemen hingga yang rumit dpat dilakukan dengan cepat. Pemodelan yang
digunakan yaitu Mohr-Coulomb, model Mohr-Coulomb adalah model elastis-
plastis yang terdiri dari lima parameter yaitu E dan v untuk memodelkan elastis
tanah; φ dan c untuk memodelkan plastisitas tanah dan sebagai sudut dilatasi
(Brinkgreve, 2007). Model Mohr-Coulomb disarankan untuk untuk digunakan
dalam analisis awal dari masalah yang dihadapi karena relatif sederhana, cepat
dan saat tidak diperoleh data tanah yang memadai. Titik-titik kritis permodelan
Mohr-Coulomb memiliki nilai yang berdekatan dengan titik-titik kritis tanah

22
23

sebenarnya di sepanjang bidang kelongsoran. Oleh karena itu pemodelan Mohr-


Coulomb sangat cocok untuk menganalisa stabilitas lereng.

3.5.1 Parameter Input Program Plaxis v 8.2


Perilaku tanah dan batuan dibawah beban umumnya bersifat non-linier,
perilaku ini dapat dimodelkan dengan berbagai persamaan, seperti model
Hardening Soil Model, Soft Soil Model, Soft Soil Model dan Mohr Coulomb.
Pada analisis ini yang digunakan pemodelan Morh-Coulomb yang di butukan 6
buah parameter:
 Berat isi tanah (γ)
 Konstanta modulus Young (Eref)

 Rasio Poisson (ν)

 Kohesi (c)
 Sudut gesek (φ)
 Sudut dilatansi (ψ)
Nilai kohesi (c) dan sudut gesek (φ) didapat dari hasil pengujian geser
langsung, sedangan modulus Young (Eref) didapat dari pengujian kuat tekan
bebas. Nilai rasio Poisson untuk tanah lempung berkisar antara 0,3-0,35.
Sedangkan sudut dilatansi pada tanah lempung dana lanau biasanya memiliki
sudut dilatansi yang kecil (ψ ≈ 0). Sudut dilatansi pada pasir tergantung kepadatan
dan sudut gesernya.

3.5.2 Analisis Data Plaxis v 8.2


setelah memasukan data diatas maka proses analisis dapat dilakukan,
program Plaxis mulai melakukan pencarian nilai faktor keamanan (SF) dari lereng
yang sesuai dengan data yang telah dimasukan. Pada perhitungan faktor keamanan
(SF) digunakan metode phi-c reduction. phi-c reduction adalah option yang
tersedia dalam program Plaxis untuk menghitung faktor keamanan (SF). Option
ini hanya tersedia untuk tipe perhitungan serta Plastic menggunakan Manual
control atau dengan prosedur Load advencement number of step dengan
memasukan increment Msf yang dimasukkan.
Pada kondisi runtuh angka keamanan sama dengan ∑Msf, hasil kalkulasi
tersebut hanya terpengaruhi bila tercapai kondisi dimana tercapainya

23
24

keseimbangan antara gaya yang meruntuhkan dan daya tahan kuat geser tanah
pada lereng. Nilai-nilai ∑Msf sebelum terjadinya kondisi tersebut tidak memiliki
arti fisik yang berarti. Nilai tersebut hanya digunakan dalam proses numerik. Total
displacment yang didapat akibat kalkulasi phi-c reduction juga tidak memiliki arti
fisik.
3.5.3 Output Program Plaxis v 8.2
Output dari perhitungan pada Plaxis antara lain:
a. Deformasi yang terjadi pada pemodelan.

Gambar 3.8 Deformed Mesh


(Sumber: PT. Global Profex Synergi, 2012)

Gambar 3.9 Total Displacements


(Sumber: PT. Global Profex Synergi, 2012)

24
25

b. Arah Displacements yang terjadi pada pemodelan.

Gambar 3.10 Arah Displacements


(Sumber: PT. Global Profex Synergi, 2012)

c. Faktor keamanan(SF) yang terjadi pada pemodelan.

Gambar 3.11 Kurva Faktor Keamanan


(Sumber: PT. Global Profex Synergi, 2012)

25
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 TINJAUAN PENELITIAN


Penelitian yang dilakukan pada lereng Sta. 2+450, proyek jalan tol
Semarang-Solo adalah menganalisis stabilitas lereng dengan geotekstil dan tanpa
geotekstil menggunakan program Plaxis versi 8.2. program Plaxis merupakan
salah satu program aplikasi geoteknik yang digunakan untuk amalisis stabilitas
lereng. Dari hasil tersebut, hasil yang didapat nanti dapt mengatasi permasalahan
yang terjadi pada lereng Sta. 2+450 dan menjadi acuan dalam perencanaan di
lapangan yang memiliki tipikal kemiripan lereng Sta. 2+450, proyek jalan tol
Semarang-Solo.

4.2 SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN


Subjek dari penelitian ini adalah lereng yang berada di Sta. 2+450 sisi kiri
dan kanan jalan Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo. Sedangkan objek
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui angka aman pada lereng-lereng
yang ditinjau.

4.3 DATA PENELITIAN


Data penelitian yang dikupulkan untuk analisis pada penelitian ini adalah
data sekunder, yang meliputi:
1. data penyelidikan tanah,
2. peta lokasi, dan
3. gambar penampang melintang jalan.

4.4 TAHAPAN PENELITIAN


Penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah menganalisis
kestabilan lereng. Adapun tahapan pelaksanaan yang dilakukan meliputi:
1. Mencari dan mempelajari literature yang berhubungan dengan topic
penelitian,

26
27

2. Mengumpulkan data-data lapangan dan referensi yang diperlukan untuk


mendukung penelitian,
3. Menentukan permasalahan yang ada untuk menganalisis stabilitas lereng,
4. Mengumpulkan parameter yang berpengaruh dengan analisis stabilitas
lereng,
5. Menganalisis dan menghitung stabilitas lereng dengan menggunakan
program Plaxis versi 8.2,
6. Pembahasan, berisi analisis stabilitas lereng dengan geotekstil dan tanpa
geotekstil, dan
7. Menyimpulkan hasil.
Adapun bagan alir (flow chart) tahap perencanaan dari tugas ini dilakukan dengan
tahapan-tahapan seperti yang digambarkan pada Gambar 4.1

27
28
Mulai

1. Studi literature
2. Perumusan masalah

Proposall
Pengumpulan data
1. Data penyelidikan tanah
2. Peta lokasi proyek
3. Gambar penampang jalan

Pemodelan struktur
lereng ke dalam
Plaxis v.8.2

Input data tanah


Dan beban pada lereng ke
dalam program Plaxis v.8.2
TIDAK

Tugas Akhir
Analisis
Stabilitas
dengan dan
tanpa
geotekstile
lereng

YA

Pembahasan

Simpulan
dan saran

Selesai

Gambar 4.1 Flow Chart Analisis Stabilitas Lereng

28
29

4.5 PARAMETER PENELITIAN


4.5.1 Data Tanah
Parameter tanah sebagai masukan (input) pada analisis program Plaxis
versi 8.2 didasarkan pada data sekunder yang diperoleh dari Laboratorium
Mekanika Tanah Politeknik Negeri Semarang . Data parameter tanah yang
dijadikan input ke dalam program Plaxis dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Parameter Tanah
Parameter Notasi Lempung Clayshale Satuan
Model material Model MC MC -
Jenis perilaku material Jenis drained drained -
Berat isi tanah tak jenuh γ unsat 17,00 16,00 kN/m3
Berat isi tanah jenuh γ sat 18,50 18,50 kN/m3
Moduus elastis E 9200 9200 kN/m2
Angka poisson V 0,33 0,33 -
Kohesi C 80 4 kN/m2
Sudut gesek dalam Φ 27 25 °
Sudut dilatansi ψ 0 0 °

(Sumber: PT. Global Profex Synergi, 2012)


4.5.2 Beban Kendaraan
Pada tugas akhir analisis stabilitas lereng ini terdapat jalan arteri selebar 9
meter pada bagian atasnya, maka beban yang terjadi akibat jalan arteri
diperhitungkan. Beban hidup diperoleh dari beban kendaraan, seperti Tabel 4.3
berikut:
Tabel 4.3 Data Beban Lalu Lintas untuk Stabilitas
Beban Lalu
Lalu Lintas Lintas
Sistem
Fungsi Harian Rata-
Jaringan
rata (kN/m²)
(LHR)
Arteri Semua 15
Primer >10.000 15
Kolektor
<10.000 12
>20.000 15
Arteri
<20.000 12
>6.000 12
Sekunder Kolektor
<6.000 10
>500 10
Lokal
<500 10
Sumber : Panduan Geoteknik 4 No. Pt T-10-2002-B (2002)

29
30

Data beban hidup yang digunakan untuk analisis perkuatan lereng pada
jalan tol Semarang – Solo adalah sebesar 15 kN/m2.
4.5.3 Beban Gempa
Beberapa grafik hubungan antara waktu dan percepatan gempa yang ada di
dalam Plaxis dipilih bedasarkan peta zonasi gempa yang dikeluarkan oleh
Kementrian Pekerjaan Umum yang diterbikan pada tahun 2012. Dari peta tersebut
wilayah jalan Tol Semarang – Solo khususnya Sta. 2+ 450 yang terdapat pada
ruas Ungaran – Bawen memasuki zona gempa dengan percepatan puncak gempa
(PGA) sebesar 0.3 – 0.4 g.

Gambar 4.2 Peta Zonasi Gempa Indonesia Tahun 2010


( Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum, 2010)

4.5.4 Geotekstil
Nilai untuk input geotekstil menggunakan persamaan yang diberikan oleh
program Plaxis berupa nilai normal stiffess (EA) yang dihitungan menggunakan
Persamaan 4.1.
𝐹𝑔
𝐸𝐴 = ∆𝑙 (4.1)
⁄𝑙

Nilai kuat tarik ijin geotekstil dan regangannya diperoleh data dari
produksi PT. Teknindo Geosistem Unggul, yang masing-masingnya sebesar 52
kN/m dan 0,2. Data perkiatan dari geotekstil woven yang diinput ke dalam
program Plaxis versi 8.2 dapat di lihat pada Tabel berikut.

30
31

Tabel 4.2 Data Geotekstil Woven


Parameter Notasi Nilai Satuan
Kekakuan normal 𝐸𝐴 260 kN/m

Sumber: PT. Tetrasa Geosinindo (2012)


Model timbunan dalam program Plaxis ini memperhatikan parameter
interface (Rinter) yang berarti interaksi antara tanah dengan geotekstil. Parameter
interface yang telah dimasukan ke dalam program Plaxis sebesar 0,85 untuk jenis
perkuatan geotekstil woven.

4.5.5 Data Pemodelan Lereng

Gambar 4.2 Tampang Melintang Lereng untuk Sta. 2+450


(Sumber : PT. Global Profex Synergi, 2012)

4.6 Cara Pengoperasian Program Plaxis


Cara melakukan pengoperasian program Plaxis versi 8.2 melewati 3 tahap,
yaitu memasukan (input), perhitungan (calculation), dan keluaran (output). Setiap
tahapan akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Buka Program Plaxis
Klik ganda pada ikon program Plaxis, maka sebuah kotak dialog
create/open project akan muncul seperti pada gambar 4.3 Kemudian pilih new
project untuk memulai baru lalu klik OK.

Gambar 4.3 Kotak Dialog Create/open Project


(Sumber : Hasil Analisis, 2017)

31
32

2. General setting
Pada bagian general setting berisi dua lembar tab, project dan
dimensions. Dalam lembar project, masukan judul ke dalam dialog
title, dalam kotak general ditentukan jenis analisis model dan juga
jenis element dasar. Klik Next di bagian bawah atau klik tab
dimensions untuk masuk ke lembar geometry dimensions.

Gambar 4.4 Lemabar Project dari Jendela General Setting


(Sumber : Hasil Analisis, 2017)

Pada tab dimensions masukan satuan dimensi yang akan digunakan


seperti lenght, force, dan time pada kolom units. Dalam tugas akhir ini
digunakan satuan berurutan yaitu m,kN, dan day. Untuk kolom
geometry dimensions masukan angka yang sesuai dengan kebutuhan
dari pemodelan seperti pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Lembar Tab Project dari Jendela General Settings


(Sumber : Hasil Analisis, 2017)

3. Geometry countour

32

Anda mungkin juga menyukai