Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN TEBAL LAPIS TAMBAH (OVERLAY) DENGAN

PERBANDINGAN METODE PD T-05-2005-B DAN MANUAL PERKERASAN


JALAN NOMOR 02/M/BM/2013

Iskandar, Gunawan Wibisono2, Elianora2


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Email : iskandar.iskandar@student.unri.ac.id

ABSTRACT
Directorate General of Highways has issued many rules and guidelines in plotting the added
layer thickness. These guidelines and rules continue to be improved and refined by DGH. This
research will be discussed with the thickness of layers added by doing comparison method of
Pd T-05-2005-B and Road Pavement Design Manual No. 02 / M / BM / 2013. The result of the
analysis showed that the accumulated equivalent value of sunburst standard of 10 years old
age of 6,546,500.63 ESA. Differences in seasonal and temperature correction factors make the
result of the thickness of the layers added by two different methods. The result for thick layer
added method Pd T-05-2005-B equal to 13,0 cm while for Road Pavement Design Manual No.
02 / M / BM / 2013 equal to 8,6 cm.

Keywords : Benkelman Beam, deflection, overlay

A. PENDAHULUAN Jalan yang mengalami keruskan


A.1 Latar Belakang dapat menimbulkan ketidak nyamanan dan
Transportasi darat adalah satu bisa menyebabkan kecelakaan bagi
diantara beberapa transportasi yang sangat pengguna jalan. Ketika suatu perkerasan
penting untuk meningkatkan pembangunan sutah tidak bisa menahan beban lalu lintas
suatu daerah, searta baik itu peningkatan yang diterima atau umur rencana layanan
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
jalan sudah hasis, maka harus dilakukan
Oleh karena itu pembangunan jalan sangat
penting untuk diperhatikan baik dari segi lapis tambah (overlay) pada perkerasan
perencanaan maupun perawatan jalan. lama yag sudah ada. Lapis tambah
Keadaan jalan yang baik dan sesuai berfungsi untuk meningkatkan kapasitas
dengan kelayakan jalan sebagaimana struktur dan masa layanan dari perkerasan
mestinya akan berdampak baik pula pada lama akibat dari bertambahnya beban lalu
pengguna jalan. Namun adakalanya dimana lintas yang akan datang(sukirman 2010).
keadaan jalan mengalami kerusakan- Dalam melakukan perencanaan
kerusakan yang disebabkan karena jalan itu tebal lapis tambah (overlay) di Indonesia
telah melewati batas dari umur rencananya, bisa digunakan metode yang dikeluarkan
atau terjadi hal-hal yang tidak diduga oleh Bina Marga, metode terhakir yang
seperti bencana alam yang berpotensi dikeluarkan oleh Bina Marga adalah
mengakibatkan jalan jadi cepat rusak, atau Manual Desain Perkerasa Jalan Nomor
karena permasalahan lainnya. Kerusakan 02/M/BM/2013 (Bina Marga 2013).
tersebut dapat berupa penurunan, retak- Metode Bina Marga 2013 ini merupakan
retak, pelepasan butir pada bagian badan penyempurnaan dan memiliki kesamaan
jalan. dengan metode Pd T-05-2005-B (Bina
Marga 2005) namun ada beberapa yang

Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 1


menjadi tambahan koreksi pada Bina Marga d3 = Lendutan pada saat beban
2013. Dari kedua metode tersebut muncul berada pada jarak 6 meter dari
rasa ingin tahu peneliti untuk mengetahu titik pengukuran (mm)
perbedaaan dikarenakan untuk tujuan yang Ft = Faktor penyesuaian lendutan
terhadap temperatur standar
sama sama mencari tebal lapis tambah
Ca = Faktor pengaruh muka air
belum tentu memiliki hasil lapis tambah
tanah
yang sama pula. FKB-BB = Faktor koreksi beban uji
A.2 Tujuan benkelman beam
Menganalisa perbedaan tebal lapis
tambah (overlay) dengan metode Pd 3. Tentukan panjang seksi yang memiliki
T-05-2005-B dan Manual Desain keseragaman (FK) yang sesuai dengan
Perkerasan Jalan Nomor tingkat keseragaman yang diinginkan
02/M/BM/2013. dengan menggunakan rumus berikut
FK = x 100% < FK ijin (4)
B. TINJAUAN PUSTAKA
B.1 Tebal Lapis Tambah Keterangan:
BerdasarkanMetode Pd T-05- FK = Faktor keseragaman lendutan
2005-B (Bina Marga 2005) (%)
Perosedur tebal lapis tambah berdasarkan FK ijin = Faktor keseragaman yang
metode Pd T-05-2005-B adalah sebagai diijinkan
berikut: dR = Lendutan rata-rata pada suatu
seksi jalan
1. Hitung beban lalu lintas (CESA)
= 0% - 10% ; Keseragaman
dengan menggunakan rumus berikut.
sangat baik
ESA = (∑jenis kendaraan LHRT x VDF) (1)
= 11% - 20% ; Keseragaman
CESA = ESA x 365 x R (2)
Keterangan: baik
ESA : Lintasan sumbu standar ekivalen = 21% - 30% ; Keseragaman
(equivalent standar axle) untuk 1 cukup Baik
(satu) hari 4. Hitung lendutan wakil (Dwakil) untuk
CESA : Cummulative Equivalent masing masing seksi jalan tergantung
Standard Axle (ESAL) dari kelas jalan, yaitu digunakan rumus
LHRT : Lintas harian rata-rata tahunan berikut.
untuk jenis kendaraan tertentu Dwakil = dR + 1,64S (5)
R : Faktor pengali pertumbuhan lalu Keterangan:
lintas
Ho = Tebal lapis tambah sebelum
2. Hitung lendutan hasil pengujian dengan
dikoreksi
alat Benkelman Beam dan koreksi
Dsblov = Lendutan sebelum overlay
dengan faktor muka air tanah,
atau Dwakil (mm)
temperatur, dan benda uji dengan rumus Dstlov =Lendutan setelah lapis tambah
berikut. atau Drencana (mm)
dB = 2 x (d3 – d1) x Ft x Ca x FKB-BB (3)
5. Hitung lendutan rencana/ijin
Keterangan:
(Drencana) dengan memplot data lalu
dB = Lendutan balik terkoreksi
(mm)
lintas (CESA) pada Gambar 1 atau
d1 = Lendutan pada saat beban berada dengan menggunakan rumus berikut.
pada titik awal pengukuran
(mm)

Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 2


Gambar 1. Hubungan antara lendutan Gambar 3. Faktor koreksi tebal lapis
rencana dal lalu lintas (Bina Marga, 2005) tambah (overlay) (Fo)
Drencana = 22,208xCESA(-0,2307) (6) Sumber: Bina Marga 2005
Fo = 0,5032 x EXP(0,0194 x TPRT) (8)
Keterangan: Ht = Ho x Fo (9)
Drencana = lendutan rencana (mm) Keterangan:
Fo = Faktor koreksi tebal lapis tambah
6. Hitung tebal lapis tambah (Ho) dengan TPRT = Temperatur perkerasan rata-rata
pemplot nilai Dwakil dan Nilai Drencana tahunan untuk daerah/kota
pada Gambar 2 atau dengan tertentu (untuk Kota Dumai tidak
menggunakan rumus berikut. diketahui suhu maka diambil
[ ( , ) ( ) ( )]
Ho = (7) 41°C, sesuai untuk temperatur
,
Keterangan permukaan beraspal di Indonesia
Ho = tebal lapis tambah (overlay) menurut Bina Marga 2013)
sebelum terkoreksi temperatur rata – HT = Tebal lapis tambah Laston setelah
rata tahunan daerah tertentu (cm) dikoreksi dengan TPRT daerah
tertentu (cm)
B.2 Tebal Lapis Tambah Berdasarkan
Metode Manual Desain Perkerasan
Jalan Nomor 02/M/BM/2013 (Bina
Marga 2013)
Pada manual ini untuk analisis
overlay menggunakan pedoman Pd T-05-
2005 perencanaan tebal lapis tambah
metode lendutan dengan melakukan
penajaman desain, mengembangkan suatu
pendekatan perencanaan dan desain yang
Gambar 2. Tebal lapis tambah (overlay) dipakai untuk merencanakan struktur
(Ho) perkerasan jalan baru dan tebal lapis tambah
Sumber: Bina Marga 2005 suatu struktur perkerasan jalan, serta untuk
mengurangi isu empat tantangan yang
7. Hitung tebal lapis tambah (overlay)
berkaitan dengan kinerja aset jalan. Empat
terkoreksi (Ht) dengan mengalikan Ho
tantangan tentang aset jalan tersebut adalah
dengan faktor terkoreksi tebal overlay
beban berlebih, temperatur perkerasan
(Fo). Untuk mendapatkan nilai Ht
tinggi, curah hujan tinggi, dan tanah dasar
dengan memplot pada Gambar 3 atau
lunak. Didalam manual ini dideskripsikan
digunakan rumus berikut.
berdasarkan chart yang mengakomodasikan

Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 3


keempat tantangan tesebut secara penanganannya pada tahap desain
komprenhensif. manual desain pekerasan untuk perkerasan lentur eksisting.
ini digunakan untuk menghasilkan desain
awal yang kemudian hasil tersebut Tabel 2. Pemilihan jenis penanganan pada
tahap desain untuk perkerasan lentur
diperiksa terhadap pedoman desain Pd T-
eksisting dan beban lain 1-30 juta ESA4/10
05-2005. No. Penang Pemicu untuk setiap segmen
anan yang seragam

1. Menentukan level desain dan pemicu 1 Hanya Lendutan dan IRI di bawah Pemicu
1, luas kerusakan serius < 5%
penangan dengan menggunakan Tabel 1 pemelihar
aan rutin terhadap total area
atau Gambar 4. 2 Heavy Lendutan melebihi pemicu
Patching lendutan 2 atau permukaan rusak
parah dan luas area dari seluruh
Tabel 1. Deskripsi Pemicu (trigger) seksi jalan yang membutuhkan
Deskripsi Pengukuran Tujuan heavy patching tidak lebih dari 30%
total area (jika lebih besar lihat 6
Pemici Titik dimana dibutuhkan
overlay struktural
atau 7)
lendutan 1 3 Kupas dan Retak buaya yang luas, atau alur >
Lendutan BB’ ganti 30 mm atau IRI > Pemicu IRI 2 dan
Titik dimana rekonstruksi material hasil pertimbangan teknis
Pemicu
lebih murah daripada
Lendutan 2
overlay di area
tertentu
Titik dimana dibutuhkan
Pemicu IRI 1 4 Overlay Lendutan kurang dari Pemicu
overlay non struktural
non Lendutan 1, indeks kerataan lebih
Titik dimana dibutuhkan struktural besar dari pemicu IRI 1
oeverlay struktural, tapi
Pemici IRI 2
lebih diutamakan pemicu 5 Overlay Lebih besar dari Pemicu Lendutan 1
Nilai IRI lendutan 1 dan kurang dari Pemicu Lendutan 2
struktural
Titik dimana rekontruksi
lebih murah daripada 6 Rekonstru Lendutan di atas Pemicu Lendutan
Pemicu IRI 3 overlay, tapi lebih ksi 2, lapisan aspal < 10 cm
diutamakan pemicu
lendutan 2
7 Daur ulang Lendutan di atas Pemicu Lendutan
Kedalaman alur > 30 mm, 2, lapisan aspal > 10 cm
Titik dimana pengupasan
visual: retak, pelepasan butir,
(milling) untuk
Pemicu pengelupasan, atau indeks
kondisi 1 kerataan >8, atau kendala
memperbaiki
sebelum
bentuk
overlay Sumber: Bina Marga 2013
ketinggian. Tidak dibutuhkan
diperlukan.
rekonstruksi
3. Menghitung lendutan baling pengujian
Sumber : Bina Marga 2013 Benkelman Beam
Untuk menghitung nilai lendutan balik
pada Bina Marga 2013 masih mengacu
pada metode Pd T-05-2005-B, namun
pada Bina Marga 2013 ini melakukan
penyesuaian pengukuran lendutan
terhadap temperatur pengujian.
Faktor koreksi temperatur dapat
dihitung dengan perosedur berikut.
a. Menentukan faktor temperatur Ft
dengan rumus berikut.
FT= (10)

Gambar 4. Pemicu konseptual untuk b. Kemudian tentukan koreksi


penanganan perkerasan tmperatur menggunkan Gambar 5,
Sumber : Bina Marga 2013 bila tebal permukaan kurang dari 25
mm maka tidak diperlukan faktor
2. Menentukan jenis nilai pemicu koreksi temperatur.
pemilihan penanganan pada Tabel 2
untuk segmen- segmen yang seragam
pada tahap desain dimana jenis

Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 4


C. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian ini bisa dilihat
dari bagan alir sebagai berikut.

Gambar 5. Koreksi temperatur untuk


pengujian dengan Benkelman Beam untuk
berbagai ketebalan
4. Menentukan tebal lapis tambah
(overlay)
Untuk menetuka overlay pada Bina
Marga 2013 berdasarkan lendutan
maksimum dan kurva lndutan
a. Berdasarkan lendutan maksimum
menggunakan Gambar 6.

Gambar 7. Flowchart Metodologi


Penelitian
Gambar 6. Solusi overlay berdasarkan
lendutan Benkelman Beam untuk WMAPT D. HASIL DAN PEMBAHASAN
41oC D.1 Lalu Lintas Harian Rata – rata
(LHR)
b. Berdasarkan kurva apabila tebal Data lalu LHR dapat dilihat pada
overlay yang didapat menggunakan Tabel 3 untuk kendaraan bermuatan dan
lendutan maksimum hanya HRS pada Tabel 4 untuk kendaraan tidak
yaitu dibawah 4 cm untuk mencegah bermuatan.
retak fatigue lendutan dengan
memplot pada Gambar 7. Tabel 3. Data Lalu lintas Rata – rata
kendaraan Bermuatan
Truck Truck Truck
Hari Mopen Bus
1.2L 1.2 H 1.22

Jum’at
1080 7 462 56 35
2 Lajur

Sabtu
1258 23 269 233 39
2 Lajur
Gambar 7. Tebal overlay aspal untuk Senin
mencegah retak fatigue pada MAPT >30oC 1516 19 459 168 21
2 Lajur

Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 5


Tabel 4. Data Lalu lintas Rata – rata
KendaraanTidak Bermuatan 2. Nilai faktor koreksi dan nilai Dwakil
tiap Metode dapat dilihat pada Tabel
Truck Truck Truck
Hari Mopen Bus 6.
1.2L 1.2 H 1.22 FK Dwakil
Metode
Jum’at (%) (mm)
2362 3 228 22 7
2 Lajur

Sabtu2 Pd T-05-2005-B 22,35 1,25


2306 6 140 124 8
Lajur
MDPJ
Senin 2
2194 9 235 85 4
22,56 1,36
Lajur No.02/M/BM/2013

D.2 Analisa Lalu Lintas D.4 Tebal Lapis Tambah (overlay)


Beban lalu lintas dihitung berdasarkan D.4.1 Metode Pd T-05-2005-B
ekivalensi terhadap muatan sumbu standar Pada metode ini menentukan tebal
sebesar 80 KN dengan satuan CESA lapis tambah harus mempunyai data lalu
(Cummulative Equavalent Standard Axle). lintas dan data lendutan wakil, dihitung
untuk hasil dapat dilihat pada Tabel 5 untuk CESA = 6.546.500,63 dan nilai Dwakil =
CESA bermuatan dan tidak bermuatan.
1,25 didapat nilai Drencana dengan
Tabel 5. CESA Total menggunakan rumus sebagai berikut.
CESA
Jenis Drencana = 22,208 x CESA(-0,2307)
Kendaraan Tidak
Bermuatan
Bermuatan = 22,208 x 6.546.500,63(-0,2307)
Mopen 3.556,861 1.583,237
Bus 33.984,452 153,663 = 0,59 mm
Truk (1.2 L) 596.900,190 1.669,528
Truk (1.2 H) 5.299.909,610 7.621,549 Setelah didapat nilai Drencana =
Truk (1.22) 600.928,654 192,886 0,59mm dan nilai Dwakil = 1,25 mm, hitung
6.535.279,77 11.220,863 tebal lapis tambah dengan menggunakan
Total
6.546.500,63 persamaan berikut.
D.3 Analisa Lendutan [ ( , ) ( , ) ( , )]
1. Lendutan balik metode Pd T-05-2005- Ho =
,
B dan Manual Desain Pekerasan Jalan Ho = 13,05 cm
No.02/M/BM/2013 dapat dilihat pada Tebal lapis tambah adalah setebal 13,05 cm,
Grafik Berikut. namun harus dikoreksi terhadap faktor
koreksi tebal lapis tambah, dimana untuk
Bina Marga 2005 Bina Marga 2013
Kota Dumai diambil temperatur perkerasan
Lendutan Balik (mm)

1.5 rata – rata tahunan (TPRT) = 35,2oC,


1
dengan menggunakan persamaan berikut.

0.5 Fo = 0,5032 x EXP ( , , )

0
Fo = 1,00
Setelah menghitung faktor koreksi tebal
00+100
00+250
00+400
00+550
00+900
01+050
01+200
01+350
01+500
01+650
01+800
01+950
02+100
02+250

lapis tambah, hitung tebla lapis tambah


Station (m) terkoreksi (Ht) dengan mengalikan nilai
Ho dengan faktor tebala lapis tambah
Gambar 8. Grafik Lendutan Balaik dengan persamaan berikut.

Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 6


Ht = Ho x Fo Kemudian menghitung penyesuaian
Ht = 13,05 x 1,00 hasil pengukuran lendutan terhadap
Ht = 13,00 cm temperatur pengujian (Ft). Dengan
Jadi, tebal lapis tambah yang diperlukan temperatur perkerasan tahunan rata – rata
untuk melayani lalu lintas sebesar (Mean Annual Pavement Temperature =
6.546.500,63 ESAL pada lajur rencana MAPT), yang untuk indonesia diambil
adalah 13 cm (AC-WC = 4 cm ; AC-BC = 40oC. dihitung dengan prosedur berikut.
9 cm). Langkah 1 tentukan faktor temperatur Ft
dengan persamaan berikut.
D.4.2 Metode Manual Pekerasan Jalan Ft =
Nomor 02/M/BM/2013
Berdasarkan metode ini, untuk = ,
menentukan tebal lapis tambah harus
= 1,281
mempunyai data lalu lintas, dimana nilai
Langkah 2 tentukan faktor koreksi
CESA = 6.546.500,63 ESAL.
temperatur menggunakan Gambar 10.
Dimana sebelum melakukan desain
tebal lapis tambah harus melakukan level
desain dan pemicu penanganan yang
didefinisikan sebagai nilai batas suatu
penanganan perlu atau layak dilaksanakan
dengan menggunakan Gambar 9. Setelah
diplot menggunakan nilai CESA =
6.546.500,63 ESAL dan nilai Dwakil = 1,36
mm, didapat nilai pemicu lendutan 1,
Gambar 10. Koreksi temperatur untuk
dimana tebal lapis tambah struktural
pengujian dengan Benkelman Beam untuk
dibutuhkan. berbagai ketebalan.
1. Menentukan tebal lapis tambah
berdasarkan lendutan maksimum.
Untuk menentukan tebal lapis tambah
dengan lendutan maksimum
memerlukan nilai Dwakil dan nilai
beban lalu lintas yaitu dengan Dwakil
= 1,36 mm dan nilai CESA =
6.546.500,63 ESAL. Dengan
Gambar 9. Pemicu Konseptual Untuk memplot pada Gambar 11.
Penanganan Perkerasan
Untuk segmen segmen yang seragam
pada tahap desain, dimana untuk perkerasan
lentur eksisting adalah pada beban 1-30juta
ESA 4/10, yaitu pemicu untuk setiap
segmen yang seragam adalah lebih besar
dari pemicu dari pemicu 1 dan lebih kecil
dari pemicu 2 yang penananganannya
adalah overlay structural. Gambar 11. Solusi overlay berdasarkan
lendutan Benkelman Beam untuk WMAPT
41oC

Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 7


2. Menentukan tebal lapis tambah
dengan curva lendutan untuk E. KESIMPULAN DAN SARAN
mencegah retak Fatigue. E.1 Kesimpulan
Menentukan tebal lapis Berdasarkan hasil penelitian tugas
menggunakan kurva lendutan akhir ini, dapat disimpulkan beberapa hal
apabila tebal overlay yang didapat sebagai berikut :
pada saat menentukan dengan 1. Tebal lapis tambah (Overlay) dengan
umur rencana 10 tahun
lendutan maksimum hanya didapat
a. Metode Pd T-05-2005-B didapat
overlay yang tipis hanya bisa untuh Dwakil = 1,18 dengan tebal lapis
HRS yaitu dibawah 4 cm. Dengan tambah sebesar 13 cm
demikian pada penelitian ini tidak b. Metode Manual Desain Perkerasan
perlu dilakukan karena telah Jalan No. 02/M/BM/2013 didapat
mendapaatkan overla yang melebihi Dwakil = 1,36 tebal lapis tambah
4 cm yaitu 8,6 cm. sebesar 8,6 cm
Maka di dapat tebal lapis tambah 2. Hasil analisa
untuk metode Manual Desai a. Metode Pd T-05-2005-B
Perkerasan Jalan No. 02/M/BM/2013 menghasilkan nilai tebal lapis
setebal 8,6 cm, dimana diambil tebal tambah yang lebih besar
AC-WC setebal 3,6 cm dan tebal dibandingkan dengan metoda Bina
AC-BC setebal 5 cm. Marga 2013, dikarenakan Bina
Marga 2013 memberikan solusi
Tabel 6. Rekapitulasi tebal lapis tambah
untuk tebal overlay yang lebih
yang diperoleh dari tiap metode. murah.
Overlay (cm)
Metode CESA (ESA)
AC-WC AC-BC
b. Pada Metode Bina Marga 2013
Pd T-05-
melakukan dua masukan untuk
6.546.500 4 9 menentukan tebal lapis tambah
2005
yaitu dengan menggunakan nilai
MDPJ No.
lendutan maksimum dan apabila
02/M/BM/ 6.546.500 3,6 5 tebal lapis tambah dengan
2013 lendutan maksimum didapat hanya
untuk HRS maka perlu
menggunakan curva lendutan
untuk mencegah terjadinya retak
fatigue, sementara pada Pd T-05-
2005-B hanya menggunakan
lendutan maksimum namun
Gambar 12. Desain Tebal Lapis Tambah dilakukan pengkoreksian tebal
Berdasarkan Pd T-05-2005-B dengan menggunakan rata-rata
temperatur perkerasan tahunan
(TPRT).
E.2 Saran
1. Mengingat perencanaan tebal lapis
tambah (Overlay) sangat dipengaruhi
oleh metode yang digunakan,
Gambar 12. Desain Tebal Lapis Tambah sebaiknya pemilihan metode tersebut
Berdasarkan MDPJ No.02/M/BM/2013

Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 8


harus dijadikan pertimbangan dalam Mulia, Satria Agung. (2017). Perbandingan
Rencan Anggaran Biaya Pada
perencanaan tebal lapis tambah jalan.
Perhitungan Tebal Lapis Tambah
2. Sebaiknya pengambilan data LHR (overlay) Dengan Metode Pd-T-05-
2005-B dan Asphalt Institude. Tugas
minimal 7x24 jam sesuai dengan
Akhir. Pekanbaru : Universitas Riau.
aturan baru yang dijelaskan pada Bina
Sukirman, Silvia. (2010). Perencanaan
Marga 2013. Tebal Struktur Perkerasan Lentur.
3. Diharapkan untuk perencanaan tebal NOVA. Bandung.

lapis tambah disertai dengan analisa Undang-undang Nomor 38. (2004). Jalan.
Presiden Republik Indonesia.
deflectomtry, guna untuk mengetahui
Undang-undang Nomor 34. (2006). Fungsi
tipe-tipe kondisi jalan pada subgrade Jalan. Presiden Republik Indonesia.
atau Pavement. Undang-undang Nomor 22. (2009). Lalu
F. DAFTAR PUSTAKA. Lintas dan Angkutan Jalan. Presiden
Republik Indonesia.
Aditya, Hangga, (2014). Perbandingan
Perencanaan Tebal Lapis Tambah
Metode Bia Marga 1983 dan Marga
2011. Jurnal. Bandung : Institut
Teknologi Nasional Bandung.
Badan Standardisasi Nasional. (2008).
RSNI3 2416-2008. Cara Uji Lendutan
Perkerasan Lentur Dengan Alat
Benkleman Beam.
Badan Standardisasi Nasional. (2011). SNI
2416-2011. Cara Uji Lendutan
Perkerasan Lentur Dengan Alat
Benkleman Beam.
Bina Marga. (2013). Manual Desain
Perkerasan Jalan Nomor
02/M/BM/2013. Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Bina Marga. (2005). Pd T-05- 2005-B.
Pedoman Perencanaan Tebal Lapis
Tambah Perkerasan Lentur. Jakarta.
Hobbs, F. D. (1995). Perencanaan Dan
Teknik Lalu Lintas. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
Hendarsin L, Shirley. (2000). Perencanaan
Teknik Jalan Raya. Politeknik Negeri
Bandung, Bandung.
Sarwono, J. (2009). Regresi linier, 1–14.

Jom FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 9

Anda mungkin juga menyukai