LAPISAN PERKERASAN
IR. AKHMAD, ST.MT
Perkerasan jalan adalah kontruksi yang di bangun di atas lapisan tanah dasar (subgrade) yang
berfungsi untuk menopang bahan lalulintas. Jenis ko ntruksi perkerrasan ajalan adalah apada
umumnya ada dua jenis yaitu:
Selain dari pada kedua itu, sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan (composite pavement),
yaitu perpaduan antara lentur dan kaku.
CONTENT
• Metode Perencanaan
• Sistem Perencanaan Jalan Baru
• Pertimbangan Perencanaan
• Lapisan Perkerasan Lentur
• Lapis Perkerasan Kaku
A. METODE PERENCANAAN
penmpilannya.
C. PERTIMBANGAN PERENCANAAN
Pertimbangan Kontruksi dan Pemeliharaan
e. Penggunaan Stabilitas
sedangkan kekakuan / kekuatan material yang lepas dan tanah dasar, tergantung dari
b. Parameter Elastis
- Sondir (Static Cone Penetration) nilaidari Gambar 3. Korelasi Nilai DCP dan CBR
metode ini dapat dikorelasikan seperti pada
gambar 4, untuk mendapatkan nilai CBR.
C. PERTIMBANGAN PERENCANAAN
Parameter Elastis
Material Perkerasan
Material perkerasan dapat diklasifikasikan menjadi 4 sehubungan dengan sifatnya yaitu:
a. Material berbutir lepas b. Material Terikat
c. Aspal d. Beton Semen.
C. PERTIMBANGAN PERENCANAAN
Tabel 3. Kategori Material Perkerasan dan
Karakteristik
Usia rencana adalah jangka waktu dalam tahun sampai perkerasan harus diperbaiki atau
ditingkatkan. Beberapa tipikal umur rencana yaitu:
Jumlah lalulintas akan bertambahn naik pada keseluruhan usia rencana atau pada sebagian masa
tersebut.
Metode yang digunakan tergantung dari data lalulintas yang ada dan prosedur perencanaan yang
digunakan. Secara ideal data lalu lintas harus mencakup jumlah dan berat setiap jenis sumbu dalam
arus lalu lintas.
D. LAPISAN PERKERASAN LENTUR
Perencanaan kontruksi lapisan perkerasan lentur jalan yang akan diuraikan yaitu perkerasan
lentur untuk jalan baru dengan metode analisis komponen.
- Bersifat Elatis jika menerima beban, sehingga dapat memberi kenyamanan bagi
pengguna jalan.
1.1
Perhitungan daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi. Daya
dukung tanah dasar diperoleh dari nilai CBR atau Plate Bearing Test, DCP, dll. Dari nilai CBR yang diperoleh
ditentukan nilai CBR rencana yang merupakan nilai CBR rata –rata untuk suatu jalur tertentu.
E. Indeks Permukaan
Indeks permukaan adalah nilai keretaan / kehalusan serta kekokohan permukaan yang
bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas lewat.
D. LAPISAN PERKERASAN LENTUR
Tabel 9. Indeks Permukaan pada Akhir Usia Rencana
D. LAPISAN PERKERASAN LENTUR
Tabel 10 Indeks Permukaan Pada Awal Usia Rencana (Ipo)
*Alat pengukur roughess yang dipakai
adalah roughmeter NAASRA yang dipasang
pada kendaraan yang standar Datsun 1500
station wagon dengan kecepatan kendaraan
± 32 km per jam.
Gerakan sumbu belakang dalam arah vetikal
dipindahkan pada alat roughmeter melalui
kabel yang dipasang di tengah-tangah
sumbu belakang kendaraan yang
selanjutnya dipindahkan kepada counter
melalui “flexible drive”
Setiap putaran counter adalah sama dengan
15,2 gerakan vertical antara sumbu
belakang dan badan kendaraan, alat
pengukur roughness tipe lain dapat
digunakan dengan mengkalibrasi hasl yang
diperoleh terhadap roughmeter NAASRA.
D. LAPISAN PERKERASAN LENTUR
F. Indeks Tebal Perkerasan Tabel 11. Koefisien kekuatan realtif (a)
1.8
- Menentukan ketebalan dari jenis perkerasan beton semen yang tidak lazim, digunakan metode detail yang
baru diperkenalkan ini (mengabaikan bahwa perkerasan permukaanya menggunakan aspal)
- Mengurangi ketebalan perkerasan beton semen setebal 10 mm untuk setiap 25 mm permukaan aspal yang
digunakan.
untuk perencanaan tebal perkerasan kaku, daya dukung tanah dasar diperoleh dengan nilai CBR, seperti
halnya pada perencanaan perkerasan lentur, meskipun pula umumnya dilakukan dengan menggunakan nilai (k)
yaitu modulus reaksi tanah dasar. Nilai “k” diperoleh dari pengujian “Plate Bearing”.
Jika nilai “k” pada perencanaan belum diukur, maka dapat digunakan nilai k hasil korelasi seperti pada
gambar 5.
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
Untuk menentukan Modulus Reaski Tanah Dasar “k” rencana yang mewakili suatu seksi jalan, diperlukan
rumus sebagai berikut:
Standar Deviasi :
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
2. Kekuatan Beton (Lihat pada uraian sebelumnya pada material perkerasan)
3. Lalu Lintas Rencana (Lihat pada uraian sebelumnya pada lalu lintas rencana)
4. Lapisan Pondasi Bawah (Sub-Base)
Ketebalan minimum lapisan pondasi bawah dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 10. Pondasi Bawah Minimum yang Diperlukan untuk Perkerasan Kaku
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
Pada perkerasan kaku, lapis pondasi bawah tidak dianggap sebagai lapis yang menopang
(mendukung) akan tetapi, jika lapis pondasi bawah dibuat dengan kontruksi lapis pengikat (bound sub
base) dan akan diperhiutngandaya dukungnya, maka “k” yang digunakan adalah nilai “k” gabungan yang
dapat ditentukan dengan perkiraan seperti pada table 13.
a. Lapisan Pondasi Bawah Agregat Lepas
Lapisan pondasi dari agregat lepas sudah cukupn untuk mencegah “pumping” dengan
syarat agregat tersebut bergradasi baik dan dari bahan berplastisitas rendah yang stabil. Untuk lapisan
tanah dsara dengan daya dukung lunak atau lalu lintas tinggi maka lapisan ini tidak bisa mencegah
“pumping”
Tabel 13. Tipical Nilai Kekuatan Lapis Pondasi
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
b. Lapis Pondasi Bawah Terikat
Bahan pengikat yang bias digunakan adalah semen, kapur atau aspal yang digunakan pada
jalan dengan beban lalu lintas tinggi.
Lapis pondasi bawah beton dengan campuran abu batu atau sejenisnya harus mempunyai
kuat tekan minimum untuk 28 hari sebesar 5 Mpa untuk meminimalkan penyusutan.
a. Karakteristik Kendaran
- Jenis kendaraan yang diperhitungkan hanya kendaraan niaga dengan berat toatal 5 ton
- Konfigurasi sumbu yang diperhitungkan ada 3 macam yaitu;
1. Sumbu tunggal roda tunggal (STRT)
2. Sumbu tunggal pada roda ganda (STRG)
3. Sumbu tandem/ganda roda ganda (SGRG)
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
b. Tatacara Perhitungan Lalu-Lintas Rencana
- Hitung volume lalu-lintas (LHR) yang diperkirakan pada akhir usia rencana, sesuaikan dengan
kapasitas jalan
- Untuk masing-masing jenis kelompok sumbu kendaraan niaga, diestimasi angka LHR awal dari
kelompok sumbu denga beban masing-masing kelipatan 0,5 ton (5 -5,5), (5,5-6), (6-6,5),dst.
a. Perkerasan Bersambung
Perkerasan ketebalan pada perkerasan bersambung merupakan dsara dari penentuan ketebalan.
Data-data berdasarkan penelitian dan teoritis serta hasil beberapa pengujian pembebanan, seiring
dengan pengalaman dan pelayanan perkerasan, menurut NAASRA menunjukkan bahwa dengan
kapasitas struktur yang sama, ketebalan perkerasan beton bertulang menerus hanya membutuhkan
85 % dari ketebalan perkerasan beon bertulang.
Ketebalan minimum semua jenis perkerasan kaku yang akan dilalui kendaraan niaga, tidak boleh
kurang dari 150 mm kecuali perkerasan bersambung tidak bertulang tanpa uji ruji (dowel), tebal
minimum 200 mm
E. LAPISAN
2 Dasar Penentuan Ketebalan PERKERASAN KAKU
a. Perkerasan Bersambung
Perkerasan ketebalan pada perkerasan bersambung merupakan dsara dari penentuan ketebalan.
Data-data berdasarkan penelitian dan teoritis serta hasil beberapa pengujian pembebanan, seiring
dengan pengalaman dan pelayanan perkerasan, menurut NAASRA menunjukkan bahwa dengan
kapasitas struktur yang sama, ketebalan perkerasan beton bertulang menerus hanya membutuhkan
85 % dari ketebalan perkerasan beon bertulang.
Ketebalan minimum semua jenis perkerasan kaku yang akan dilalui kendaraan niaga, tidak boleh
kurang dari 150 mm kecuali perkerasan bersambung tidak bertulang tanpa uji ruji (dowel), tebal
minimum 200 mm
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
Tabel 16. Perbandingan Tegangan dan Jumlah Pengulangan Beban yang Diijinkan
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
D. TATACARA PERENCANAAN PENULANGAN
a. Penulangan Memanjang
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
Tabel 18. Hubungan antara Kuat Tekan Beton dan Angka Ekivalen Baja dan Beton (n) serta
(fr)
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
Dimana : Ps = Persentase tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap penampang beton (%)
Ft = Kuat Tarik lentur beton yang digunakan 0,4 – 05 fr, dalam MPA
Fy = Tegangan leleh rencana baja (berdasarkan SNI’91, Fy < 400 Mpa – BJTD40)
F = Koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di bawahnya, tal berdimensi.
a. Sambungan Susut
Pada umumnya dalam berbanding lebar berkisar 1- 1,5, dengan kedalaman minimum 9,5 mm (3/8 inci)
untuk sambungan memanjang dan12,5 mm (1/2 inci) untuk sambungan melintang.
Lebar sambungan harus memperhitungkan pergerakan ditambah dengan tegangan sisa yang diijinkan
pada penutup sambungan.
MenurutAASHTO’86 : diisyaratkan lebar bukaan ≤ 0.04 inci untuk sambungan tanpa ruji (dowel)
Menurut Yoder & Witczak : Lebar bukaan ≤ 0,04 inci untuk sambungan tanpa dowel, lebar bukaan ≤
0,25 inci untuk sambungan dengan dowel.
Menurut SKBI 2.3.28.1988 : lebar bukaan retakan minimum (mm) = 0,45 x panjang pelat (m)
umumnya lebar retakan yang diijinkan berkisar antara 1-3 mm. tetapi untuk kemudian pengisian
bahan penutup, lebar bukaan pada bagian atas diperlebar maksimum 6 – 10 mm dengan
kedalaman tidak lebih dari 20 mm dan semua sambungan susut melintang harus dipasang ruji.
b. Sambungan Muai
Pergerakan pada sambungan muai didasarkan pada pengalaman agen pembuat. Dimensi alur takikan
akan optimal didasarkan pada pergerakan dan kemampuan bahan pengisi. Pada umumnya, dimensi
akan lebih besar daripada untuk sambungan susut.
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
c. Sambungan Pelaksanaan
Menurut AASHTo 86’, tipikal sambungan susut melintang, juga dapat digunakan untuk sambungan
pelaksanaan dan sambungan memanjang lainnya.
4. Dowel (Ruji)
Dowel berupa batang baja tulangan polos maupun profil, yang digunakan sebagai sarana
penyambung/pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan jalan.
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
Tabel 19. Ukuran dan Jarak Batang Dowel (Ruji) yang disarankan
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
Gambar 15. Jarak Tie Bar maksimum menurut AASHTO (1986) untuk tulangan baja grade
40 dan F =1,5
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
5. Bahan Pengikat (Tie Bar)
adalah potongan baja yang diprofilkan yang dipasangkan pada sambungan lidah-alur dengan
maksud untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal. Batang pengikat dipasang pada
sambungan memanjang, lihat gambar 11.
Untuk menentukan dimensi batang pengikat,menurut AASHTO guide for design of pavement
structures 1986 dapat digunakan pada grafik berikut
E. LAPISAN PERKERASAN KAKU
Sketsa sambungan pelaksanaan mamanjang seperti pada gambar 16 di bawah ini.
Gambar 16. Sambungan Pelaksanaan Memanjang dengan Lidah Alur dan Tie
Bar (Batang Pengikat)
TERIMA KASIH…