TEORI DASAR
disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm
(No. 1½ inci).Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri dari kerikil atau batu
pecah dengan partikel butir lebih besar dari 5 mm atau antara 9,5 mm dan 37,5
mm.
Agregat halus atau pasir adalah batuan berbutir halus yang terdiri atas
butiran sebesar 0,15 mm sampai 4,75 mm. Pasir berasal dari penghancuran batuan
merupakan bahan bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan campuran
adukan aspal. Maka dari itu mutu dari pasir sangat perlu diperhatikan. Untuk itu,
pasir yang akan dipakai dalam adukan aspal harus memenuhi syarat-syarat
tertentu seperti tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang (PBI) tahun 1971.
Menurut PBI (N12) pasal 33 Ayat 3 syarat – syarat yang harus dipenuhi agregat
halus adalah :
Agregat halus harus terdiri dari butiran tajam dan keras, bersifat kekal artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti matahari dan hujan.
Agregat halus yang mengandung lumpur tidak boleh lebih dari 5% (terhadap
berat keringnya). Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang dapat lolos
campuran aspal.
I.3 Aspal
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut
sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari alam atau dari
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai
tampak padat pada suhu ruang padahal cairan yang sangat kental. Aspal
merupakan bahan yang sangat kompleks, dan secara kimia belum dikarakterisasi
dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh, dan tak
jenuh, alifatik, dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul. Atom-atom selain hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal
adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif,
biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan
sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium.
kecil), dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5
sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
dari proses penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras.
Selain itu, aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal ini disebut aspal alam.
Aspal modifikasi saat ini juga telah dikenal luas. Aspal ini dibuat dengan
atau memodifikasi sifat rheologinya sehingga menghasilkan jenis aspal baru yang
Sifat Kimia
1. Aspalten
Sifat Fisik
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
berat volume air. Besar jenis agregat penting dalam perencanaan campuran
berat dan juga untuk menentukan banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang
kecil mempunyai volume yang besar sehingga berat yang sama membutuhkan
jumlah aspal yang banyak disamping itu agregat dengan kadar pori yang besar
Ialah berat jenis dimana volume yang diperhitungkan adalah seluruh volume
pori yang ada (volume pori yang dapat diresapi air dan volme pori yang tak
Jika volume yang diperhitungkan adalah volume partikel dan bagian yang
dapat diresapi air, maka disebut berat jenis apparent. Penggunaan berat jenis
ini dapat diperhitungkan jika dianggap aspal dapat meresapi seluruh bagian
sebagian dari pori yang dapat diresapi oleh air itu. Dengan demikian
II.1 Tujuan
agregat kasar
A
BJ KO =
B−C
................................................................ II. 1
B
BJ KP =
B−C
................................................................ II. 2
BJ Semu
A
BJ S =
A−C
................................................................ II. 3
Penyerapan air
B− A
PA= x 100 %
A
...................................................... II. 4
PA = Penyerapan air
II.4.1 Bahan
Agregat Kasar
II.4.2 Alat
Oven
Skop
Karung goni
Bak perendam
goni, kemudian dilap dengan handuk sehingga air permukaan habis, tetapi
4. Massukan benda uji ke dalam keranjang + benda uji SSD di udara (B).
5. Timbang dan catat berat keranjang + benda uji SSD di udara (B)
7. Timbang dan catat berat keranjang + benda uji di dalam air dengan
10. Keluarkan benda uji dari dalam oven, biarkan sejenak hingga
yang telah disiapkan sesuai gradasi dan berat yang ditetapkan, dimasukkan
bersama bola baja kedalam Los Angeles, lalu diputar dengan kecepatan 30/33 rpm
selama 500 putaran. Nilai akhir dinyatakan dalam persen yang merupakan hasil
perbandingan antara berat benda uji semula – berat benda uji tertahan pada
II.5 Tujuan
( Berat A – Berat B )
x 100 %
Berat A
Keterangan :
II.7.1 Alat
II.7.2 Bahan
Agregat Kasar yang telah dicuci bersih dan dikeringkan dalam oven
2. Benda uji dibersihkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu ( 110 ± 5)°C
Tabel II.1
1. Ambil contoh agregat kasar lalu saring dengan susunan saringan 3/4”, 1/2”,
dan 3/8”.
2. Ambil contoh aggregat yang lolos pada saringan 3/4”, tertahan pada saringan
3. Cuci benda uji tersebut yang telah disaring lalu masukkan ke dalam oven
selama 24 jam.
4. Timbang benda uji tersebut masing-masing 2500 gram untuk saringan 1/2"
dan 3/8 ”
5. Masukkan ke dalam mesin Los Angeles lalu hidupkan mesin tersebut selama
pemecah batu ataupun memang merupakan sifat dari agregrat tersebut yang jika
dipecahkan cenderung berbentuk pipih. Agregat pipih yaitu Agregat yang lebih
tipis dari 0,6 kali diameter rata-rata. Indek kepipihan (flakiness index) adalah
berat total Agregat yang lolos slot dibagi dengan berat total agregat yang tertahan
pemadatan ataupun akibat beban lalu lintas, oleh karena itu banyaknya agregat
pipih ini dibatasi dengan menggunakan nilai indeks kepipihan yang disyaratkan.
sungai. Agregat dikatakan lonjong jika ukuran terpanjangnya > 1,8 kali diameter
II.9 Tujuan
Keterangan :
Keterangan :
Jangka Sorong
Talam
Timbangan
1. Ambil benda uji sebanyak kurang lebih 1000 gr yang telah dikeringkan dalam
oven (A)
2. Ukur panjang (P), lebar (L), dan tebal (T) dari masing-masing butir agregat,
P > 3L Panjang
L > 3T Pipih
LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI | 16
P > 3L dan L < 3T Baik
3. Timbang agregat yang terbentuk panjang (B) dan yang berbentuk pipih (C)
diperoleh dari hasil analisa saringan dengan menggunakan 1 set saringan dimana
yang paling kasar diletakkan diatas dan yang paling halus diletakkan paling
bawah. 1 set saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan penutup. Jika agregat
kasar itu “bersih”, tidak / sedikit sekali mengandung butiran halus dapat
II.14 Tujuan
menggunakan saringan
Kumulatif tertahan
Persen lolos
10
LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI | 18
II.16 Alat Dan Bahan Yang Digunakan
II.16.1 Alat
2. Oven
4. Talam
5. Skop
6. Kuas
II.16.2 Bahan
Aggregat kasar
3. Keluarkan benda uji dari dalam oven, biarkan sejenak hingga dingin
penyaringan sampai tidak ada lagi yang lolos pada tiap-tiap saringan.
7. Timbang dan catat berat dari masing-masing saringan beserta isinya (C)
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
berat volume air. Besar jenis agregat penting dalam perencanaan campuran
berat dan juga untuk menentukan banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang
kecil mempunyai volume yang besar sehingga berat yang sama membutuhkan
jumlah aspal yang banyak disamping itu agregat dengan kadar pori yang besar
III.1 Tujuan
A
BJ ko =
B+500−C
................................................................ III . 1
B
BJ kp =
B+500−C
................................................................ III. 2
BJ Semu
LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI | 20
A
BJ s =
B+ A−C
................................................................ III. 3
Penyerapan air
500− A
PA= x 100 %
A ...................................................... III. 4
Keterangan :
PA = Penyerapan air
III.3.1 Alat
1. Picnometer
2. Oven
5. Corong kaca
6. Bak perendam
7. Karung goni
2. Air suling
3. Keluarkan contoh pasir dari bak perendam, hamparkan diatas karung goni
Dry)
4. Contoh pasir dimasukkan ke dala Metal Sand Cone Mold dengan tiga
cetakan kerucut pasir diangkat perlahan secara vertikal dan contoh pasir
8. Kocok picnometer secara hati-hati dengan posisi agak miring agar bebas
9. Rendam picnometer yang berisi pasir dan air ke dalam bak perendam
selama 24 jam
LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI | 22
10. Timbang dan catat berat picnometer + pasir + air (C)
12. Keluarkan benda uji dari picnometer, lalu tempatkan pada sebuah talam,
13. Isi picnometer dengan air suling sampai mencapai kapasitas sama dengan
(E)
14. Keluarkan benda uji dari dalam oven, biarkan sejenak hingga dingin,
Sand eqivalen test dilakukan untuk partikel agregat yang lolos saringan
No. 4 sesuai prosedur AASHTO T176-73 (1982). Nilai sand equivalent dari
pertikel agregat yang memenuhi syarat untuk bahan konstruksi perkerasan jalan
LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI | 23
adalah > 50 %. Hal ini ditentukan agar supaya kadar lumpur bahan konstruksi
yang akan digunakan pada perkerasan jalan memenuhi standar yang telah
III.5 Tujuan
Untuk mengetahui tingkat prosentase lumpur dari suatu agregat halus atau
pasir.
Skala pasir
Skala lumpur
III.7.1 Alat
2. Larutan standar
3. Beban equivalent.
4. Gelas Erlenmeyer.
5. Statif.
6. Cawan.
7. Tin box.
8. Saringan No. 4.
9. Sumbat karet.
2. Ambil pasir yang lolos saringan no. 4 secukupnya, dan masukkan ke dalam
tin box sampai penuh, ratakan dan tekan dengan tangan sehingga rata
permukaan
4. Masukkan contoh yang telah ditakar tadi kedalam tabung SE dan biarkan
selama 10 menit
yang ditapis mengandung butir-butir halus sehingga fraksi butir-butir halus dapat
terdeteksi dengan baik. Ukuran besar partikel-partikel agregat halus yaitu agregat
< 4,75 mm menurut ASTM atau < 2 mm dan > 0,075 mm menurut AASHTO
( untuk Pasir ) sedangkan untuk abu batu/ mineral filler, agregat halus yang
III.9 Tujuan
menggunakan saringan.
Kumulatif tertahan
Persen lolos :
III.11.1 Alat
4. Skop
5. Oven
6. Talam
7. Kuas
8. Sikat Kuningan
III.11.2 Bahan
perempatan.
2. Contoh pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110 + 5°C selama +
24 jam
3. Keluarkan contoh pasir dari dalam oven dan biarkan sejenak hingga
dingin
(B)
(C)
8. Hitung berat benda uji yang tertahan pada tiap-tiap saringan (D=C-B)
BAB IV
PEMERIKSAAN ASPAL
seberat 100 gram (berat jarum + beban) selama 5 detik pada temperatur 25˚C.
0.1 mm.
IV.1 Tujuan
Untuk menentukan penetrasi aspal keras atau lembek (solid atau semi
solid) dengan memasukkan ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu dalam aspal
2 2
(N − N r ) +( N − N r )
Sx=
√ 1
( N−1 )
2
.........................................IV.1
N : Jumlah Sampel
IV.3.1 Peralatan
1. Alat penetrasi
2. Pemegang jarum penetrasi seberat (47,5 + 0,05) gram yang dapat dilepas dari
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 dan 200 gram.
4. Jarum penetrasi
5. Cawan
6. Bak perendam
7. Stop watch
8. Termometer
secara perlahan-lahan sampai mencair. Pemanasan contoh aspal tidak boleh lebih
dari 60° C diatas titik lembek, dan untuk bitumen tidak lebih dari 90°C diatas titik
lembek. Waktu pemanasan lebih kecil dari 30 menit. Selama pemanasan aduk
berlahan-lahan supaya udara tidak masuk kedalam contoh. Setelah aspal mencair
terus secara merata, tuangkan kedalam tempat contoh dan diamkan hingga dingin.
Tutuplah cawan agar benda uji tidak kena debu dan diamkan selama 1 – 1,5 jam
untuk cawan kecil, 1.5 – 2 jam untuk cawan besar pada ruang AC dengan
2. Letakkan pemberat 500 gram diatas jarum untuk memperoleh beban sebesar
benda uji kemudian aturlah angka dial penetrometer sehingga jarum berimpit
5. Lepaska pemegang jarum dan serentak jalankan stop watch selama 5 detik
berikutnya.
7. Lepaskan jarum dari pemegang dan siapkan alat penetrasi untuk pekerjaan
berikutnya.
8. Lakukan pekerjaan a hingga g diatas sampai 5 kali untuk benda uji yang sama,
dengan ketentuan tiap titik pemeriksaan berjarak satu sam lain dari tepi
dipanaskan sampai 163° selama 1,5 jam di dalam oven. Penurunan berat yang
tersebut akan cepat mengeras dan menjadi rapuh. Pemeriksaan dapat dilanjutkan
dengan menentukan penetrasi / viskositas aspal dari contoh aspal yang telah
mengalami pemanasan
IV.5 Tujuan
dengan cara pemanasan dan tebal tertentu,yang dinyatakan dalam persen berat
semula.
W1 = W2 = C – E .......................................................................... IV.2
W = Wr % ± Sx................................................................... IV.6
deviasi sampel
untuk sampel 1
Wmin : Penurunan Berat Minimum
W2 : Penurunan berat
untuk sampel 2
N : Jumlah Sampel
IV.7.1 Alat
1. Termometer
2. Container
3. Neraca
LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI | 32
4. Pengukur waktu
IV.7.2 Bahan
Aspal
1. Benda Uji :
2. Langkah-langkah percobaan :
Diamkan benda uji kurang lebih 1-1 ½ jam, lalu di oven selama 5 jam
didiamkan selama 1 ½ jam, lalu timbang container yang berisi benda uji.
Temperatur pada saat dimana aspal mulai menjadi lunak tidaklah sama
pada setiap hasil produksi aspal walaupun mempunyai nilai penetrasi yang sama.
Oleh karena itu temperatur tersebut dapat diperiksa dengan mengikuti proses dure
terbuat dari kuningan dan bola baja. Titik lembek ialah suhu dimana suatu lapisan
aspal dalam cincin yang diletakkan horizontal didalam larutan air atau kliserine
yang dipanaskan secara teratur menjadi lembek karena beban bola baja dengan
LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI | 33
diameter 9,53 mm sebesar ± 3,5 gram yang diletakkan di atasnya sehingga lapisan
aspal tersebut jatuh melalui jarak 25,4 mm (1 inch)Titik lembek aspal bervariasi
antara 30° C sampai 200° C. 2 aspal mempunyai penetrasi yang sama belum tentu
mempunyai titik lembek yang sama. Aspal dengan titik lembek yang lebih tinggi
kurang peka terhadap perubahan temperatur dan lebih baik untuk bahan pengikat
konstruksi perkerasan.
IV.9 Tujuan
Untuk memeriksa temperatur pada saat dimana aspal menjadi lunak atau
lembek.
T rata-rata = 1/2 ( T1 + T2 )
Sx = { [ ( T1 – Tr )2 +( T2 – Tr )2 ] / ( N – 1 ) }0.
T = T rata-rata ± Sx
T max = T rata-rata + Sx
T min = T rata-rata - Sx
sampel
T1 : Titik lembek untuk sampel
N : Jumlah Sampel
IV.11.1 Alat
1. Termometer
2. Cincin kuningan
3. Bola Baja
5. Kaca
6. Stop Watch
8. Detergen/sabun
IV.11.2 Bahan
Aspal
1. Benda Uji
merata setelah cair lalu dituangkan dalam dua buah cincin yang diletakkan
ruang.
2. Langkah-langkah percobaan
Pasang dan atur benda uji diatas kedua dudukanya dan letakkan pengarah
bejana gelas. Isi bejana dengan air suling dengan suhu 5°C dan tinggi
sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua benda uji. Atur jarak antara
permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.
Catat suhu dan waktu pada saat bola menyentuh pelat dasar.
Titik nyala adalah suhu pada saat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan aspal.
Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar untuk aspal yang berguna untuk
menentukan suhu dimana aspal terlihat menyala singkat dipermukaan aspal (titik
nyala), dan suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik. Aspal
LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI | 36
disiapkan dalam cleveland open cup yang berbentuk cawan dari kuningan dan
Pemeriksaan harus dilakukan dalam ruang gelap sehingga dapat segera diketahui
IV.12 Tujuan
Untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari semua jenis hasil aspal
minyak bumi.
IV.13.1 Peralatan
1. Thermometer 400°C
4. Batang nyala bunsen yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan
Panaskan contoh aspal keras 148°C dan 176°C sampai cukup cair
Isi cawan cleveland dengan aspal yang telah cair sampai pada garis dan
1. Letakkan cawan diatas plat pemanas dan atur sumber pemanas sehingga
3. Letakkan termometer tegak lurus diatas benda uji dengan jarak 6,4 mm
diatas cawan, dan terletak pada satu garis yang menghubungkan titik
tengah cawan dan titik poros nyala bumer. Kemudian aturlah sehingga
poros termometer terletak pada jarak 1/4 diameter cawan dari tepi.
4. Nayalakan bunsen dan atur pemanas sehingga kenaikan suhu teratur 15°C
6. Putar bagian nyala bunsen melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
temperatur 2°C
7. Ulangi prosedur 5 – 6 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan benda uji. Baca temperatur dan catat titik nyala yang terjadi.
8. Lanjutkan prosedur 7 sampai terlihat nyala agak lama kurang lebih 3 detik
diatas permukaan benda uji. Baca temperatur dan catat titik bakar.
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air
dengan suling dengan isi yang sama pada suhu 25° C atau 15.6° C, yaitu
dilakukan dengan cara mengggantikan berat air dengan berat aspal dalam wadah
yang sama ( yang sudah diketahui volumenya berdasarkan konversi berat jenis air
T228 – 79.
IV.15 Tujuan
picnometer.
LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI | 39
IV.16 Rumus yang digunakan :
BJ ( Berat Jenis ) = { ( C – A ) / [ ( B – A ) ( D – C ) ] }
1. Termometer
2. Bak perendam
3. Picnometer
5. Bejana
6. Gelas ukur
2. Tuangkan contoh tersebut ke dalam picno yang telah kering sampai kira-
1. Isi bejana dengan air suling hingga diperkirakan bagian atas picnometer
gram (A)
4. Angkat bejana dari bak perendam dan isi picnometer dengan air suling,
keringkan denagn lap kemudian timbang dengan ketelitian 0,01 gram (B)
6. Tuangkan benda uji kedalam picnometer yang telah kering hingga terisis
7. Isi picnometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah tanpa
campuran, berat aspal dalam campuran, berat jenis dan penyerapan campuran,
rancangan campuran aspal panas (hot mix) yaitu suatu campuran yang terdiri dari
proses pemanasan.
metode Marshall, dengan metode ini kita dapat menentukan jumlah pemakaian
dan aspal sesuai dengan persyaratan teknis perkerasan jalan yang ditentukan.
Benda uji di buat dengan kadar aspal 4,5 % - 7 % dengan jumlah benda
uji tiap-tiap kadar aspal sebanyak 3 buah. Gradasi yang digunakan adalah Gradasi
IV.
agregat (chipping, pasir dan debu batu) dalam campuran dipakai Metode Grafis
1. Diketahui gradasi ideal yang akan digunakan dari persyaratan gradasi yang
ditentukan
3. Garis diagonal dibuat dari ujung kiri bawah keujung kanan atas.
dan berat jenis aspal, maka berat jenis dan penyerapan dari total agregat/campuran
dimana :
agregat
metode Marshall, dengan metode ini kita dapat menentukan jumlah pemakaian
aspal yang tepat sehingga dapat menghasilkan komposisi yang baik antara agregat
dan aspal sesuai dengan persyaratan teknis perkerasan jalan yang ditentukan.
(asphalt Concret).
VIM merupakan volume pori dalam campuran yang telah dipadatkan atau
Stability ( Stabilitas )
atau perubahan bentuk akibat beban lalu lintas yang bekerja pada lapis
perkerasan tersebut.
pada campuran aspal beton akibat beban yang bekerja pada perkerasan.
VMA merupakan volume pori atau rongga antar butiran agregat suatu
VFWA merupakan rongga yang terisi aspal dalam campuran aspal beton
1. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 cm (4“) dengan tinggi
7,62 mm (3”) yang dilengkapi dengan pelat alas dan leher sambung
silinder, dengan tinggi jatuh bebas 45,75 cm (18”) dan berat 4,536 kg
3. Alat pengeluar benda uji yang telah dipadatkan yaitu sebuah alat ejector
4. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya) berukuran
berukuran 30 x 30 x 2,5 cm3 (12” x 12” x 1”) dan diikat pada lantai beton
(200 ± 3) °C
20°C
campuran
Kompor
Sendok pengaduk
LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI | 47
Sarung asbes dan karet
Spatula