DAFTAR TABEL......................................................................................... vi
ii
MODUL 3 PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT TERHADAP TUMBUKAN
(AGGREGATE IMPACT VALUE) .................................................................. 19
iii
5.2.1 Standar Pengujian ................................................................. 34
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Secara teoritis, agregat terbagi atas dua jenis yaitu agregat kasar dan
agregat halus, pemisah dari dua jenis ini adalah ukuran saringan No.4 (4,75
mm). Diameter di atas ukuran itu disebut agregat kasar dan di bawahnya
adalah agregat halus (BS 882, 1973). Ukuran agregat kasar adalah ukuran
butiran lebih besar dari ¼ inci (6,35 mm), sedangak ukuran agregat kasar
beragam antara ¼ inci hingga yang tertahan pada saringan no.200 (0,075
mm). Yang lolos saringan no.200 dikategorikan sebagai abu batu (filler) yang
nantinya berguna dalam menentukan sifat campuran aspal. Ukuran saringan
yang tersedia menurut ASTM C 136 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Nomor saringan
Ukuran Saringan mm
4” 100
3 ½” 90
2½“ 63
2” 50
1 ½” 37,5
1” 25
1
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Nomor saringan
Ukuran Saringan mm
¾” 19
½“ 12,5
3/8” 9,5
¼“ 6,35
No. 4 4,75
No. 8 2,36
No. 16 1,18
No. 30 0,60
No. 50 0,30
No. 100 0,15
No. 200 0,075
Untuk dapat menghasilkan campuran aspal yang diinginkan, maka hal utama
yang perlu dilakukan adalah menentukan gradasi agregat yang akan digunakan.
Gradasi adalah susunan butiran agregat sesuai ukuran, gradasi agregat
diperoleh dari analisis pemeriksaan dengan menggunakan 1 set saringan. Satu
set saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan tutup saringan. Gradasi
agregat dapat dibagi sebagai berikut:
2
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Ketiga bentuk gradasi di atas dapat dilihat secara grafis yang dapat dilihat pada
Gambar 1.4.
3
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
1.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
4
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
1.3 Perhitungan
Catat berat agregat yang tertahan di masing-masing saringan. Kemudian
hitung berat kumulatif dari agregat yang tertahan pada masing-masing agregat
dengan persamaan berikut:
5
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Laporkan hasil di atas dalam bentuk tabel dan gambarkan grafik antara
persentase kumulatif agregat lolos dengan ukuran diameter saringan.
Selanjutnya, dilakukan analisis secara analitis untuk menentukan gradasi
agregat dengan menghitung parameter-parameter yang sesuai dengan
persamaan berikut:
(𝐷30 )2
𝐶𝑐 =
𝐷60 × 𝐷10
𝐷60
𝐶𝑢 =
𝐷10
6
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
1.4 Pelaporan
Poin-poin yang perlu dilaporkan dalam pengujian ini adalah:
7
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Berat
Berat Persentase Persentase
Nomor saringan Tertahan
Tertahan Tertahan Lolos
Kumulatif
Ukuran
mm (gram) (gram) (%) (%)
Saringan
4” 100
3 ½” 90
2½“ 63
2” 50
1 ½” 37,5
1” 25
¾” 19
½“ 12,5
3/8” 9,5
¼“ 6,35
No. 4 4,75
No. 8 2,36
No. 16 1,18
No. 30 0,60
No. 50 0,30
No. 100 0,15
No. 200 0,075
𝐷10 =
𝐷30 =
𝐷60 =
𝐶𝑐 =
𝐶𝑢 =
Gradasi =
8
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
a) Berat Jenis Lepas (Bulk Specific Gravity) adalah berat jenis yang
diperhitungkan terhadap seluruh volume pori yang ada pada agregat,
b) Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (Saturated Surface Dry/SSD
Specific Gravity) adalah berat jenis yang memperhitungkan volume pori
yang hanya dapat diresapi oleh aspal ditambah volume partikel,
c) Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity) adalah berat jenis yang
memperhitungkan volume partikel saja tanpa memperhitungkan volume
pori yang dapat dilewati air,
d) Berat Jenis Efektif adalah nilai tengah dari berat jenis curah dan semu,
terbentuk dari campuran partikel kecuali pori- pori/rongga udara yang
dapat menyerap aspal, yang selanjutnya akan terus diperhitungan dalam
perencanaan campuran agregat aspal.
9
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
2.2.2 Alat
a) Agregat Kasar
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
1) Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm (no. 6 atau no. 8) dengan
kapasitas kira-kira 5 kg,
2) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.
Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu
tetap,
3) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% pori berat contoh
yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang,
4) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
± 5)°C.
5) Alat pemisah contoh,
6) Saringan no. 4
10
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
b) Agregat Halus
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
11
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Catatan: Bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan
beton semen dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya
maka tidak perlu dilakukan pengeringan awal dengan oven. Banyak jenis bahan
12
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
b) Agregat Halus
Prosedur pengujian agregat kasar dilakukan sebagai berikut:
1) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)°C sampai berat tetap,
2) Dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24 ± 4)
jam,
3) Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang,
tebarkan agregat di atas talam, keringkan di udara panas dengan cara
membalik-balikkan benda uji,
4) Lakukan pengeringan sampai keadaan kering-permukaan jenuh / SSD,
5) Periksa keadaan SSD sampel dengan tes Cone,
6) Ambil kerucut terpancung dan batang penumbuknya. Letakkan kerucut
dengan diameter yang besar pada bagian bawah, pada alas rata yang tidak
menyerap air / alas besi. Masukkan sampel yang telah diperkirakan SSD ke
dalam kerucut sampai penuh dan menyembul. Padatkan dengan
menjatuhkan batang penumbuk setinggi± 5 mm sebanyak 25 kali. Tidak
perlu menambahkan sampel kembali setelah tumbukan terakhir. Angkat
kerucut dan perhatikan keruntuhan yang terjadi,
7) Segera setelah tercapai keadaan kering-pernukaan jenuh, masukkan 500
gram benda uji ke dalam piknometer yang telah ditimbang sebelumnya,
13
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
8) Periksa kembali bahwa selisih berat piknometer berisi sampel dengan berat
piknometer adalah 500 gram. Bila tidak maka untuk perhitungan, angka
500 harus diganti dengan berat sampel yang tercatat,
9) Masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, putar, guncang,
sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya
10) Untuk mempercepat proses ini dapat digunakan pompa hampa udara,
tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terisap dapat
dilakukan dengan merebus piknometer,
11) Rendam piknometer yang telah berisi sampel ke dalam air dan ukur suhu
air untuk perhitungan kepada suhu standar 25°C. Sebaiknya didiamkan
selama 1 hari,
12) Tambahkan air sampai tanda batas,
13) Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram (Bt),
14) Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C
sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator,
15) Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk),
16) Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna
penyesuaian dengan suhu standar 25°C (B).
Catatan: Jika pada pemeriksaan keadaan SSD ternyata sampel menjadi terlalu
kering/melewati komdisi SSD-nya maka campurkan sampel kembali dengan
beberapa ml air dan diamkan pada wadah yang tertutup selama 30 menit.
Kemudian ulangi tes Cone.
14
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
2.3 Perhitungan
a) Agregat Kasar
Hitunglah berat sampel kering oven (Bk), berat sampel kondisi SSD (Bj), dan
berat sampel di dalam air (Ba). Lalu hitung berat jenis dan penyerapannya
dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut:
𝐵𝑘
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵𝑢𝑙𝑘 =
𝐵𝑗 − 𝐵𝑎
𝐵𝑗
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑆𝐷 =
𝐵𝑗 − 𝐵𝑎
𝐵𝑘
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑢 =
𝐵𝑘 − 𝐵𝑎
𝐵𝑗 − 𝐵𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 = × 100%
𝐵𝑘
b) Agregat Halus
Hitunglah berat sampel dan air pada piknometer (Bt), berat piknometer dan air
(B), dan berat sampel di dalam air (Bk). Lalu hitung berat jenis dan
penyerapannya dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut:
𝐵𝑘
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵𝑢𝑙𝑘 =
𝐵 + 500 − 𝐵𝑡
500
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑆𝐷 =
𝐵 + 500 − 𝐵𝑡
𝐵𝑘
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑢 =
𝐵 + 𝐵𝑘 − 𝐵𝑡
500 − 𝐵𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 = × 100%
𝐵𝑘
15
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
2.4 Pelaporan
Poin-poin yang perlu dilaporkan dalam pengujian ini adalah:
16
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
17
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
18
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
19
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Tabel 3.1 Beberapa Nilai AIV Hasil Pengujian yang Telah Dilakukan (Collist,
1985)
Jenis
Nilai AIV Variasi
Batuan
Basalt 11 10 – 13
Andesite 13 11 – 16
Dacite 12
Porphyry 13 12 – 14
Felsite 13 12 – 15
Dolerite 13 10 – 17
Teschenite 22
Granite 19 17 – 21
Limestone 17 15 – 20
Greywacke 9
Marble 19 16 – 21
Psammite 14 14 – 15
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
20
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
e) Sampel agregat yang tertahan pada 14,0 mm dan tertahan pada saringan
10,0 mm dengan berat antara 500 – 1000 gram. Sampel sudah dicuci dan
dikeringan oven 110°C selama 4 jam. Pengujian dilakukan saat sampel
pada suhu ruangan (25°C).
21
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
a) Timbang cup (Cylindrial Steel Cup) dengan ketelitian 0,1 gram (W1),
b) Isilah cup dengan sampel dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan 25 kali tusukan besi penusuk secara merata di seluruh
permukaan. Tiap lapis, tonglat dijatuhkan secara bebas dengan ketinggian
tidak lebih dari > 5 cm dari permukaan lapisan. Pada lapis terakhir, isi cup
dengan agregat agak menyembul dan padatkan,
c) Ratakan permukaan sampel dengan besi penusuk dan timbang (W2),
d) Hitunglah berat awal sampel (A’=W2-W1),
e) Letakkan Impact Aggregate Machine pada lantai dasar yang keras, seperti
lantai beton.,
f) Letakkan cup berisi sampel pada tempatnya dan pastikan letak cup sudah
baik dan tidak akan bergeser akibat tumbukan palu,
g) Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan
permukaan sampel 380 + 5 mm,
h) Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel. Angkat
palu pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas). Tumbukan
dilakukan sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu tumbukan tidak kurang
dari satu detik.
i) Setelah selesai, saring benda uji dengan daringan 2,36 mm selama satu
menit dan timbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang
dinyatakan sebagai B gr,
j) Ulangi prosedur tersebut untuk sisa sampel berikutnya.
22
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
3.3 Perhitungan
Hitung berat awal sampel serta berat sampel setelah ditumbuk (berat sampel
tertahan dan yang lolos pada saringan 2,36 mm). Selisih berat awal sampel
dengan berat sampel setelah ditumbuk harus kurang dari 1 gram. Kemudian,
hitung Aggregate Impact Value dengan persamaan berikut:
3.4 Pelaporan
Poin-poin yang perlu dilaporkan dalam pengujian ini adalah:
23
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Sampel 1 Sampel 2
No. Pengukuran Indeks
(gram) (gram)
1 Berat Wadah/Cup W1
2 Berat Wadah + Sampel (setelah W2
dipadatkan
3 Berat Awal Sampel A’=W2-W1
4 Berat Sampel Lewat Saringan B
2,36 mm
5 Berat Sampel Tertahan Saringan C
2,36 mm
6 Total Berat Sampel Setelah A=B+C
Ditumbuk
7 Selisih Toral Berat Setelah |A-A’|
Ditumbuk dengan Berat Awal
(< 1 gram)
8 Aggregate Impact Value B/A(%)
9 Rataan AIV
24
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Penekanan pada sampel hanya dilakukan pada arah aksial saja. Hal ini berbeda
dengan proses penekanan yang dilakukan pada Aggregate Crushing Plant,
dimana penekanan aksial dikombinasikan dengan penekanan arah lateral.
Selain itu kadang-kadang dengan kombinasi beban tumbukan (impact).
Perbedaan ini terjadi karena tujuan dari kegiatan tersebut berbeda. Pada
pengujian kekuatan agregat terhadap tekanan bertujuan untuk mengetahui
kekuatan suatu sampel terhadap beban tekanan sedangkan proses penekanan
pada Aggregate Crushing Plant adalah untuk menghancurkan bongkahan
batuan untuk mendapatkan agregat dengan ukuran yang diharapkan.
25
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
4.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
26
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
27
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Tabel 4.1 Detail Ukuran Silinder Pengujian Untuk Silinder 150 mm dan 75
mm
f) Sampel agregat yang tertahan pada 14,0 mm dan tertahan pada saringan
10,0 mm dengan berat sekitar 1000 gram. Sampel sudah dicuci dan
dikeringan oven 110°C selama 4 jam. Pengujian dilakukan saat sampel
pada suhu ruangan (25°C).
28
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
a) Ambil kira-kira setengah dari sampel yang telah disiapkan dan timbang
sebagai A gr,
b) Masukan sampel pada Silinder Pengujian. Kedalaman sampel dalam silinder
adalah sekitar 100 mm. Sampel dipadatkan dalam dalam tiga lapisan
dengan tebal yang sama dan masing-masing lapisan dipadatkan dengan 25
tumbukan,
c) Letakan Mesin Crushing Agregat pada lantai yang datar dan keras,
d) Letakan silinder pengujian pada baseplate dan atur plunger (penekan)
diatasnya,
e) Kemudian sampel ditekan melalui plunger selama 10 menit dengan beban
100 kN dengan mesin penekan,
f) Lepaskan beban dan pindahkan benda uji yang sudah ditekan pada sebuah
wadah. Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama pemindahan atau
yang tertinggal di dalam silinder,
g) Saring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama satu menit dan timbang
berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang dinyatakan sebagai B gr.
Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama proses tersebut. Jika jumlah
berat agregat yang lolos dan tertahan saringan 2,36 mm berbeda 1 gram
dengan A, maka pengujian harus diulangi.
4.3 Perhitungan
Hitung berat awal sampel serta berat sampel setelah ditumbuk (berat sampel
tertahan dan yang lolos pada saringan 2,36 mm). Selisih berat awal sampel
dengan berat sampel setelah ditumbuk harus kurang dari 1 gram. Kemudian,
hitung Aggregate Crushing Value dengan persamaan berikut:
29
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
4.4 Pelaporan
Poin-poin yang perlu dilaporkan dalam pengujian ini adalah:
30
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Sampel 1 Sampel 2
No. Pengukuran Indeks
(gram) (gram)
1 Berat Silinder Pengujian + Alas W1
2 Berat Silinder Pengujian + Alas + W2
Sampel (setelah dipadatkan)
3 Berat Awal Sampel A’=W2-W1
4 Berat Sampel Lewat Saringan B
2,36 mm
5 Berat Sampel Tertahan Saringan C
2,36 mm
6 Total Berat Sampel Setelah A=B+C
Ditumbuk
7 Selisih Toral Berat Setelah |A-A’|
Ditumbuk dengan Berat Awal
(< 1 gram)
8 Aggregate Crushing Value B/A(%)
9 Rataan ACV
31
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Dalam uji abrasi ini tipe tes durabilitas yang diambil adalah tipe tes kerusakan
mekanis. Tipe tes kerusakan mekanis ini sendiri memiliki berbagai macam tipe
contohnya:
Mesin abrasi Los Angeles terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya
dengan diameter 711 mm (28 inci) panjang dalam 508 mm (20 inci); silinder
bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros
mendatar; Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji: penutup lubang
32
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Cara ujinya adalah masukkan benda uji yang telah disiapkan ke dalam mesin
abrasi, putar mesin kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm dengan jumlah putaran
untuk masing-masing gradasi berbeda, keluarkan benda uji kemudian saring,
butiran yang tertahan dicuci dan dikeringkan dalam oven samp ai berat tetap.
33
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
5.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
34
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
g) Sampel agregat yang ukurannya lebih kecil dari 37,5 mm, bersih dari
berbagai zat pengotor dan dalam keadaan kering.
h) Ukuran fraksi ditunjukkan pada Tabel 5.1.
35
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
a) Sampel dan bola baja dimasukan kedalam mesin Los Angeles dan mesin
diputar dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm sebanyak 500 putaran,
b) Setelah selesai putaran sampel dikeluarkan, disaring dengan saringan 4,47
mm (No. 4) dan 1,7 mm (No.12). Butiran yang lebih besar dari 1,7 mm
(tertahan di kedua saringan tersebut) dicuci bersih, dikeringkan dalam oven
suhu (110 ± 5°C) sampai berat tetap,
c) Kemudian ditimbang dengan ketelitian 5 gram.
5.3 Perhitungan
Hitung nilai keausan Los Angeles dengan persamaan berikut:
𝐴−𝐵
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑒𝑎𝑢𝑠𝑎𝑛 𝐿𝑜𝑠 𝐴𝑛𝑔𝑒𝑙𝑒𝑠 = × 100%
𝐴
Keterangan:
5.4 Pelaporan
Poin-poin yang perlu dilaporkan dalam pengujian ini adalah:
36
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
Sampel 1 Sampel 2
No. Pengukuran Indeks
(gram) (gram)
1 Berat Sampel Awal A
2 Berat Sampel Tertahan Saringan B
No. 12
3 Selisih Sampel Awal dengan A-B
Sampel Tertahan Saringan No. 12
4 Keausan (A-B)/A(%)
5 Rataan Keausan
37
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
38
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
39
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
6.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
40
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
a) Ambil sampel agregat + 5000 gram kemudian cuci dengan oven suhu 110°C
hingga beratnya tetap,
b) Saring sampel dengan urutan saringan yang telah disediakan.
c) Pisahkan atau singkirkan sampel yang tertahan pada saringan 63,0 mm dan
yang lolos saringan 6,3 mm. Berat sisa sampel yang digunakan dinyatakan
sebagai M1 gram.
d) Sampel yang tertahan pada setiap saringan dimasukkan dalam masing-
masing wadah yang di tandai sesuai dengan diameter masing-masing
saringan.
e) Timbang sampel yang tertahan di tiap saringan dan hitung persentasenya
terhadap M1.
f) Pengukuran kepipihan dan kelonjongan dilakukan per fraksi dan hanya
fraksi yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama dengan 5%.
g) Jumlah berat total fraksi yang memiliki persentase berat lebih besar atau
sama dengan 5% dinyatakan sebagai M2.
41
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
a) Ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat, yaitu persentase
tertahan lebih besar atau sama dengan 5%
b) Lewatkan dengan tangan setiap butir agregat pada Alat Penguji Kepipihan
sesuai dengan ukurannya.
c) Butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain, diputar
atau dengan sedikit paksaan
d) Pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat dan
masing-masing ditimbang
e) Lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang memiliki persentase berat
lebih besar atau sama dengan 5%
f) Total jumlah sampel yang LEWAT dinyatakan sebagai M3F.
b) Pengujian Kelonjongan
Prosedur pengujian dilakukan sebagai berikut:
a) Ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat, yaitu persentase
tertahan lebih besar atau sama dengan 5%
b) Lewatkan dengan tangan setiap butir agregat pada Alat Penguuji
Kelonjongan sesuai dengan ukurannya
c) Butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain, diputar
atau dengan sedikit paksaan
d) Pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat dan
masingmasing ditimbang.
e) Lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang memiliki persentase berat
lebih besar atau sama dengan 5%.
42
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
6.3 Perhitungan
Hitung nilai indeks kepipihan dan indeks kelonjongan dengan persamaan
berikut:
𝑀3𝐹
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐾𝑒𝑝𝑖𝑝𝑖ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑀2
𝑀3𝐸
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑛𝑗𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 = × 100%
𝑀2
Keterangan:
M2 = Total berat sampel yang memiliki persentase lebih besar atau sama
dengan 5%
6.4 Pelaporan
Poin-poin yang perlu dilaporkan dalam pengujian ini adalah:
43
BAGIAN 1: PENGUJIAN BAHAN AGREGAT
M1 =
M2 =
M3F (Total Berat Lolos Pada Uji Kepipihan) =
M3E (Total Berat Lolos Pada Uji Kelonjongan) =
Flakiness Index =
Elongation Index =
44