Anda di halaman 1dari 49

STANDAR TEKNIS

PEMENUHAN BAKU MUTU EMISI

PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII UNIT BETUNG


JALAN PALEMBANG SEKAYU KM 75 KECAMATAN LAIS
KABUPATEN MUSIBANYUASIN
PROVINSI SUMATERA SELATAN
2022

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................ vi

BAB I DESKRIPSI KEGIATAN ................................................................................. 1


1.1. Jenis Kegiatan ..................................................................................................... 1
1.2. Penggunaan Bahan Baku, Bahan Penolong, Penggunaan Bahan Bakar....
1.2.1 Bahan Baku…........................…………………………………………...... 2
1.2.2 Bahan Penolong…………………………………………………………... 2
1.2.3 Bahan Bakar…………………………………………………….................. 3
1.3. Proses Kegiatan................................................................................................... 4
1.4. Neraca Massa....................................................................................................... 11
1.5. Kompetensi Pekerja …………………………………………………………… 13

BAB II RUJUKAN BAKU MUTU EMISI .................................................................. 17


2.1. Acuan Baku Mutu Emisi Berdasarkan Peraturan Menteri ......................... 17

BAB III DESAIN SARANA PRASARANA SISTEM PENGENDALI EMISI.. 21


3.1. Teknologi Pengendali Emisi............................................................................. 21
3.1.1 Teknologi Pengendali Emisi Gas............................................................. 21
3.1.1 Teknologi Pengendali Emisi Padatan..................................................... 21
3.2. Operasional Pengendali Emisi ......................................................................... 24
BAB IV RENCANA PEMANTAUAN........................................................................ 29
4.1. Jenis Pemantauan............................................................................................... 29
4.2. Frekuensi Pemantauan...................................................................................... 24
4.3. Laboratorium Penguji yang Digunakan ......................................................... 34
BAB V INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN dan SML………………….. 40
5.1. Internalisasi Biaya Lingkungan ....................................................................... 40
5.2. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) .......................................................... 41
LAMPIRAN............................................................................................................................... 42

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Realisasi kapasitas Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit ......................... 1


Tabel 1.2 Realisasi kapasitas Pabrik Pengolahan inti Sawit ............................... 1
Tabel 1.3 Realisasi Penggunaan Bahan Baku TBS................................................ 2
Tabel 1.4 Realisasi Penggunaan Bahan Baku Inti Sawit...................................... 2
Tabel 2.1 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dan Ambang
Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor...................................... 15
Tabel 2.2 Lampiran 1 Permen LHK No 11 Tahun 2021............……………....... 16
Tabel 2.3 Baku Mutu Udara Ambient.................................................................... 17
Tabel 3.1 Unsur kimia yang terdapat pada serabut dan cangkang.................... 23
Tabel 3.2 Beban Emisi Boiler No 2........................................................................... 23
Tabel 3.3 Beban Emisi Boiler No 3........................................................................... 23
Tabel 3.4 Beban Emisi Genset No 1......................................................................... 23
Tabel 4.1 Lokasi Pemantauan Emisi Udara Ambient .......................................... 24
Tabel 4.2 Frekuensi Pemantauan Emisi Udara Ambient .................................... 24
Tabel 4.3 Titik Pemantauan Emsi Boiler Kode 01................................................. 25
Tabel 4.4 Titik Pemantauan Emsi Boiler Kode 02................................................. 26
Tabel 4.5 Titik Pemantauan Emsi Boiler Kode 03................................................. 27
Tabel 4.6 Spesifikasi Cerobong Emisi...................................................................... 28
Tabel 4.7 Dimensi Cerobong Emisi.......................................................................... 28
Tabel 5.1 Alokasi Pemantauan Lingkungan........................................................... 28

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Flow Chart Proses Pengolahan Kelapa Sawit .................................... 8


Gambar 1.2 Flow Chart Proses Pengolahan Minyak Inti Sawit ........................... 14
Gambar 1.3 Neraca Masa Proses Pengolahan Kelapa Sawit ............................... 16
Gambar 3.1 Boiler Water Tube.................................................................................... 18
Gambar 3.2 Dust Collector yang Terpasang Pada Boiler...................................... 19
Gambar 3.3 Pergerakan Partikel Halus dan Kasar Pada cerobong Boiler........... 21
Gambar 3.4 Filter Slincer (Muffier)............................................................................. 22
Gambar 4.1 Metode Pengujian Udara Ambien...................................................... 29

v
DAFTAR LAMPIRAN

vi
BAB I
DESKRIPSI KEGIATAN

1.1 Jenis Kegiatan


Secara umum kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pengolahan minyak kelapa
sawit PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Betung terdiri dari kegiatan utama dan
kegiatan penunjang. Kegiatan utama budidaya perkebunan yang dilakukan oleh Unit
Betung yaitu pemeliharaan kebun dan kegiatan panen Tandan Buah Segar (TBS) pada
areal yang produktif. Sedangkan Kegiatan utama yang dilaksanakan oleh PTPN VII
Unit Betung adalah pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan inti sawit.
Kegiatan utama dalam proses pengolahan minyak kelapa sawit yang dilakukan oleh
unit betung yaitu penerimaan TBS, pengoperasion peralatan dan mesin, serta
maintenance mesin dan peralatan. Adapun kapasitas untuk pabrik pengolahan
minyak kelapa sawit yaitu 60 Ton TBS/jam sementara untuk pabrik pengolahan inti
sawit 100 ton inti per hari. Output yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut diantara
minyak sawit (CPO), Inti Sawit (Kernel), Minyak Inti Sawit (PKO) dan bungkil

Tabel 1.1 Realisasi kapasitas Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Realisasi Kapasitas Pabrik
No Uraian Satuan
2017 2018 2019 2020
1 Kapasitas Pabrik Ton / jam 31,56 31,94 30,40 33,25

Tabel 1.2 Realisasi kapasitas Pabrik Pengolahan Inti Sawit


Realisasi Kapasitas Pabrik
No Uraian Satuan
2017 2018 2019 2020
1 Kapasitas Pabrik Ton / hari 75,83 80,82 75,77 72,45

1
1.2 Penggunaan Bahan Baku, Bahan Penolong Dan Penggunaan Bahan Bakar
1.2.1 Bahan Baku

Sumber bahan baku pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN VII Unit Betung dengan
kapasitas 60 ton TBS/jam berasal dari produksi kebun inti dan kebun seinduk yang
berada di desa bukit kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin. Selain mengolah TBS
yang berasal dari kebun sendiri dan kebun seinduk PTPN VII juga melakukan
pembelian TBS yang berasal dari masyarakat sekitar wilayah kerja. Hasil produksi
TBS yang di olah oleh PKS Betung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.3 Realisasi Penggunaan Bahan Baku TBS


Realisasi Penggunaan Bahan Baku
No Kebun pemasok Satuan
2017 2018 2019 2020
1 Betung Ton TBS 44.702 81.714 75.132 65.464
2 Betung Krawo Ton TBS 37.278 24.612 39.805 23.251
3 Bentayan Ton TBS 61.552 61.429 54.135 60.907
4 Pembelian Ton TBS - - - 14.392
Total Ton TBS 143.532 167.755 169.072 164.014
Tabel 1.4 Realisasi Penggunaan Bahan Baku Inti Sawit
Realisasi Penggunaan Bahan Baku
No Kebun pemasok Satuan
2017 2018 2019 2020
1 Inti Sawit Betung Ton 5.370 7.758 7.884 6.548
2 Inti Sawit Sungai Lengi Ton 5.723 4.456 3.455 3.009
3 Inti Sawit Talang Sawit Ton 2.749 2.847 2.142 3.614
4 Inti Sawit Sungai Niru Ton 1.935 1.747 201 -
Total Ton 15.776 16.808 13.681 13.172

1.2.2 Bahan Penolong


Adapun jenis bahan penolong yang digunakan Bahan baku penolong yang
digunakan dalam pengolahan minyak kelapa sawit berupa tambahan air. Air ini
berfungsi untuk banyak dalam proses pemurnian minyak kelapa sawit, selain
digunakan untuk menghasilkan uap pada stasiun pembangkit. Norma
penggunaan air yang digunakan oleh PTPN VII Unit Betung sebesar 60 % dari TBS

2
diolah. Air yang digunakan dalam proses pengolahan TBS ini sumbernya diambil
dari sungai musi.

1.2.3 Bahan bakar


Adapun bahan bakar yang digunkan di dalam kegiatan operasional pabrik
pengolahan kelapa sawit PTPN VII Unit Betung yaitu memanfaatkan limbah
padat berupa cangkang dan serat/fiber sebagai bahan bakar boiler untuk
menggerakkan turbine dengan system pemanasan/uap. Kebutuhan bahan bakar
boiler untuk operasional pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton TBS/jam
sebagai berikut :
• Jumlah bahan bakar cangkang yang dibutuhkan adalah 6% x 60 Ton TBS/Jam
adalah 3,6 ton/jam
• Jumlah bahan bakar fiber yang dibutuhkan adalah 13% x 60 Ton TBS/jam
adalah 7,8 ton/ jam.

Cangkang dan fiber memiliki beberapa kandungan unsur yaitu carbon (C),
Hidrogen (H2), Oksigen (O2), Nitrogen (N2), Abu (A). Unsur yang terkandung
didalam cangkang dan fiber ini yang akan dapat dihitung nilai pembakaran yaitu
jumlah panas yang dihasilkan dalam bahan bakar. Penggunaan bahan bakar
cangkang dan fiber harus dalam kondisi kering karena jika bahan bakar basah
akan mengandung air hingga menyebabkan asap hitam pekat.

Kadar air cangkang dan fiber yang dihasilkan dari proses pengolahan TBS
menjadi CPO pada umumnya berkirsar 12,57% untuk cangkang dan serabut
39,95% untuk fiber. Pada kondisi ini akan menghasilkan kalori sebanyak 4070
kcal/kg cangkang dan 2302 kcal/kg fiber.

Fiber sebagai bahan bakar boiler merupakan hasil dari pengempaan berondolan
yang sudah homogen pada stasiun kempa. Fiber hasil pengempaan tersebut

3
kemudian dicacah dan dilempar supaya lebih kering melalui cake braker
conveyor. Selama proses di CBC terjadi penurunan kadar air dari 50% menjadi
1.3 Proses kegiatan

Secara umum kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pengolahan minyak kelapa
sawit PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Betung terdiri dari kegiatan utama dan
kegiatan penunjang. Berikut adalah kegiatan utama budidaya perkebunan yang
dilakukan oleh Unit Betung yaitu pemeliharaan kebun dan kegiatan panen Tandan
Buah Segar (TBS) pada areal yang produktif. Sedangkan kegiatan utama dalam proses
pengolahan minyak kelapa sawit yang dilakukan oleh unit betung yaitu penerimaan
TBS, pengoperasion peralatan dan mesin, serta maintenance mesin dan peralatan.

a. Timbangan
TBS dari tempat pengumpulan hasil (TPH) dimuat dan diangkut dengan
menggunakan truk ke PKS. Penimbangan dilakukan sebelum memasuki proses
pengolahan di jembatan timbang. Selisih antara berat truck sewaktu mengisi TBS
(bruto) dengan berat truk kosong (tara) adalah berat bersih (netto). Setelah
penimbangan selanjutnya TBS dibongkar di lantai loading ramp.
b. Loading ramp
Loading ramp adalah tempat penimbunan sementara dan pemindahan tandan
buah kedalam lori rebusan. Didalam loading ramp inilah dilakukan sortasi untuk
menentukan kriteria kualitas TBS sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan
untuk catatan untuk melakukan improvement bagi bagian tanaman. TBS dituang
kan kedalam hopper dan diatur dari pint uke pintu lainnya dengan isian sesuai
dengan kapasitas. TBS diisikan ke dalam lori sesuai dengan kapasitas dan
ditransfer menuju rebusan.

4
c. Perebusan
Perebusan atau sterilisasi buah dilakukan didalam sterilizer yang berupa bejana
uap bertekanan. Tujuan dari perebusan antara lain
✓ Mematikan enzim untuk mencegah kenaikan asam lemak bebas minyak yang
dihasilkan
✓ Memudahkan pelepasan berondolah dari tandan
✓ Melunakan berondolan untuk memudahkan dalam proses pengepresan dan
pemecahan nut.
✓ Prakondisi untuk nut agar tidak mudah pecah selama proses pengpresan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tekanan uap sebesar 2,8–3 kg/cm2
dengan waktu perebusan sekitar 90 menit.
d. Penebah
Threshing/bantingan adalah pemisahan berondolan dari TBS. TBS yang telah
direbus didalam sterilizer ditransfer menuju hopper untuk selanjutnya dikirim ke
thereser drum. Pemisahan brondolan dari tandan dilakukan dengan membanting
buah dalam drum theresher yang berputar dengan kecepatan 23 -25 rpm.
Berondolan yang sudah terpisah dari tandan akan jatuh melalui kisi kisi dan
diangkut oleh fruit elevator menuju digester.
e. Digester dan Press
Didalam digester berondolan diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging
buah terpisah dari nut. Digester terdiri dari tabung silender yang berdiri tegak
yang didalamnya dipasang pisau pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang
dikaitkan pada poros (shaft) dan digerakkan oleh motor listrik. Untuk
memudahkan proses pelumatan diperlukan temperature 90-95 0C yang diberikan
dengan cara menginjeksi uap 3 kg/cm2 kedalam tabung digester. Proses
pengadukan/pelumatan berlangsung selama 30 menit. Setelah masa buah dari

5
proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan kedalam alat pengepresan
(screw press).
Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta nut. Nut
yang bercampur dengan serat akan masuk alat cake brake conveyor untuk di pisah
antara nut dan seratnya, sedangkan minyak kasar dialirkan ke stasiun klarifikasi
/ pemurnian. Crude oil yang dihasilkan ditambahkan air panas dengan suhu 90-
95 oC sebagai delution dengan komposisi 1:1 terhadap minyak (ekstraksi minyak
yang dihasilkan).
f. Pemurnian Minyak
Minyak kasar hasil stasiun pengepresan dikirim ke stasiun pemurnian untuk
diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi. Proses pemisahan
minyak, air dan kotoran dilakuan dengan system pengendapan, centrifugasi dan
penguapan. Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke dalam vibrating screen
dengan tujuan untuk memisahkan bebarapa bahan asing seperti pasir, serabut dan
bahan lainnya yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke
dalam digester. Saringan bergetar (vibrating screen) terdiri dari 2 tingkatan
saringan. Tingkatan atas memakai saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkatan
bawah memakai saringan 40 mesh. Minyak yang telah tersaring dialirkan ke
dalam crude oil tank dan suhu dipertahankan 90-95 oC selanjutnya crude oil
dipompa ke tangka CST dengan crude oil pump.
g. Tanki timbun (Storage tank)
Fungsi dari tanki timbun dalam proses pengolahan kelapa sawit adalah sebagai
tempat penyimpanan sementara minyak hasil produksi yang dihasilkan dari
proses pengolahan minyak kelapa sawit sebelum dikirim ke pelanggan atau
diolah lebih lanjut menjadi produk yang bernilai lebih tinggi seperti minyak
goreng, olien, stearin, bahan biofuel (biodiesel) dan produk produk turunannya.
Tanki timbun harus secara rutin dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan

6
kondisi steam coil harus dilakuakn secara rutin supaya temperatur nya terjaga,
selain itu apabila terjadi kebocoran pada pipa steam coil dapat mengakibatkan
naiknya kadar air pada minyak kelapa sawit (CPO) sehingga menurunkan mutu
produksi.
h. Stasiun nut kernel
Pada stasiun dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan inti dari
cangkangnya dan juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan distasiun ini
diantaran cake breaker conveyor (CBC), depericarper, nut silo, ripple mill, clay bath dan
kernel silo.

Proses pengolahan kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan kelapa sawit
dengan hasil utama minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PK). Selain itu terdapat
produk sampingan berupa fiber, cangkang dan tandan kosong. Terdapat juga limbah
cair PKS (LCPKS) yang digunakan sebagai substitusi pupuk di areal perkebuanan.
Pabrik pengolahan kelapa sawit tersusun atas unit unit proses yang memanfaatkan
kombinasi perlakuan mekanis, fisik dan kimia. Parameter penting produksi seperti
efisiensi ekstraksi (rendemen) dan kualitas produk sangat penting perananya dalam
menjamin daya saing industry perkebunan kelapa sawit disbanding minyak nabati
lainnya. Perlu diketahui bahwa kualitas minyak CPO yang diperoleh sangat
dipengaruhi oleh kondisi TBS yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses
pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan losses dalam pengolahannya,
sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak semata mata tergantung dari TBS yang
masuk didalam pabrik.

Pada prinsip nya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara
mekanis dari tandan buah sawit yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara
keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahapan proses yang berjalam
secara sinambung dan terkait satu sama lain, kegagalan pada satu tahap proses akan
berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahapan proses

7
harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada. Proses
pengolahan TBS menjadi CPO dan PK sangat erat hubungannya dengan tingkat
efisiensi pabrik dan rendemen yang dihasilkandari setiap ton raw material TBS yang
masuk atau akan diolah.

8
Gambar 1.1 Flow Chart Proses Pengolahan Kelapa Sawit
Gambar 1.2 Flow Chart Proses Pengolahan Minyak Inti Sawit
1.4 Neraca massa

Dalam upaya menghasilkan minyak sawit sebanyak 32.308 ton selama tahun 2020
PTPN VII Unit Betung mengolahan bahan baku berupa TBS sebanyak 164.014 ton.
Neraca masa untuk output dan input proses produksi untuk menghasilkan minyak
sawit disajikan pada Gambar berikut :

Gambar 1.3 Neraca Masa Proses Pengolaha Kelapa Sawit

11
Seperti yang terlihat pada neraca masa pengolahan minyak kelapa sawit, tampak
terlihat bahwa sumber pencemaran emisi bersumber pada Boiler yang merupakan
sumber energi dan genset berada di kamar mesin dengan keterangan sebagai
berikut :

• Boiler no 1 merk takuma dengan kapasitas 20 ton uap/jam berbahan bakar


biomas (cangkang dan serabut) yang merupakan ampas hasil ekstrasi minyak
dari daging buah sawit. Alat pengendali emisi gas buang dari ruang bakar
bakar boiler berupa chimney dan dust collector di mana di dalam chimney
terdapat semprotan air terhadap asap dari ruang bakar boiler sehingga partikel
padat terikut di dalam air yang disemprotkan tadi. Kondisi saat ini boiler no 1
tidak dioperasikan dikarenakan ada kerusakan yang menyebabkan efisiensinya
menurun sehingga tidak dilakukan pemantauan.
• Boiler no 2 merk takuma dengan kapasitas 20 ton uap/jam berbahan bakar
biomas (cangkang dan serabut) yang merupakan ampas hasil ekstrasi minyak
dari daging buah sawit. Alat pengendali emisi gas buang dari ruang bakar
bakar boiler berupa chimney dan dust collector di mana di dalam chimney
terdapat semprotan air terhadap asap dari ruang bakar boiler sehingga partikel
padat terikut di dalam air yang disemprotkan tadi. Kondisi saat ini boiler no 2
dioperasikan secara berkala serta dilakukan pemantauan setiap 6 bulan sekali
setiap tahunnya oleh pihak ke 3 yang berkompeten.
• Boiler no 3 merk takuma dengan kapasitas 20 ton uap/jam berbahan bakar
biomas (cangkang dan serabut) yang merupakan ampas hasil ekstrasi minyak
dari daging buah sawit. Alat pengendali emisi gas buang dari ruang bakar
bakar boiler berupa chimney dan dust collector di mana di dalam chimney
terdapat semprotan air terhadap asap dari ruang bakar boiler sehingga partikel
padat terikut di dalam air yang disemprotkan tadi. Kondisi saat ini boiler no 3

12
dioperasikan secara berkala serta dilakukan pemantauan setiap 6 bulan sekali
setiap tahunnya oleh pihak ke 3 yang berkompeten.
• Genset dengan merk caterpillar dengan kapasitas 500 kVA menggunakkan
bahan bakar solar. Genset ini berfungsi sebagai unit cadangan jika jalur listrik
dari PLN sedang dalam jadwal perawatan. Untuk sumber tenaga listrik utama
yang menggerakkan operasional pabrik berasal dari uap hasil pembakaran
boiler yang dibantu oleh generator untuk menghasilkan tenaga listrik.
Walaupun merupakan unit cadangan genset ini tetap dilakuan pemantauan
setiap 6 bulan sekali oleh pihak ke 3 yang berkompeten.
1.5 Kompetensi Pekerja

Gambar 1. 4 Struktur Organisasi Pengelolaan Lingkungan Unit Betung

13
Penjelasan mengenai definisi, tanggung jawab dan uraian tugas yang tertera dalam
struktur organisasi dapat dilihat melalui penjelasan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Penjelasan Struktur Organisasi Pengelolaan Lingkungan


No Kriteria Penjelasan
1 Definisi 1. Ketua Tim adalah Unsur pimpinan yang
bertugas untuk memberikan arahan secara
sadar kepada struktur yang berada didalam
lingkup pengawasannya agar organisasi
tersebut dapat berkembang sesuai dengan
fungsi dan tujuannya.
2. Penanggung Jawab Pengendalian
Pencemaran Udara (PPPU) adalah Personil
yang memiliki kompetensi dalam
pengendalian pencemaran udara dan
tersertifikasi oleh Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP).
3. Penanggung Jawab Operasional
Pencemaran Udara (POPU) adalah adalah
Personil yang memiliki kompetensi dalam
Operasional penurunan Emisi Udara dan
tersertifikasi oleh Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP).
4. Petugas adalah Personil yang melakukan
aktifitas lapangan baik untuk penurunan
emisi udara, pengelolaan limbah cair dan
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (LB3).
2 Tanggung Jawab 1. Ketua Tim
- Penanggung jawab umum atas semua
upaya pengelolaan lingkungan dan
tindakan pendukung lainnya.
- Bertanggung jawab kepada Manajer Unit
Betung dan Direksi PT Perkebunan
Nusantara VII;
- Melaksanakan tugas di bidang
perencanaan, pengorganisasian,
operasional, pengawasan dan evaluasi
dalam setiap usaha pengelolaan
lingkungan di Unit Betung PT Perkebunan
Nusantara VII.
- Memastikan agar semua pengelolaan
lingkungan yang dilakukan sudah

14
dilaporkan kepada Manajemen dan pihak
pemerintahan setempat.
- Memastikan kebutuhan dalam melakukan
pengelolaan lingkungan baik untuk
pengendalian pencemaran air, penurunan
emisi udara dan pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun sudah
terpenuhi.
2. Penanggung Jawab Pengendalian
Pencemaran Udara (PPPU)
- Bertanggung jawab kepada Ketua Tim
Pengelolaan Lingkungan Unit Betung PT
Perkebunan Nusantara VII;
- Melaksanakan tugas di bidang
perencanaan, pengorganisasian,
operasional, pengawasan dan evaluasi di
bidang pengendalian pencemaran udara
di Unit Betung PT Perkebunan Nusantara
VII;
- Memastikan peralatan-peralatan sarana
dan prasarana yang akan digunakan
untuk pengendalian pencemaran udara
dapat berfungsi dengan baik dan dapat
digunakan secara optimal sehingga
kegiatan operasional pengolahan Unit
Betung tidak mencemari udara.
3. Penanggung Jawab Operasional
Pencemaran Udara (POPU)
- Bertanggung jawab kepada Penanggung
Jawab Pengendalian Pencemaran Udara
Unit Betung PT Perkebunan Nusantara
VII;
- Melaksanakan pengawasan terhadap
petugas pengendalian pencemaran udara
terhadap aktifitas yang dilakukan dalam
rangka penurunan emisi udara PTPN VII
Unit Betung
- Membuat laporan terhadap kegiatan
pengendalian pencemaran udara Unit
Betung kepada instansi terkait sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
4. Petugas

15
- Memastikan seluruh peralatan yang
digunakan untuk pengelolaan
lingkungan baik pengendalian
pencemaran udara, pengendalian
pencemaran air dan pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun dalam
keadaan baik dan dapat digunnakan
secara optimal.
- Membuat ceklist kondisi peralatan untuk
pengelolaan lingkungan baik
pengendalian pencemaran udara,
pengendalian pencemaran air dan
pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun
- Melaporkan jika terjadi kerusakan
peralatan yang digunakan untuk
pengelolaan lingkungan baik
pengendalian pencemaran udara,
pengendalian pencemaran air dan
pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun.
- Melakukan pencatatan terhadap limbah
bahan berbahaya dan beracun yang
masuk kedalam tempat penyimpanan
sementara PTPN VII Unit Betung
- Melakukan pengukuran debit dan pH
harial pada titik inlet dan outlet
pengelolaan limbah cair.
- Melakukan pembersihan lokasi kegiatan
pengelolaan lingkungan PTPN VII Unit
Betung.

PTPN VII Unit Betung sudah memiliki Penanggung Jawab Pengendalian


Pencemara Udara (PPPU) dan Operasional Pengendalian Pencemara Udara
(OPPU) yang telah bersertifikat.

16
BAB II
RUJUKAN BAKU MUTU EMISI

2.1 Acuan Baku Mutu Emisi Berdasarkan Peraturan Menteri


Aktifitas kegiatan pada stasiun boiler menghasilkan emisi gas seperti Sulfur
Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Hidrogen Klorida (HCL), Gas Klorin
(CL2), Amonia (NH3), Hidrogen Flourida (HF) Hidrogen Sulfida (H2S) dan
partikulat. Emisi yang dihasilkan tersebut berasal dari reaksi antara unsur kimia
yang terdapat pada pada serabut dan cangkang dengan gas O2 (Oksigen) yang
diberikan pada dapur boiler agar pembakaranya sempurna.

Identifikasi sumber emisi pada kegiatan yang dilakuan oleh PTPN VII Unit Betung
terdiri dari
- Boiler dengan kode 01
- Boiler dengan kode 02
- Boiler dengan kode 03 dan
- Genset

Sumber emisi yang dilakukan pemantauan berdasarkan identifikasi yang telah


dilakukan yaitu

- Boiler dengan kode 02


- Boiler dengan kode 03 dan
- Genset
Boiler dengan kode 01 tidak dilakukan pemantauan secara berkala di sebabkan
karena kondisi boiler dalam keadaan rusak dan sudah tidak dioperasikan lagi
dalam proses pengolahan minyak kelapa sawit. Nilai baku mutu emisi tungku
bakar (boiler) mengacu pada Pergub Sumsel No 6 Tahun 2012 Tentang Baku Mutu

17
Emisi Sumber Tidak Bergerak dan Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor.

Tabel 2.1 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dan Ambang Batas Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor.
Parameter Batas Maksimum
(mg/m3)
Bukan Logam
1. Amonia (NH3) 0,5
2. Gas Klorin (CL2) 10
3. Hidrogen Klorida (HCL) 5
4. Hidrogen Flourida (HF) 10
5. Nitrogen Oksida (NO2) 1000
6. Opasitas 35 %
7. Partikel 350
8. Sulfur Dioksida (SO2) 800
9. Total Sulfur Tereduksi (H2S) 35
(Total Reduce Sulphur)
Logam
10. Air Raksa (Hg) 5
11. As 8
12. Sb 8
13. Kadmium (Cd) 8
14. Seng (Zn) 50
15. Pb 12
Catatan volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan Tekanan 1 atm)

Sementara itu nilai baku mutu emisi genset mengacu kepada peraturan mentri
lingkungan hidup dan kehutanan lampiran 1 Permen LHK no 11 Tahun 2021, dengan
parameter yang dipantau meliputi partikulat, carbon monoxide (CO), nitrogen oksida
(NOX) sebagai NO2, sulfur dioksida (SO2).

18
Tabel 2.2 Lampiran 1 Permen LHK No 11 Tahun 2021

Catatan :
- Volume gas diukur dalam keadaan standar (250C dan tekanan 1 atm) pada kondisi kering
dan semua parameter dikoreksi sebesar 15% (lima belas persen)
- Nitrogen Oksida (NOX) ditentukan sebagai NO2 + NO

Pada pemantauan udara ambient parameter dan baku mutu yang digunakan
mengacu kepada Peraturan Pemerintah no 22 tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
terdapat pada lampiran 7 perihal bakum mutu udara ambient. Parameter dan
baku mutu pengukuran udara ambien dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

19
Tabel 2.3 Baku Mutu Udara Ambient

Keterangan :
µg/m3 = konsentrasi dalam mikro permeter kubik pada kondisi atmosfer normal
yaitu pada tekanan (P) 1 atm dan Temperatur (T) 25 oC.
# = konsentrasi yang dilaporkan untuk waktu pengukuran selama 1 (satu)
jam adalah konsentrasi hasil pengukuran yang dilakukan setiap 30 (tiga
puluh) menit (dalam 1 jam dilakukan 2 kali pengukuran) dan dilakukan
diantara pukul 11.00 wib – 14.00 waktu setempat.
## = konsentrasi yang dilaporkan untuk waktu pengukuran selama 8
(delapan) jam adalah konsentrasi dari waktu pengukuran yang dilakukan
di antara pukul 06.00 – 18.00 waktu setempat.
### = konsentrasi yang dilaporkan untuk waktu pengukuran selama 3 (tiga)
jam adalah konsentrasi dari waktu pengukuran yang dilakukan di antara
pukul 06.00 – 10.00 waktu setempat.

20
BAB III
DESAIN SARANA DAN PRASARANA
SISTEM PENGENDALI EMISI

3.1 Teknologi pengendalian Emisi


3.1.1 Teknologi pengendalian Emisi Gas

Pada peralatan yang menghasilkan emisi tidak terdapat peralatan atau teknologi
untuk mengendalikan emisi gas.

3.1.2 Teknologi pengendalian Emisi padatan

➢ Dust Cyclone

Gambar 3.1 Boiler Water Tube

21
Pada Gambar 3.1 merupakan bagian boiler yang digunakan oleh PTPN VII Unit
Betung pada stasiun pembangkit. Boiler yang digunakan oleh PTPN VII Unit
Betung merupakan tipe Boiler water tube dengan merk takum berkapasitas
20 kg/cm2. Alat pengendali emisi pada tipe water tube boiler ini menggunakan
dust cyclone untuk menangkap partikulat padat hasil pembakaran pada dapur
boiler.
Cara kerja pada dust cyclone ini menggunakan prinsip centrifugal. Di mana gas
yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi akan ditangkap untuk dimasukkan
kedalam dust collector. Pada dust colectr terdapat airlock yang membuka secara
otomatis per periode untuk mengeluarkan gas padat yang ditangkap pada dust
cyclone.

Dust collector berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu yang berada
pada aliran pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas buang. Keuntungan
menggunakan alat ini adalah gas hasil pembakaran yang dibuang ke udara bebas
dari kandungan debu. Alasannya tidak lain karena debu dapat mencemari
lingkungan sekitar, serta bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kerusakan pada alat akibat adanya gesekan abu maupun pasir.

Gambar 3.2 Dust Collector yang Terpasang Pada Boiler

22
Dust collector merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk memperbaiki
kualitas udara yang dihasilkan dari industry dan proses secara komersial dengan
cara mengumpulkan debu dan kotoran lainnya dari udara atau gas lainnya.
Prinsip kerja alat ini adalah dengan menurunkan tekanan pada sisi hisap di bawah
tekanan atmosfir (udara bebas). Udara yang ada disekitar lubang hisap ini akan
masuk ke dalam lubang hisap yang mengakibatkan debu yang terkandung di
udara sekitar lubang hisap akan ikut masuk ke dalam lubang hisap. Udara yang
masuk kemudian disaring menggunakan filter untuk menyaring debu sehingga
udara yang keluar dari dust collector benar benar bersih.

Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced Draft Fan) melalui
dust collector selanjutnya akan dibuang melalui cerobong asap. Pengaturan asap
diatur terlebih dahulu sesuai kebutuhan sebelum IDF dinyalakan, karena semakin
besar dumper dibuka maka akan semakin besar isapan yang akan terjadi dari
dalam tungku. Pergerakan gas/uap panas yang mengandung partikel halus dan
gas/uap panas yang mengandung partikel kasar dapat dilihat pada gambar 1.5.
Cerobong merupakan bagian dari genset yang dipasang dengan tujuan sebagai
saluran akses pembuangan. Setiap mesin pembakaran yang terdapa dalam genset
mengeluarkan sisa hasil sisa pembakaran yang perlu dikeluarkan.

Alat pengendali emisi yang ada pada genset ini adalah filter slincer (muffier) yang
merupakan bagian utama dari sebuah cerobong yang didalamnya terdapat
beberapa part lainnya yang mana bertujuan untuk meredam suara yang
dihasilkan dari sisa pembuangan gas pada saat pembakaran terjadi. Beberapa part
tersebut meliputi partition yang berfungsi untuk memecah suara agar tidak terlalu
bising, selanjutnya glasswool yang berfungsi untuk memperhalus suara. Setiap
slincer standar memiliki sekat yang berbeda beda, bahkan untuk sesama jenis
genset pun memiliki sekat yang berbeda satu sama lain, yang menjadi pembeda
antara slincer ada pada glasswool karena hampir semua cerobong tidak dilengkapi
dengan glasswool.

23
Gambar 3.3 Pergerakan Partikel Halus dan Kasar Pada Cerobong Boiler

3.2 Operasional Pengendalian Emisi


o Temperatur dan tekanan
Gas buang yang dikeluarkan akan memiliki tekanan yang tinggi (kira kira sekitar
3-5 kg/cm2) dan temperature yang tinggi (kira kira sekitar 600 – 800 C). Apabila
gas buang dikeluarkan ke udara luar dalam keadaan tekanan dan temperatur
yang tinggi maka gas buang tersebut akan mengambang dengan sangat cepat
sehingga menimbulkan suara yang sangat keras. Oleh sebab itu pada genset
dipasang muffier yang berfungsi untuk mencegah timbulnya suara keras dari gas
buang atau digunakan untuk meredam suang yang dihasilkan oleh gas buang
(gambar 1.6)

24
Gambar 3.4. Filter Slincer (Muffier)

o Efisiensi alat pengendali (dari input dan output)


Effisiensi alat pengendali emisi boiler sebesar
Parameter Unit Input Output Effisiensi (%)

Particulate Mg/m3 300 94,1 68,63

Nitrogen Oxide Mg/m3 800 127,9 84,01

Sulfur Dioxide Mg/m3 600 10,5 98,25

Hydrogen Chloride Mg/m3 5 0,01 99,80

Chlorine Mg/m3 5 0,11 97,80

Hydrogen Flouride Mg/m3 8 0,01 99,87

Amonia Mg/m3 1 0,06 94,00

25
Efisiensi alat pengendali emisi genset
Parameter Unit Input Output Effisiensi (%)

Particulate Mg/Nm3 95 34,8 63,36

Carbon monoxide Mg/Nm3 600 302 49,66

Nitrogen Oxide Mg/Nm3 1000 316 68,40

Sulfur Dioxide Mg/Nm3 160 18,3 88,56

o kecepatan alir
kecepatan alir untuk sumber emisi dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 3.5 Data kecepatan alir peralatan yang menghasilkan emisi


o Sifat Emisi yang dihasilkan

Bahan bakar yang digunakan dalam operasional boiler dengan menggunakan


serabut dan cangkang yang diperoleh dari hasil pengolahan kelapa sawit itu
sendiri. Selain menggunakan bahan bakar biomass (cangkang dan serabut) proses
pengolahan kelapa sawit PTPN VII Unit Betung menggunakan bahan bakar solar
untuk menjalankan genset.
Aktifitas kegiatan pada stasiun boiler menghasilkan emisi gas seperti Sulfur
Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Hidrogen Klorida (HCL), Gas Klorin
(CL2), Amonia (NH3), Hidrogen Flourida (HF) Hidrogen Sulfida (H2S) dan

26
partikulat. Emisi yang dihasilkan tersebut berasal dari reaksi anatara unsur kimia
yang terdapat pada pada serabut dan cangkang dengan gas O2 (Oksigen) yang
diberikan pada dapur boiler agar pembakaranya sempurna.
Tabel 3.1 Unsur kimia yang terdapat pada serabut dan cangkang
Persentase
No Nama Unsur
Serabut Cangkang
1 Carbon (C) 40,15 61,34
2 Hidrogen (H2) 4,25 3,25
3 Oksigen (O2) 30,12 31,16
4 Nitrogen (N2) 22,29 2,45
5 Abu (A) 3,19 1,8

➢ Perhitungan Emisi
Tabel 3.2 Beban Emisi Boiler No 2
No Parameter Beban emisi (Ton/Tahun)
1 Amoniak (NH3) 0,09
2 Gas Klorin (Cl2) 0,11
3 Hidrogen Flourida (HF) 0,01
4 Hidrogen Klorida (HCl) 0,01
5 Nitrogen Oksida (NOx) 139
6 Partikulat (PM) 98,9
7 Sulfur Dioksida (SO2) 13,1
8 Opasitas (%) 20

Tabel 3.3 Beban Emisi Boiler No 3


No Parameter Beban emisi (Ton/Tahun)

1 Amoniak (NH3) 0,07


2 Gas Klorin (Cl2) 0,15
3 Hidrogen Flourida (HF) 0,01
4 Hidrogen Klorida (HCl) 0,01
5 Nitrogen Oksida (NOx) 107
6 Partikulat (PM) 76,6
7 Sulfur Dioksida (SO2) 10,5
8 Opasitas (%) 20

27
Tabel 3.4 Beban Emisi Genset No 1
No Parameter Beban emisi
(Ton/Tahun)
1 Karbon Monoksida 383
(CO)
2 Nitrogen Oksida (NOx) 331

28
BAB IV
RENCANA dan REALISASI PEMANTAUAN

4.1 Jenis Pemantauan


Jenis pemantauan emisi udara yang dilakukan oleh PTPN VII Unit Betung yaitu
dengan cara manual. Lokasi dan peralatan yang dilakukan pemantauan oleh PTPN
VII Unit Betung dapat dilhat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Lokasi Pemantauan Emisi Udara Ambient


No Lokasi Tipe Pemantauan
1 Boiler no 2 Manual
2 Boiler no 3 Manual
3 Genset no 1 Manual
4.2 Frekuensi Pemantauan
Pemantauan emisi udara ambient yang dilakukan oleh PTPN VII Unit Betung
dilakukan setiap 6 bulan sekali oleh pihak ketiga yang berkompeten. Pelaporan
pemantauan emisi udara embient sudah dilakukan oleh PTPN VII Unit Betung setiap
6 bulan sekali secara online menggunakan aplikasi SIMPEL.
Tabel 4.2 Frekuensi Pemantauan Udara Ambient
Koordinat Koordinat Frekuensi
No Lokasi Pemantauan
Latitude Longitude Pemantauan
1 Pemukiman Masyarakat 02 51’ 77,4” 101 09’ 78,6” Per 6 bulan
2 Halaman depan mess 02 51’ 39,5” 101 09’ 74,4” Per 6 bulan
3 Halaman parker kantor 02 51’ 03,3” 101 09’ 88,6” Per 6 bulan
pada lingkungan pabrik

Pemantuan sumber emisi yang dimiliki oleh PTPN Unit Betung dilakukan secara
manual oleh pihak ketiga yang kompeten. Proses pengujian untuk emisi boiler dan
genset dilakukan dengan meletakkan alat pada lubang sampel yang terdapat pada
boiler dan genset.

29
➢ Lokasi Titik Pemantauan Emisi Dengan Nama dan Titik Koordinat
➢ Boiler Kode 01
Kode Cerobong : B.01
Koordinat Cerobong : S.02ᵒ 50 53.4 ; E.104ᵒ 09 50.7
Sumber Emisi : Boiler 1
Tabel 4.3 Titik Pemantauan Emisi Boliler kode 01
No. Ketentuan Teknis Dokumentasi/Foto
1. Cerobong Emisi Lubang Sampling

2. Pagar pengaman & tangga

3. Lantai Kerja

4. Kode & Koordinat

30
5. Sumber Listrik

Boiler Kode 02
Kode Cerobong : B.02
Koordinat Cerobong : S.02ᵒ 50 53.6 ; E.104ᵒ 09 50.5
Sumber Emisi : Boiler 2

Tabel 4.4 Titik Pemantauan Emisi Boliler kode 02


No. Ketentuan Teknis Dokumentasi/Foto
1. Cerobong Emisi Lubang Sampling

2. Pagar pengaman & tangga

3. Lantai Kerja

4. Kode & Koordinat

31
5. Sumber Listrik

➢ Boiler Kode 03
Kode Cerobong : B.03
Koordinat Cerobong : S.02ᵒ 50 53.8 ; E.104ᵒ 09 50.9
Sumber Emisi : Boiler 3

Tabel 4.5 Titik Pemantauan Emisi Boliler kode 03


No. Ketentuan Teknis Dokumentasi/Foto

1. Cerobong Emisi Lubang Sampling

2. Pagar pengaman & tangga

3. Lantai Kerja

4. Kode & Koordinat

32
5. Sumber Listrik

➢ Genset Kode 01
Nama Perusahaan : PT. Perkebunan Nusantara VII – Unit Betung
Kode Cerobong : G.01
Koordinat Cerobong : S.02ᵒ 50 54.7 ; E.104ᵒ 09 52.1
Sumber Emisi : Genset C-15

Berikut ini adapun Spesifikasi Cerobong Emisi di PTPN VII Unit Betung:

❖ Diameter Cerobong Bulat atau Panjang dan Lebar Cerobong Untuk Cerobong Persegi

Cerobong yang emisi yang dimiliki oleh PTPN VII Unit Betung berbentuk silinder
dengan spesifikasi seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.6 Spesifikasi Cerobong Emisi
Diameter
Sumber Kode Koordinat Koordinat Bentuk
No Cerobong
Emisi Cerobong Latitude Longitude Cerobong
(m)
1 Boiler B.01 02 50’53,4” 104 09’50,7” Silinder 1,54
2 Boiler B.02 02 50’53,6” 104 09’50,5” Silinder 1,54
3 Boiler B.03 02 50’53,8” 104 09’50,9” Silinder 1,54
4 Genset G.01 02 50’54,7” 104 09’52,1” Silinder 0,075

❖ Tinggi Cerobong dan Posisi Lubang Sampling Setiap Cerobong (m) Serta Posisi
8D dan 2D
Tabel 4.7 Dimensi Cerobong Emisi
Sumber Kode Tinggi Posisi 8D Posisi 2D Posisi Lubang
No
Emisi Cerobong Cerobong (m) (m) (m) Sampling (m)
1 Boiler B.01 18,39 12,32 3,08 13,29
2 Boiler B.02 18,39 12,32 3,08 14,20
3 Boiler B.03 18,39 12,32 3,08
4 Genset G.01 0,98 0,6 0,15

33
4.3 Laboratorium Pengujian Yang Digunakan
Untuk pengukuran emisi udara ini PTPN VII menggunakan pihak ketiga yaitu PT.
sucofindo. PT Sucofindo sendiri telah memiliki laboratorium pengujian emisi udara yang
telah mendapatkan sertifikasi KAN dengan nomor akreditasi LP-024-IDN. Selain itu PT
Sucofindo juga memiliki surat teregistrasi dari Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutan (KLHK) dengan nomor S.1336/SETJEN/SLK/SID.12/2019.
Parameter emisi yang sudah mendapatkan akreditasi pada laboratorium
PT Sucofindo diantaranya Sox, NOx, NH3, Cl2, HCL, HF, Particulate, H2S, Hg, As, Sb,
Cd, Zn, Pb, CO, volumetric flow rate, dan opacity. Untuk parameter ambient yang sudah
mendapatkan akreditasi diantaranya NH3, H2S, Nitrogen Dioxide, Sulfur Dioxide, TSP,
CO, O3, Hydrocarbon, PM10, PM2.5, Pb, Dust Fall. Adapun Standar pengujian yang
dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN).

Gambar 4.1 Metode Pengujian Udara Ambien

34
4.4 Realisasi Pemantauan
Hasil dari kegiatan pemantauan yang dilakuan oleh PTPN VII Unit Betung dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Hasil Analisa Boiler No 2 SM II 2021

Tabel 4.9 Hasil Analisa Boiler No 2 SM I 2021

Tabel 4.10 Hasil Analisa Boiler No 2 SM II 2020

35
Tabel 4.11 Hasil Analisa Boiler No 3 SM II 2021

Tabel 4.12 Hasil Analisa Boiler No 3 SM I 2021

Tabel 4.13 Hasil Analisa Boiler No 3 SM II 2020

Tabel 4.14 Hasil Analisa Genset SM II 2021

36
Tabel 4.15 Hasil Analisa Genset SM I 2021

Tabel 4.16 Hasil Analisa Genset SM II 2020

Tabel 4.17 Hasil Analisa Udara Ambient, Kebisingan dan Getaran Lokasi Pemukiman
Masyarakat SM II 2021

37
Tabel 4.18 Hasil Analisa Udara Ambient, Kebisingan dan Getaran Lokasi Pemukiman
Masyarakat SM I 2021

Tabel 4.19 Hasil Analisa Udara Ambient, Kebisingan dan Getaran Lokasi Pemukiman
Masyarakat SM II 2020

38
Tabel 4.20 Hasil Analisa Udara Ambient, Kebisingan dan Getaran Lokasi Lingkungan
Pabrik SM II 2021

39
BAB V
INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN dan
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

A. Internalisasi Biaya Lingkungan


1. Biaya pencegahan Pencemaran Udara;
• Biaya pembersihan boiler setelah jam jalan boiler mencapai kurang lebih 350
jam dengan total biaya sebesar Rp 60.000.000,- dalam satu tahun.
• Biaya untuk pembuangan abu hasil tangkapan dari dust collector sebesar Rp
33.696.000,-

2. Biaya pengembangan teknologi terbaik rendah Emisi;


Saat ini PTPN VII belum fokus dalam pengembangan teknologi sehingga dapat
menghasilkan emisi yang rendah sehingga belum menganggarkan untuk
pengembangan teknologi pada kegiatan yang menghasilkan emisi .

3. Biaya penggunaan bahan bakar bersih;


Dalam penggunaan bahan bakar untuk mendukung proses operasional
pengolahan kelapa sawit, PTPN VII tidak menambah biaya untuk
pengadaaannya. Hal ini dikarenakan bahan bakar yang digunakan berasal dari
proses pengolahan sawit bsendiri yang dikenal dengan bahan bakar biomassa
(serabut dan cangkang).

4. Biaya pengembangan sumber daya manusia;


Peningkatan kompetensi sumber daya manusia khususnya pekerja yang
mengelola bidang lingkungan telah dilakukan oleh PTPN VII Unit Betung. Biaya
pengembangan sumber daya manusia yang di rencanakan oleh PTPN VII Unit
Betung diantaranya :
• Biaya peningkatan kompetensi pekerja ini dianggarkan sebesar kurang lebih
Rp 50.000.000,-
• Inhouse Training Bidang Teknik dan Pengolahan sebesar Rp 5.000.000,-
• Biaya Sertifikasi operator Rp 29.000.000,-

5. Biaya pemantauan emisi dan kualitas udara ambien; dan/atau


Biaya untuk melakukan pemantaua emisi dan kualitas udara ambien selama 1
tahun berjumlah Rp 59.000.000,-. Biaya tersebut digunakan untuk menggandeng
pihak ke tiga untuk melakukan pengukuran dan menganalisa emisi yang
dihasilkan dalam aktifitas operasional PTPN VII Unit Betung.

40
6. Biaya kegiatan lain yang mendukung upaya pengendalian Pencemaran Udara.

B. Sistem Manajemen Lingkungan


1. Perencanaan
Ruang lingkup pengendalian pencemaran emisi udara adalah melakukan identifikasi
seluruh kegiatan pengolahan minyak kelapa sawit yang dapat berpotensi menimbulkan
pencemaran emisi udara terhadap lingkungan sekitar. Hasil yang diperoleh dari
identifikasi tersebut, kegiatan yang berpotensi untuk menimbulkan emisi udara ada pada
kegiatan operasional boiler dan genset yang ada pada stasiun pembangkit.
Hasil dari identifikasi tersebut ditindak lanjuti oleh manajemen PTPN VII Unit Betung
dengan cara melakukan perawatan terhadap peralatan sumber emisi. Perawatan yang
dilakukan seperti :
• Melakukan pembersihan ruang dapur boiler pada saat tidak olah
• Melakukan pembersihan cerobong cimney dengan cara mengeluarkan debu halus
yang dihasilkan selama proses pengolahan pada saat tidak olah.
• Melakukan pembersihan pada kisi kisi dust collector sehingga penangkapan partikel
padat dapat berjalan secara sempurna
• Memeriksa dan mengganti alat pengendali emisi pada genset secara berkala untuk
mengurangi emisi yang dikeluarkan dari genset.
PTPN VII telah memiliki kebijakan terpadu yang didalamnya telah mencakup komitmen
perusahaan dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup. Bunyi komitmen
perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang terdapat pada kebijakan
terpadu adalah “mengutamakan pencegahan dan penurunan pencemaran khususnya
limbah cair, Limbah B3, Limbah Padat non B3 dan EMISI UDARA, melakukan
pembukaan lahan perkebunan dan praktik budidaya tanaman tanpa bakar (zero
burning), serta pencegahan terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.”
PTPN VII Unit Betung telah memiliki struktur organisasi pengelolaan lingkungan yang
salah satunya mencakup tentang pelaksanaan pemantauan emisi udara. Untuk
mendukung kompetensi personil pemantauan emisi udara yang terdapat dalam struktur
organisasi tersebut PTPN VII Unit Betung juga telah memiliki sertifikat kompetensi
Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara (PPPU) dan Penanggung Jawab
Pengendalian Operasional Pencemaran Udara (POPU) yang dilaksanakan oleh pihak
ketiga yang memiliki kompetensi dalam melakukan sertifikasi tersebut.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pemantauan yang dilakukan terhadap sumber emisi yang telah
teridentifikasi dilakukan setiap 6 bulan sekali oleh pihak ketiga yang berkompeten.
Pemantaun yang dilakukan meliputi :
• Pemantauan emisi sumber bergerak dan tidak bergerak
• Pemantaun udara ambiet, kebisingan, kebauan dan getaran
Hasil dari pemantauan tersebut kemudian dilakukan pengukuran oleh labaratorium
yang telah mendapat sertifikasi KAN dan masih berlaku. Hasil dari pemantauan sumber
emisi tersebut dituangkan didalam sertifikasi hasil uji yang berisi tentang hasil uji sampel
dan baku mutu yang dijadikan acuan.

41
Hasil terhadap Analisa yang telah di keluarkan tersebut kemudian dilakukan evaluasi
terhadap tingkat penaatannya terhadap baku mutu. Jika hasil Analisa hampir mendekati
ambang batas maksimal baku mutu yang ditetapkan perlu dilakukan evaluasi terhadap
kegiatan opersional masing masing peralatan yang menjadi sumber emisi.

3. Pemeriksaan
Pemeriksaan emisi udara ambient dilakukan oleh pihak ketiga yang memiliki kompetensi
dalam melakukan pengukuran emisi udara ambient. Pihak ketiga tersebut memeriksa
seluruh sumber emisi yang di miliki oleh oleh PTPN VII Unit Betung untuk diambil
sampel nya dan kemudian dikirimkan ke laboratorium yang telah memiliki sertifikasi
KAN.
Proses pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak ketiga dilakukan sesuai dengan prosedur
yang dimiliki oleh mereka dengan menggunakan peralatan APD lengkap untuk
menghindari terjadinya kecelakaan padaa saat proses pekerjaan terjadi. Proses
pemeriksaan emisi udara ambient dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 5.1 Pelaksanaan pemeriksaan emisi boiler

42
Gambar 5.2 Pelaksanaan Pemeriksaan emisi Genset

4. Tindakan
Tidak lanjut dari hasil pemeriksaan sumber emisi udara baik genset maupun boiler di
tuangkan didalam program kerja seperti pembersihan sumber emisi baik genset maupun
genset.

43

Anda mungkin juga menyukai