Anda di halaman 1dari 39

Modul Ke:

07
Manajemen &
Rekayasa Lalu
Lintas
Fakultas : Program Studi:
Teknik dan informatika Teknik Sipil Dodi, ST., MT.
Abstrak
Mahasiswa dapat memahami untuk menjelaskan, menerapkan dan mengidentifikasi
serta mampu menganalisis manajemen prioritas untuk angkutan umum, pejalan
kaki, parkir, dan angkutan barang.
Tujuan
Pada pembelajaran matakuliah ini betujuan untuk Mahasiswa dapat mengetahui dan
mampu menganalisis manajemen prioritas untuk angkutan umum, pejalan kaki, parkir,
dan angkutan barang pada lalulintas.
Pembahasan
Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan

PP NO. 79 TAHUN 2013 Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang Lalu Lintas. Menurut
Pratama (2014). pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang
berjalan di lintasan pejalan kaki baik dipinggir jalan, trotoar, lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun
menyeberang jalan. Untuk melindungi pejalan kaki dalam berlalu lintas, pejalan kaki wajib berjalan pada
bagian jalan dan menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah disediakan bagi pejalan kaki. Perjalanan
pejalan kaki dilakukan dipinggir jalan. Permasalahan utama ialah karena adanya konflik antara pejalan kaki
dan kendaraan, sehubungan permasalahan tersebut perlu kiranya jangan beranggapan, bahwa para pejalan kaki
itu diperlakukan sebagai penduduk kelas dua, dibandingkan dengan para pemilik kendaraan. Oleh sebab itu
prioritas pertama adalah, melihat apakah tersedia fasilitas untuk para pejalan kaki yang mencukupi, kedua
bahwa fasilitas-fasilitas tersebut mendapat perawatan sewajarnya.
Pembahasan
WHO, (2013) dengan judul Pedestrian Safety yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh
Global Road Safety Partnership Indonesia (2015), mengatakan bahwa di seluruh dunia, lebih
dari 270.000 pejalan kaki meninggal di jalan setiap tahun. Secara global, pejalan kaki
berkontribusi sebanyak 22% dari total kematian di jalan, dan di beberapa negara proporsi
tersebut mencapai 67%. Kecelakaan lalu lintas jalan membunuh sekitar 1,24 juta orang
pertahun. Lebih dari seperlima dari kematian tersebut menimpa pejalan kaki. Kecelakaan
pejalan kaki, seperti halnya kecelakaan lalu lintas jalan lainnya, tidak bisa dianggap sebagai
sesuatu yang tidak bisa dihindari karena sebenarnya kecelakaan bisa diprediksi dan dicegah.
Faktor-faktor resiko utama kecelakaan lalu lintas jalan yang melibatkan pejalan kaki adalah
kecepatan kendaraan, penggunaan alkohol oleh pengemudi dan pejalan kaki, kurangnya
infrastruktur yang berkeselamatan bagi pejalan kaki dan buruknya visibility pejalan kak
Pembahasan
Yang termasuk pejalan kaki :
1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)
2. Pengguna angkutan umum
3. Pengguna kendaraan pribadi, yang berjalan dari lokasi parkir ke tempat
tujuan

Karenanya, berjalan kaki merupakan bagian yang integral dalam sistem


transportasi jalan
Pembahasan
Kondisi Fasilitas Pejalan Kaki menurut para ahli

Menurut Henrile (2014) dalam Evaluasi Fasilitas Pejalan Kaki dengan lokasi
penelitian yang bertempat di Jl. Laksada Adisucipto Yogyakarta, dimana dalam
penelitian ini membahas mengenai kebutuhan fasilitas pejalan kaki seperti trotoar
dan jalur penyebrangan (zebra croos) yang perlu ditingkatkan agar kenyamanan
dan keselamatan pejalan kaki dapat dijaga. Hasil penelitian tersebut mendapat
kesimpulan bahwa fasilitas penyebrangan zebra croos harus dilengkapi pelican
croosing dengan lapak tugu, kemudian beberapa trotoar di lokasi tersebut harus
dilakukan penambahan lebar trotoar.
Pembahasan
Puskarev dan Zupan 1975 (dalam Prasetyaningsih, 2010) menyatakan
bahwa pemilihan moda berjalan kaki sangat mungkin terjadi, karena
sebagian besar perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki. Orang pergi ke
pusat pertokoan dan menggunakan kendaraan pribadi ataupun angkutan
umum maka dia perlu berjalan kaki menuju toko yang dituju, apalagi
orang yang hendak pergi ke pusat pertokoan hanya dengan berjalan kaki.
Pembahasan
Menurut Goncalves (2010) dalam Analisis Kelayakan Transportasi Khusunya
Trotoar dengan lokasi penelitaian yang bertempat di Pasar Pakem Jl. Kaliurang
KM. 17, dimana dalam penelitian ini membahas mengenai perencanaan jalur
pejalan kaki dengan menghitung volume pejalan kaki sehingga diketahui lebar
efektif trotoar yang sesuai. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa lebar
trotoar pada lokasi tersebut tidak perlu perlebaran akan tetapi terdapat
permasalahan lain yang menggangu kenyaman pejalan kaki yaitu keberadaan
kendaraan parkir dan pedagang kaki lima.
Pembahasan
Menurut Iswanto (2006) ada terdapat beberapa macam fasilitas yang disediakan bagi pedestrian,
antara lain:

a. Jalur pedestrian terpisah dengan jalur kendaraan, yaitu dengan membuat permukaan, serta
ketinggian yang berbeda.
b. Jalur pedestrian untuk menyeberang, yaitu dapat berupa zebra cross, jembatan penyeberangan,
atau jalur penyeberangan bawah tanah.
c. Jalur pedestrian yang rekreatif, yaitu terpisah dengan jalur kendaraan bermotor serta disediakan
bangku-bangku untuk istirahat.

Jalur pedestrian dengan sisi untuk tempat berdagang, biasanya di komplek pertokoan.
Pembahasan
Menurut TRB 2000 (dalam Khisty dan Lall, 2003) terdapat beberapa faktor lingkungan yang harus
dipertimbangkan dalam mendesain fasilitas-fasilitas pedestrian, antara lain:

a. Kenyamanan: berupa perlindungan terhadap cuaca, pengaturan ruangan, halte transit, jembatan
penyebrangan.
b. Kemudahan: jarak jalan, rambu petunjuk, kemiringan pada rampa, tangga yang sesuai untuk lanjut usia,
petapetunjuk, dan faktor faktor lain yang yang menyumbang atas kemudahan gerak pedestrian.
c. Keselamatan: pemisah lalu lintas pedestrian dari lalu lintas kendaraan, mal yang hanya diperuntukan bagi
pedestrian, rambu rambu lalu lintas yang melindungi nyawa pedestrian.
d. Keamanan: penerangan, garis pandang, lingkungan bebas kriminal.
e. Ekonomi: minimalisasi keterlambatan perjalanan.
Jalur Pejalan Kaki
Pembahasan
Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 tanggal 20
Desember 1999, jalur pejalan kaki merupakan lintasan yang diperuntukkan untuk berjalan kaki.
Jalur pejalan kaki dapat berupa trotoar, penyeberangan sebidang (penyeberangan zebra atau
penyeberangan pelikan), dan penyeberangan tak sebidang (jembatan penyebrangan dan

terowongan).

Perencanaan dan perancangan jalur pejalan kaki yang baik akan mendukung kegiatan yang
dilakukan oleh penggunaanya dengan aman dan nyaman. Jalur pejalan kaki juga merupakan ruang
bagi manusia melakukan kegiatan seperti berbelanja, berinteraksi, dan menjadi ciri khas dari suatu
lingkungan (Pratama, 2014).
Pembahasan
Jalur Pejalan Kaki dan perlengkapannya harus direncanakan sesuai ketentuan. Ketentuan tersebut secara umum adalah sebagai berikut:

a. Pada hakekatnya pejalan kaki untuk mencapai tujuannya ingin menggunakan lintasan sedekat mungkin, dengan nyaman, lancar
dan aman dari gangguan.
b. Adanya kontinuitas Jalur Pejalan Kaki, yang menghubungkan antara tempat asal ke tempat tujuan, dan begitu juga sebaliknya.
c. Jalur Pejalan Kaki harus dilengkapi dengan fisilitas-fasilitasnya seperti halnya rambu-rambu, penerangan, marka, dan
perlengkapan jalan lainnya, sehingga pejalan kaki lebih mendapat kepastian dalam berjalan, terutama bagi pejalan kaki
penyandang cacat.
d. Fasilitas Pejalan Kaki tidak dikaitkan dengan fungsi jalan.
e. Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras dan dibuat sedemikian rupa sehingga apabila hujan permukaannya tidak licin, tidak terjadi
genangan air, serta disarankan untuk dilengkapi dengan peneduh.
f. Untuk menjaga kesalamatan dan keleluasaan pejalan kaki, sebaiknya dipisahkan secara fisik dari jalur lalu lintas kendaraan.

Pertemuan antara jenis Jalur Pejalan Kaki yang menjadi satu kesatuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan keamanan
dan kenyamanan bagi pejalan kaki.
Trotoar
Pembahasan
Fungsi utama dari trotoar adalah memberikan pelayanan yang optimal
kepada pejalan kaki baik dari segi keamanan maupun kenyamanan. Selain
itu, trotoar juga berfungsi untuk meningkatkan kelancaran lalulintas
(kendaraan), karena tidak terganggu atau terpengaruh oleh lalu lintas
pejalan kaki. Terutama daerah perkotaan (urban), ruang dibawah trotoar
dapat digunakan sebagai ruang untuk mendapatkan utilities dan pelengkap
jalan lainnya.
Pembahasan
Menurut Direktur Jenderal Bina Marga No: 011/T/Bt/1995, trotoar dapat dipasang dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur Daerah Manfaat Jalan
(DAMAJA). Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan, akan tempat Trotoar dapat tidak sejajar
dengan jalan bila keadaan topografi atau keadaan setempat yang tidak memungkinkan.
b. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka atau di atas saluran drainase
yang telah ditutup.

c. Trotoar pada tempat pemberhentian bus harus ditempatkan secara berdampingan/sejajar dengan jalur
bus.
Zebra Cross
Pembahasan
Menurut Direktur Jenderal Bina Marga Direktorat Jendral Bina Marga, 1999 tentang Pedoman
Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Umum, Zebra Cross merupakan fasilitas
penyeberanganan bagi pejalan kaki sebidang yang dilengkapi marka untuk memberi ketegasan/batas
dalam melakukan lintasan Zebra Cross dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Zebra Cross harus dipasang pada jalan dengan arus lalu lintas, kecepatan lalu lintas dan arus
pejalan kaki yang relatif rendah.
b. Lokasi Zebra Cross harus mempunyai jarak pandang yang cukup, agar tundaan kendaraan yang
diakibatkan oleh penggunaan fasilitas penyeberangan masih dalam batas yang aman.
Pembahasan
Pelican Cross

Pelican Cross adalah fasilitas penyeberangan pejalan kaki yang dilengkapi dengan lampu
lalu lintas untuk menyeberang jalan dengan aman dan nyaman. Pelican Crossing harus dipasang
pada lokasi-lokasi sebagai berikut :

a. Pada kecepatan lalu lintas kendaraan dan arus penyeberang tinggi


b. Lokasi pelikan dipasang pada jalan dekat persimpangan.
c. Pada persimpangan dengan lampu lalu lintas, dimana pelican cross dapat dipasang menjadi
satu kesatuan dengan rambu lalu lintas (traffic signal)
Pembahasan
Manajemen Fasilitas Angkutan Umum
Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke
tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau berbagai tempat
yang dikehendaki, atau mengirimkan barang dari tenmpat asalnya ketempat tujuannya.
Prosesnya dapat dilakukan menggunakan sarana angkutan berupa kendaraan atau tanpa
kendaraan (diangkut oleh orang).

Angkutan Umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau
bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah angkutan kota (bus,
minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan angkutan udara (Warpani , 1990).
Pembahasan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan
dijelaskan angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Sedangkan kendaraanumum adalah
setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan
dipungut bayaran. Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan
menggunakan mobil bus atau mobil penumpang dilayani dengan trayek tetap atau
teratur dan tidak dalam trayek.
Pembahasan
Tujuan utama keberadaan angkutan umum penumpang adalah menyelenggarakan pelayanan
angkutan yang baik dan layak bagi msyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang
aman, cepat, murah dan nyaman. Selain itu, keberadaan angkutan umum penumpang juga membuka
lapangan kerja. Ditinjau dengan kacamata perlalu- lintasan, keberadaan angkutan umum penumpang
mengandung arti pengurangan volume lalu lintas kendaraan pribadi, hal ini dimungkinkan karena
angkutan umum penumpang bersifat angkutan massal sehingga biaya angkut dapat dibebankan
kepada lebih banyak orang atau penumpang. Banyaknya penumpang menyebabkan biaya penumpang
dapat ditekan serendah mungkin ( Warpani, 1990).
Pembahasan
Jenis Angkutan Umum

Berdasarkan Undang- Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
menyebutkan bahwa pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum terdiri dari:

a. Angkutan antar kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu kota ke kota lain.
b. Angkutan kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu kota ke kota lain.
c. Angkutan perdesaan yang merupakan pemindahan orang dalam dan atauantar wilayah perdesaan.
d. Angkutan lintas batas negara yang merupakan angkutan orang yang melalui lintas batas negara lain.
Pembahasan
Angkutan Perdesaan

Angkutan perdesaan adalah pelayanan angkutan penumpang yang ditetapkan


melayani trayek dari terminal dan ke terminal tipe C. Ciri utama lain. yang
membedakan angkutan perdesaan dengan yang lainnya adalah pelayanan lambat,
tetapi jarak pelayanan tidak ditentukan (Warpani, 2002).

Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu
daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada wilayah
ibukota Kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang
umum yang terikat dalam trayek (KM 35 Tahun 2003).
Pembahasan
Sistranas No. KM 49 (2005) menyebutkan bahwa angkutan perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke
tempat lain dalam satu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada wilayah ibu kota
kabupaten dengan mempergunakan angkutan umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek
Berdasarkan KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum,
pelayanan angkutan perdesaan diselenggarakan dengan ciri- ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai jadwal tetap dan atau tidak terjadwal.


b. Jadwal tetap diberlakukan apabila permintaan angkutan cukup tinggi.
c. Pelayanan angkutan bersifat lambat, berhenti pada setiap terminal, dengan waktu menunggu relatif cukup lama.
d. Terminal yang merupakan terminal asal pemberangkatan dan tujuan sekurangkurangnya terminal tipe C.

Dilayani dengan mobil bus kecil atau mobil penumpang umum.


Pembahasan
Kelengkapan kendaraan yang digunakan untuk angkutan perdesaan:

a. Nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan pada sisi kiri, kanan, dan belakang
kendaraan.
b. Papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta lintasan yang dilalui dengan dasar putih tulisan hitam
yang ditempatkan dibagian depan dan belakang kendaraan.
c. Jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat pada badan kendaraan
sebelah kiri dan kanan dengan tulisan “ANGKUTAN PERDESAAN“
d. Jati diri pengemudi ditempatkan pada dashboard.
e. Fasilitas bagasi sesuai kebutuhan.

f. Daftar tarif yang berlaku.


Pembahasan
Pelayanan Trayek Angkutan Umum

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: SK.687/AJ.206/DRJD/2002 dalam perencanaan
jaringan trayek angkutan umum harus diperhatikan faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah sebagai berikut:

a. Pola pergerakan penumpang angkutan umum.

Rute angkutan umum yang baik adalah arah yang mengikuti pola pergerakan penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan
yang lebih effesien. Trayek angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola pergerakan penduduk yang terjadi, sehingga transfer
moda yang terjadi pada saat penumpang mengadakan perjalanan dengan angkutan umum dapat diminimumkan.

b. Kepadatan penduduk.

Salah satu faktor yang menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya
merupakan wilayah yang mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum yang ada diusahakan sedekat mungkin
menjangkau wilayah itu.
Pembahasan
c. Daerah pelayanan.

Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah potensial pelayanan, juga


menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada. Hal ini sesuai dengan konsep pemerataan pelayanan
terhadap penyediaan fasilitas angkutan umum.

d. Karakteristik jaringan.

Kondisi jaringan jalan akan menetukan pola pelayanan trayek angkutan umum. Karakteristik jaringan
jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi, lebar jalan, dan tipe operasi jalur. Operasi angkutan
umum sangat dipengaruhi oleh karakteristik jaringan jalan yang ada.
Pembahasan
Kinerja

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kamus besar


bahasa Indonesia edisi ketiga ( 2000), kinerja adalah (1) sesuatu yang
dicapai, (2) prestasi yang diperlihatkan, (3) kemampuan kerja.
Pembahasan
Kualitas Kinerja Operasi

Asikin, Zainal ( 1990 ) menjelaskan bahwa pengaturan bus merupakan usaha untuk menciptakan pergerakan
yang teratur, cepat, dan tepat dan memberikan manfaat kepada semua pihak. Giannopaulus (1990) dalam
Chrisdianto (2004) dan Dina (2008) memberikan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas operasi antara lain

a. Nilai okupansi bis (load faktor ).

b. Reabilitas.

c. Kenyamanan, keamanan dan keselamatan.

d. Panjang trayek

e. Lama perjalanan.
Pembahasan
Faktor muat ( load factor )

Menurut penelitian A’an, N.S dan Darman, R ( 2005 ), faktor muat ( load
factor ) dalam Dina Apriana (2008) merupakan perbandingan antara kapasitas
terjual dengan kapasitas tersedia untuk suatu perjalanan yang biasa dinyatakan
dalam persen. Sesuai dengan peraturan pemerintah No 41 tahun 1993 tentang
angkutan jalan pasal 28 yang menetapkan bahwa faktor muat standard adalah
sebesar 70%.
Headway
Pembahasan
Menurut Hendarto. Sri (2001), headway dapat dinyatakan dalam waktuatau dalam jarak, bila
dinyatakan dalam waktu disebut time headway, sedang yang dinyatakan dalam jarak disebut distance
headway. Time headway adalah waktuantara kedatangan dua kendaraan yang berurutan disatu titik
pada ruas jalan. Distance headway (spacing) adalah waktu antara bemper depan suatu kendaraan
berikutnya pada suatu waktu.

Waktu antara (haedway) dari dua kendaraan didefinisikan sebagai interval waktu antara bagian depan
kendaraan melewati suatu titik dengan saat dimana bagian depan kendaraan berikutnya melewati titik
yang sama. Waktu antara untuk sepasang kendaraan beriringan, secara umum akan berbeda. Ini akan
menimbulkan suatu konsep waktu antara sepasang kendaraan yang berurutan dan diukur pada suatu
periode waktu lokasi tertentu.(Morlok, E.K,)
Pembahasan
Kecepatan Pembahasan
Menurut Hobbs.F.D ( 1995 ), kecepatan adalah laju perjalanan yang biasanya dinyatakan dalam kilometer per jam ( km/jam ). Pada
umumnya kececpatan itu sendiri dibagi menjadi 3 ( tiga ) jenis, antara lain :

a. Kecepatan setempat ( spot speed )

Kecepatan setempat ( spot speed ) adalah kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur dari suatu tempat yang ditentukan,

b. Kecepatan bergerak ( running speed )

Kecepatan bergerak ( running speed ) adalah kecepatan kendaraan rerata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak dan didapat
dengan membagi panjang jalur dibagi dengan lama waktu bergerak menempuh jalur teresebut,

c. Kecepatan perjalanan ( journey speed )

Kecepatan perjalanan ( journey speed ) adalah kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara 2 ( dua ) tempat, dan
merupakan jarak antara 2 ( dua ) tempat dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara 2 ( dua ) tempat
tersebut.
CONTENTS OF THIS TEMPLATE

Dodi, ST., MT.


Teknik Sipil (Manajemen & Rekayasa Lalu Lintas)
Bersinar
Bersama Undira
UNDIRA mengajak Anda untuk
temukan jalanmu
untuk mencapai cita-cita, dan bersinar
lebih terang menuju masa depan yang
lebih cerah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai