Anda di halaman 1dari 14

1.

PENDAHULUAN
Hirarki atau klasifikasi fungsional dalam jaringan transport yang umum
adalah sebagai berikut :
Transportasi Angkutan Jalan Raya
Dalam jaringan transportasi angkutan jalan raya, yang diklasifikasikan
adalah fungsi jalan, dan terminal. Hirarki jalan sangat penting dan
berpengaruh luas pada pengaturan lalulintas.

Transportasi Angkutan Udara


Pada jaringan transportasi angkutan udara yang diklasifikasikan adalah
kelas bandara dan rute penerbangannya. Misalnya internasional, nasional,
bandara dan perintis.

Transportasi Angkutan Laut


Pada jaringan transportasi laut yang diklasifikasikan adalah kelas
pelabuhan dan rute pelayarannya. Misalnya : pelabuhan dan pelayaran
samudera, pelabuhan dan pelayaran nasional (Nusantara), pelabuhan dan
pelayaran

rakyat

(Pelra),

pelabuhan

dan

pelayaran

perintis,

dan

sebagainya.

Transaportasi Jalan Rel


Pada jaringan transportasi jalan rel yang diklasifikasikan adalah kelas
stasiun dan kelas sepur. Misalnya : Stasiun besar, stasiun antara, stasiun
kecil, kelas sepur (lebar / jarak antara rel sampai rel), misalnya : sepur lebar
( 1400 mm), sepur normal ( 1040 mm), sepur sempit ( 960 mm).

2. KLASIFIKASI JALAN
Ada berbagai klasifikasi jalan sesuai dengan keperluannya, yaitu :

Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pengelolaannya


Menurut wewenang pengelolaannya jalan diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Jalan Nasional, pengelolaanya oleh Kementerian / Departemen
2. Jalan Daerah, pengelolaanya oleh Pemerintah Daerah, yang terdiri dari :
- Jalan Provinsi, pengelolaanya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi
-

Jalan

Kabupaten

Kota,

pengelolaannya

oleh

Pemerintah

Ka

bupaten/Kota
-

Jalan Desa, pengelolaannya oleh Pemerintah Desa

3. Jalan Khusus, pengelolaannya dilakukan oleh Instansi khusus yang


bersangkutan. Misalnya : jalan perkebunan, jalan perhutani, dan lain-lain.

Klasifikasi Jalan Menurut Perancangan Teknis (design)


Menurut perencanaannya jalan diklasifikasikan menjadi :
Jalan Tipe I, terdiri dari : Klas I dan Klas II
Jalan Tipe II, terdiri dari : Klas I, II, III dan IV.
Klasifikasi Jalan Menurut UU RI No. 13 Tahun 1980
Menurut UU No. 13 Tahun 1980 jalan diklasifikasikan jaringan jalan primer,
jaringan jalan sekunder yang masing-masing terdiri dari jalan arteri, jalan
kolektor dan jalan lokal.

3. KLASIFIKASI FUNGSIONAL JALAN


Jaringan jalan mempunyai 2 (dua) fungsi yang berbeda, yaitu :
a) Untuk mengalirkan arus kendaraan
b) Untuk mencapai pekarangan.

Kedua fungsi berbeda tersebut artinya :


Untuk mengalirkan arus kendaraan diharapkan kecepatannya tinggi dan
jumlahnya banyak, sedangkan untuk mencapai pekarangan kecepatan haus
rendah dan jumlahnya sedikit (jalan tidak ramai).
Secara ideal sebuah perjalanan adalah :
Perjalanan dimulai pekarangan asal, kemudian menuju jalan besar untuk
dengan cepat mencapai tujuan dan mendekati daerah tujuan, kemudian
memasuki jalan yang lebih kecil untuk mencapai pekarangan tujuan.
Klasifikasi fungsi jalan digambarkan pada gambar berikut.

Fungsi
Akses
Cul de sac (jalan
buntu)
Jalan Lokal
Jalan Kolektor
Jalan Arteri
Jalan bebas
hambatan

Gambar : Klasifikasi Fungsi Jalan

Fungsi
Arus

Fungsi arus yang penuh hanya pada jalan bebas hambatan (free
way), sedangkan fungsi akses yang penuh hanya ada pada jalan buntu
(cul de sac). Pada jalan lainnya kedua fungsi tidak bisa penuh dan saling
bersaing. Bila salah satu fungsi diprioritaskan, maka fungsi yang lain
akan tersisih dan sebaliknya.

3. Manfaat Hirarki Jalan


Manfaat hirarki jalan adalah :
Masing-masing jalan mempunyai fungsi tertentu (arteri, kolektor dan lokal)
dan pengaturan lebih tegas. Pada kondisi lalulintas padat hirarki jalan lebih
menjamin kelancaran (lebih sistimatik). dari pada jalan kolektor, jalan
kolektor lebih diprioritaskan dari pada jalan lokal. Jalan lokal tidak
berhubungan langsung dengan jalan arteri
Undang-Pada pengaturan simpang, prioritas lebih jelas. Jalan arteri lebih
diprioritaskan undang No. 13 Tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah No. 26
tahun 1985 memberikan landasan hokum untuk mengelola jalan menurut
fungsinya. Klasifikasi fungsional sebuah jalan dapat berubah / dirubah
sesuai dengan perkembangan yang ditetapkan oleh Menteri.

4. Masalah dalam Aplikasi


Bentuk jaringan jalan tidak selalu ideal. Secara historis jalan-jalan sudah
ada dan tidak mudah untuk merubah jaringan jalan itu. Bagaimanakah pola
jaringan jalan ideal itu?

Apakah pola grid atau radial? Berapa jarak

simpang dan lain-lain.


Apakah perlu disediakan jaringan jalanyang cukup untuk jangka pendek?,
jangka

menengah?,

atau

jangka

panjang.

Perlu

dicatat

bahwa

pembangunan atau rasionalisasi jaringan jalan memakan waktu yang lama


dengan kemungkinan adanya perubahan status klasifikasi fungsi dalam
waktu dekat, atau adanya perubahan penggunaan lahan.

5. Aplikasi Hirarki
Penerapan hirarki jalan memerlukan perencanaan yang strategis karena
pengaruh penetapan klasifikasi fungsional sangat luas.

Aplikasi Skematik
Pada gambar berikut merupakan aplikasi skematik dari hirarki jalan. Tidak
seluruh jalan berhubungan langsung dengan jalan arteri. Daerah komersial
ditempatkan pada lokasi yang strategis agar memudahkan lalulintas
barang melalui jalan arteri; memotong jalan arteri hanya dapat melalui jalan
kolektor.

Aplikasi pada Simpang


Gambar berikut merupakan detail dari public area.

Aplikasi pada Simpang


Gambar berikut merupakan detail dari public area.

Gambar : Aplikasi simpang sesuai dengan hirarki jalan

Dalam hirarki jalan ditegaskan lalulintas pada jalan yang


hirarkinya lebih tinggi harus diprioritaskan. Contohnya lalulintas yang
berjalan di jalan lokal harus member prioritas jalan kepada lalulintas
yang berjalan di jalan kolektor meskipun jalan kolektor membelok.
Rambu-rambu dan marka jalan harus mengatur secara jelas
kepada pemakai jalan agar tidak timbul keraguan.
JALAN LOKAL

A
JALAN ARTERI
JALAN KOLEKTOR

B
JALAN LOKAL
JALAN LOKAL

RAMBU PRIORITAS
JALAN

RAMBU PRIORITAS
JALAN

DETAIL B
DETAIL A

Gambar : Aplikasi Hirarki pada Simpang Tanpa


Lampu Lalulintas

Aplikasi pada Lokasi Terminal


Terminal bus antar kota sebaiknya dekat dengan jalan arteri atau paling tidak
dekat dengan jalan kolektor. Penumpang yang dating ke terminal tidak
mempunyai fungsi lokal, demikian juga penumpang yang baru tiba di terminal
dari perjalanan dengan bus luar kota belum memerlukan fungsi lokal, tetapi
perlu berganti kendaraan untuk menuju ke daerah tujuan perjalanan.

Aplikasi pada Angkutan Multi Moda


Pada angkutan multi moda yang terintegrasi, penumpang akan berganti moda
transportnya di terminal. Misalnya : penumpang bus dari Surabaya yang turun
di terminal Terboyo, ia akan melanjutkan akan melanjutkan perjalanan dengan
angkutan (moda) lain ke tujuan perjalanan (misalnya ke Tlogosari, Banyumanik,
dan lain-lain). Sehingga lokasi terminal tidak di jalan lokal, tetapi minimal di
jalan kolektor dan sebaiknya di jalan arteri.

Anda mungkin juga menyukai