Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 1


BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 2
A. Latar Belakang............................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

BAB II : ISI PEMBAHASAN .............................................................................. 4


A. Kapasitas Ruas Jalan dan Tingkat Pelayanan Lalu Lintas ......................... 4
B. Pengaturan Kinerja Simpang Jalan tak Bersinyal (MKJI, 1997) ............... 6
C. Pengaturan Kinerja Simpang Jalan Bersinyal (MKJI, 1997) ..................... 7
D. Parameter dalam Menganalisis Kinerja Lalu Lintas................................... 8
D.1. Volume Lalu Lintas ............................................................................ 8
D.2. Kapasitas Simpang ............................................................................. 8
D.3. Derajat Kejenuhan .............................................................................. 10
D.4. Tundaan .............................................................................................. 10

BAB III : PENUTUP ............................................................................................ 12


A. Kesimpulan ................................................................................................. 12

DAFATAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan lampu lalu-lintas sebagai salah satu instrumen pengaturan


dan pengendalian kendaraan serta pejalan kaki di persimpangan, kini semakin
populer serta terus berkembang, karena berbagai kelebihan yang dimiliknya. Di
samping mengurangi tenaga petugas kepolisian (dan instansi terkait lain),
penggunaan lampu lalu lintas di persimpangan, sampai batas tertentu,
memungkinkan peningkatan kapasitas secara signifikan, mengurangi kecelakaan,
menambah tingkat kemanan dan kenyamanan bagi penyebrang jalan, dan lain-
lain. Keuntungan secara optimal hanya dapat dihasilkan, jika lampu lalu lintas
dipasang pada lokasi yang tepat, terdapat peraturan yang mendukung operasi, dan
dioperasikan mengikuti kaidah efisiensi.

Peranan sistem kontrol pada pertemuan dua jalur prasarana transportasi


tersebut saat ini banyak yang telah dioperasikan secara otomatis. Permasalahan
yang tampak adalah walaupun sistem kontrol tersebut telah dioperasikan dengan
benar, bila volume kendaraan pada pendekat lalu lintas besar maka akan
menimbulkan tundaan yang panjang antrian yang berarti. Pada saat itu pula
terjadi suatu gangguan pada sistem transportasi, ditandai dengan kinerja
perlintasan yang menurun dan bukan tidak mungkin akan merangsang timbulnya
problema transportasi lainya dan akan menimbulkan kerugian besar bagi
pengguna jalan. Untuk mengetahui kinerja lalu lintas baik atau buruknya perlu
memperhatikan parameter-parameter seperti bentuk/model persimpangan, Bentuk
Geometri jalan, Arus persimpngan, Kapasitas, Derajat Kejenuhan, Tundaan,
Peluang antrian, Hambatan samping yang diatur dalam MKJI 1997.

2
B. Rumusan Masalah

Pembahasan isi makalah ini seputar :

1. Jelaskan pengertian Kapasitas ruas jalan dan apa yang dimaksud dengan
tingkat pelayanan lalu lintas dalam kinerja lalu lintas ?
2. Jelaskan apa saja yang perlu diperhatikan/dipertimbangkan dalam
pengaturan lalu lintas pada simpang tak bersinyal dan simpang bersinyal
menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997?
3. Sebutkan dan Jelaskan parameter apa saja yang digunakan untuk
menganalisis kinerja lalu lintas ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kapasitas Ruas Jalan dan Tingkat Pelayanan Lalu Lintas

Kapasitas ruas jalan adalah volume kendaraan maksimum yang dapat


melewati jalan persatuan waktu dalam kondisi tertentu. Besarnya kapasitas jalan
per satuan waktu dalam kondisi tertentu. Besarnya kapasitas jalan tergantung
pada lebar jalan dan gangguan terhadap arus lalu lintas yang melalui jalan
tersebut. Analisis kapasitas jalan dilakukan untuk periode satu jam puncak, arus
dan kecepatan rata-rata. Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas
jalan kota dapat dijabarkan dalam persamaan pada MKJI, 1997 bab 5.

Tingkat pelayanan lalu lintas adalah suatu ukuran yang dipergunakan


untuk mengetahui kualitas suatu jalan tertentu dalam melayani arus lalu lintas
yang melewatinya. Rasio arus terhadap kapasitas atau yang biasa disebut dengan
derajat kejenuhan, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan perilaku lalu
lintas.

Ukuran ukuran kinerja berikut dapat diperkirakan untuk kondisi tertentu


sehubungan dengan geometri, lingkungan dan lalu lintas dengan metoda yang
diuraikan sebagai berikut :
o Kapasitas
o Derajat Kejenuhan
o Tundaan
o Peluang Antrian

4
Karena metoda yang diuraikan dalam manual ini berdasarkan empiris,
hasilnya sebaiknya selalu diperiksa dengan penilaian teknik lalu lintas yang baik.
Hal ini sangat penting khususnya apabila metoda digunakan di luar batas nilai
variasi dari variabel dalam data empiris. Rumus yang digunakan dapat dilihat
pada MKJI, 1997 bab 3. Kinerja simpang bersinyal dipengaruhi oleh :
o Geometri
o Arus Lalu Lintas
o Kapasitas
o Penentuan Waktu Sinyal
o Derajat Kejenuhan
o Perilaku Lalu Lintas

Karena metoda yang diuraikan dalam manual ini berdasarkan empiris, hasilnya
sebaiknya selalu diperiksa dengan teknik lalu lintas yang baik, Rumus yang
digunakan dapat diliat pada MKJI, 1997 bab 2.

Pengertian manajemen lalu lintas adalah suatu proses pengaturan dan


penggunaan sistem jalan raya yang sudah ada dengan tujuan untuk memenuhi
suatu tujuan tertentu tanpa perlu penambahan/pembuatan infrastruktur baru. Dari
tindakan-tinakan yang dapat dilakukan untuk memanajemen lalu lintas di atas,
berikut adalah beberapa jenis manajemen lalu lintas yang biasa digunakan dalam
mengatasi permasalahan lalu lintas yang ada :
o Jalan satu Arah
o Lalu lintas membelok dan bebas kendaraan parkir
o Kebijakan Perparkiran
o Perbaikan sistem lalu lintas
o Rambu lalu lintas dan marka jalan

5
B. Pengaturan Kinerja Simpang Jalan tak Bersinyal (MKJI, 1997)

Pengaturan pergerakan pada simpang tak bersinyal pada MKJI(1997)


dilakukan secara kompherensif dimana kinerja yang dihasilkan sebagai acuan
penentuan dan prosedur pergerakan yang akan ditetapkan dengan
memperhatikan besarnya parameter tundaan, kapasitas, derajat kejenuhan,
peluang antrian dan kondisi geometrik yang ada pada simpang yang ditinjau.
Ukuran-ukuran kinerja dari simpang tak berinyal untuk kondisi tertentu
sehubungan dengan geometrik lingkungan lalu lintas adalah :
1. Kapasitas yaitu arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada
suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu yang dinyatakan dalam satuan
kendaraan/jam atau smp.jam.
2. Derajat Kejenuhan yaitu rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas.
3. Tundaan yaitu waktu tempuh tambahan yang dipelukan untuk melewati
suatu simpang dibandingkan tanpa melewati satu simpang.
4. Peluang Antrian yaitu kemungkinan terjadinya penumpukan kendaraan di
sekitar lengan simpang.

Metoda MKJI (1997) ini menganggap bahwa simpang jalan berpotongan


tegak lurus dan terletak pada alinyimen serta berlaku untuk derajat kejenuhan
kurang dari 0,8 – 0,9. Pada kebutuhan lalu lintas yang lebih tinggi perilaku lalu
lintas menjadi agresif dan ada resiko tinggi bahwa simpang tersebut akan
terhalang oleh pada pengemudi yang berebut ruang terbatas pada daerah konflik.
Metoda ini memperkirakan pengaruh terhadap kapasitas dan ukuran-ukuran
terkait lainya akibat kondisi geometrik, lingkungan dan kebutuhan lalu lintas.

6
C. Pengaturan Kinerja Simpang Bersinyal (MKJI, 1997)

Menurut MKJI(1997), pada umumnya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk satu
atau lebih dari alasan berikut :
1. Untuk menghidari kemacetan simpang akibat tingginya arus lalu lintas,
sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan,
bahkan selama kondisi lalu lintas jam puncak.
2. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari
jalan simpang (kecil) untuk/memotong jalan utama.
3. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara
kendaraan-kndaraan dari arah yang berlawanan.

Untuk sebagian besar fasilitas jalan, kapasitas dan perilaku lalu lintas
terutama adalah fungsi dari keadaan geometrik dan tundaan lalu lintas. Dengan
menggunakan sinyal, kapasitas dapat distribusikan ke berbagai pendekat melalui
pengalokasian waktu hijau pada masing-masing pendekat.
Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna (hijau, kuning, merah) diterapkan
untuk memisah lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling bertentangan
dalam dimensi waktu. Hal ini adalah keperluan yang mutlak bagi gerakan-
gerakan lalu lintas yang datang dari jalan-jalan yang saling berpotongan (konflik-
konflik utama). Sinyal sinyal yang dapat untuk memisahkan gerakan membelok
dari lalu lintas melawan. Atau untuk memisahkan gerakan lalu lintas membelok
dari pejalan kaki yang menyebrang (konflik-konflik kedua).

Jika hanya konflik-konflik primer yang dipisahkan, maka untuk


pengaturan sinyal lampu lalu lintas hanya dengan dua fase, masing-masing
sebuah untuk jalan yang berpotongan. Penggunaan lebih dari dua fase biasanya
akan menambah waktu siklus dan rasio waktu yang disediakan untuk pergantian

7
antara fase, pada umumnya berarti kapasitas keseluruhan dari simpang tersebut
akan berkurang.

D. Parameter dalam Menganalisis Kinerja Lalu Lintas

D.1. Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati simpang /


ruas sepanjang jalan yang akan diamati. Data yang penting dalam evaluasi
simpang adalah menentukan volume lalu lintas tiap jamnya. Dalam
memperkirakan volume lalu lintas di suatu simpang sebidang dilakukan
dengan berbagai macam cara

1. Penghitungan lalu lintas pada jam-jam puncak/peak hour


(pagi,siang,sore) pada hari-hari kerja. Volume pada hari minggu/hari
libur biasanya akan lebih kecil daripada hari-hari kerja. Sedangkan
pada daerah wisata jam puncak terjadi pada hari libur.
2. Menetapkan rute untuk masing-masing jam puncak.

D.2. Kapasitas Simpang

Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil perkalian


antara kapasitas dasar (C0) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu/ideal dan
faktor-faktor penyesuaian (F), dengan mempertahankan pengaruh kondisi
lapangan terhadap kapasitas.

8
Bentuk model kapasitas menjadi sebagai berikut :

C = C0 x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI

Variabel-variabel masukan untuk perkiraan kapasitas (smp/jam) dengan


menggunakan model tersebut adalah sebagai berikut :

Tipe Variabel Uraian Variabel Nama Faktor


Masukan Model
Geometri Tipe Simpang.
Lebar rata-rata pendekat. FW
Tipe median jalan utama. FM
Kapasitas Dasar. C0

Lingkungan Kelas Ukuran Kota. FCS


Tipe Lingkungan Jalan.
Hambatan Samping.
Rasio Kendaraan tak bermotor. FRSU

Lalu Lintas Rasio belok kiri FLT


Rasio belok kanan FRT
Rasio arus jalan minor FMI

Sumber: MKJI,1997

9
D.3. Derajat Kejenuhan

Derajat Kejenuhan untuk seluruh simpang, (DS), dihitung sebagai berikut:

DS = Qsmp/C

Dimana : Qsmp = Arus total (smp/jam) dihitung sebagai berikut.


Qsmp = Qkend x Fsmp
C = Kapasitas (smp/jam)
Fsmp = Faktor smp,dihitung sebagai berikut :

Fsmp = (empLVxLV%+empHVxHV%+empMCxMC%)/100

Dimana: empLV = emp untuk komposisi kendaraan ringan


empHV = emp untuk komposisi kendaraan sedang
empMC = emp untuk komposisi kendaraan berat

D.4. Tundaan

Tundaan pada simpang dapat terjadi karena dua sebab :

1) TUNDAAN LALU LINTAS (DT) akibat interaksi lalu-lintas dengan


gerakan yang lain dalam simpang.
2) TUNDAAN GEOMETRIK (DG) akibat perlambatan dan percepatan
kendaraan yang terganggu dan tak terganggu.

10
Tundaan lalu lintas seluruh simpang (DT), jalan minor (DTMI) dan jalan
utama (DTMA), ditentukan dari kurva tundaan empiris dengan derajat
kejenuhan sebagai variabel bebas.

Tundaan geometrik (DG) dihitung dengan rumus :


Untuk DS < 1,0 : DG = 4

DG = (1-DS) x {PT x 6 + (1-PT) x 3} + DS x 4 (det/smp)

Dimana :
DS = Derajat Kejenuhan
PT = Rasio arus belok terhadap arus total.
6 = Tundaan geometrik normal untuk kendaraan belok yang tak
terganggu (det/smp)
4 = Tundaan geometrik normal untuk kendaraan yang terganggu
(det/smp)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kinerja lalu lintas yang baik adalah terciptanya ketertiban, kelancaran,


keamanan, dan kenyamanan bagi pengguna dan aktivitas tranportasi itu
sendiri. Untuk menciptakan kinerja lalu lintas yang baik dibutuhkan
upaya perekayasaan lalu lintas seperti pemberian marka jalan, rambu lalu
lintas, lampu merah, pengalihan jalur arus, maupun penutupan jalan pada
kondisi-kondisi tertentu yang menyebabkan timbulnya permasalahan
transportasi, seperti pada titik-titik konflik persimpangan, perempatan,
maupun bundaran.

Adapun parameter-perameter yang dapat digunakan untuk


menganalisis/mengetahui kinerja lalu lintas menurut KPJI 1997 seperti
besarnya volume lalu lintas, Kapasitas simpang, Derajat Kejenuhan, dan
Tundaan atau Peluang antrian. Dengan demikian dapat diketahui volume
kendaraan penyebab kemacetan yang berdampak pada angka peluang
antrian serta angka derajat kejenuhan yang tinggi. Angka peluang antrian
yang tinggi menunjukan kemacetan yang panjang, serta derajat kejenuhan
menunjukan angka kepadatan kendaraan, sedangkan besarnya volume
kendaraan yang akan mempengaruhi angka peluang antrian dan derajat
kejenuhan.

12
DAFTAR PUSTAKA

http//:Analisis_Kinerja_Lalu_Lintas_Akibat Perubahan Tata Guna Lahan


file_pdf ;universitas_indonesia.

http//:Kajian_perbaikan kinerja lalu lintas di koridor gerbang perumahan


sawojajar kota malang file pdf : universitas brawijaya.

http//:Analisis Kinerja Simpang file pdf ; Fakultas Teknik Sipil dan


Lingkungan ITB2012.

http//:Kinerja Simpang tak Bersinyal pada jalan sindang sirna-bungur


bandung file pdf ; Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Kristen Maranatha.

http//:www.ilmusipil.com/volume-dan-kapasitas-lalu-lintas

13

Anda mungkin juga menyukai