Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa, karena atas kasih dan
kemurahan-Nya, sehingga tugas besar Perancangan Geometrik Jalan ini dapat
terselesaikan.
Penyusun,
Muhammad Al Hamdi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1.2. Tujuan
Tujuan dari tugas besar Perancangan Geometrik Jalan adalah :
1. Dapat mendesain geometrik jalan sesuai dengan aturan dari AASHTO
atau Bina Marga.
2. Mengetahui dasar-dasar dalam perancangan jalan.
3. Dapat merancanakan jalan dengan kelas medan yang berbeda-beda
(datar,bukit dan gunung) dan kelas jalan menurut fungsi (arteri,
kolektor, lokal dan lingkungan)
4. Menyelesaikan tugas besar Perancangan Geometrik Jalan yang
diberikan.
1.2.Teori Pendukung
1.2.1. Bagian-bagian Jalan
Menurut Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006 tentang jalan, bagian-
bagian jalan terdiri atas:
1. Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA)
Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar,tinggi dan kedalaman tertentu. Ruang manfaat jalan meliputi
badan jalan, median, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan,
trotoar, lereng, ambang pengaman, gorong-gorong dan bangunan
pelengkap lainnya. Dalam rangka menunjang pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan serta pengamanan konstruksi jalan, badan jalan
dilengkapi dengan ruang bebas. Lebar ruang bebas yang dimaksud
sesuai dengan lebar badan jalan. Tinggi ruang bebas bagi jalan arteri
dan kolektor paling rendah 5 meter. Sedangkan kedalaman ruang bebas
palin rendah 1,5 meter dari permukaan jalan.
2. Ruang Milik Jalan (Rumija)
Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar ruang manfaat jalan. Ruang milik jalan merupakan
ruang sepanjang jalan yang diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan,
pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang
2
serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Ruang milik jalan
paling sedikit memiliki lebar sebagai berikut: 30 m untuk jalan bebas
hambatan, 25 m untuk jalan raya, 15 m untuk jalan sedang, dan 11 m
untuk jalan kecil.
3. Ruang Pengawasan Jalan
Ruang pengawasan jalan merupakan ruan tertentu di luar ruang milik
jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara
jalan yang diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan
pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu.
4. Gambar bagian – bagian Rumaja, Rumija, Ruwasja
3
1.2.2. Fungsi Hierarki dan kelas jalan
a. Klasifikasi jalan menurut UU No.38 tahun 2004 tentang jalan
1. Jalan terdiri dari:
a. jalan umum yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan.
b. jalan tol yang meliputi pengaturan, pembinaan, pengusahaan,
dan pengawasan.
c. jalan khusus.
2. Peran Jalan:
a. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran
penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan
hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
b. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan
urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
c. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan
menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik
Indonesia.
3. Pengelompokan jalan:
a. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan
jalan khusus.
b. Jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat 1)
dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.
c. Jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1) bukan
diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi
barang dan jasa yang dibutuhkan.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat 3) diatur dalam peraturan pemerintah.
4
4. Sistem jaringan jalan terdiri dari:
a. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan
jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,
dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.
b. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan
jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
5. Klasifikasi jalan menurut fungsi:
a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
berdaya guna.
b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak
dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
6. Jalan Umum Menurut Status:
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor
dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar
ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi
5
dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
c. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam
kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota.
d. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan
jalan primer yang tidak termasuk pada butir 1) dan butir 2),
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta
jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam
wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan
lingkungan.
6
c. jalan lokal sekunder (LS)
d. jalan lingkungan sekunder (LiS)
5. jalan luar kota ditentukan meliputi
a. Jalan arteri primer (AP) menghubungkan secara berdaya
guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
b. Jalan kolektor primer (KP) menghubungkan secara berdaya
guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
6. Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan
dikelompokkan atas
a. jalan bebas hambatan (freeways),
b. jalan raya (highways),
c. jalan sedang (roads), dan
d. jalan kecil (streets), ditentukan bukan merupakan jalan antar
kota.
7
2. Klasifikasi jalan
a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan
sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas
ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua
ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
c. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan
ribu) milimeter, ukuran paling tinggi3.500 (tiga ribu lima
ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
d. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua
ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000
(delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
(empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
8
Tabel 1.1. Kelandaian Jenis Medan Jalan
9
1. Pemilihan jenis kendaraan terbesar
2. Kondisi medan
3. Tikungan
Alinyemen horizontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung (yang disebut
juga tikungan) yang dapat berupa :
10
a) Busur Lingkaran (FC)
Gambar 1.2. Full Circle (FC) Sumber : Shirley L. Hendarsin, Penuntun Praktis
Perencanaan Teknik Jalan Raya
Keterangan :
∆ = sudut tikungan
Rc = jari-jari lingkaran
Tc = Rc tan 1/2 ∆
∆2µ𝑅𝑐
Lc = 360
11
FC (Full Circle), adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu
lingkaran saja. Tikungan FC hanya digunakan untuk R (jari-jari tikungan) yang
besar agar tidak terjadi patahan, karena dengan R kecil maka diperlukan
superelevasi yang besar.
Gambar 1.3. Spiral Circle Spiral (SCS) Sumber : Shirley L. Hendarsin, Penuntun
Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya
Keterangan :
Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC (jarak lurus
lengkung peralihan).
Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak tegak lurus ke titik
SC pada lengkung.
12
TS = titik dari tangen ke spiral.
Rc = jari-jari lingkaran.
𝐿𝑠 2
𝑋𝑠 = 𝐿𝑠 [1 − ]
40 𝑅𝑐
𝐿𝑠 2
𝑌𝑠 =
6𝑅𝑐
90 𝐿𝑠
𝑌𝑠 =
µ 𝑅𝑐
𝐿𝑠 2
𝑝= − 𝑅𝑐(1 − cos ɵ𝑠)
6𝑅𝑐
𝐿𝑠 3
𝑘 = 𝐿𝑠 − − 𝑅𝑐 sin ɵ𝑠
40 𝑅𝑐 2
1
𝑇𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑝) tan ∆ + 𝑘
2
1
𝐸𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑝) sec ∆ − 𝑅𝑐
2
(∆ − 2ɵ𝑠)
𝐿𝑐 = . µ. 𝑅𝑐
180
𝐿𝑐 = 𝐿𝑐 + 2𝐿
Jika diperoleh Lc < 20 m, maka sebaiknya tidak digunakan lengkung SCS tetapi
digunakan lengkung SS, yaitu lengkung yang terdiri dari dua lengkung spiral.
13
c) Spiral-Spiral (SS)
Gambar 1.4. Spiral - Spiral (SS) Sumber : Shirley L. Hendarsin, Penuntun Praktis
Perencanaan Teknik Jalan Raya
Lc = 0
θs = 1/2 ∆
Ltot= 2Ls
ɵ𝑠. µ. 𝑅𝑐
𝐿𝑐 =
90
14
Sketsa Pemilihan Jenis Tikungan
Yes
Lc < 20 m
Tikungan S-S
No
Yes
p < 0.2 m
Tikungan C-C
No
Yes
E<min(0.04
atau 1.5 en Tikungan F-C
No
Tikungan S-C-S
15
1.2.5. Alinyemen Vertikal
16
b). Persamaan Lengkung Vertikal
17
X= 0 kalau Y=0, sehingga C=0
(𝑔1 − 𝑔2)𝑥 2
𝑌= + 𝑔. 𝑥 + 𝐶′
2𝐿
(𝑔1 − 𝑔2)𝑥 2
𝑌= + 𝑔. 𝑥
2𝐿
Dari sifat segitiga sebangun diperoleh:
1 1
(𝑦 + 𝑌): 𝑔1 𝐿 = 𝑥: 𝐿
2 2
𝑦 + 𝑌 = 𝑔1𝑥
𝑔1 𝑥 = 𝑌 + 𝑦
𝑔1 − 𝑔2
𝑌= − +𝑌+𝑦
2𝐿𝑥 2
𝑔1 − 𝑔2 2
𝑦= 𝑥
2𝐿
𝐴
𝑦= 𝑥2
200𝐿
Jika A dinyatakan dalam persen untuk:
X=1/2 L dan Y=Ev, diperoleh:
𝐴𝐿
𝑦= −
800
18
BAB II
DATA PERENCANAAN
19
BAB III
Kontur 1
1 STA 0+000
x
Kontur 2
28 8
20
Perhitungan:
36 8
=
1 𝑥
8
𝑥= = 0.22 𝑚
36
Kontur 1
1 STA 0+000
0.2 Kontur 2
2
28 8
Data:
21
Kelandaian melintang STA 0+000 :
∆ℎ
𝑒= 𝑥100%
𝑑
0.22
𝑒= 𝑥100% = 0,794%
28
3.08m
10 m
Data:
∆ℎ
𝑒= 𝑥100%
𝑑
22
3.08
𝑒= 𝑥100% = 30.8 %
10
23
32 0+310 0.286 5.714% 0.000%
33 0+320 -0.167 83.333% -2.879%
34 0+330 -0.455 21.818% 0.000%
35 0+340 -0.600 13.333% 2.667%
36 0+350 -0.333 33.333% 0.000%
Jumlah 1695.899% 131.553%
Rata-Rata 47.108% 7.309%
Diketahui :
Diketahui :
𝑣2
Berdasarkan Perhitungan 𝑅𝑚𝑖𝑛 = 127 (𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠+𝑓𝑚𝑎𝑘𝑠) =51,213 m
24
3.1.5. Penetapan Lebar Jalur Lalu-Linas dan Bahu Jalan
Diketahui:
2% 2%
2
4
Gambar 3.1 Sketsa Lebar Jalur Lalu Lintas dan Bahu Jalan 2/2 UD
25
3.2. Perhitungan Komponen Aliyemen Horizontal
Jh = d1+d2
Dimana:
𝑑1 = 0,278. 𝑉𝑟. 𝑡
𝑉𝑟 2
𝑑2 =
254. (𝑓𝑚 ± 𝐿)
Diketahui
Vr = 40 km/jam
𝑉𝑟 2 402
𝑑2 = = = 19,3821 𝑚
254𝑥(𝑓𝑚 ± 𝐿) 254𝑥(0.375 − 0,05)
𝐽𝑑 = 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4
26
Dimana:
𝑎𝑡1
𝑑1 = 0.278𝑥𝑡1 𝑥(𝑉𝑥𝑚𝑥 )
2
𝑑2 = 0.278𝑥𝑉𝑥𝑡
𝑑3 = 30 − 100𝑚
2
𝑑4 = 𝑥𝑑2
3
Diketahui :
40𝑘𝑚
𝑉𝑟 =
𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑚
𝑚 = 15
𝑗𝑎𝑚
D1 25.01004
D2 94.2976
D3 (30-100) 80
D4 62.86507
Jd 262
27
b). Berdasarkan Rumus Jarak Pandang Menyiap Minimum
28
3.2.2 Desain Tikungan
A. Pemilihan Jenis Tikungan dan Komponen Pemilihannya Tikungan I
Tikungan I
Diketahui :
Vr = 40 km/jam
∆ = 81o
E(maks) = 8%
Rmin = 51.213 m
Rc = 76.213 m
Ls = 33.333 m
Rc = 76.213 m
e = 8%
90 𝐿𝑠
ᶿ𝑠 =
𝜋 𝑅𝑐
90 𝑥 33.333
ᶿ𝑠 = = 12.5359
𝜋 76.213
ᶿ𝑐 = ∆ − (2 𝑥 ᶿ𝑠)
ᶿ𝑐 = 81 − (2𝑥12.5359) = 55.928
ᶿ𝑐
𝐿𝑐 = 𝑥 𝜋 𝑥 𝑅𝑐
180
29
55.928
𝐿𝑐 = 𝑥 𝜋 𝑥 76.213 = 74.356
180
Cek nilai Lc
d. Menghitung Xc dan Yc
𝐿𝑠 2 33.3332
𝑌𝑐 = = = 2,430
6 𝑅𝑐 6 𝑥 76.213
𝐿𝑠 3 33.3333
𝑋𝑐 = 𝐿𝑠 − = 33.333 − = 33.174
40 𝑅𝑐 2 40 𝑥 76.213 2
e. Menghitung Pergeseran Tangen Terhadap Spiral (p) dan Absis dari p pada
Garis Tangen Spiral (k)
f. Menghitung Jarak antar Perpotongan Baguian Lurus (PI) dengan TS/ST (Ts)
∆ 81
𝑇𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑝) tan + 𝑘 = (76.213 + 0.613) tan + 16.631 = 82,246
2 2
h. Menghitung L Total
30
Dari hasil perhitungan, diperoleh komponen – komponen untuk tikungan 1 (SCS)
S-C-S
ᶿs 12.536
∆c 55.928
Lc 74.356
Yc 2.430
Xc 33.174
K 16.632
P 0.613
Ts 82.247
Es 24.820
Ltot 141.022
Tikungan II
Diketahui :
Vr = 40 km/jam
∆ = 50o
E(maks) = 8%
Rmin = 51.213 m
Rc = 76.213 m
Ls = 33.333 m
Rc = 76.213 m
e = 8%
31
a. Menghitung Sudut Lengkung Spiral (ᶿs)
90 𝐿𝑠
ᶿ𝑠 =
𝜋 𝑅𝑐
90 𝑥 33.333
ᶿ𝑠 = = 12.5359
𝜋 76.313
ᶿ𝑐 = ∆ − (2 𝑥 ᶿ𝑠)
ᶿ𝑐 = 50 − (2𝑥12.5359) = 24,928
ᶿ𝑐
𝐿𝑐 = 𝑥 𝜋 𝑥 𝑅𝑐
180
24.928
𝐿𝑐 = 𝑥 𝜋 𝑥 76.213 = 33.141
180
Cek nilai Lc
d. Menghitung Xc dan Yc
𝐿𝑠 2 33.3332
𝑌𝑐 = = = 2.429
6 𝑅𝑐 6 𝑥 76.213
𝐿𝑠 3 33.3333
𝑋𝑐 = 𝐿𝑠 − = 33.333 − = 33.173
40 𝑅𝑐 2 40 𝑥 76.213
e. Menghitung Pergeseran Tangen Terhadap Spiral (p) dan Absis dari p pada
Garis Tangen Spiral (k)
f. Menghitung Jarak antar Perpotongan Baguian Lurus (PI) dengan TS/ST (Ts)
∆ 50
𝑇𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑝) tan + 𝑘 = (76.213 + 0.612) tan + 16.630 = 52.454
2 2
32
g. Menghitung Jarak antar Perpotongan Bangian Lurus dengan Busur Lingkaran
(Es)
h. Menghitung L Total
ᶿs 12.5259
∆c 24.928
Lc 33.141
Yc 2.430
Xc 33.174
k 16.632
p 0.613
Ts 52.456
Es 8.555
Ltot 99.808
33
C. Perhitungan Landai Relatif
Diketahui:
Vr = 40 km/jam
Dari tabel 5.8 hal 104 Perencanaan Taknik Jalan Raya, Shirley L
Hendarsin, diperoleh nilai landai relative maksimum untuk jenis jalan 2 lajur, 2
arah tak terbagi dan Vr=40 km/jam
1 1
=
𝑚 100
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 = 100
8%
-8%
4
4
34
Diketahui:
e = 8%
en = 2%
B =2m
Ls = 33.333 m
1 (𝑒 + 𝑒𝑛 )𝐵 (8% + 2%)2
= = = 166.665
𝑚 𝐿𝑠 33.333
Cek =
𝑚𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 ≥ 𝑚𝑚𝑎𝑘𝑠
a. Tikungan 1
Diketahui:
Vr = 40 km/jam
R = 76.213 m
Jh = 47 m
L = 141.022 m
B =2m
1 1
R’ =𝑅 − 2 𝐵 = 76.213 − 2 2 = 75.213 𝑚
35
Cek Jh < L
47 m < 141.022… OK
28.65𝑥𝐽ℎ 28.65 𝑥 47
𝐸 = 𝑅 ′ 𝑥 (1 − cos [ ′ ]) = 75.213 𝑥(1 − 𝑐𝑜𝑠 [ ]) = 3.64 𝑚 = 4 𝑚
𝑅 75.213
b. Tikungan 2
Vr = 40 km/jam
R = 76.213 m
Jh = 47 m
L = 99.808 m
B =2m
1 1
R’ =𝑅 − 2 𝐵 = 76.213 − 2 2 = 75.213 𝑚
Cek Jh<L
47 m < 99.808…OK
28.65𝑥𝐽ℎ 28.65 𝑥 47
𝐸 = 𝑅 ′ 𝑥 (1 − cos [ ′ ]) = 75.213 𝑥(1 − 𝑐𝑜𝑠 [ ]) = 3.64 𝑚 = 4 𝑚
𝑅 75.213
Data:
36
Elevasi awal STA 0+000 = -27.778 m
Perhitungan:
Elevasi rencana STA 0+010 = Elevasi awal STA 0+000 – (kelandaian rencana x jarak)
Tinggi Jarak
Tinggi Elevasi Beda Tinggi
Station Elevasi Antar Keterangan
Rencana STA Rencana
STA Patok
0+000 -27.778 -27.778
10 2.872 Tanjakan
0+010 -24.706 -24.906
0+020 -21.100 -21.300 3.606 Tanjakan
10
0+030 -16.870 -17.070 4.230 Tanjakan
0+040 -12.280 -12.480 4.590 Tanjakan
10
0+050 -7.585 -7.785 4.695 Tanjakan
0+060 -3.213 -3.413 4.372 Tanjakan
10
0+070 0.111 -0.089 3.324 Tanjakan
0+080 3.900 3.700 3.789 Tanjakan
10
0+090 4.600 4.400 0.700 Tanjakan
0+100 5.700 5.500 1.100 Tanjakan
10
0+110 6.444 6.244 0.744 Tanjakan
0+120 6.750 6.550 0.306 Tanjakan
10
0+130 6.571 6.371 -0.179 Penurunan
0+140 5.714 5.514 -0.857 Penurunan
10
0+150 4.200 4.000 -1.514 Penurunan
0+160 4.600 4.400 0.400 Tanjakan
10
0+170 4.800 4.600 0.200 Tanjakan
0+180 5.200 5.000 0.400 Tanjakan
10
0+190 5.556 5.356 0.356 Tanjakan
0+200 5.750 5.550 0.194 Tanjakan
10
0+210 5.889 5.689 0.139 Tanjakan
0+220 5.889 5.689 0.000 Datar
10
0+230 5.889 5.689 0.000 Datar
0+240 5.889 10 5.689 0.000 Datar
37
0+250 5.923 5.723 0.034 Tanjakan
0+260 4.625 4.425 -1.298 Penurunan
10
0+270 3.429 3.229 -1.196 Penurunan
0+280 2.250 2.050 -1.179 Penurunan
10
0+290 1.250 1.050 -1.000 Penurunan
0+300 0.714 0.514 -0.536 Penurunan
10
0+310 0.286 0.086 -0.429 Penurunan
0+320 -0.167 -0.367 -0.452 Penurunan
10
0+330 -0.455 -0.655 -0.288 Penurunan
0+340 -0.600 -0.800 -0.145 Penurunan
10
0+350 -0.333 -0.533 0.267 Tanjakan
Volume galian dan timbunan antra STA 0+000 dengan STA 0+010 adalah:
Diketahui :
Dengan menghitung luasan setiap STA yang diperoleh dari trase dan kemiringan
melintang dari perhitungan, diperoleh pendekatan menggunakan rumus bidang untuk
mencari luasan galian maupun timbunan.
Perhitungan:
a. Volume Galian
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘
𝑉 = (𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐺𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑆𝑇𝐴 0 + 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐺𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑆𝑇𝐴 1)𝑥
2
10
𝑉 = (0.3365724 + 0.3929374)𝑥 = 3.647549 𝑚3
2
38
b. Volume Timbunan
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘
𝑉 = (𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑖𝑚𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑆𝑇𝐴 0 + 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑖𝑚𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑆𝑇𝐴 1)𝑥
2
10
𝑉 = (0.58458047 + 0.57966594)𝑥 = 5.82123205 𝑚3
2
c. 10% Timbunan
e. Volume Komulatif
39
17 0+160 1.32986 0.497973
10 21.80104 4.238405 0.42384050 55.343371
18 0+170 3.0303 0.349707
19 0+180 0.47962 0.572107
10 8.669589 5.383353 0.53833537 58.091271
20 0+190 1.25428 0.504563
21 0+200 2.86029 0.364533
10 46.08005 2.121485 0.21214855 101.83769
22 0+210 6.35571 0.059763
23 0+220 6.35571 0.059763
10 63.55716 0.597632 0.05976329 164.73746
24 0+230 6.35571 0.059763
25 0+240 6.35571 0.059763
10 64.71988 0.496254 0.04962539 228.91147
26 0+250 6.58826 0.039487
27 0+260 1.01811 0.525156
10 8.460403 5.401592 0.54015928 231.43012
28 0+270 0.67396 0.555162
29 0+280 0.45128 0.574578
10 4.512870 5.745783 0.57457835 229.62263
30 0+290 0.45128 0.574578
31 0+300 1.52420 0.481029
10 10.14063 5.255091 0.52550912 233.98266
32 0+310 0.50392 0.569989
33 0+320 3.14377 0.339822
10 20.97656 4.310291 0.43102919 250.21791
34 0+330 1.05165 0.522235
35 0+340 0.76304 0.547396
10 11.03136 5.177427 0.5177427 255.55410
36 0+350 1.44323 0.488089
40
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
5. Desain yang digunakan datar, maka galian dan timbunan sedikit berbeda
karena perbedaan tinggi elevassi yang didapatkan setelah perhitungan.
4.2. Saran
2. Peta kontur yang didapatkan memiliki detail dan gambar yang jelas.
41