Anda di halaman 1dari 9

JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO.

2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

EFISIENSI PEMAKAIAN BAJA TULANGAN DAN BETON PADA PONDASI


JEMBATAN WAI TIMOYA

Herry Henry Roberth

Abstract
Road/highway and bridge is vital transportation infrastructure to the isolation connectivities of district that one
way otherly. Development of reinforced concrete bridge by unfolding < 30 m quite a lot with various form of girder
and also immeasurable foundation type. Determination of this foundation type hardly determined from result of
investigation of soil (recommendation of the laboratory test). This research takes soil test result which has specified
foundation pit type reinforced concrete at development of Wai Timoya Bridge with length unfolds ( span of beam)
15 m. Dimension foundation of fairish pit of external diameter (outer ring, Rout) = 3500 mm, and inner diameter
(inner ring, Rinn) = 2900 mm Thick (d) = 300 mm. Result obtained for Concrete Compressive Strength, fc'=22.5 MPa
(K250) and Steel Tensile Strength, fy = 240 MPa (U24) and fy = 400 MPa (U32). Prime steel bar, 22-200, 16-200 and extra
steel bar, 12-200 and so the anchorage 25. Total steel bar weight is obtained, wtot = 10 370 kg, concrete K175 = 106 m3
and concrete K250 = 93 m3.

Keywords : bridge, beam, slab, concrete, steel.

1. PENDAHULUAN. penelitian ini sebagaimana telah dijelaskan bahwa


Jembatan Wai-Timoya berlokasi di Negeri berfungsi sebagai jembatan penghubung antar daerah
Karlutukara berjarak 117+890 dari Kota Masohi (STA. yang mana akan dilalui oleh lalu lintas kendaraan ringan
43+300 Saleman) dibangun melintasi salah satu sungai sampai yang berat mengingat terletak di jalan Trans
mati (kering saat musim kemarau) di wilayah Seram sehingga harus benar-benar memiliki
Kabupaten Maluku Tengah Kecamatan Seram Utara kemampuan yang cukup kuat dalam memikul beban
Barat. Jembatan ini sebagai prasarana penghubung ke luar bergerak (beban hidup kendaraan) dan juga beban
ibukota Maluku Tengah (Masohi) dan juga ibukota mati termasuk berat sendiri struktur jembatan. Struktur
Seram Bagian Barat (Piru). Selain itu juga dengan jembatan terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu struktur atas
dibangun Jembatan Wai-Timoya diharapkan dapat (pelat lantai dan gelagar) dan struktur bawah (abutment
menjadi prasarana penghubung antar negeri (desa) ke dan pondasi). Penelitian ini dilakukan untuk struktur
arah timur yaitu Karlutukara – Herlauw – Saleman dan bawah meliputi bagian bawah struktur jembatan atau
negeri sekeliling menuju pusat kota Masohi sedangkan pondasi dan abutment.
ke arah barat yaitu Karlutukara – Pasanea – Taniwel dan Setelah mendapatkan hasil pengujian tanah dari
negeri sekeliling menuju pusat kota Piru yang selama laboratorium, maka dilakukan penetapan jenis pondasi
ini terisolasi jika terjadi musim hujan. yang akan digunakan selanjutnya dihitung dan
ditentukan mutu bahan untuk beton dan tulangan.
Pembangunan Jembatan dengan bentangan 15.00
Penentuan jenis pondasi Jembatan Wai Timoya adalah
m ini juga dimaksudkan untuk memperlancar kegiatan
pondasi sumuran (fairish pit) dari beton bertulang
perekonomian masyarakat setempat dan juga akses
dengan kedalaman pondasi sumuran 4.00 meter dan
kemajuan pendidikan yang selama ini cukup tertinggal
diameter pondasi 3.50 meter. Dengan demikian formula
karena kondisi jalan dan jembatan yang belum
atau rumus yang dipakai untuk melakukan analisis
memadai. Didalam kegiatan pembangunan Jembatan
terhadap pondasi sumuran dimaksud yaitu:
Wai-Timoya yang merupakan jembatan beton bertulang
dimana untuk bangunan bawah terdiri dari pondasi
1. Analisis galian tanah
sumuran dengan mutu beton K250, abutment dengan
mutu beton K250 dan untuk bangunan atas terdiri dari Analisis terhadap galian tanah dilakukan dalam 2
balok gelagar (memanjang), balok diafragma dan pelat tahapan yaitu mencari luas galian dan volume galian
lantai dengan mutu beton K350, serta bangunan dari tanah. Tahapan analisis dilakukan dengan
pelengkap lain seperti sandaran/railling jembatan, papan menggunakan formula berikut.
nama jembatan, oprit dan pasangan batu.
a. Luas galian tanah, A
2. TINJAUAN PUSTAKA. A = n.(1/4).π.D2
2.1. Analisis Pondasi Jembatan.
b. Volume galian tanah, V
Pondasi pada jembatan akan diperhitungkan secara
khusus mengingat ketergantungan terhadap fungsi dan
peruntukkan dari jembatan dimaksud. Jembatan dalam V = A.d

41
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

dimana, n : jumlah pondasi, bh dimana, A : luas area luar atau dalam beton, m2
D : diameter galian tanah, m D : diameter cincin luar atau dalam, m
d : tinggi galian, m
Volume Beton Pondasi, V
A : luas galian tanah, m2
V : volume galian, m3 V = APond.lPond.

Beton K125 (Siklop)


2. Analisis baja tulangan dan beton
Analisis terhadap baja tulangan dilakukan dalam Beton siklop yaitu beton pengisi pondasi sumuran yang
beberapa tahapan yaitu menghitung panjang cincin dapat dianalisis dengan formula berikut.
tulangan, luas tulangan dan berat tulangan. Analisis Luas Area, A
dapat dilakukan dengan menggunakan formula-formula
berikut. A = (1/4).π.Dinner2

a. Baja tulangan dimana, A : luas area dalam pondasi sumuran, m2


Dinner : diameter cincin dalam, m
Tulangan pondasi cincin horizontal & vertical
Volume Beton Siklop, Vsikl
R = π.D
h = tinggi total sumuran, m Vsikl = Ainner . lPond.

dimana, R : panjang tulangan, m dimana,


D : diameter cincin luar atau dalam, m Ainner : luas area dalam beton, m2
Luas tulangan, As linner : panjang pondasi, m

A = (1/4).π.D2
Berat tulangan, w 3. Analisis bahan campuran beton
Beton terdiri dari campuran semen, aggregate
w = A.L.BJ.n
kasar/halus dan air. Dengan mutu beton yang berbeda
dimana, L : panjang total tulangan, m tentunya komposisi campuran beton juga akan berbeda
D : diameter tulangan, m sehingga diperlukan analisis yang pasti untuk kebutuhan
BJ : berat jenis baja, kg/m3 kerja di lapangan.
A : luas tulangan, m2
a. Komposisi Mutu Beton K250
w : berat tulangan, m3
Campuran beton K250 dinyatakan dalam satuan per
b. Beton satuan m3 dalam arti koefisien yang dinyatakan untuk 1
m3 campuran beton. Perbandingan campuran adalah PC
Untuk analisis terhadap beton dalam dua jenis analisis
yaitu terhadap beton K250 dan K125. Untuk beton K250 : Batu Pecah 1” : Batu Pecah ½” : Pasir.
diperuntukan untuk beton pondasi dan footing Portland Cement 50 kg = 9.268 x volume
Batu Pecah 1” = 0.341 x volume
abutment. Sedangkan untuk beton K125 yaitu untuk
Batu Pecah 1/2” = 0.249 x volume
beton siklop (isi sumuran). Analisis dapat dilakukan
Pasir = 0.308 x volume
dengan menggunakan formula-formula berikut.
b. Komposisi Mutu Beton K175
Beton K250 (Footing Abutment)
Campuran beton K175 dinyatakan dalam satuan per
Volume footing abutment, VFoot satuan m3 dalam arti koefisien yang dinyatakan untuk 1
m3 campuran beton. Perbandingan campuran adalah PC
VFoot = n .d . b . l
: Batu Kerikil : Pasir.
dimana, n : jumlah footing pondasi beton, bh Portland Cement 50 kg = 6.823 x volume
d : tebal footing pondasi beton, m Batu Kerikil = 0.601 x volume
b : lebar footing pondasi beton, m Pasir = 0.314 x volume
l : panjang footing pondasi beton, m

Beton K250 (Pondasi)


Luas Area, A
A = (1/4).π.D2

42
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

Beton K175 Dinner Douter

Gambar 2.1. Irisan Pondasi Sumuran


Beton K
Beton K250 250
bf
cu 0.85fc’
hf d’ Cs
a a
Cc
c
d
h neutral line
Mn

s As1+As’ Ts

b
Gambar.2.2. Momen Nominal Tulangan.

Analisis terhadap bagian atas jembatan yaitu untuk merupakan bahan konstruktif yang paling penting dan
balok gelagar untuk mengetahui besaran momen yang digunakan dalam berbagai bentuk untuk semua struktur
bekerja (Gbr. 2.2) seperti berikut. besar maupun kecil, bangunan, jembatan, perkakas jalan
dan kegunaan lainnya. Sifat –sifat beton bertulang
Mn1 = As1ƒy [ d – a/2 ] sangat penting bagi suatu perancangan struktur
Momen penahan kedua yang dihasilkan oleh tulangan
tarik tambahan dan tulangan tekan (As2 dan
3. METODOLOGI.
As’diperlihatkan pada gambar. 2.2 (c).
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.
Mn2 = As’ƒy (d – d’)
Tempat dilakukan penelitian ini adalah jembatan beton
Sampai di sini, tulangan tekan diasumsikan telah
Wai Timoya yang berlokasi di Desa Karlutukara,
mencapai tegangan lelehnya. Jika kasusnya seperti ini,
kecamatan Seram Utara Barat, kabupaten Maluku
nilai As2 dan As’ akan sama karena penambahan T
Tengah dengan waktu pelaksanaan selama 2 (dua)
akibat As2ƒy harus sama dengan penambahan C akibat
bulan..
As’ƒy untuk mencapai keseimbangan. Jika demikian, As’
harus lebih besar dari pada As2’. Dengan
3.2. Data Jembatan.
menggabungkan kedua nilai ini, maka didapat ;
Data Jembatan Beton Wai Timoya yang
Mn = As1 ƒy [ d – a/2 ] + As’ ƒy (d - d’)
menghubungkan Desa Karlutukara dan Desa Pasanea di
Kec. Seram Utara Barat (MalTeng), meliputi ;
Dalam penelitian ini tidak dibahas bagian atas jembatan
* Panjang Bentang Jembatan : 15.00 meter.
tetapi hanya bagian bawah.
* Lebar Jembatan : 7.70 meter.
* Tinggi Total Jembatan : 8.80 meter.
2.2. Beton & Beton Bertulang.
* Tinggi Pondasi Sumuran : 4.00 meter.
Beton merupakan suatu campuran yang terdiri dari
* Tinggi Puncak Abutment : 8.80 meter.
pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat – agregat lain
* Diameter Luar Pondasi Sumuran : 3.50 meter.
yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang
* Tebal Pondasi Sumuran : 0.30 meter.
terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa-
* Mutu Beton, K-250 (fc’=22.5MPa) : 250 kg/cm2.
mirip- batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan aditif
* Mutu Baja, U-24 (fy=240MPa) : 2400 kg/cm2.
ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan
* Mutu Baja, U-32 (fy=400MPa) : 4000 kg/cm2.
karakteristik tertentu. Sedangkan beton bertulang juga

43
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

Gambar. 3. Penampang Memanjang Jembatan Wai-Timoya.

3.3. Teknik Pengumpulan Data. 3. Teknik kepustakaan, yaitu mendapatkan teori – teori
atau rumus- rumus dalam berbagai buku yang
1. Observasi / pengamatan, yaitu melihat dan memiliki kaitan langsung dengan permasalahan
mengamati langsung objek penelitian yang ada di dalam penelitian ini.
lokasi pekerjaan jembatan serta meneliti/mencatat
keadaan pekerjaan yang dilakukan untuk dijadikan
data/bahan penelitian. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.
2. Wawancara, yaitu melakukan tanya-jawab dengan
tenaga kerja di lokasi pekerjaan untuk mengetahui 4.1. Analisis Galian Pondasi Jembatan.
kondisi pekerjaan yang sebenarnya dilakukan.

Galian Tanah Pondasi - 1 :


A = n.(1/4),.D2
2.64 = 1x0.25x(22/7)x(3.50)2
= 9.625 M2

V = A.d
3.50 = 9.625 x 2.64
= 25.41 M3
Gambar.4.1. Penampang Galian Struktur - 1.

Galian Tanah Pondasi - 2 :


A = n.(1/4),.D2
1.95 = 1x0.25x(22/7)x(3.50)2
= 9.625 M2

V = A.d
3.50 = 9.625 x 1.95
= 18.77 M3
Gambar.4.2. Penampang Galian Struktur - 2.

44
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

Galian Tanah Pondasi - 3 :


A = n.(1/4),.D2
= 1x0.25x(22/7)x(3.50)2
= 9.625 M2
2.71
V = A.d
= 9.625 x 2.71
= 26.08 M3
3.50

Gambar.4.3. Penampang Galian Struktur - 3.

Galian Tanah Pondasi - 4 :


A = n.(1/4),.D2
= 1x0.25x(22/7)x(3.50)2
= 9.625 M2
3.16
V = A.d
= 9.625 x 3.16
= 30.42 M3
3.50

Gambar.4.4. Penampang Galian Struktur - 4.

Galian Tanah Pondasi - 5 :


A = n.(1/4),.D2
= 1x0.25x(22/7)x(3.50)2
= 9.625 M2
3.78
V = A.d
= 9.625 x 3.78
= 36.38 M3
3.00

Gambar.4.5. Penampang Galian Struktur - 5.

Galian Tanah Pondasi - 6 :


A = n.(1/4),.D2
= 1x0.25x(22/7)x(3.50)2
= 9.625 M2
3.80
V = A.d
= 9.625 x 3.80
= 36.58 M3
3.50

Gambar.4.6. Penampang Galian Struktur - 6.

4.2. Analisis Baja Tulangan dan Beton. 3. Panjang Keseluruhan (total length), Ltot.

45
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

Footing & Pondasi Tulangan 12 = LT1 = n1.R1


= 21 x 11.4
= 240 m
Tulangan 12 = LT2 = n2.R2
= 21 x 9.5
= 200 m
Tulangan 16 = LT3 = n3.h1
Beton Siklop
= 58 x 4.30
K-175
= 250 m
Tulangan 16 = LT4 = n4.h2
= 49 x 4.30
= 211 m
Angkur 25 = LA = n5.l1
= 4 x 2.50
= 10 m
Gambar. 4. 7. Footing dan Pondasi.
4. Luas Keseluruhan (total area), Atot.

A. Perhitungan Tulangan Pondasi A12 = (1/4).π.D2


= 0.25x3.14x0.0122
1. Horizontal Outer & Inner Ring Steel Length = 0.000113 m2
(panjang baja cincin luar & dalam
horisontal)  U24 : 12-20 A16 = (1/4).π.D2
R1 = π.D = 0.25x3.14x0.0162
= (22/7)x3.60 = 0.000201 m2
= 11.31 m
A25 = (1/4).π.D2
≈ 11.40 m
= 0.25x3.14x0.0252
R2 = π.D
= 0.000491 m2
= (22/7)x3.00
= 9.43 m 5. Berat Keseluruhan (total weight), wtot.
≈ 9.50 m
w12 = A12.L12.BJBaja.npond
n1 = 21 btg
= 0.000113x440x7850x4
n2 = 21 btg
= 1 563.18 kg
2. Vertical Outer & Inner Ring Steel Length
(panjang baja cincin luar & dalam vertikal) w16 = A16.L16.BJBaja.npond
 U24 : 16-20 = 0.000201x461x7850x4
h1 = 4.25 m ~ 4.30 m ;
= 2 911.62 kg
n3 = (R1 / p) + 1 = (11.40 / 0.20) + 1
= 58 btg w25 = A25.L25.BJBaja.npond
h2 = 4.25 m ~ 4.30 m ; = 0.000491x10x7850x4
n4 = (R2 / p) + 1 = (9.50 / 0.20) + 1 = 154.20 kg
= 48.5 btg ≈ 49 btg
wTot = 4 630 kg

46
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

B. Perhitungan Tulangan Footing


L6 = n6.L12
Tulangan Footing Abutment = 3x9.40
(Baja Tulangan U24 & U32)
= 28.20 m
≈ 29.00 m
3. Baja Tulangan U32 : 16
L5 = n5.L16
= 46x9.40
= 432.40 m
≈ 433.00 m

4. Luas Keseluruhan (total area), Atot.

A12 = (1/4).π.D2
= 0.25x3.14x0.0122
Tulangan Vertical Footing Abutment
= 0.000113 m2
(Baja Tulangan U24 & U32)
A16 = (1/4).π.D2
= 0.25x3.14x0.0162
= 0.000201 m2

A25 = (1/4).π.D2
= 0.25x3.14x0.0252
= 0.000491 m2
Gambar.6.7. Analisis Tulangan Footing Abutment.
5. Berat Keseluruhan (total weight), wtot.

1. Baja Tulangan U32 : 25 w12 = A12.L12.BJBaja.nabutm

L1 = n1.L25 = 0.000113x266x7850x2
= 46x6.00 = 471.91 kg
= 276.00 m ≈ 472 kg
L2 = n2.L25 w16 = A16.L16.BJBaja.nabutm
= 46x5.00
= 0.000201x433x7850x2
= 230.00 m
= 1 367 kg
2. Baja Tulangan U24 : 12
w25 = A25.L25.BJBaja.nabutm
L3 = n3.L12 = 0.000491x506x7850x2
= 46x4.40 = 3 901 kg
= 203.00 m
Sehingga, diperoleh :
L4 = n4.L12
= 4x8.30 wTot = 5 740 kg
= 34.00 m

47
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

16-20
22-20

Penulangan ABUTMENT
22-20
22-20

12-20

22-20

Gambar.6.8. Beton dan Baja Tulangan Abutment.

C. Perhitungan Volume Beton Untuk 4 Pondasi Sumuran, = 48.28 m3

1. Beton K250 – Pondasi Sumuran 2. Beton K175 – Siklop Pondasi

Aouter = (1/4).π.Douter2 VSikl = Ainner.lPond


2
= 0.25 x (22/7) x 3.50 = 6.608 x 4.00
= 9.625 m2 = 26.43 m3
Ainner = (1/4).π.Dinner2 Untuk 4 Siklop Pondasi Sumuran, = 105.73 m3
= 0.25 x (22/7) x 2.902
3. Beton K250 – Footing Abutment
= 6.608 m2
VFott = n.d.b.l
APond = Aouter – Ainner
= 2 x 0.70 x 3.50 x 9.00
= 9.625 – 6.608
= 44.10 m3
= 3.02 m2
Sehingga Volume Total Beton, diperoleh :
VPond = APond.lPond
VTot-K175 = 106 m3
= 3.02 x 4.00
VTot-K250 = 93 m3
= 12.07 m3 (1 Pondasi Sumuran)

4. Bahan Beton Yang Digunakan


Portland Cement 50 kg = 9.268 x 93
= 862 zak
a. Beton Mutu K175
Batu Pecah 1” = 0.341 x 93
Portland Cement 50 kg = 4.845 x 106 = 32 m3
= 514 zak Batu Pecah 1/2” = 0.249 x 93
Batu Kerikil = 0.604 x 106 = 23 m3
= 64 m3 Pasir = 0.308 x 93
Pasir = 0.302 x 106 = 29 m3
= 32 m3

b. Beton Mutu K250

48
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

ketrampilan (skill) tenaga kerja harus benar yang


5. PENUTUP. berpengalaman sehingga dapat bekerja secara
professional.
5.1. Kesimpulan.
Beberapa kesimpulan yang diambil dari penelitian ini
6. DaftarPustaka
meliputi;
1. Dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi 1. Bowles Joseph, 1982, Teknik Pondasi 1, Erlangga,
di bidang Teknik Sipil yang tentunya dapat Jakarta.
diaplikasikan untuk pembangunan pondasi sumuran 2. Dipohusodo Istimawan, 1992, Mengenal Acuan
jembatan.
Beton Bertulang, Liberty, Jogjakarta.
2. Pada kondisi tertentu dalam pelaksanaan pekerjaan di 3. Mc Cormac Jack, 2001, Design of Reinforced
lapangan, seringkali penggunaan material dapat Concrete, Fifth Ed., John Wiley & Sons., New
melebihi yang direncanakan sehingga merugikan pihak York, AS.
yang melaksanakan pembangunan. 4. Park R. & Paulay T., 1974, Reinforced Concrete
Structures, John Wiley & Sons., New York, AS.
3. Dari hasil analisis yang dilakukan ternyata tersebut 5. Sanglerat G, Olivari G & Cambou B., 1984, Soil
terlihat bahwa baja tulangan pada beton yang dipakai
Mechanics & Foundation Engineering, Erlangga,
pada pembangunan pondasi jembatan Wai Timoya
mengalami selisih plus dari bahan bangunan yang ada Jakarta.
dalam desain yang dipakai disebabkan bahan terbuang 6. Sardjono H.S., 1991, Pondasi Tiang Pancang 1,
saat stock di lapangan. Sinar Wijaya, Surabaya.
7. Uneputty S. & Roberth H. H., 2012, Analisis
Penggunaan Baja Tulangan dan Beton Pada
5.2. Saran. Jembatan Wai Sapia, Jurnal Simetrik No. 01 –
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas dapatlah Politeknik Negeri Ambon, Ambon.
disarankan bahwa : perlu adanya pengamanan bahan 8. Vis W.C. & Kusuma G.H, 1994, Dasar-Dasar
bangunan baik pabrikasi maupun bahan galian alam Perencanaan Beton Bertulang, Universitas Kristen
berupa tempat penampungan yang dapat melindungi
Petra, Surabaya.
material dimaksud. Selanjutnya keahlian dan

49

Anda mungkin juga menyukai