BAB 3
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3-1
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Hasil analisis jaringan yang dilakukan digunakan sebagai masukan untuk melakukan analisis ruas
dan analisis persimpangan untuk beberapa ruas dan simpang yang berada pada sekitar lokasi
yang akan dibangun, sehingga dapat dilihat performance atau karakteristiknya.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3-2
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Analisis lalu lintas ini dilakukan untuk kondisi pada saat ini (eksisting) dan untuk kondisi yang akan
datang sesuai tahun target pengembangan yang telah ditetapkan.
Untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi lalu lintas di masa yang akan datang, diperlukan
suatu prakiraan (forecasting) permintaan (demand) pergerakan. Sehingga dari hasil prakiraan
pergerakan tersebut dapat diperoleh gambaran tentang kebutuhan penanganan terhadap
transportasi yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Gambaran pergerakan lalu lintas di masa datang tersebut mengacu pada rencana tata ruang yang
telah membuat rencana-rencana pengembangan yang akan dilakukan pada wilayah di daerah
pengembangan. Khususnya yang berkaitan dengan rencana pembangunan sarana dan prasana
transportasi dan rencana pengembangan tata guna lahan di masa yang akan datang. Dalam
melakukan peramalan pergerakan lalu lintas diperlukan pengembangan suatu model transportasi
yang sesuai dengan pola pergerakan pada daerah pengembangan. Dari data survei lalu lintas yang
telah dilakukan dicoba untuk mendapatkan matriks asal tujuan. Setelah itu matrik asal tujuan yang
didapatkan dari model tersebut dibebankan ke dalam jaringan jalan yang ada di daerah
pengembangan untuk mendapatkan volume lalu lintas pada tiap-tiap ruas jalan. Untuk
mendapatkan volume lalu lintas masing-masing perioda rencana, dilakukan proses yang sama
seperti sebelumnya dengan memprediksikan atau memprakirakan pertumbuhan data lalu lintas
yang ada untuk masing-masing perioda rencana. Hasil dari tahapan pembebanan lalu lintas dalam
jaringan tersebut digunakan sebagai masukan pada tiap tahap analisa ruas dan analisa simpang
dengan menggunakan batasan-batasan (standard) yang telah ditetapkan pada Manual Kapsitas
Jalan Indonesia (IHCM, Indonesian Highway Capacity Manual).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alur yang terdapat pada Gambar 3-5 berikut ini :
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3-3
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Jaringan Jalan
Data lalu lintas
Pembebanan
3.1.3. VOLUME LALU LINTAS, KECEPATAN RENCANA DAN SMP (SATUAN MOBIL
PENUMPANG)
3.1.3.1. VOLUME LALU LINTAS HARIAN RENCANA
Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VHLR) adalah prakiraan volume lalu lintas harian pada
akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam SMP/hari.
Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana
lalu lintas, dinyatakan dalam SMP/jam, dihitung dengan rumus :
K
VJR VLHR
Badan Sertifikasi F Maret 2010
Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan 3-4
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Dimana :
K (disebut faktor K), adalah faktor volume lalu lintas jam sibuk, dan
F (disebut faktor F), adalah faktor variasi tingkat lalu lintas per
seperempat jam dalam satu jam.
VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya yang
diperlukan.
Tabel 3-1. menyajikan faktor-K dan faktor-F yang sesuai dengan VLHR-nya.
Tabel 3-1. Penentuan faktor-K dan faktor F berdasarkan Volume Lalu Lintas Rata-rata
FAKTOR K FAKTOR F
VLHR
(%) (%)
> 50.000 4-6 0,9-1
30.000 50.000 6-8 0,8-1
10.000 30.000 6-8 0,8-1
5.000 10.000 8-10 0,6-0,8
1.000 - 5.000 10-12 0,6-0,8
< 1.000 12-16 < 0,6
Tabel 3-2. Kecepatan Rencana VR , sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan
SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan, di mana mobil penumpang
ditetapkan memiliki satu SMP.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3-5
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
SMP untuk jenis-jenis kendaraan dan kondisi medan lainnya dapat dilihat dalam Tabel 3-3.
Detail nilai SMP dapat dilihat pada buku Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
No.036/T/BM/1997.
Datar/
No Jenis Kendaraan Pegunungan
Perbukitan
1. Sedan, Jeep, Station Wagon 1,0 1,0
Sifat lalu lintas meliputi LAMBAT dan CEPATNYA kendaraan yang bersangkutan, sedangkan
komposisi lalu lintas menggambarkan jenis kendaraan yang melaluinya.
Dalam penggunaannya, hanya dipakai kendaraan bermotor saja yang di bagi dalam 3 kelompok
katergori :
Kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang.
Kendaraan sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau bus besar 2 as.
Kendaraan besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Kapasitas Dasar adalah kapasitas ideal yaitu kapasitas jalan dalam kondisi ideal yang meliputi :
Lalu lintas mempunyai ukuran standar
Lebar perkerasan ideal = 3,6 m
Lebar bahu = 1,8 m dan tidak ada penghalang
Jumlah tikungan dan tanjakan sedikit
Co = 600 x We
Co = Kapasitas Dasar Jalan
We = Lebar efektif Jalan
Co 600 SMP/m lebar
Kapasitas Jalan Indonesia dihitung berdasarkan rumus yang telah ditetapkan dalam Manual
Kapasitas Jalan Indonesia yang dibagi dalam beberapa jenis fasilitas jalan dan dalam Modul ini
diambil hanya fasilitas jalan perkotaan dan jalan luar kota :
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3-6
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
C = kapasitas (SMP/jam)
Co = kapasitas Dasar untuk kondisi tertentu (Ideal) (SMP/jam)
FCw = faktor penyesuaian untuk lebar jalur lalu lintas
FC sp = faktor penyesuaian untuk pemisah arah
FC mc = faktor penyesuaian lalu lintas sepeda motor
FC sf = faktor penyesuaian Hambatan samping
Dimana :
C = kapasitas (SMP/jam)
Co = kapasitas Dasar (SMP/jam)
Fw = faktor penyesuaian untuk lebar jalur lalu lintas
Fsp = faktor penyesuaian untuk kereb dan bahu jalan
Fks = faktor penyesuaian pemisah arah (berlaku untuk jalan satu arah)
Fsf = faktor penyesuaian Hambatan samping
Fsc = faktor penyesuaian ukuran kota
Untuk lebih mengerti dan memahami tentang kapasitas jalan, perencana geometrik jalan dapat
mempelajarinya dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga.
Mengutip angka-angka dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1994), kapasitas Dasar jalan untuk
luar kota adalah seperti Tabel 3-4 dibawah ini :
Tipe Jalan/
Kapasitas Dasar SMP/jam Catatan
Tipe Medan
Dan untuk kapasitas dasar jalan perkotan adalah seperti Tabel 3-5 dibawah ini :
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3-7
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
3.1.6. TOPOGRAFI
Topografi merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi jalan dan pada umumnya
mempengaruhi alinyemen dan standard perencanaan Geometrik Jalan seperti landai jalan, jarak
pandang, penampang melintang, dan lain-lainnya.
Bukit, lembah, sungai dan danau seringkali memberikan pembatasan terhadap lokasi dan
perencanaan.
Untuk memperkecil biaya pembangunan jalan, maka standar perencanaan geometrik jalan perlu sekali
disesuaikan dengan topografi; sehingga jenis medan dibagi menjadi tiga golongan umum berdasarkan
besarnya kelerengan melintang dalam arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan (Lihat Tabel 3-6.
Klasifikasi menurut medan jalan).
1) Tikungan
Jari-jari tikungan dan pelebaran perkerasan diambil sedemikian rupa sehingga terjamin keamanan
kendaraan yang melalui tikungn tersebut dan pandangan bebas yang cukup luas.
2) Tanjakan
Adanya tanjakan yang cukup curam, dapat mengurangi kecepatan kendaraan dan kalau tenaga tarik
kendaraan tersebut tidak cukup, maka berat muatan kendaraan harus dikurangi; tanjakan yang cukup
curam akan mengurangi kapasitas angkut dan sangat membahayakan. Oleh karena itu diusahakan
supaya tanjakan dibuat landai.
Besarnya lereng melintang dan klasifikasi medan adalah seperti Tabel 3-8 berikut ini.
Lereng Melintang
Klasifikasi Medan
(%)
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3-8
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Dalam merencanakan geometrik jalan, perencana harus mempertimbangkan dengan cermat parameter
keselamatan pengguna jalan yang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu geometrik jalan,
kendaraan dan pengemudi. Ketiga komponen utama tersebut yaitu geometrik jalan, kendaraan dan
pengemudi dan interaksi dari ketiganya adalah kecepatan kendaraan. Agar pelayanan jalan memenuhi
persyaratan keselamatan maka perlu didisain kecepatan rencana untuk suatu jalan. Kecepatan
rencana adalah kecepatan yang sangat menentukan elemen-elemen geometrik jalan raya.
Jari-jari lengkung, superelevasi dan jarak pandangan langsung bersangkutan dengannya. Sementara
itu lebar jalur kendaraan atau jumlah lajur jelas mempengaruhi kecepatan kendaraan. Oleh karena itu
lebar jalur jalan, lebar bahu jalan dan kecepatan rencana harus direncanakan secara bersamaan.
Untuk menetapkan kecepatan rencana, dapat digunakan Tabel 3-2. Kecepatan Rencana V R, dipilih
sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan, sedangkan untuk lebar jalur jalan dan bahu jalan
dapat digunakan angka-angka dari tabel-tabel yang diambil dari Tata Cara Perencanaan Geometrik
Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997 sebagai berikut :
VLHR (smp/hari)
Pengelompokan Jalan Satu-
No. 3.000 10.000
Menurut Fungsi an < 3000 > 25.000
10.000 25.000
1. ARTERI
1.1. Ideal
Lebar Jalur Jalan M 6.00 7.00 7.00 2n x 3.50*)
Lebar Bahu Jalan M 1.50 2.00 2.00 2.5
1.2. Minimum
Lebar Jalur Jalan M 4.50 6.00 7.00 2 x 7.00*)
Lebar Bahu Jalan M 1.00 1.50 2.00 2.00
2. KOLEKTOR
2.1. Ideal
Lebar Jalur Jalan M 6.00 7.00 7.00 2n x 3.50*)
Lebar Bahu Jalan M 1.50 1.50 2.00 2.00
2.2. Minimum
Lebar Jalur Jalan M 4.50 6.00 **) **)
Lebar Bahu Jalan M 1.00 1.50 **) **)
3. LOKAL
3.1. Ideal
Lebar Jalur Jalan M 6.00 7.00 - -
Lebar Bahu Jalan M 1.00 1.50 - -
3.2. Minimum
Lebar Jalur Jalan M 4.50 6.00 - -
Lebar Bahu Jalan M 1.00 1.00 - -
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3-9
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Keterangan
**) Mengacu pada persyaratan ideal
*) 2 jalur terbagi, masing-masing n x 3.50 m dimana n = jumlah lajur per jalur.
- Tidak ditentukan.
Lebar Lajur Jalan Ideal dapat dilihat pada Tabel 3-8 tersebut di bawah :
Dipandang dari segi mengemudi, kecepatan rencana dinyatakan sebagai kecepatan yang
memungkinkan seorang pengemudi berketrampilan sedang dapat mengemudikan dengan aman dan
nyaman dalam kondisi cuaca cerah, lalu lintas lengang dan tanpa pengaruh lainnya yang serius.
Dengan perkataan lain Perencanaan Geometrik Jalan mempunyai batas keamanan. Ada 3 (tiga) aspek
yang harus ditetapkan secara cermat dalam perencanaan geometrik agar kecepatan rencana
memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan yaitu aspek jarak pandang, radius
minimum dan landai maksimum. Ketiga aspek ini akan memberikan pengaruh yang sangat
menentukan dalam merencanakan alinyemen jalan. Oleh karena itu kecepatan rencana dapat
dilampaui pada saat mengemudi jika alinyemen, sebagai tambahan kondisi tersebut diatas, baik
keadaannya.
Dalam hal pembatasan topografi atau lainnya menghalangi pemakaian kecepatan rencana yang tepat,
dapat dipakai kecepatan rencana yang satu tingkat lebih rendah bagi bagian tersebut, meskipun
kecepatan rencana tak dapat diturunkan kurang dari 20 km/jam.
Untuk menjamin kondisi mengemudi yang mantap, suatu perencanaan geometrik harus menerus untuk
jarak yang panjang. Dianjurkan agar kecepatan rencana yang sama digunakan untuk ruas jalan raya
yang panjangnya sekurang-kurangnya 10 km dengan hanya memperkenankan penurunan kecepatan
sekali-sekali. Jika kecepatan rencana harus sering diturunkan maka kecepatan rencana semula atau
kelas standar harus dipertimbangkan kembali.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 10
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Jarak Pandang Henti (Jh) adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengendara untuk
menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan, seperti yang
digambarkan pada gambar 6-4 dan 6-5 (Lihat Bab 6) dan setiap titik disepanjang jalan harus
memenuhi (Jh).
Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengendara adalah 105 cm dan tinggi halangan
15 cm diukur dari permukaan jalan.
Jh terdiri atas 2 elemen jarak, yaitu :
Jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengendara melihat
suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem;
dan
Jarak pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak
pengendara menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
2
VR
VR 3,6
.. ( 1 )
Jh T
3,6 2 gf '
Dimana :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det²
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-0,55.
2
VR
J h 0,694 V R 0,004
f
.. ( 2 )
Tabel 3-9. berisi Jh minimum yang dihitung berdasarkan persamaan (2) dengan pembulatan-
pembulatan untuk berbagai VR.
Jarak Pandang Henti untuk jalan perkotaan dapat menggunakan tabel 3-10. seperti di bawah ini.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 11
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
100 165
80 110
60 75
50 55
40 40
30 30
20 20
Jarak Pandang Mendahului (Jd) adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului
kendaraan lain didepannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula (lihat
gambar 3-6).
Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalan 105 cm dan tinggi halangan
adala 105 cm.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 12
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Jd yang sesuai dengan VR ditetapkan dari tabel 3-11 seperti dibawah ini.
Daerah mendahului harus disebar disepanjang jalan dengan jumlah panjang minimum 30% dari
panjang total ruas jalan tersebut. Pada jalan perkotaan jarak pandang mendahului harus ditentukan
pada bagian jalan yang dipilih, pada jalan dua jalur dua arah, seperti tabel 3-12 di bawah ini.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 13
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang utnuk menjamin kebebasan pandang di tikungan
sehingga Jh dipenuhi.
Daerah bebas samping dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pandangan di tikungan
dengan membebaskan obyek-obyek penghalang sejauh E (m), diukur dari garis tengah lajur dalam
sampai obyek penghalang pandangan sehingga persyaratan J h dipenuhi (lihat gambar 3-6. dan 3-
7.).
Daerah bebas samping di tikungan dihitung berdasarkan rumus-rumus sebagai berikut :
(1) Jika Jh < Lt :
90 0 J h
E R 1 cos (1)
RR
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 14
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
900 J h 1 900 J h
E R 1 cos J h Lt sin (2)
R
R 2 R
R
Tabel 3-13 dan 3-14 berisi nilai E, dalam satuan meter, yang dihitung menggunakan persamaan (1)
dengan pembulatan-pembulatan untuk J h < Lt. Tabel tersebut dapat dipakai untuk menetapkan E.
Tabel 3-15 untuk Jh > Lt
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 15
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
VR = 20 30 40 50 60 80 100 120
R (m)
Jh = 16 27 40 55 75 120 175 250
5000 1,6
3000 2,6
2000 1,9 3,9
1500 2,6 5,2
1200 3,2 6,5
1000 1,5 3,8 7,8
800 1,8 4,8 9,7
600 2,2 6,4 13,0
500 3,0 7,6 15,5
400 1,8 3,6 9,5 Rmin = 500
300 2,3 4,5 Rmin = 350
250 1,5 2,8 6,0
200 1,9 3,5 7,2
175 2,2 4,0 Rmin = 210
150 1,5 2,5 4,7
130 1,7 2,9 5,4
120 1,8 3,1 5,8
100 2,0 3,4 Rmin = 115
90 2,2 3,8
80 2,5 4,2
70 1,5 2,8 4,7
60 1,8 3,3 Rmin =
80
50 2,3 3,9
40 3,0 Rmin =
50
30 Rmin =
30
20 1,6
10 2,1
Rmin =
15
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 16
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
VR = 20 30 40 50 60 80 100 120
R (m)
Jh = 16 27 40 55 75 120 175 250
6000 1,6
5000 1,6 1,9
3000 2,5 3,1
2000 1,5 3,3 4,7
1500 2,1 4,1 6,2
1200 2,5 4,9 7,8
1000 3,2 6,1 9,4
800 1,5 4,2 8,2 11,7
600 2,0 5,1 9,8 15,6
500 2,3 6,4 12,2 18,6
400 1,8 2,9 8,5 Rmin = 350 Rmin = 500
300 1,5 2,4 3,9 10,1
250 1,8 2,9 4,7 Rmin = 210
200 2,2 3,6 5,8
175 1,5 2,6 4,1 6,7
150 1,7 3,0 4,8 7,8
130 2,0 3,5 5,5 8,9
120 2,2 3,7 6,0 9,7
110 2,4 4,1 6,5 Rmin = 115
100 2,6 4,5 7,2
90 1,5 2,9 5,0 7,9
80 1,6 3,2 5,6 8,9
70 1,9 3,7 6,4 Rmin =
60 2,2 4,3 7,4 80
50 2,6 5,1 8,8
40 3,3 6,4 Rmin =
30 4,4 8,4 50
20 6,4 Rmin =
15 8,4 30
Rmin =
15
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 17
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
VR = 20 30 40 50 60 80 100 120
R (m)
Jh = 16 27 40 55 75 120 175 250
6000 1,8
5000 2,2
3000 2,0 3,6
2000 1,6 3,0 5,5
1500 2,2 4,0 7,3
1200 2,7 5,0 9,1
1000 1,6 3,3 6,0 10,9
800 2,1 4,1 7,5 13,6
600 1,8 2,7 5,5 10,0 18,1
500 2,1 3,3 6,6 12,0 21,7
400 1,7 2,7 4,1 8,2 15,0 Rmin = 500
300 2,3 3,5 5,5 10,9 Rmin = 350
250 1,7 2,8 4,3 6,5 13,1
200 2,1 3,5 5,3 8,2 Rmin = 210
175 2,4 4,0 6,1 9,3
150 1,5 2,9 4,7 7,1 10,8
130 1,8 3,3 5,4 8,1 12,5
120 1,9 3,6 5,8 8,8 13,5
110 2,1 3,9 6,3 9,6 Rmin = 115
100 2,3 4,3 7,0 10,5
90 2,6 4,7 7,7 11,7
80 2,9 5,3 8,7 13,1
70 3,3 6,1 9,9 Rmin =
60 3,9 7,1 11,5 80
50 4,6 8,5 13,7
40 5,8 10,5 Rmin =
30 7,6 13,9 50
20 11,3 Rmin =
15 14,8 30
Rmin =
15
Kendaraan yang berjalan pada suatu tikungan menempati lebar lapis perkerasan yang lebih besar
daripada kendaraan yang berjalan pada jalan yang lurus karena roda roda belakang pada lintasan
jalan dengan kecepatan rendah disebelah dalam dan bagian depan dan tonjolan depan mengurangi
kebebasan antara kendaraan kendaraan yang menyiap dan melewatinya. Juga putaran kendaraan
pada suatu jalur pada suatu tikungan lebih besar daripada putaran kendaraan pada jalan yang lurus.
Maka pada tikungan tikungan yang tajam perlu perkerasan jalan diperlebar. Pelebaran pada tikungan
merupakan faktor faktor dari jari jari lengkung, kecepatan, kendaraan, jenis dan elemen kendraan
rencana yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 18
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Untuk memperoleh gambaran, perhatikan gambar 3-8. Jadi semakin tinggi kecepatan kendaraan dan
semakin tajam tikungan tersebut, semakin besar tambahan pelebaran pada tikungan akibat kesukaran
dalam mengemudi. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan terlemparnya kendraan kearah luar dalam
gerakan menikung tersebut.
Untuk jalan jalan Nasional, Propinsi, dan Kabupaten persyaratan untuk pelebaran akan dibatasi
seperti yang nampak pada tabel 3-16. Gambar 3-9. yang memberikan pelebaran yang disarankan
( dalam meter ) dalam kaitannnya dengan lebar lapis perkerasan dan jari jari lengkung. Pelebaran
ditempatkan pada bagian dalam lengkung dimulai pada bagian lurus kira kira 15 m sebelum titik
singgung ( permulaan lengkung ) tetapi mungkin dikehendaki mulai dari permulaan lengkung peralihan
dimana jalan tersebut menikung (superelevasi).
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 19
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 20
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Terain Datar
Klasifikasi Fungsional Arteri Primer
ROW (m) 50
Kecepatan rencana (kpj) 60
Lebar lalu-lintas (m) 2 (2 x 3,50)
Jari-jari minimum (m) 120
Jarak pandang henti minimum (m) 75
Jarak pandang menyiap minimum (m) 250
Lebar median minimum (m) 1,0
Lebar garis tepi median (m) 0,5
Lebar bahu (dengan trotoar) 2,0
Lebar Trotoar (m) 1,5
Gradien Maksimum (%) 5
Panjang Kritis landai (m) 500
Kemiringan melintang badan jalan (%) 2
Kemiringan Lereng bahu jalan (%) 4
Superelevasi maksimum (%) 10
ITEM UNIT
DESIGN STANDARD
DESIGN CLASSIFICATION -
DESIGN SPEED Km/Hr 60 80 100
Horizontal Alignment
Desirable Min. Horizontal Radius m 200,00 400,00 700,00
Standard Min. Radius m 150,00 230,00 460,00
Desirable Min. Horizontal Radius Without m 1.200,0 2.000,0 5.000,00
Transition 0 0
Standard Min. Radius Without Transition m 600,00 1.000,0 1.700,00
0
Standard Min. Transition Curve Length m 50,00 70,00 85,00
Curve Widening R < 280 m per Lane m 0,25 0,25 0,25
Maximum Super elevation % 6,00 6,00 6,00
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 21
Modul PRJL IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 3 Kriteria Desain Dan Dokumen desain Geometrik
Vertical Alignment
Maximum Gradien % 5,00 4,00 3,00
Max. Gradien, Slope < 600 % - 5,00 4,50
Max. Gradien, Slope < 500 % 6,00 6,00 6,00
Max. Gradien, Slope < 400 % 7,00 7,00 6,00
Max. Gradien, Slope < 300 % 8,00 - -
Desirable Min. Radius, Crest m 2.000,0 4.500,0 10.000,0
0 0 0
Standard Min. Radius, Crest m 1.400,0 3.000,0 6.500,00
0 0
Desirable Min. Radius, Sag m 1.500,0 3.000,0 4.500,00
0 0
Standard Min. Radius , Sag m 1.000,0 2.000,0 3.000,00
0 0
Min. Re:ative Slope Between Channels % 1,00 1,00 1,00
Vertical Clearance (+ 100 mm) 5,20 5,20 5,20
Maximum Super Elevation % - - -
Slight Distance
Min. Stopping Sight Distance m 75,00 110,00 165,00
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010 3 - 22