Anda di halaman 1dari 31

Modul PRJL. IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab.

5 Alinyemen Horizontal

BAB 5

ALINYEMEN HORIZONTAL

5.1. PEDOMAN PERENCANAAN

5.1.1. PENGERTIAN ALINYEMEN HORIZONTAL

 Alinyemen Horizontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung yang disebut juga
tikungan.
 Desain Geometrik Jalan pada bagian lengkung dimaksud untuk mengimbangi gaya sentrifugal
yang diterima oleh kendaraaan yang berjalan pada kecepatan rencana (V R).
 Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan daerah bebas samping jalan harus
diperhitungkan.
 Untuk alinyemen horizontal pada jalan perkotaan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan pertimbangan teknik saja, tetapi juga untuk menyediakan
tempat yang cukup bagi lalu lintas dan pemakai jalan.

5.1.2. PANJANG BAGIAN LURUS

Untuk mendapatkan alinyemen horizontal yang memenuhi syarat dan memberi rasa aman dan
nyaman, maka lengkung yang terlampau tajam dan kombinasi lengkung yang tidak baik akan
mengurangi kapasitas jalan dan kenyamanan serta keamanan pemakai jalan. Guna mencapai
tujuan tersebut diatas, maka perlu diperhatikan panjang bagian lurus dengan mempertimbangkan
faktor keselamatan pemakai jalan. Ditinjau dari segi kelelahan pengendara, maka panjang
maksimum bagian jalan yang lurus harus ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit sesuai
dengan kecepatan rencana. Panjang bagian lurus dapat dilihat pada Tabel 5-1 di bawah ini.

Tabel 5-1 Panjang Bagian Lurus Maksimum

Panjang Bagian Lurus Maximum (m)


Fungsi
Datar Perbukitan Pegunungan

Arteri
3.000 2.500 2.000
Kolektor
2.000 1.750 1.500

5.1.3. PEDOMAN DESAIN ALINYEMEN HORIZONTAL


 Alinyemen jalan sedapat mungkin dibuat lurus, mengikuti keadaan topografi. Hal ini
memberikan keindahan bentuk, komposisi yang baik antara jalan dan alam dan juga biaya
pembangunan yang lebih murah.
 Pada alinyemen jalan yang relatif lurus dan panjang jangan tiba-tiba terdapat lengkung yang
tajam yang akan mengejutkan pengemudi. Jika terpaksa diadakan, sebaiknya didahului oleh
lengkung yang lebih tumpul, sehingga pengemudi mempunyai kesempatan memperlambat
kecepatan kendaraannya.
 Sedapat mungkin hindari penggunaan radius minimum untuk kecepatan rencana tertentu,
sehingga jalan tersebut lebih mudah disesuaikan dengan perkembangan lingkungan dan
fungsi jalan.

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-1
Modul PRJL. IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 5 Alinyemen Horizontal

 Sedapat mungkin menghindari tikungan ganda (lihat gambar 5-1.), yaitu gabungan tikungan
searah dengan jari-jari yang berlainan. Tikungan ganda ini memberikan rasa ketidaknyamanan
kepada pengemudi.

R3
Gambar 5.1.Tikungan Ganda
R2
R1

Jika terpaksa diadakan, sebaiknya masing-masing tikungan mempunyai lengkung peralihan


(lengkung berbentuk S-C-S), sehingga terdapat tempat penyesuaian keadaan. Jika terpaksa
dibuat gabungan lengkung horizontal berbentuk busur lingkaran, maka radius lengkung yang
berurutan diambil tidak melampaui 1 : 1,5. Tikungan ganda umumnya terpaksa dibuat untuk
penyesuaian dengan keadaan medan sekeliling, sehingga pekerjaan tanah dapat seefisien
mungkin.
Hindarkan sedapat mungkin lengkung yang berbalik dengan mendadak (lihat gambar 5-2.). Pada
keadaan ini pengemudi kendaraan sangat sukar mempertahankan diri pada lajur jalannya dan juga
kesukaran dalam pelaksanaan kemiringan melintang jalan.

Lengkung Bundar

Gambar 5.2.Tikungan Berbalik

Lengkung Bundar

Jika terpaksa dibuatkan tikungan maka sebaiknya mempergunakan lengkung dengan lengkung
peralihan (lengkung berbentuk S-C-S) atau diantara kedua lengkung terdapat bagian lurus yang
pendek. Pada lengkung berbentuk busur lingkaran, bagian lurus ini dapat sebagai tempat untuk
perubahan pencapaian kemiringan melintang jalan.

Pada sudut-sudut tikungan yang kecil, panjang lengkung yang diperoleh dari perhitungan sering
kali tidak cukup panjang, sehingga memberi kesan patahnya jalan tersebut. Untuk sudut tikungan
5 derajat, panjang lengkung sebaiknya dibuat lebih besar dari 150 meter dan setiap penurunan

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-2
Modul PRJL. IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 5 Alinyemen Horizontal

sudut lengkung 1 derajat, panjang lengkung ditambah 25 meter. Sebaiknya hindarkan lengkung
yang tajam pada timbunan yang tinggi.

5.2. TIKUNGAN

5.2.1. BENTUK TIKUNGAN CIRCLE (FULL CIRCLE)

PI

T E T

L
TC CT

R ½
½ R
Gambar 5-3. Bentuk Full Circle

Gambar II.3. Bentuk Tikungan Circle

Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari besar dan sudut tangen
yang relatif kecil. Adapun batasan yang biasa dipakai di Indonesia dimana diperbolehkan
menggunakan bentuk circle adalah seperti tabel 5-2 di bawah ini.

Tabel 5-2. Jari-jari Tikungan Minimum

a. Full Circle untuk jalan antar kota, dengan superelevasi

Kecepatan Rencana (km/jam) Jari-jari Tikungan Minimum (m)

120 2500
100 1500
80 900
60 500
50 350
40 250
30 130
20 60

b. Full Circle untuk Jalan Perkotaan, dengan superelevasi

Kecepatan Rencana (km/jam) Jari-jari Tikungan Minimum (m)

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-3
Modul PRJL. IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 5 Alinyemen Horizontal

100 700
80 400
60 200
50 150
40 100
30 65
20 30

Untuk tikungan yang jari-jarinya lebih kecil dari harga diatas, maka bentuk tikungan yang dipakai
Spiral-Circle-Spiral. Dari gambar 5-3 di atas didapat rumus untuk bentuk circle, seperti keterangan
dibawah ini :

PI = Nomor stasiun (point of intersection)


R = Jari-jari (ditetapkan) dalam meter
 = Sudut tangent (diukur dari gambar trace) dalam derajat
Tc = Tangent Circle
Ct = Circle Tangent
T = Jarak antara TC dan PI (dihitung) dalam meter
L = Panjang bagian tikungan (dihitung) dalam meter
E = Jarak PI ke lengkung peralihan (dihitung) dalam meter

Untuk menentukan harga T, L dan E dari gambar 5-3. diatas maka didapat :

1 T 1
tg = T = R . tg
2 R 2

1
E = T . tg
4

R
E= R= Sec ½ 1
Cos ½
L = . 2R
360 L = 0,01745 . . R

5.2.2. BENTUK TIKUNGAN SPIRAL-CIRCLE-SPIRAL

Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian circle, yang panjangnya
diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa perubahan gaya sentrifugal dari NOL (pada
bagian lurus) sampai mencapai harga berikut :

m . V3
= F=m.C
R . Ls

m . V3 V3
m.C = Ls =
R . Ls R.C

V3 V.e
Ls min = 0,022 - 2, 727 .
R.C C

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-4
Modul PRJL. IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 5 Alinyemen Horizontal

Dimana Ls = panjang lengkung spiral dalam meter


V = kecepatan rencana dalam meter
R = jari-jari circle dalam meter
C = perubahan kecepatan dalam m/dt³
Harga C dianjurkan = 0,4 m/dt³
e = Superelevasi

Adapun jari-jari yang diambil untuk tikungan spriral-circle-spiral (lihat gambar 5-4.) haruslah sesuai
dengan kecepatan rencana dan tidak mengakibatkan adanya kemiringan tikungan yang melebihi
harga maximum yang ditentukan yaitu :

 Kemiringan maximum jalan luar kota = 10 %


 Kemiringan maximum jalan perkotaan, type I = 10%, type II = 6 %.

Es

Lc

Ls Ls

K Rc
c

Rc ½ ½ Rc

Gambar 5-4. Bentuk Spiral – Circle – Spiral

Untuk pelaksanaan desain tikungan Spiral-Circle-Spiral dipakai tabel yang praktis penggunaannya.
Pemakaian tabel praktis melalui tabel 5.2.c.. e max = 10 % dan tabel 5.2.d. e max = 8 % panjang
minimum sipral dan kemiringan melintang.

Untuk penggunaan rumus digunakan rumus sebagai berikut :

Ts = (Rc + P) tg ½  + K

Es = ( Rc + P) Sec ½  - Rc

L = Lc + 2 Ls  c =  - 2s

 2Rc
Lc = 360

= 0,01745 c Rc

Lihat :

 Tabel 5.2.c. Panjang minimum spiral dan kemiringan melintang dengan e max = 10% dan

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-5
Modul PRJL. IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 5 Alinyemen Horizontal

 Tabel 5.2.d. Panjang minimum spiral dan kemiringan melintang dengan e max = 8%

pada halaman selanjutnya.

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-6
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Tabel 5.2.c.
Panjang minimum spiral
dan kemiringan melintang
dengan e max = 10%

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-7
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Tabel 5.2.c.
Panjang minimum spiral
dan kemiringan melintang
dengan e max = 10%

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-8
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Tabel 5.2.d.
Panjang minimum spiral
dan kemiringan melintang
dengan e max = 8%

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-9
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Tabel 5.2.d.
Panjang minimum spiral
dan kemiringan melintang
dengan e max = 8%

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 10
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

5.2.3. BENTUK TIKUNGAN SPIRAL-SPIRAL

Bentuk tikungan Spiral - Spiral dipergunakan pada tikungan yang tajam. Adapun rumus-rumusnya semua
sama seperti rumus-rumus untuk bentuk tikungan Spiral-Circle-Spiral, hanya yang perlu diingat bahwa :

c  0    2 s
Lc  0  L  2 Ls
2R  s  Rc
Ls  2 s  L 
360 28,648

Harga = K = K* .Ls dan P = P * .Ls

Dengan mengambil harga P* dan K* dari tabel Qs untuk Ls = 1


Selanjutnya :

Ts = ( Rc + P ) tg ½ Δ + K

Memperjelas rumus tersebut diatas dapat dilihat gambar 5-5. tikungan Spiral-Spiral dibawah ini :

Gambar 5-5. Bentuk Tikungan Spiral – Spiral

5.2.4. SUPERELEVASI

Nilai superelevasi yang tinggi mengurangi gaya geser kesamping dan menjadikan pengendaraan pada
tikungan lebih nyaman. Tetapi, batas praktis berlaku untuk itu. Ketika bergerak perlahan mengitari suatu
tikungan dengan superelevasi tinggi, maka bekerja gaya negatif ke samping dan kendaraan
dipertahankan pada lintasan yang tepat hanya jika pengendara mengendarakannya ke sebelah atas
lereng atau berlawanan dengan arah lengkung mendatar. Nilai pendekatan untuk tingkat superelevasi
maksimum adalah 10%.

Jari-jari tikungan minimum yang tidak membutuhkan superelevasi ditunjukkan pada tabel dibawah ini
tabel 5-5. Jari-jari ini juga berdasarkan pada rumus Jari-jari Tikungan,dengan kemiringan melintang i =
-0,02, dan faktor pergesekan kesamping f = 0,035. Untuk menjamin kenyamanan melintang yang

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 11
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

berlawanan, maka diperlukan faktor f yang kecil sebagaimana diatas. Superelevasi diberikan
berdasarkan kecepatan rencana dan jari-jari lengkungan, seperti pada tabel berikut :

Tabel 5-5. Jari-jari Tikungan Minimum untuk tikungan jalan antar kota dengan
kemiringan melintang normal (tanpa lengkung peralihan dan tanpa superelevasi)

Kecepatan Rencana (km/jam) 120 100 80 60

R min (m)
5000 2000 1250 700

Untuk jalan perkotaan, jari-jari minimum untuk tikungan jalan-jalan dengan kemiringan normal tanpa
superelevasi adalah seperti pada tabel 5-6.

Tabel 5-6. Jari-jari minimum untuk tikungan jalan perkotaan


dengan kemiringan normal (tanpa lengkung peralihan dan tanpa superelevasi)

Kecepatan Rencana Jari-jari minimum


(km/jam) pada kemiringan normal (m)

i = 2,0%
100
5000
80 3500
60 2000
50 1300
40 800
30 500
20 200

Sedangkan untuk tikungan yang harus menggunakan superelevasi namun boleh tidak menggunakan
lengkung peralihan, jadi bentuknya adalah full circle, jari-jari tikungan minimum yang dipersyaratkan
dapat diambil dari Tabel 5.2. Jari-jari Tikungan Minimum.

Berikut ini adalah tabel-tabel yang menunjukkan hubungan antara kecepatan rencana, jari-jari lengkung
dan superelevasi yang dapat digunakan untuk perencanaan geometrik jalan perkotaan :

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 12
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Tabel 5-7a. Superelevasi

KECEPATAN RENCANA (km/jam)


SUPER
ELEVASI
80 60 50 40 30 20 (m)

230  120  80  50  - -
10
 280  150  100  65 - -

280  150  100  65  - -


9
 330  190  130  80 - -

330  190  130  80  30  15 


8
 380  230  160  100  40  20
JARI-JARI LENGKUNG (m)

380  230  160  100  40  20 


7
 450  270  200  130  60  30

450 270  200  130  60  30 


6
 540  330  240  160  80  40

540  330  240  160  80  40 


5
 670  420  310  210  110  50

670  420  310  210  110  50 


4
 870  560  410  280  150  70

870  560  410  280  150  75 


3
 1240  800  590  400  220  100

1240  800  590  400  220  100 


2
 3500  2000 1300  800  500  200

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 13
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Tabel 5-7b. Superelevasi


(kemiringan standar = 2,0%)

Super Jari-jari lengkungan (m)


Elevasi
(%)
100 km/j 80km/j 60 km/j 50 km/j 40 km/j 30 km/j 20 km/j

380 R 230 R 120 R 80 R 50 R


10 - -
430 280 150 100 65
430 280 150 100 65
9 - -
480 330 190 130 80
480 330 190 130 80 30 15
8
550 380 230 160 100 40 20
550 380 230 160 100 40 20
7
640 450 270 200 130 60 30
640 450 270 200 130 60 30
6
760 540 330 240 160 80 40
760 540 330 240 160 80 40
5
930 670 420 310 220 110 50
930 670 420 310 220 110 50
4
1200 870 560 410 280 150 70
1200 870 560 410 280 150 70
3
1700 1240 800 590 400 220 100
1700 1240 800 590 400 220 100
2
5000 3500 2000 1300 800 500 200

Untuk jalan didaerah perkotaan yang sudah mantap, pemakaian superelevasi pada tabel jalan perkotaan
diatas, tidak dapat diterapkan oleh karena keperluan untuk persimpangan dengan jalan-jalan lainnya
atau keterbatasan tanah, maka dapat dipakai nilai pada tabel 5-7c. di bawah ini.

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 14
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Tabel 5-7c. Pengecualian Superelevasi di dalam daerah mantap

( kemiringan standar 2,0 % )


Super Jari-jari lengkungan (m)
elevasi
(%) 60 km/j 50 km/j 40 km/j 30 km/j 20 km/j
60R 30R 15R
6 - -
63 35 16
100R 63 35 16
5 -
105 65 37 17
150R 105 65 37 17
4
160 110 70 40 18
160 110 70 40 18
3
165 115 74 42 19
165 115 74 42 19
2
220 150 100 55 25

Penerapan nilai – nilai pengecualian diatas dalam merencanakan jalan – jalan perkotaan sebaiknya
ditekankan pada faktor keamanan jalan.

5.2.5. JARI-JARI TIKUNGAN

Jari-jari lengkung minimum untuk kecepatan rencana yang berlainan, seperti diperlihatkan pada tabel 5-
2., didasarkan pada superelevasi maksimum dan gesekan sisi dengan rumus :

R  V 2 127( f  e) (1)

Ditandai bahwa : R = Jari-jari minimum (m)


V = Kecepatan (km/jam) = kecepatan rencana
f = Koefisien gesekan sisi (koefiseien gesekan diantara
ban dan permukaan jalan melawan geseran)
e = Superelevasi ( % )

Hasil penelaahan luar negeri menunjukkan bahwa nilai maksimum faktor gesekan sisi “f ” adalah 0,4
sampai 0,8 untuk perkerasan aspal. Secara teoritis, kecepatan laju di tikungan dapat ditingkatkan sampai
“f” mencapai batas maksimumnya. Tetapi, kecepatan laju yang tinggi di tikungan menimbulkan gaya
sentrifugal yang besar pada pengemudi. Merupakan kecenderungan yang umum bagi pengendara, untuk
mengurangi gaya sentrifugal yang bekerja pada mereka dan untuk mempertahankan kenyamanan dan
keamanan dalam mengendara, pengendara mengurangi keceptannya. Jari-jari minimum untuk
kecepatan rencana yang bersangkutan ditunjukkan pada tabel 5-2., ditentukan oleh nilai “f ” yang
direkomendasikan, yang berkisar antara 0,14 sampai 0,24 demi kenyamanan dalam mengendara. Nilai
Superelevasi yang diperkirakan untuk jari-jari minimum adalah 10% untuk kecepatan rencana 40 sampai
80 km/jam, dan 8% untuk kecepatan rencana 30 sampai 20 km/jam.

Harus diingat bahwa jari-jari tersebut diatas bukanlah harga jari-jari yang diinginkan tetapi adalah nilai
kritis untuk kenyamanan mengendara dan keselamatan. Perlu diusahakan agar jari-jari lengkung dibuat
lebih besar untuk setiap Desain Jalan. Harus diingat juga bahwa suatu tikungan tajam tidak diadakan
mendadak sesudah bagian jalan yang lurus. Jika mendekati tikungan yang tajam, lebih baik bagian jalan
yang lurus diubah secara bertahap.

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 15
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Untuk jalan perkotaan adalah seperti tabel 5-8. di bawah ini :

Tabel 5-8. Jari-jari Minimum Jalan Perkotaan


(jika terdapat keterbatasan yang ekstrim)

Kecepatan Jari-jari Minimum (m)


Rencana (km/kam) Jalan Type I*) Jalan Type II*)
100 380 460
80 230 280
60 120 150
50 80 100
40 - 60
30 - 30
20 - 15

Catatan *) Jalan Tipe I : Pengaturan jalan masuk secara penuh


Jalan Tipe II : Sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk

Jari-jari tikungan minimum jalan perkotaan sebaiknya disesuaikan dengan tabel 5-9. Di bawah ini, dan
apabila terdapat keterbatasan pada perencanaan alinyemen yang ekstrim, maka digunakan tabel 5-8.
diatas dengan menerapkan unsur keamanan dan kenyamanan.

Tabel 5-9. Jari-jari Tikungan yang disarankan

Kecepatan Rencana Jari-jari minimum yang


(km/jam) disarankan (m)
100 700
80 400
60 200
50 150
40 100
30 65
20 30

Untuk tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan dapat diambil nilai pada tabel 5-10. seperti
di bawah ini.

Tabel 5-10. Jari-jari Minimum tikungan


yang tidak memerlukan lengkung peralihan tapi memerlukan superelevasi

Kecepatan Rencana Jari-jari


(km/jam) (m)
120 2500
100 1500
80 900
60 500
50 350
40 250
30 130
20 60

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 16
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

5.2.6. PANJANG LENGKUNG MINIMUM

Untuk menjamin kelancaran mengemudi, tikungan harus cukup panjang sehingga diperlukan waktu 6
detik atau lebih untuk melintasinya. Panjang lengkung minimum (tabel 5-11) dengan jari-jari minimum
seperti yang diperlihatkan pada tabel 5-2. didasarkan atas rumus berikut:

L= t*v (2)

Ditandai bahwa:L = panjang lengkung (m)


t = waktu tempuh (detik) = 6
v = kecepatan (m/detik) = kecepatan rencana

Tabel 5-11. Panjang Lengkungan Minimum Jalan Antar Kota

Kecepatan
Rencana 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)

Panjang
Lengkung 200 170 140 100 80 70 50 40
Minimum (m)

Untuk jalan perkotaan, panjang tikungan minimum untuk sudut 7 derajat, dipergunakan panjang tikungan
minimum pada kolom kedua pada tabel 5-13. di bawah ini, dan bila ada kendala-kendala yang tidak
dapat dihindari, seperti keadaan topografi atau terbatasnya ruang kerja pada daerah desain maka
panjang tikungan dapat dikurangi sesuai harga yang dinyatakan pada tabel 5-12. kolom ketiga.

Tabel 5-12. Panjang Tikungan Minimum Jalan Perkotaan

Kecepatan Rencana Panjang Tikungan Minimum (m)


(km/jam) Standard Keadaan terpaksa
100 1200/a 170
80 1000/a 140
60 700/a 100
50 600/a 80
40 500/a 70
30 350/a 50
20 280/a 40

Catatan : a = sudut perpotongan (derajat), dimana jika = 2 derajat, untuk perhitungan pada
kolom kedua diambil a = 2

5.2.7. LENGKUNG PERALIHAN

Sebaiknya lengkung peralihan dipasang pada bagian awal, diujung dan di titik balik pada lengkung untuk
menjamin perubahan yang tidak mendadak jari-jari lengkung, superelevasi dan pelebaran. Lengkung
Clothoide umumnya dipakai untuk lengkung peralihan. Guna menjamin kelancaran mengendara, panjang
minimum lengkung peralihan yang ditunjukkan pada tabel 5-13. dibawah ini adalah setara dengan waktu
tempuh 3 detik. Panjangnya dihitung lewat rumus di bawah ini.

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 17
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

L = v * t = ( v / 3,6 ) * t

Ditandai bahwa : L = panjang minimum lengkung peralihan (m)


v = kecepatan rencana (km/jam)
t = waktu tempuh = 3 detik

Lengkung dengan jari-jari besar seperti yang diperlihatkan pada tabel 5-14. dibawah ini tidak
memerlukan peralihan. Jika lengkung peralihan dipasang, alinyemen mendatar bergeser dari garis
singgung kesuatu lengkungan ( gambar ). Nilai pergeseran tergantung pada panjang lengkung peralihan
dan jari-jari lengkung. Panjang lengkung peralihan minimum, sebagaimana disinggung diatas, ditentukan
berdasarkan kecepatan rencana; nilai pergeseran minimum untuk masing-masing kecepatan rencana
ditentukan oleh jari-jari lengkung. Jika jari-jari lengkung sedemikian besarnya sehingga pergeseran kecil,
pergeseran dapat diadakan di dalam lebar jalur, maka pergeseran itu adalah seperti dibawah, dan jari-
jari minimum yang tidak memerlukan lengkung peralihan (dengan pergeseran sebesar 0,20 m)
ditunjukkan pada tabel 5-14.


P  1 24   L2 / R 
Ditandai bahwa : P = nilai pergeseran (m)
L = panjang lengkung peralihan (m)
R = jari-jari lengkung (m)

Gambar 5-6 Pergeseran Lengkung Peralihan

Tabel 5-13. Panjang Minimum lengkung peralihan

Kecepatan
Rencana 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Panjang
Lengkung
100 85 70 50 40 35 25 20
Minimum
Peralihan (m)

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 18
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Tabel 5-14. Jari-jari Minimum yang


tidak memerlukan lengkung peralihan

Kecepatan
Rencana 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)

Jari-jari
2500 1500 900 500 350 250 130 60
Lengkung (m)

Untuk jalan perkotaan panjang minimum lengkung peralihan diambil nilai tabel 5-15. dibawah ini.

Tabel 5-15. Panjang minimum Lengkung Peralihan Jalan Perkotaan

Kecepatan Rencana Panjang Minimum


(km/jam) Bagian Peralihan (m)
100 85
80 70
60 50
50 40
40 35
30 25
20 20

5.2.8. PENCAPAIAN KEMIRINGAN

Ada 2 (dua) metode untuk pencapaian kemiringan. Umumnya, (a-1) atau (b-1) lebih disukai daripada (a-
2) atau (b-2) . Kemiringan tepi jalur lalu lintas waktu beralih dari penampang normal ke penampang
superelevasi tidak boleh melampaui nilai yang ditunjukkan pada tabel 5-116. dibawah ini dan dinyatakan
sebagai suatu perbandingan.

Pencapaian kemiringan harus dipasang, di dalam lengkung peralihan. Bilamana tidak dipasang lengkung
peralihan, pencapaian kemiringan harus dipasang sebelum dan sesudah lengkung tersebut.

Gambar 5-7. Pencapaian Kemiringan

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 19
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Tabel 5-16. Kemiringan maksimum untuk pencapaian kemiringan

Kecepatan
Rencana 80 60 50 40 30 20
(km/jam)

Kemiringan
Tepi Jalur 1/150 1/125 1/115 1/100 1/75 1/50
lalu lintas

Untuk jalan perkotaan, kemiringan tepi jalur lalu lintas waktu beralih dari penampang normal ke
penampang superelevasi tidak boleh melebihi nilai yang ditunjukkan pada tabel 5-17. dibawah ini.

Tabel 5-17. Kemiringan permukaan relatif maksimum


antara tepi dan as jalan dengan perkerasan 2 jalur

Kecepatan Rencana
Kemiringan Relatif
(km/jam)

100 1/225
80 1/200
60 1/175
50 1/150
40 1/125
30 1/100
20 1/75

5.2.9. PANJANG LENGKUNG PERALIHAN

Untuk mendapatkan panjang lengkung peralihan (Ls) ditentukan dari 3 rumus dibawah ini dan diambil
nilai yang terbesar :

(1) Berdasarkan waktu tempuh maksimum dilengkung peralihan ,

VR
Ls = T
3,6

Dimana : T = waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik.


VR = kecepatan rencana (km/jam)

(2) Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal,

VR VR e
Ls  0,022  2 , 727
RC C

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 20
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Dimana : e = superelevasi
C = perubahan percepatan, diambil 1-3 m/det³
R = jari-jari busur lingkaran (m)

(3) Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

Ls 
 em  en VR
3,6re

Dimana : VR = kecepatan rencana ( km/jam )


em = superelevasi maximum
en = superelevasi normal
re = tingkat pencapaian perubahan kemiringan
melintang jalan ( m/m/detik )

Selain menggunakan rumus-rumus diatas, untuk tujuan praktis Ls dapat ditetapkan dengan
menggunakan tabel 5-18. dibawah ini.

Tabel 5-18. Panjang Lengkung Peralihan (Ls) dan panjang


pencapaian superelevasi (Le) untuk jalan 1 jalur – 2 lajur – 2 arah

Superelevasi, e(%)
VR
2 4 6 8 10
(km/jam)
Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le

20
30
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120
90 30 60 40 70 50 80 70 100 100 130
100 35 65 45 80 55 90 80 110 110 145
110 40 75 50 85 60 100 90 120 - -
120 40 80 55 90 70 110 95 135 - -

Jika lengkung peralihan digunakan, posisi lintasan tikungan bergeser dari bagian jalan yang lurus ke
arah sebelah dalam (lihat gambar 5-8. ) sebesar p.
Nilai p (m) dihitung berdasarkan rumus berikut :

2
Ls
p 
24 Rc

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 21
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Dimana : Ls = panjang lengkung peralihan (m)


R = jari-jari lengkung (m)

Gambar 5-8. Pergeseran Lengkung Peralihan

Apabila nilai p kurang dari 0,25 meter, maka lengkung peralihan tidak diperlukan sehingga tipe tikungan
menjadi fC.

Superelevasi tidak diperlukan apabila nilai R lebih besar atau sama dengan yang ditunjukkan dalam tabel
5-19. dibawah ini.

Tabel 5-19. Jari-jari yang diizinkan tanpa superelevasi

Kecepatan Rencana R
(km/jam) (m)
60 700
80 1.250
100 2.000
120 5.000

5.2.10. PENCAPAIAN SUPERELEVASI

 Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada bagian jalan yang
lurus sampai ke kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian lengkung.

 Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear (lihat gambar 5-9. ), diawali
dari bentuk norma l ( ) sampai awal lengkung peralihan (TS) yang
berbentuk ( ) pada bagian lurus jalan, lalu dilanjutkan sampai

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 22
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

superelevasi penuh ( ) pada akhir bagian lengkung


peralihan (SC). Gambar detail dengan bentuk tiga dimensi dapat dilihat pada gambar 5- 9 a.

 Pada tikungan fC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear ( lihat gambar 5- 10 ) diawali
dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang 1/3 bagian
panjang Ls.

 Pada tikungan S-S, pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian spiral.

Gambar II.9. Metode pencapaian superelevasi pada tikungan tipe SCS

Gambar 5-9. Metode pencapaian superelevasi pada tikungan tipe SCS

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 23
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 24
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Gambar 5-9.a. Metode pencapaian superelevasi pada tikungan


tipe SCS dengan bentuk tiga dimansi

B a g ia n lu r u s B a g ia n lin g k a r a n p e n u h B a g ia n lu r u s

2 /3 L s 1 /3 L S 1 /3 L s 2 /3 L s

S is i lu a r lin g k a r a n

e m ax

TC e = 0 % CT

e n o rm a l

S is i d a la m lin g k a r a n

L s = P a n ja n g L e n g k u n g P e r a lih a n

Gambar 5-10. Metode pencapaian superelevasi pada tikungan tipe fC

5.2.11. PELEBARAN PADA TIKUNGAN

Jalan kendaraan pada tikungan perlu diperlebar untuk menyesuaikan dengan lintasan lengkung yang
ditempuh kendaraan. Pelebaran pada tikungan dimaksud untuk mempertahankan konsistensi Geometrik
Jalan agar kondisi operasional lalu lintas di tikungan sama dengan dibagian lurus.

Pelebaran jalan di tikungan harus mempertimbangkan :

 Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada lajurnya.


 Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saat kendaraan melakukan gerakan melingkar.
Dalam segala hal pelebaran di tikungan harus memenuhi gerak perputaran kendaraan rencana
sedemikian sehingga proyeksi kendaraan tetap pada lajurnya.

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 25
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

 Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok kendaraan rencana, dan besarnya
ditetapkan sesuai tabel 5-20 dan 5-21. di bawah ini.
 Pelebaran yang lebih kecil dari 0.6 meter dapat diabaikan.
 Untuk jalan 1 jalur 3 lajur, nilai-nilai dalam tabel 5-20.harus dikalikan 1,5.
 Untuk jalan 1 jalur 4 lajur, nilai-nilai dalam tabel 5-20. harus dikalikan 2.

Tabel 5-20. Pelebaran di tikungan per lajur (m)


Lebar jalur 2 x 3.50m, 2 arah atau 1 arah

Kecepatan Rencana, Vd (km/jam)


R
(m)
50 60 70 80 90 100 110 120

1500 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1


1000 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2
0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.2 0.3 0.2
750
500 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5 0.3
400 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5
300 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5
250 0.4 0.5 0.5 0.6
200 0.6 0.7 0.8
150 0.7 0.8
140 0.7 0.8
130 0.7 0.8
120 0.7 0.8
110 0.7
100 0.8
90 0.8
80 1.0
70 1.0

Tabel 5-21. (lanjutan) Pelebaran di tikungan per lajur (m)

Lebar jalur 2 x 3.00 m, 2 arah atau 1 arah

R Kecepatan Rncana Vd (km/jam)


(m)
50 60 70 80 90 100 110

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 26
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

1500 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.6


1000 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 0.6
750 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.8 0.8
500 0.8 0.9 0.9 1.0 1.0 1.1 1.0
400 0.9 0.9 1.0 1.0 1.1 1.1
300 0.9 1.0 1.0 1.1
250 1.0 1.3 1.1 1.2
200 1.6 1.4 1.3 1.4
150 1.7 1.4
140 1.3 1.4
130 1.3 1.4
120 1.3 1.4
110 1.3
100 1.3
90 1.4
80 1.4
70 1.7

Pelebaran pada tikungan untuk jalan perkotaan, jalur lalu lintas sebaiknya dilebarkan pada bagian
tikungannya sesuai dengan tipe jalan, kelas dan jari-jari tikungannya. Nilai-nilai pelebaran sebaiknya
seperti tabel 5-22. dibawah ini. Dan untuk jalan type II dapat memakai nilai-nilai pada tabel 5-21. diatas.

Tabel 5-22. Pelebaran Jalur

Jari-jari Tikungan (m)


Pelebran per Jalur
Tipe I
Jalan-jalan lainnya (m)
Tipe II, Kelas I
280 - 150 160 - 90 0.25
150 - 100 90 - 60 0.50
100 - 75 60 - 45 0.75
70 - 50 45 - 32 1.00
32 - 26 1.25
26 - 21 1.50
21 - 19 1.70
19 - 16 2.00
16 - 15 2.25
Catatan : Jari-jari tabel tersebut diukur sepanjang as jalan

5.2.12. TIKUNGAN GABUNGAN DAN TIKUNGAN BALIK

Tikungan gabungan adalah gabungan tikungan dengan putaran yang sama dan jari-jari yang berlainan
yang bersambungan langsung (lihat gambar 5-11.). Tikungan balik adalah gabungan tikungan dengan
putaran yang berbeda dan bersambungan langsung (lihat gambar 5-12.).

R3

R2
R1

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 27
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Gambar 5-11. Tikungan Gabungan

Lengkung Bundar

Lengkung Bundar

Gambar 5-12. Tikungan Balik

Keadaan ini tidak dikehendaki, karena pengendara mungkin mendapat kesulitan, paling tidak
ketidaknyamanan dalam mengemudi. Pada prinsipnya lengkung peralihan harus dipasang di titik balik
( lihat gambar 5-13. ).

Dalam hal perbedaan jari-jari pada lengkung yang berdampingan tidak melampaui 1:1,5, lengkung dapat
dihubungkan langsung hingga membentuk lengkung gabungan seperti pada gambar 5-14. Suatu garis
lurus yang dipasang pada titik balik untuk pencapaian kemiringan dapat membantu lengkung gabungan
tersebut ( lihat gambar 5-15. ).

R2
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul
R1 Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 28
R3
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Gambar 5-13. Lengkung clothoid yang dipasang pada lengkung gabungan

Gambar 5-14. Lengkung clothoid yang dipasang pada lengkung balik

Garis Singgung

Lengkung
Badan Sertifikasi Asosiasi Bundar
Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 29
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Gambar 5-15. Garis lurus yang dipasang pada lengkung balik

5.2.13. MACAM-MACAM TIKUNGAN GABUNGAN

 Ada 2 (dua) macam tikungan gabungan, sebagai berikut :


a. Tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua atau lebih tikungan dengan arah
putaran yang sama tetapi dengan jari-jari yang berbeda ( lihat gambar 5-16. ).
b. Tikungan gabungan balik arah, yaitu gabungan dua tikungan dengan arah putaran yang
berbeda ( lihat gambar 5-18. ).

 Penggunaan tikungan gabungan tergantung perbandingan R1 dan R2

R1 2 , tikungan gabungan searah harus dihindarkan.



R2 3

R1 2 , tikungan gabungan searah harus dilengkapi bagian lurus atau clothoide



R 2 3 sepanjang paling tidak 20 meter (lihat gambar 5-17)

 Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian lurus di antara kedua tikungan
tersebut sepanjang paling tidak 20 m (lihat gambar 5-19. ).

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 30
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal

Gambar 5-17. Tikungan Gabungan Searah dengan


Gambar 5-16 Tikungan Gabungan Searah sisipan bagian lurus sepanjang 20 meter.
(Dihindarkan)

Gambar 5-18. Tikungan Gabungan Balik Gambar 5-19. Tikungan Gabungan Balik dengan
Arah. (Dihindarkan) sisipan bagian lurus minimum sepanjang 20
meter.

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 31

Anda mungkin juga menyukai