5 Alinyemen Horizontal
BAB 5
ALINYEMEN HORIZONTAL
Alinyemen Horizontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung yang disebut juga
tikungan.
Desain Geometrik Jalan pada bagian lengkung dimaksud untuk mengimbangi gaya sentrifugal
yang diterima oleh kendaraaan yang berjalan pada kecepatan rencana (V R).
Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan daerah bebas samping jalan harus
diperhitungkan.
Untuk alinyemen horizontal pada jalan perkotaan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan pertimbangan teknik saja, tetapi juga untuk menyediakan
tempat yang cukup bagi lalu lintas dan pemakai jalan.
Untuk mendapatkan alinyemen horizontal yang memenuhi syarat dan memberi rasa aman dan
nyaman, maka lengkung yang terlampau tajam dan kombinasi lengkung yang tidak baik akan
mengurangi kapasitas jalan dan kenyamanan serta keamanan pemakai jalan. Guna mencapai
tujuan tersebut diatas, maka perlu diperhatikan panjang bagian lurus dengan mempertimbangkan
faktor keselamatan pemakai jalan. Ditinjau dari segi kelelahan pengendara, maka panjang
maksimum bagian jalan yang lurus harus ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit sesuai
dengan kecepatan rencana. Panjang bagian lurus dapat dilihat pada Tabel 5-1 di bawah ini.
Arteri
3.000 2.500 2.000
Kolektor
2.000 1.750 1.500
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-1
Modul PRJL. IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 5 Alinyemen Horizontal
Sedapat mungkin menghindari tikungan ganda (lihat gambar 5-1.), yaitu gabungan tikungan
searah dengan jari-jari yang berlainan. Tikungan ganda ini memberikan rasa ketidaknyamanan
kepada pengemudi.
R3
Gambar 5.1.Tikungan Ganda
R2
R1
Lengkung Bundar
Lengkung Bundar
Jika terpaksa dibuatkan tikungan maka sebaiknya mempergunakan lengkung dengan lengkung
peralihan (lengkung berbentuk S-C-S) atau diantara kedua lengkung terdapat bagian lurus yang
pendek. Pada lengkung berbentuk busur lingkaran, bagian lurus ini dapat sebagai tempat untuk
perubahan pencapaian kemiringan melintang jalan.
Pada sudut-sudut tikungan yang kecil, panjang lengkung yang diperoleh dari perhitungan sering
kali tidak cukup panjang, sehingga memberi kesan patahnya jalan tersebut. Untuk sudut tikungan
5 derajat, panjang lengkung sebaiknya dibuat lebih besar dari 150 meter dan setiap penurunan
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-2
Modul PRJL. IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 5 Alinyemen Horizontal
sudut lengkung 1 derajat, panjang lengkung ditambah 25 meter. Sebaiknya hindarkan lengkung
yang tajam pada timbunan yang tinggi.
5.2. TIKUNGAN
PI
T E T
L
TC CT
R ½
½ R
Gambar 5-3. Bentuk Full Circle
Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari besar dan sudut tangen
yang relatif kecil. Adapun batasan yang biasa dipakai di Indonesia dimana diperbolehkan
menggunakan bentuk circle adalah seperti tabel 5-2 di bawah ini.
120 2500
100 1500
80 900
60 500
50 350
40 250
30 130
20 60
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-3
Modul PRJL. IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 5 Alinyemen Horizontal
100 700
80 400
60 200
50 150
40 100
30 65
20 30
Untuk tikungan yang jari-jarinya lebih kecil dari harga diatas, maka bentuk tikungan yang dipakai
Spiral-Circle-Spiral. Dari gambar 5-3 di atas didapat rumus untuk bentuk circle, seperti keterangan
dibawah ini :
Untuk menentukan harga T, L dan E dari gambar 5-3. diatas maka didapat :
1 T 1
tg = T = R . tg
2 R 2
1
E = T . tg
4
R
E= R= Sec ½ 1
Cos ½
L = . 2R
360 L = 0,01745 . . R
Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian circle, yang panjangnya
diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa perubahan gaya sentrifugal dari NOL (pada
bagian lurus) sampai mencapai harga berikut :
m . V3
= F=m.C
R . Ls
m . V3 V3
m.C = Ls =
R . Ls R.C
V3 V.e
Ls min = 0,022 - 2, 727 .
R.C C
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-4
Modul PRJL. IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 5 Alinyemen Horizontal
Adapun jari-jari yang diambil untuk tikungan spriral-circle-spiral (lihat gambar 5-4.) haruslah sesuai
dengan kecepatan rencana dan tidak mengakibatkan adanya kemiringan tikungan yang melebihi
harga maximum yang ditentukan yaitu :
Es
Lc
Ls Ls
K Rc
c
Rc ½ ½ Rc
Untuk pelaksanaan desain tikungan Spiral-Circle-Spiral dipakai tabel yang praktis penggunaannya.
Pemakaian tabel praktis melalui tabel 5.2.c.. e max = 10 % dan tabel 5.2.d. e max = 8 % panjang
minimum sipral dan kemiringan melintang.
Ts = (Rc + P) tg ½ + K
Es = ( Rc + P) Sec ½ - Rc
L = Lc + 2 Ls c = - 2s
2Rc
Lc = 360
= 0,01745 c Rc
Lihat :
Tabel 5.2.c. Panjang minimum spiral dan kemiringan melintang dengan e max = 10% dan
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-5
Modul PRJL. IV. Perencanaan Geometrik Jalan Bab. 5 Alinyemen Horizontal
Tabel 5.2.d. Panjang minimum spiral dan kemiringan melintang dengan e max = 8%
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-6
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Tabel 5.2.c.
Panjang minimum spiral
dan kemiringan melintang
dengan e max = 10%
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-7
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Tabel 5.2.c.
Panjang minimum spiral
dan kemiringan melintang
dengan e max = 10%
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-8
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Tabel 5.2.d.
Panjang minimum spiral
dan kemiringan melintang
dengan e max = 8%
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5-9
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Tabel 5.2.d.
Panjang minimum spiral
dan kemiringan melintang
dengan e max = 8%
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 10
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Bentuk tikungan Spiral - Spiral dipergunakan pada tikungan yang tajam. Adapun rumus-rumusnya semua
sama seperti rumus-rumus untuk bentuk tikungan Spiral-Circle-Spiral, hanya yang perlu diingat bahwa :
c 0 2 s
Lc 0 L 2 Ls
2R s Rc
Ls 2 s L
360 28,648
Ts = ( Rc + P ) tg ½ Δ + K
Memperjelas rumus tersebut diatas dapat dilihat gambar 5-5. tikungan Spiral-Spiral dibawah ini :
5.2.4. SUPERELEVASI
Nilai superelevasi yang tinggi mengurangi gaya geser kesamping dan menjadikan pengendaraan pada
tikungan lebih nyaman. Tetapi, batas praktis berlaku untuk itu. Ketika bergerak perlahan mengitari suatu
tikungan dengan superelevasi tinggi, maka bekerja gaya negatif ke samping dan kendaraan
dipertahankan pada lintasan yang tepat hanya jika pengendara mengendarakannya ke sebelah atas
lereng atau berlawanan dengan arah lengkung mendatar. Nilai pendekatan untuk tingkat superelevasi
maksimum adalah 10%.
Jari-jari tikungan minimum yang tidak membutuhkan superelevasi ditunjukkan pada tabel dibawah ini
tabel 5-5. Jari-jari ini juga berdasarkan pada rumus Jari-jari Tikungan,dengan kemiringan melintang i =
-0,02, dan faktor pergesekan kesamping f = 0,035. Untuk menjamin kenyamanan melintang yang
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 11
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
berlawanan, maka diperlukan faktor f yang kecil sebagaimana diatas. Superelevasi diberikan
berdasarkan kecepatan rencana dan jari-jari lengkungan, seperti pada tabel berikut :
Tabel 5-5. Jari-jari Tikungan Minimum untuk tikungan jalan antar kota dengan
kemiringan melintang normal (tanpa lengkung peralihan dan tanpa superelevasi)
R min (m)
5000 2000 1250 700
Untuk jalan perkotaan, jari-jari minimum untuk tikungan jalan-jalan dengan kemiringan normal tanpa
superelevasi adalah seperti pada tabel 5-6.
i = 2,0%
100
5000
80 3500
60 2000
50 1300
40 800
30 500
20 200
Sedangkan untuk tikungan yang harus menggunakan superelevasi namun boleh tidak menggunakan
lengkung peralihan, jadi bentuknya adalah full circle, jari-jari tikungan minimum yang dipersyaratkan
dapat diambil dari Tabel 5.2. Jari-jari Tikungan Minimum.
Berikut ini adalah tabel-tabel yang menunjukkan hubungan antara kecepatan rencana, jari-jari lengkung
dan superelevasi yang dapat digunakan untuk perencanaan geometrik jalan perkotaan :
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 12
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
230 120 80 50 - -
10
280 150 100 65 - -
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 13
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Untuk jalan didaerah perkotaan yang sudah mantap, pemakaian superelevasi pada tabel jalan perkotaan
diatas, tidak dapat diterapkan oleh karena keperluan untuk persimpangan dengan jalan-jalan lainnya
atau keterbatasan tanah, maka dapat dipakai nilai pada tabel 5-7c. di bawah ini.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 14
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Penerapan nilai nilai pengecualian diatas dalam merencanakan jalan jalan perkotaan sebaiknya
ditekankan pada faktor keamanan jalan.
Jari-jari lengkung minimum untuk kecepatan rencana yang berlainan, seperti diperlihatkan pada tabel 5-
2., didasarkan pada superelevasi maksimum dan gesekan sisi dengan rumus :
R V 2 127( f e) (1)
Hasil penelaahan luar negeri menunjukkan bahwa nilai maksimum faktor gesekan sisi f adalah 0,4
sampai 0,8 untuk perkerasan aspal. Secara teoritis, kecepatan laju di tikungan dapat ditingkatkan sampai
f mencapai batas maksimumnya. Tetapi, kecepatan laju yang tinggi di tikungan menimbulkan gaya
sentrifugal yang besar pada pengemudi. Merupakan kecenderungan yang umum bagi pengendara, untuk
mengurangi gaya sentrifugal yang bekerja pada mereka dan untuk mempertahankan kenyamanan dan
keamanan dalam mengendara, pengendara mengurangi keceptannya. Jari-jari minimum untuk
kecepatan rencana yang bersangkutan ditunjukkan pada tabel 5-2., ditentukan oleh nilai f yang
direkomendasikan, yang berkisar antara 0,14 sampai 0,24 demi kenyamanan dalam mengendara. Nilai
Superelevasi yang diperkirakan untuk jari-jari minimum adalah 10% untuk kecepatan rencana 40 sampai
80 km/jam, dan 8% untuk kecepatan rencana 30 sampai 20 km/jam.
Harus diingat bahwa jari-jari tersebut diatas bukanlah harga jari-jari yang diinginkan tetapi adalah nilai
kritis untuk kenyamanan mengendara dan keselamatan. Perlu diusahakan agar jari-jari lengkung dibuat
lebih besar untuk setiap Desain Jalan. Harus diingat juga bahwa suatu tikungan tajam tidak diadakan
mendadak sesudah bagian jalan yang lurus. Jika mendekati tikungan yang tajam, lebih baik bagian jalan
yang lurus diubah secara bertahap.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 15
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Jari-jari tikungan minimum jalan perkotaan sebaiknya disesuaikan dengan tabel 5-9. Di bawah ini, dan
apabila terdapat keterbatasan pada perencanaan alinyemen yang ekstrim, maka digunakan tabel 5-8.
diatas dengan menerapkan unsur keamanan dan kenyamanan.
Untuk tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan dapat diambil nilai pada tabel 5-10. seperti
di bawah ini.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 16
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Untuk menjamin kelancaran mengemudi, tikungan harus cukup panjang sehingga diperlukan waktu 6
detik atau lebih untuk melintasinya. Panjang lengkung minimum (tabel 5-11) dengan jari-jari minimum
seperti yang diperlihatkan pada tabel 5-2. didasarkan atas rumus berikut:
L= t*v (2)
Kecepatan
Rencana 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Panjang
Lengkung 200 170 140 100 80 70 50 40
Minimum (m)
Untuk jalan perkotaan, panjang tikungan minimum untuk sudut 7 derajat, dipergunakan panjang tikungan
minimum pada kolom kedua pada tabel 5-13. di bawah ini, dan bila ada kendala-kendala yang tidak
dapat dihindari, seperti keadaan topografi atau terbatasnya ruang kerja pada daerah desain maka
panjang tikungan dapat dikurangi sesuai harga yang dinyatakan pada tabel 5-12. kolom ketiga.
Catatan : a = sudut perpotongan (derajat), dimana jika = 2 derajat, untuk perhitungan pada
kolom kedua diambil a = 2
Sebaiknya lengkung peralihan dipasang pada bagian awal, diujung dan di titik balik pada lengkung untuk
menjamin perubahan yang tidak mendadak jari-jari lengkung, superelevasi dan pelebaran. Lengkung
Clothoide umumnya dipakai untuk lengkung peralihan. Guna menjamin kelancaran mengendara, panjang
minimum lengkung peralihan yang ditunjukkan pada tabel 5-13. dibawah ini adalah setara dengan waktu
tempuh 3 detik. Panjangnya dihitung lewat rumus di bawah ini.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 17
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
L = v * t = ( v / 3,6 ) * t
Lengkung dengan jari-jari besar seperti yang diperlihatkan pada tabel 5-14. dibawah ini tidak
memerlukan peralihan. Jika lengkung peralihan dipasang, alinyemen mendatar bergeser dari garis
singgung kesuatu lengkungan ( gambar ). Nilai pergeseran tergantung pada panjang lengkung peralihan
dan jari-jari lengkung. Panjang lengkung peralihan minimum, sebagaimana disinggung diatas, ditentukan
berdasarkan kecepatan rencana; nilai pergeseran minimum untuk masing-masing kecepatan rencana
ditentukan oleh jari-jari lengkung. Jika jari-jari lengkung sedemikian besarnya sehingga pergeseran kecil,
pergeseran dapat diadakan di dalam lebar jalur, maka pergeseran itu adalah seperti dibawah, dan jari-
jari minimum yang tidak memerlukan lengkung peralihan (dengan pergeseran sebesar 0,20 m)
ditunjukkan pada tabel 5-14.
P 1 24 L2 / R
Ditandai bahwa : P = nilai pergeseran (m)
L = panjang lengkung peralihan (m)
R = jari-jari lengkung (m)
Kecepatan
Rencana 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Panjang
Lengkung
100 85 70 50 40 35 25 20
Minimum
Peralihan (m)
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 18
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Kecepatan
Rencana 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Jari-jari
2500 1500 900 500 350 250 130 60
Lengkung (m)
Untuk jalan perkotaan panjang minimum lengkung peralihan diambil nilai tabel 5-15. dibawah ini.
Ada 2 (dua) metode untuk pencapaian kemiringan. Umumnya, (a-1) atau (b-1) lebih disukai daripada (a-
2) atau (b-2) . Kemiringan tepi jalur lalu lintas waktu beralih dari penampang normal ke penampang
superelevasi tidak boleh melampaui nilai yang ditunjukkan pada tabel 5-116. dibawah ini dan dinyatakan
sebagai suatu perbandingan.
Pencapaian kemiringan harus dipasang, di dalam lengkung peralihan. Bilamana tidak dipasang lengkung
peralihan, pencapaian kemiringan harus dipasang sebelum dan sesudah lengkung tersebut.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 19
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Kecepatan
Rencana 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Kemiringan
Tepi Jalur 1/150 1/125 1/115 1/100 1/75 1/50
lalu lintas
Untuk jalan perkotaan, kemiringan tepi jalur lalu lintas waktu beralih dari penampang normal ke
penampang superelevasi tidak boleh melebihi nilai yang ditunjukkan pada tabel 5-17. dibawah ini.
Kecepatan Rencana
Kemiringan Relatif
(km/jam)
100 1/225
80 1/200
60 1/175
50 1/150
40 1/125
30 1/100
20 1/75
Untuk mendapatkan panjang lengkung peralihan (Ls) ditentukan dari 3 rumus dibawah ini dan diambil
nilai yang terbesar :
VR
Ls = T
3,6
VR VR e
Ls 0,022 2 , 727
RC C
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 20
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Dimana : e = superelevasi
C = perubahan percepatan, diambil 1-3 m/det³
R = jari-jari busur lingkaran (m)
Ls
em en VR
3,6re
Selain menggunakan rumus-rumus diatas, untuk tujuan praktis Ls dapat ditetapkan dengan
menggunakan tabel 5-18. dibawah ini.
Superelevasi, e(%)
VR
2 4 6 8 10
(km/jam)
Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le
20
30
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120
90 30 60 40 70 50 80 70 100 100 130
100 35 65 45 80 55 90 80 110 110 145
110 40 75 50 85 60 100 90 120 - -
120 40 80 55 90 70 110 95 135 - -
Jika lengkung peralihan digunakan, posisi lintasan tikungan bergeser dari bagian jalan yang lurus ke
arah sebelah dalam (lihat gambar 5-8. ) sebesar p.
Nilai p (m) dihitung berdasarkan rumus berikut :
2
Ls
p
24 Rc
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 21
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Apabila nilai p kurang dari 0,25 meter, maka lengkung peralihan tidak diperlukan sehingga tipe tikungan
menjadi fC.
Superelevasi tidak diperlukan apabila nilai R lebih besar atau sama dengan yang ditunjukkan dalam tabel
5-19. dibawah ini.
Kecepatan Rencana R
(km/jam) (m)
60 700
80 1.250
100 2.000
120 5.000
Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada bagian jalan yang
lurus sampai ke kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian lengkung.
Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear (lihat gambar 5-9. ), diawali
dari bentuk norma l ( ) sampai awal lengkung peralihan (TS) yang
berbentuk ( ) pada bagian lurus jalan, lalu dilanjutkan sampai
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 22
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Pada tikungan fC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear ( lihat gambar 5- 10 ) diawali
dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang 1/3 bagian
panjang Ls.
Pada tikungan S-S, pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian spiral.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 23
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 24
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
B a g ia n lu r u s B a g ia n lin g k a r a n p e n u h B a g ia n lu r u s
2 /3 L s 1 /3 L S 1 /3 L s 2 /3 L s
S is i lu a r lin g k a r a n
e m ax
TC e = 0 % CT
e n o rm a l
S is i d a la m lin g k a r a n
L s = P a n ja n g L e n g k u n g P e r a lih a n
Jalan kendaraan pada tikungan perlu diperlebar untuk menyesuaikan dengan lintasan lengkung yang
ditempuh kendaraan. Pelebaran pada tikungan dimaksud untuk mempertahankan konsistensi Geometrik
Jalan agar kondisi operasional lalu lintas di tikungan sama dengan dibagian lurus.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 25
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok kendaraan rencana, dan besarnya
ditetapkan sesuai tabel 5-20 dan 5-21. di bawah ini.
Pelebaran yang lebih kecil dari 0.6 meter dapat diabaikan.
Untuk jalan 1 jalur 3 lajur, nilai-nilai dalam tabel 5-20.harus dikalikan 1,5.
Untuk jalan 1 jalur 4 lajur, nilai-nilai dalam tabel 5-20. harus dikalikan 2.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 26
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Pelebaran pada tikungan untuk jalan perkotaan, jalur lalu lintas sebaiknya dilebarkan pada bagian
tikungannya sesuai dengan tipe jalan, kelas dan jari-jari tikungannya. Nilai-nilai pelebaran sebaiknya
seperti tabel 5-22. dibawah ini. Dan untuk jalan type II dapat memakai nilai-nilai pada tabel 5-21. diatas.
Tikungan gabungan adalah gabungan tikungan dengan putaran yang sama dan jari-jari yang berlainan
yang bersambungan langsung (lihat gambar 5-11.). Tikungan balik adalah gabungan tikungan dengan
putaran yang berbeda dan bersambungan langsung (lihat gambar 5-12.).
R3
R2
R1
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 27
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Lengkung Bundar
Lengkung Bundar
Keadaan ini tidak dikehendaki, karena pengendara mungkin mendapat kesulitan, paling tidak
ketidaknyamanan dalam mengemudi. Pada prinsipnya lengkung peralihan harus dipasang di titik balik
( lihat gambar 5-13. ).
Dalam hal perbedaan jari-jari pada lengkung yang berdampingan tidak melampaui 1:1,5, lengkung dapat
dihubungkan langsung hingga membentuk lengkung gabungan seperti pada gambar 5-14. Suatu garis
lurus yang dipasang pada titik balik untuk pencapaian kemiringan dapat membantu lengkung gabungan
tersebut ( lihat gambar 5-15. ).
R2
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul
R1 Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 28
R3
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Garis Singgung
Lengkung
Badan Sertifikasi Asosiasi Bundar
Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 29
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian lurus di antara kedua tikungan
tersebut sepanjang paling tidak 20 m (lihat gambar 5-19. ).
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 30
Modul Perencanaan Geometrik Jalan Bab 5 Alinyemen Horizontal
Gambar 5-18. Tikungan Gabungan Balik Gambar 5-19. Tikungan Gabungan Balik dengan
Arah. (Dihindarkan) sisipan bagian lurus minimum sepanjang 20
meter.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan – Maret 2010 5 - 31