horizontal
Alinyemen horizontal
Alinyemen Horizontal adalah kumpulan titik-titik yang membentuk garis
(lurus dan lengkung) sebagai proyeksi sumbu atau as jalan pada bidang
horizontal.
25
D= x 360
2.π.R
1432,39
D= derajat (o)
R
Alinyemen horizontal
3. Distribusi Nilai Superelevasi dan Koefisien Gesek Melintang
Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh komponen gaya berat kendaraan akibat adanya superelevasi (e) dan
gaya gesekan melintang antara permukaan jalan dan ban kendaraan. Di Indonesia untuk distribusi nilai
superelevasi ( e ) yang digunakan untuk perencanaan berdasarkan berdasarkan metode Bina Marga adalah
sebesar 8 % dan 10 %. Distribusi nilai e dapat dilihat pada table dibawah ini.
emaks = 0,10 emaks = 0,08
Alinyemen horizontal
4. Panjang Bagian Jalan yang Lurus 5. Lengkung Peralihan
Mempertimbangkan factor keselamatan Pemakai Lengkung peralihan diperlukan agar pengemudi dapat
Jalan, Bina marga menetapkan maksimum bagian menyesuaikan manuver kendaraan pada bagian-bagian
jalan yang lurus berdasarkan waktu tempuh kurang geometrik jalan yang bertransisi dari alinyemen lurus ke
dari 2,5 menit yang sesuai dengan Kecepatan lingkaran, atau dari lurus ke lurus atau juga dari
Rencana (Vr). alinyemen llingkaran
Bentuk-bentuk keyang
alinyemen lingkaran.
menggunakan lengkung peralihan
T PI
∆C
Lc
Ec
TC Tbs CT
½ ∆C
RC
RC
½∆
Bentuk tikungan pada tikungan yang mempunyai jari-jari besar dan
sudut tangen relatif kecil.
Batasan yang biasa digunakan di Indonesia dimana diperbolehkan
menggunakan bentuk circle adalah sebagai berikut :
T
PI
∆
Xc BUSUR LINGKARAN
E
Yc
k H H’
SC CS
Tbs
TS ST
P
∆c
θs RC
l
Y=
∆/2 6 . RC . Ls
l5
X=l−
40 . R 2 . Ls2
l = panjang busur spiral dari Ts
ke sembarang titik pada spiral
TS = titik peralihan dari tengah ke spiral
SC = titik peralihan dari spiral ke circle
CS = titik peralihan dari circle ke spiral
ST = titik peralihan dari spiral ke tangen
LS= panjang total busur spiral dari TS ke SC
θS = sudut pusat dari busur spiral sepanjang LS, disebut “sudut spiral”
ΔC = sudut pusat dari lingkaran sepanjang dari SC ke CS
Δ = sudut pusat total pada tikungan
p = offset = pergeseran busur lingkaran
k = jarak dari TS ke titik H
E = jarak PI ke busur lingkaran
T = jarak dari PI ke TS
Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian
circle, yang panjangnya diperhitungkan dengan mempertimbangkan
bahwa perubahan gaya sentrifugal dari nol ( bagian lurus ) sampai
mencapai dimana harga berikut :
m .V 2
F sent =
R . Ls
V2 k
harga Ls min = 0,022 . − 2,722 V .
R .C C
Dimana :
Ls = panjang lengkung spiral ( meter )
V = kecepatan rencana ( km/jam )
R = jari-jari circle ( meter )
C = perubahan kecepatan ( m/dt3 )
harga C dianjurkan = 0,4 m/dt3
k = superelevasi / kemiringan
Adapun jari-jari yang diambil untuk tikungan Spiral-Circle-Spiral harus sesuai
dengan kecepatan rencana dan tidak mengakibatkan adanya kemiringan
tikungan yang melebihi harga maksimum yang ditentukan yaitu :
Kemiringan maksimum jalan antar kota = 0,10
Kemiringan maksimum jalan dalam kota = 0,08
L = Lc + 2 Ls ( meter )
Ts = ( Rc + p ) tg ½ Δ + k ( meter )
Es = ( Rc + p ) sec ½ Δ - Rc ( meter )
CONTOH :
Diketahui : V = 60 km/jam
fm = 0,15
emaks = 0,10
Δ = 66o
Dicoba dengan tikungan S-C-S
V2 602
Ls = = =112 115 meter
127 (e + fm ) 127 (0,10 + 0,15 )
Kontrol “ e ”
Dengan cara interpolasi dari tabel barnet didapat :
4,7747 − 4,50
e min = 0,057 + = (0,062 − 0,057) = 0,059
5,00 − 4,50
28,648 28,648
θs = . Ls → = . 50 = 4,77
R 300
Δc = Δ − 2 θs
Δc = 66 − 2 (4,77 ) = 56,45
Δc 56,45
Lc = .2 π R → = . 2 π 300
360 360
= 295,57 300 meter 20 (OK )
Dari θs = 4,77o didapatkan dari tabel dangan cara interpolasi
5,00 − 4,77
k = 0,4998972 +
(0,4998972 − 0,4998731)
5,00 − 4,50
= 0,4998861 meter
5,00 − 4,77
p = 0,0065435 +
(0,007202 − 0,0065435)
5,00 − 4,50
= 0,0068777 meter
k = k* . Ls = 0,4998861 . 50 = 24,99486
p = p* . Ls = 0,0068777 . 50 = 0,348850
Ttot = ( R + p ) tg ½ Δ + k
= ( 300 + 0,343885 ) tg 33 + 24,99486
= 220,04 225 meter
R+ p 300 + 0,343885
Es = −R = − 300
cos 1 0,8386705
2
= 58 meter 60 meter
L = Lc + 2 Ls < 2 Ttot
= 300 + 2 . 50 = 400 meter < 2 . 225 = 450 meter (ok)
C. BENTUK TIKUNGAN SPIRAL – SPIRAL
Ts
ES
Yc
Xc
θs
scs
θs
k
∆
ST
O
Bentuk tikungan jenis ini dipergunakan pada tikungan yang tajam. Rumus-
rumus yang digunakan seperti pada perhitungan tikungan Spiral - Circle -
Spiral, tetapi dengan cara menghilangkan panjang Circlenya, seperti berikut
ini :
2 2
Ls Ls
*) Yc = dan Xc = 2
6 . Rc 40 . Rc
1. SC berimpit dengan CS
Δc = 0 → Δ = 2 θs
2. Lc = 0 → L = 2 Ls
2 . . R
3. Ls = . 2s
360
Harga = p = p* . Ls dan k = k* . Ls
atau : p = Yc - Rc (1 - cos ½Δ )
k = Xc - Rc sin ½Δ
Selanjutnya harga Ts dan Es dihitung :
Ts = ( R + p ) tg ½Δ + k
Kontrol : L < 2 . TS
Es = ( R + p ) cos ½Δ - R
PELEBARAN PERKERASAN PADA TIKUNGAN
Pada saat kendaraan berada di tikungan, roda depan dan belakang tidak
pada lintasan yang sama. Oleh karena roda depan berbelok sehingga
lintasan roda belakang akan lebih ke dalam pada lintsannya (off
tracking).
Agar roda belakang tidak keluar dari tepi permukaan jalan karena dapat
menyebabkan kerusakan pada tepi dalam perkerasan di tikungan, maka
lapis permukaan dilakukan pelebaran ke arah sebelah dalam.
Dengan menggunakan grafik dapat ditentukan lebar perkerasan yang
harus ditambahkan ke arah dalam.
Rumus untuk menghitung lebar perkerasan adalah sebagai berikut :
B = n ( b’ + c ) + ( n - 1 ) Td + z
Dimana :
B = lebar perkerasan pada tikungan (m)
n = jumlah jalur lalu lintas
b’ = lebar lintasan truk pada tikungan (m)
Td = lebar melintang akibat tonjolan depan (m)
z = lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi (m)
c = kebebasan samping = 0,8
B” = B - B’
Dimana :
B” = pelebaran di tikungan (m)
B = lebar perkerasan di tikungan (m)
B’ = lebar perkerasan di bagian tangen ( m )
Bila lebar B’ > B, maka tikungan yang bersangkutan tidak memerlukan
pelebaran tikungan. Hal ini dapat terjadi pada tikungan dengan jari-jari
besar ( R > 1200 meter ) serta untuk sudut tangen kecil ( Δ = 10o ).
Rumus lebar perkerasan seperti tertulis di atas hanya berlaku bila :
Ket :
AB = Garis Pandang.
M = Jarak daerah bebas samping ke sumbu
lajur sebelah dalam, m
Ө = sudut pusat lengkung sepanjang Jh
Jh = jarak pandang henti, m
Lc = panjang lengkung busur lingkaran
Ri = Radius sumbu lajur sebelah dalam, m
Alinyemen
vertikal
Alinyemen vertikal
Alinyemen Vertikal didefinisikan sebagai proyeksi sumbu jalan pada bidang vertikal,
berbentuk penampang memanjang jalan. Alinyemen vertikal disebut juga
penampang memanjang atau profil jalan.
Alinyemen vertikal
1. Kelandaian Minimum 2. Kelandaian Maksimum
Kelandaian Minimum jalan diperlukan untuk kepentingan Kelandaian maksimum adalah kelandaian yang memungkinkan
Drainase Jalan (Surface Drain), agar supaya secepatnya air kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang
hujan dapat mengalir kesaluran samping, sehingga tidak terjadi berarti. Di asumsikan untuk Truk yang bermuatan penuh dengan
Genangan pada permukaan Jalan. penurunan kecepatan masih lebih atau sama dengan 50 % dari
Perencana perlu mempertimbangkan beberapa hal sbb : kecepatan awal.
Landai datar (0%) untuk jalan jalan tanpa kerb dan terletak Kelandaian maksimum menurut Bina Marga (1997)
diatas tanah timbunan. Pada kondisi ini lereng melintang
jalan cukup untuk mengalirkan air diatas perkerasan jalan VR
< 40 40 50 60 80 100 110 120
kemudian ke Talud. (Km/jam)
LMAKS 10 10 9 8 5 4 3 3
Landai 0,30 – 0,50 % untuk jalan yang menggunakan Kerb
dan terletak diatas tanah timbunan. Kerb yang digunakan
sebaiknya Kerb dengan saluran.
Ev = 𝐴L /800
Ket :
Note :
Titik PLV = Titik Permulaan Lengkung Vertikal.
Titik PTV = Titi Permulaan Tangen Vertikal. Ev bernilai + : Lengkung Vertikal
L = Panjang Proyeksi Lengkung Vertikal. Cembung
= Panjang Lengkung Vertikal (asumsi).
Ev bernilai - : Lengkung Vertikal
g1 = Kelandaian bagian Tangen vertical sebelah kiri. %
Cekung
g2 = Kelandaian bagian tangent vertical sebelah kanan, %
A = Perbedaan aljabar landai, dinyatakan dalam persen = g1 - g2
Ev = pergeseran vertical titik PPV terhadap lengkung vertical.
Alinyemen vertikal
4. Panjang Lengkung Vertikal Cembung dengan S < L
Dari gambar disamping, diperoleh persamaan :
𝐴𝑆 2
L= 2
100( 2ℎ1 + 2ℎ2 )
Untuk jarak pandang = jarak pandang henti, maka h1 =
1,08 m; h2 = 0,60 m, sehingga persamaan menjadi :
L = 𝐴𝑆 2 /658
Ket : Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan Jarak
pandang mendahului untuk Jalan 2 lajur 2 arah, dengan h1
L = Panjang Lengkung Vertikal, m = 1,08 m; dan h2 = 1,08 m, maka persamaan menjadi :
S = Panjang Jarak pandang, m
L = 𝐴𝑆 2 /864
A = Perbedaan Aljabar landai, %
Note :
H1 = Tinggi Mata Pengemudi diatas Muka Jalan, m Desain lengkung vertikal yang menggunakan jarak pandang henti
sebagai dasar menentukan panjang lengkung vertikal cembung, maka
h2 = Tinggi Objek diatas Muka Jalan, m jalan dengan lengkung tersebut perlu dilengkapi dengan rambu dan
marka dilarang mendahului.
Alinyemen vertikal
5. Panjang Lengkung Vertikal Cembung dengan S > L
Dari gambar disamping, diperoleh persamaan :
2
200( ℎ1 + ℎ2 )
L = 2𝑆 −
𝐴
658
Ket :
L = 2𝑆 −( )
𝐴
L = Panjang Lengkung Vertikal, m Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan Jarak
S = Panjang Jarak pandang, m pandang mendahului untuk Jalan 2 lajur 2 arah, dengan h1 =
1,08 m; dan h2 = 1,08 m, maka persamaan menjadi :
A = Perbedaan Aljabar landai, %
864
h1 = Tinggi Mata Pengemudi diatas Muka Jalan, m L = 2𝑆 −( )
𝐴
h2 = Tinggi Objek diatas Muka Jalan, m
Alinyemen
6. Panjang Lengkung Vertikal vertikalJarak Pandang Henti ( Jh )
Cembung berdasarkan
dan Jarak pandangan mendahului ( Jd )
Alinyemen vertikal
Yang perlu dihitung :
7. Panjang Lengkung Vertikal Cembung1. Syarat Keamanan :
berdasarkan Kenyamanan Pengguna * Jarak Pandangan Henti → grafik point 6
Untuk mengurangi dampak gaya * Jarak pandangan Menyiap
sentrifugal yang berlebihan sehingga 2. Keluwesan Bentuk = Lv = 0,6 V
memberikan kenyamanan kepada 3. Syarat Drainase = Lv = 40. A
pengguna jalan, maka panjang
AASHTO menetapkan Panjang
Lengkung Vertikal Minimum : 8. Jarak Pandang Henti pada Lengkung
Vertikal Cekung
Lminimum = 0,6 V
Ket :
L = Panjang Lengkung Vertikal Cembung minimum, m
V = Kecepatan Rencana, Km/Jam.
Alinyemen vertikal
Tabel : Panjang Minimum Lengkung Vertikal,
Bina Marga (1997) 9. Kenyamanan Pengemudi
Kecepatan Rencana Perbedaan Kelandaian Panjang Lengkung
(Km/jam) Memanjang (%) (m) Gaya sentrifugal dan Gravitasi dapat
< 40 1 20 – 30 berdampak ketidaknyamanan pada
40 – 60 0,6 40 – 80 pengemudi dan penumpang kendaraan.
≥ 60 0,4 80 - 150
Panjang Lengkung Vertikal Cekung
Panjang Lengkung Vertikal Cekung berdasarkan minimum berdasarkan AASHTO 2004
Jarak Pandang Henti. mengikuti persamaan berikut :
L = AV2/395
Ket :
V = Kecepatan rencana, Km/jam
A = Perbedaan aljabar landai.
L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
Alinyemen vertikal
10. Jarak Pandang Bebas S < L Jika menggunakan standar tinggi mata
pengemudi Truk = 2,40 m dan tinggi objek =
0,6 m sebagai tinggi bagian belakang
kendaraan yang dilihat oleh Truk, maka
persamaan bisa disederhanakan menjadi :
L = AS2/(800C-1200)
Ket :
L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
A = Perbedaan Aljabar landai, %
S = Jarak pandangan henti atau menyiap minimum, m
Berdasarkan gambar di atas, persamaan Panjang
C = Tinggi bebas dari muka jalan ke bagian bawah bangunan
Lengkung Vertikal Cekung untuk S < L adalah : yang melintas, m
𝐴𝑆 2
h1 = Tinggi mata pengemudi dari muka jalan, m
L = 2S - (800C-1200)/A
Ket :
Berdasarkan gambar di atas, persamaan Panjang L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
Lengkung Vertikal Cekung untuk S > L adalah : A = Perbedaan Aljabar landai, %
S = Jarak pandangan henti atau menyiap minimum, m
800𝐶 −400(ℎ1 +ℎ2 )
L = 2𝑆 − C = Tinggi bebas dari muka jalan ke bagian bawah bangunan
𝐴 yang melintas, m
h1 = Tinggi mata pengemudi dari muka jalan, m
h2 = Tinggi objek dari muka jalan, m
½ Lv ½ Lv
x1
i
PLV yi PTV
g1 g2
Ev
PVI
Yang perlu dihitung :
1. Syarat Keamanan ( grafik V ) ; S < L atau S > L
A .V2
2. Syarat Kenyamanan = Lv = ; a = percepatansentripental
1300 . a
a 0,3 m , umumnya diambil 0,1
det 2
3. Keluwesan Bentuk = Lv = 0,6 . V
4. Syarat Drainase = Lv = 40 . A
Contoh :
1 2
B ( + 39,00 )
A ( + 34,50 )
Sta. 5 + 300 Sta. 5 + 800
S Q PTV
PLV y
PVI
Lv
200 300
Diket : V : 60 km/jam
S<L
Hitung : Elevasi dan Station PLV, PTV, S dan Q jika diketahui perbandingan SQ : Q -
PTV = 1 : 2
100% = 2,5 % (turun )
34,50 - 29,50
*) Grade A - PVI → g1 =
200
100% = 3,2 % (naik )
39,00 - 29,50
Grade PVI - B → g 2 =
300
g 2 - g1 = 3,2 + 2,5 = 5,7 %
1. Syarat Keamanan : grafik V ( hal 22 I PGJR )
didapat Lv = 85 meter ( S < L )
A . V2 5,7 . 602
2. Syarat Kenyamanan: Lv = = = 158 meter
1300 . a 1300 . 0,1
3. Keluwesan Bentuk : 0,6 . V = 0,6 . 60 = 36 meter
4. Drainase : Lv : 40 . A = 40 . 5,7 = 228 meter
PLV y PTV
Ev
PVI
115 115
SQ : Q - PTV = 1 : 2
SQ = 1/3 x 115 = 38,3 meter atau : 76,7 meter dari PTV
A 5,7
y= .x =
2
. 76,7 = 0,73 meter
2
Jalur dan
Lajur Lalu Bahu Jalan Median Trotoar
Lintas
Pengaman
Saluran Tepi Kereb Tepi
Jalur dan lajur lalu lintas
Jalur Lalu Lintas Lajur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas (travelled way = Lajur kendaraan yaitu bagian dari
carriage way) adalah keseluruhan jalur lalu lintas yang khusus
bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk dilewati oleh
diperuntukkan untuk lalu lintas satu rangkaian kendaraan beroda
kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari empat atau lebih dalam satu arah.
beberapa lajur (lane) kendaraan. Oleh sebab itu, jumlah lajur minimal
untuk jalan 2 arah adalah 2 dan pada
umumnya disebut sebagai jalan 2
lajur 2 arah.
Jalur lalu lintas untuk 1 arah minimal
terdiri dari 1 lajur lalu lintas.
Bahu jalan
Bahu jalan adalah bagian tepi jalan yang dipergunakan sebagai tempat
untuk kendaraan yang mengalami kerusakan, berhenti atau digunakan
oleh kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran,
polisi yang sedang menuju tempat yang memerlukan bantuan
kedaruratan dikala jalan sedang mengalami tingkat macet yang tinggi.
Selain itu bahu juga dipergunakan sebagai tempat menghindar
dari kecelakaan lalu lintas terutama pada jalan yang tidak dipisah
dengan median jalan, khususnya pada saat ada kendaraan yang
menyalib tetapi kemudian dari arah yang berlawanan datang kendaraan,
sehingga kendaraan yang datang dari depan bisa menghindar dan
masuk bahu jalan.
Jenis-jenis bahu jalan
Kereb Penghalang
• Kereb penghalang yang direncanakan untuk membentuk sistem
Berparit drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar antara 20 - 30 cm.
(Barrier Gutter Curb)
Pengaman tepi
Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan
tepi badan jalan. Jika terjadi kecelakaan, dapat mencegah
kendaraan keluar dari badan jalan. Umumnya dipergunakan
di sepanjang jalan yang menyusur jurang, pada tanah
timbunan dengan tikungan yang tajam, pada tepi-tepi jalan
dengan tinggi timbunan lebih besar dari 2,5 meter, dan pada
jalan-jalan dengan kecepatan tinggi.
Jenis-jenis pengaman tepi
Pengaman Tepi dari • Pagar pengaman dari besi dipergunakan jika bertujuan untuk melawan
Besi tumbukan (impact) dari kendaraan dan mengembalikan kendaraan ke
arah dalam sehingga kendaraan tetap bergerak dengan kecepatan
(Guard Rail) yang makin kecil sepanjang pagar pengaman.
Pengaman Tepi dari • Tipe ini dikaitkan terutama untuk keindahan (estetika)dan pada
Batu Kali jalan dengan kecepatan rencana ≤ 60 km/jam.