Anda di halaman 1dari 66

Alinyemen

horizontal
Alinyemen horizontal
Alinyemen Horizontal adalah kumpulan titik-titik yang membentuk garis
(lurus dan lengkung) sebagai proyeksi sumbu atau as jalan pada bidang
horizontal.

Aspek penting dalam alinyemen horizontal :


 Gaya sentrifugal.
 Bentuk-bentuk busur peralihan
 Bentuk-bentuk tikungan
 Pelebaran perkerasan pada tikungan
 Diagram superelevasi
 Jarak pandang pada tikungan
Alinyemen horizontal
1. Derajat Lengkung 2. Jari-jari Tikungan Ket :
Rmin = jari-jari minimum (m)
Derajat lengkung (Do) adalah besar sudut lengkung yang V
menghasilkan panjang busur 25 m.
Rmin = V = kecepatan kendaraan (km/jam)
127.(emaks+fmaks)
- ↑R = ↓D = semakin tumpul lengkung horizontal rencana emaks = superelevasi maksimum (%)

- ↓R = ↑D = semakin tajam lengkung horizontal rencana F = koefisien gesekan melintang

25
D= x 360
2.π.R

1432,39
D= derajat (o)
R
Alinyemen horizontal
3. Distribusi Nilai Superelevasi dan Koefisien Gesek Melintang
Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh komponen gaya berat kendaraan akibat adanya superelevasi (e) dan
gaya gesekan melintang antara permukaan jalan dan ban kendaraan. Di Indonesia untuk distribusi nilai
superelevasi ( e ) yang digunakan untuk perencanaan berdasarkan berdasarkan metode Bina Marga adalah
sebesar 8 % dan 10 %. Distribusi nilai e dapat dilihat pada table dibawah ini.
emaks = 0,10 emaks = 0,08
Alinyemen horizontal
4. Panjang Bagian Jalan yang Lurus 5. Lengkung Peralihan
Mempertimbangkan factor keselamatan Pemakai Lengkung peralihan diperlukan agar pengemudi dapat
Jalan, Bina marga menetapkan maksimum bagian menyesuaikan manuver kendaraan pada bagian-bagian
jalan yang lurus berdasarkan waktu tempuh kurang geometrik jalan yang bertransisi dari alinyemen lurus ke
dari 2,5 menit yang sesuai dengan Kecepatan lingkaran, atau dari lurus ke lurus atau juga dari
Rencana (Vr). alinyemen llingkaran
Bentuk-bentuk keyang
alinyemen lingkaran.
menggunakan lengkung peralihan

Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)


Fungsi
Datar Perbukitan Pegunungan

Arteri 3.000 2.500 2.000

Kolektor 2.000 1.750 1.500


Alinyemen horizontal
6. Landai Relatif
Landai relatif adalah besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi tepi
perkerasan sebelah luar sepanjang lengkung peralihan. Perbedaan elevasi dalam
hal ini hanya berdasarkan tinjuan atas perubahan bentuk penampang melintang
jalan dan belum diperhitungkan terhadap gabungan dari perbedaan elevasi akibat
kelandaian vertical jalan.
Landai Relatif Maksimum yang ditetapkan Bina Marga (1994) dan AASHTO 2004

Kecepatan Rencana Kelandaian Maksimum


(Km/Jam) Bina Marga (Luar Kota 1994) AASHTO 2004
20 1/50 1/125
30 1/75 1/133
40 1/100 1/143
50 1/115 1/154
60 1/125 1/167
70 1/182
80 1/150 1/200
90 1/213
100 1/227
110 1/244
120 1/263
130 1/286
Bentuk-Bentuk Tikungan :
Bentuk lengkungan yang biasa digunakan :
a.Lingkaran (Circle)
b.Spiral - Circle - Spiral
c.Spiral - Spiral

Tidak semua lengkungan boleh berbentuk lingkaran, ini tergantung


pada besarnya kecepatan rencana serta jari-jari lingakran itu sendiri
a. Circle - Circle ( full circle )

T PI
∆C
Lc
Ec

TC Tbs CT

½ ∆C

RC
RC

½∆
Bentuk tikungan pada tikungan yang mempunyai jari-jari besar dan
sudut tangen relatif kecil.
Batasan yang biasa digunakan di Indonesia dimana diperbolehkan
menggunakan bentuk circle adalah sebagai berikut :

Kecepatan Rencana Jari-jari Lengkung Minimum


( km/jam ) ( meter )
120 2000
100 1500
80 1100
60 700
40 300
30 180
Keterangan dan Rumus umntuk bentuk Circle :
PI sta= nomor station
V = kecepatan rencana ( km/jam )
R = jari-jari ( meter )
Δ = sudut tangent ( diukur dari gambar trase ) (…o(derajat))
TC = tangent circle
T = jarak antara TC dan PI ( dihitung ) ( meter)
L = panjang bagian tikungan ( dihitung ) ( meter )
E = jarak PI ke lengkung peralihan ( dihitung ) ( meter )
Tbs= tali busur dari TC ke CT ( dihitung ) ( meter )
Menentukan Harga T, L, dan E
1 T 1
tg = → T = RC tg 
2 R 2
1
E = T tg 
4
1
E = RC ( )
cos 1  C
2
C
LC = . 2  RC → LC = 0,01745 .  C . RC
360
Tbs = 2 RC . sin 1  C
2
b. Bentuk Spiral - Circle - Spiral

T
PI

Xc BUSUR LINGKARAN
E
Yc

k H H’
SC CS
Tbs

TS ST

P
∆c
θs RC
l
Y=
∆/2 6 . RC . Ls
l5
X=l−
40 . R 2 . Ls2
l = panjang busur spiral dari Ts
ke sembarang titik pada spiral
TS = titik peralihan dari tengah ke spiral
SC = titik peralihan dari spiral ke circle
CS = titik peralihan dari circle ke spiral
ST = titik peralihan dari spiral ke tangen
LS= panjang total busur spiral dari TS ke SC
θS = sudut pusat dari busur spiral sepanjang LS, disebut “sudut spiral”
ΔC = sudut pusat dari lingkaran sepanjang dari SC ke CS
Δ = sudut pusat total pada tikungan
p = offset = pergeseran busur lingkaran
k = jarak dari TS ke titik H
E = jarak PI ke busur lingkaran
T = jarak dari PI ke TS
Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian
circle, yang panjangnya diperhitungkan dengan mempertimbangkan
bahwa perubahan gaya sentrifugal dari nol ( bagian lurus ) sampai
mencapai dimana harga berikut :

m .V 2
F sent =
R . Ls
V2 k
harga Ls min = 0,022 . − 2,722 V .
R .C C
Dimana :
Ls = panjang lengkung spiral ( meter )
V = kecepatan rencana ( km/jam )
R = jari-jari circle ( meter )
C = perubahan kecepatan ( m/dt3 )
harga C dianjurkan = 0,4 m/dt3
k = superelevasi / kemiringan
Adapun jari-jari yang diambil untuk tikungan Spiral-Circle-Spiral harus sesuai
dengan kecepatan rencana dan tidak mengakibatkan adanya kemiringan
tikungan yang melebihi harga maksimum yang ditentukan yaitu :
 Kemiringan maksimum jalan antar kota = 0,10
 Kemiringan maksimum jalan dalam kota = 0,08

Pemakaian Praktis Melalui Tabel emaks


R atau D Yang telah ditetapkan, lihat tabel emaks
Didapat : e = ………( m/m)
V
Ls = ………( m )
Selanjutnya lihat tabel untuk lengkung spiral :
Ls = …..
R = ….. Didapat harga θs = ………..(derajat)
p = ………..(meter)
Dari harga-harga diatas disubtitusikan ke : k = ………..(meter)
ΔC = Δ – 2 θs (derajat)

C Bila Lc < 20 meter, maka


Ls = . 2  Rc ( meter )
360 bentuk tikungan S-S

L = Lc + 2 Ls ( meter )
Ts = ( Rc + p ) tg ½ Δ + k ( meter )
Es = ( Rc + p ) sec ½ Δ - Rc ( meter )
CONTOH :
Diketahui : V = 60 km/jam
fm = 0,15
emaks = 0,10
Δ = 66o
Dicoba dengan tikungan S-C-S

V2 602
Ls = = =112 115 meter
127 (e + fm ) 127 (0,10 + 0,15 )

Didapat dari tabel Barnet :


Dicoba dengan R = 300 meter
e = 0,06
V = 60 km/jam
Ls = 50 meter
1432,4 1432,4
D= = = 4,7747
R 300

Kontrol “ e ”
Dengan cara interpolasi dari tabel barnet didapat :
 4,7747 − 4,50 
e min = 0,057 + =   (0,062 − 0,057) = 0,059
 5,00 − 4,50 

Syarat : emin < e < emaks


0,059 < 0,06 < 0,10
KONTROL Ls :
V2 V.k
Lsmin = 0,022 − 2,722
R .C C
602 60 . 0,06
= 0,022 − 2,722
300 . 0,4 0,4
=15,102 meter

Syarat : Ls > Lsmin ; 50 meter > 15,102 meter (OK)

28,648 28,648
θs = . Ls → = . 50 = 4,77
R 300
Δc = Δ − 2 θs
Δc = 66 − 2 (4,77 ) = 56,45
Δc 56,45
Lc = .2 π R → = . 2 π 300
360 360
= 295,57  300 meter  20 (OK )
Dari θs = 4,77o didapatkan dari tabel dangan cara interpolasi
 5,00 − 4,77 
k = 0,4998972 + 

 (0,4998972 − 0,4998731)
 5,00 − 4,50 
= 0,4998861 meter
 5,00 − 4,77 
p = 0,0065435 + 

 (0,007202 − 0,0065435)
 5,00 − 4,50 
= 0,0068777 meter
k = k* . Ls = 0,4998861 . 50 = 24,99486
p = p* . Ls = 0,0068777 . 50 = 0,348850
Ttot = ( R + p ) tg ½ Δ + k
= ( 300 + 0,343885 ) tg 33 + 24,99486

= 220,04 225 meter

R+ p 300 + 0,343885
Es = −R = − 300
cos 1  0,8386705
2
= 58 meter  60 meter

L = Lc + 2 Ls < 2 Ttot
= 300 + 2 . 50 = 400 meter < 2 . 225 = 450 meter (ok)
C. BENTUK TIKUNGAN SPIRAL – SPIRAL

Ts

ES
Yc
Xc
θs

scs

θs
k


ST

O
Bentuk tikungan jenis ini dipergunakan pada tikungan yang tajam. Rumus-
rumus yang digunakan seperti pada perhitungan tikungan Spiral - Circle -
Spiral, tetapi dengan cara menghilangkan panjang Circlenya, seperti berikut
ini :

2 2
Ls Ls
*) Yc = dan Xc = 2
6 . Rc 40 . Rc

1. SC berimpit dengan CS
Δc = 0 → Δ = 2 θs
2. Lc = 0 → L = 2 Ls
2 . . R
3. Ls = . 2s
360
Harga = p = p* . Ls dan k = k* . Ls
atau : p = Yc - Rc (1 - cos ½Δ )
k = Xc - Rc sin ½Δ
Selanjutnya harga Ts dan Es dihitung :
Ts = ( R + p ) tg ½Δ + k
Kontrol : L < 2 . TS
Es = ( R + p ) cos ½Δ - R
PELEBARAN PERKERASAN PADA TIKUNGAN
Pada saat kendaraan berada di tikungan, roda depan dan belakang tidak
pada lintasan yang sama. Oleh karena roda depan berbelok sehingga
lintasan roda belakang akan lebih ke dalam pada lintsannya (off
tracking).
Agar roda belakang tidak keluar dari tepi permukaan jalan karena dapat
menyebabkan kerusakan pada tepi dalam perkerasan di tikungan, maka
lapis permukaan dilakukan pelebaran ke arah sebelah dalam.
Dengan menggunakan grafik dapat ditentukan lebar perkerasan yang
harus ditambahkan ke arah dalam.
Rumus untuk menghitung lebar perkerasan adalah sebagai berikut :

B = n ( b’ + c ) + ( n - 1 ) Td + z
Dimana :
B = lebar perkerasan pada tikungan (m)
n = jumlah jalur lalu lintas
b’ = lebar lintasan truk pada tikungan (m)
Td = lebar melintang akibat tonjolan depan (m)
z = lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi (m)
c = kebebasan samping = 0,8

Sehingga besarnya pelebaran pada tikungan adalah :

B” = B - B’

Dimana :
B” = pelebaran di tikungan (m)
B = lebar perkerasan di tikungan (m)
B’ = lebar perkerasan di bagian tangen ( m )
Bila lebar B’ > B, maka tikungan yang bersangkutan tidak memerlukan
pelebaran tikungan. Hal ini dapat terjadi pada tikungan dengan jari-jari
besar ( R > 1200 meter ) serta untuk sudut tangen kecil ( Δ = 10o ).

Rumus lebar perkerasan seperti tertulis di atas hanya berlaku bila :

1000 , untuk harga R kurang dari 167 meter maka pelebaran


6
R
di tikungan ditetapkan sebesar 0,6 meter.
Alinyemen horizontal
7. Pemilihan Bentuk Tikungan
Pemilihan bentuk tikungan menurut Bina Marga (1997)

Pemilihan bentuk tikungan menurut AASHTO (1990)


Alinyemen horizontal
8. Jarak Pandang dan Daerah Bebas Samping pada Lengkung Horizontal

Ket :
AB = Garis Pandang.
M = Jarak daerah bebas samping ke sumbu
lajur sebelah dalam, m
Ө = sudut pusat lengkung sepanjang Jh
Jh = jarak pandang henti, m
Lc = panjang lengkung busur lingkaran
Ri = Radius sumbu lajur sebelah dalam, m
Alinyemen
vertikal
Alinyemen vertikal
Alinyemen Vertikal didefinisikan sebagai proyeksi sumbu jalan pada bidang vertikal,
berbentuk penampang memanjang jalan. Alinyemen vertikal disebut juga
penampang memanjang atau profil jalan.
Alinyemen vertikal
1. Kelandaian Minimum 2. Kelandaian Maksimum
Kelandaian Minimum jalan diperlukan untuk kepentingan Kelandaian maksimum adalah kelandaian yang memungkinkan
Drainase Jalan (Surface Drain), agar supaya secepatnya air kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang
hujan dapat mengalir kesaluran samping, sehingga tidak terjadi berarti. Di asumsikan untuk Truk yang bermuatan penuh dengan
Genangan pada permukaan Jalan. penurunan kecepatan masih lebih atau sama dengan 50 % dari
Perencana perlu mempertimbangkan beberapa hal sbb : kecepatan awal.
 Landai datar (0%) untuk jalan jalan tanpa kerb dan terletak Kelandaian maksimum menurut Bina Marga (1997)
diatas tanah timbunan. Pada kondisi ini lereng melintang
jalan cukup untuk mengalirkan air diatas perkerasan jalan VR
< 40 40 50 60 80 100 110 120
kemudian ke Talud. (Km/jam)
LMAKS 10 10 9 8 5 4 3 3
 Landai 0,30 – 0,50 % untuk jalan yang menggunakan Kerb
dan terletak diatas tanah timbunan. Kerb yang digunakan
sebaiknya Kerb dengan saluran.

Jenis Medan berdasarkan Kelandaian Medan

Medan Jalan Notasi Kelandaian Medan


Datar D < 10,0 %
Perbukitan B 10,0 – 25,0 %
Pergunungan G ≥ 25 %
Alinyemen vertikal
3. Panjang Kritis 4. Lajur Pendakian
Panjang Kritis adalah panjang landai maksimum yang harus Sesuai Standar Geometri untuk Jalan Tol No 007/Bm/2009, lajur
ada untuk memepertahankan kecepatan sehingga pendakian selebar 3,60 m disediakan apabila panjang kritis
penurunan kecepatan ≤ 50 % dari kecepatan rencana dilampaui, jalan memiliki VLHR > 25.000 SMP/hari, dan
selama satu menit. persentase truk > 15 %.
Faktor yang perlu dipertimbangkan untuk keperluan Jalur
Pendakian :
 Arus lalu Lintas yang mendaki melebihi 200 Kend/jam.
Panjang Landai Kritis  Arus lalu lintas Truk > 20 Kend/Jam.

Lajur Pendakian pada Jalan Tol


Alinyemen vertikal
3. Lengkung Vertikal Parabola Sederhana
Persamaan Parabola :
Y = 𝐴x2 /200 𝐿

Pada titik PPV :

Ev = 𝐴L /800

Ket :
Note :
 Titik PLV = Titik Permulaan Lengkung Vertikal.
 Titik PTV = Titi Permulaan Tangen Vertikal.  Ev bernilai + : Lengkung Vertikal
 L = Panjang Proyeksi Lengkung Vertikal. Cembung
 = Panjang Lengkung Vertikal (asumsi).
 Ev bernilai - : Lengkung Vertikal
 g1 = Kelandaian bagian Tangen vertical sebelah kiri. %
Cekung
 g2 = Kelandaian bagian tangent vertical sebelah kanan, %
 A = Perbedaan aljabar landai, dinyatakan dalam persen = g1 - g2
 Ev = pergeseran vertical titik PPV terhadap lengkung vertical.
Alinyemen vertikal
4. Panjang Lengkung Vertikal Cembung dengan S < L
Dari gambar disamping, diperoleh persamaan :
𝐴𝑆 2
L= 2
100( 2ℎ1 + 2ℎ2 )
Untuk jarak pandang = jarak pandang henti, maka h1 =
1,08 m; h2 = 0,60 m, sehingga persamaan menjadi :

L = 𝐴𝑆 2 /658
Ket : Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan Jarak
pandang mendahului untuk Jalan 2 lajur 2 arah, dengan h1
 L = Panjang Lengkung Vertikal, m = 1,08 m; dan h2 = 1,08 m, maka persamaan menjadi :
 S = Panjang Jarak pandang, m
L = 𝐴𝑆 2 /864
 A = Perbedaan Aljabar landai, %
Note :
 H1 = Tinggi Mata Pengemudi diatas Muka Jalan, m Desain lengkung vertikal yang menggunakan jarak pandang henti
sebagai dasar menentukan panjang lengkung vertikal cembung, maka
 h2 = Tinggi Objek diatas Muka Jalan, m jalan dengan lengkung tersebut perlu dilengkapi dengan rambu dan
marka dilarang mendahului.
Alinyemen vertikal
5. Panjang Lengkung Vertikal Cembung dengan S > L
Dari gambar disamping, diperoleh persamaan :
2
200( ℎ1 + ℎ2 )
L = 2𝑆 −
𝐴

Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan


Jarak pandang henti, dengan h1 = 1,08 m; dan h2 =
0,60 m, maka persamaan menjadi :

658
Ket :
L = 2𝑆 −( )
𝐴
 L = Panjang Lengkung Vertikal, m Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan Jarak
 S = Panjang Jarak pandang, m pandang mendahului untuk Jalan 2 lajur 2 arah, dengan h1 =
1,08 m; dan h2 = 1,08 m, maka persamaan menjadi :
 A = Perbedaan Aljabar landai, %
864
 h1 = Tinggi Mata Pengemudi diatas Muka Jalan, m L = 2𝑆 −( )
𝐴
 h2 = Tinggi Objek diatas Muka Jalan, m
Alinyemen
6. Panjang Lengkung Vertikal vertikalJarak Pandang Henti ( Jh )
Cembung berdasarkan
dan Jarak pandangan mendahului ( Jd )
Alinyemen vertikal
Yang perlu dihitung :
7. Panjang Lengkung Vertikal Cembung1. Syarat Keamanan :
berdasarkan Kenyamanan Pengguna * Jarak Pandangan Henti → grafik point 6
Untuk mengurangi dampak gaya * Jarak pandangan Menyiap
sentrifugal yang berlebihan sehingga 2. Keluwesan Bentuk = Lv = 0,6 V
memberikan kenyamanan kepada 3. Syarat Drainase = Lv = 40. A
pengguna jalan, maka panjang
AASHTO menetapkan Panjang
Lengkung Vertikal Minimum : 8. Jarak Pandang Henti pada Lengkung
Vertikal Cekung

Lminimum = 0,6 V

Ket :
 L = Panjang Lengkung Vertikal Cembung minimum, m
 V = Kecepatan Rencana, Km/Jam.
Alinyemen vertikal
Tabel : Panjang Minimum Lengkung Vertikal,
Bina Marga (1997) 9. Kenyamanan Pengemudi
Kecepatan Rencana Perbedaan Kelandaian Panjang Lengkung
(Km/jam) Memanjang (%) (m) Gaya sentrifugal dan Gravitasi dapat
< 40 1 20 – 30 berdampak ketidaknyamanan pada
40 – 60 0,6 40 – 80 pengemudi dan penumpang kendaraan.
≥ 60 0,4 80 - 150
Panjang Lengkung Vertikal Cekung
Panjang Lengkung Vertikal Cekung berdasarkan minimum berdasarkan AASHTO 2004
Jarak Pandang Henti. mengikuti persamaan berikut :

L = AV2/395

Ket :
 V = Kecepatan rencana, Km/jam
 A = Perbedaan aljabar landai.
 L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
Alinyemen vertikal
10. Jarak Pandang Bebas S < L Jika menggunakan standar tinggi mata
pengemudi Truk = 2,40 m dan tinggi objek =
0,6 m sebagai tinggi bagian belakang
kendaraan yang dilihat oleh Truk, maka
persamaan bisa disederhanakan menjadi :

L = AS2/(800C-1200)
Ket :
 L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
 A = Perbedaan Aljabar landai, %
 S = Jarak pandangan henti atau menyiap minimum, m
Berdasarkan gambar di atas, persamaan Panjang
 C = Tinggi bebas dari muka jalan ke bagian bawah bangunan
Lengkung Vertikal Cekung untuk S < L adalah : yang melintas, m

𝐴𝑆 2
 h1 = Tinggi mata pengemudi dari muka jalan, m

L=  h2 = Tinggi objek dari muka jalan, m


800𝐶 −400 (ℎ1 +ℎ2 )
Alinyemen vertikal
11. Jarak Pandang Bebas S > L
Jika menggunakan standar tinggi mata
pengemudi Truk = 2,40 m dan tinggi objek = 0,6
m sebagai tinggi bagian belakang kendaraan
yang dilihat oleh Truk, maka persamaan bisa
disederhanakan menjadi :

L = 2S - (800C-1200)/A

Ket :
Berdasarkan gambar di atas, persamaan Panjang  L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
Lengkung Vertikal Cekung untuk S > L adalah :  A = Perbedaan Aljabar landai, %
 S = Jarak pandangan henti atau menyiap minimum, m
800𝐶 −400(ℎ1 +ℎ2 )
L = 2𝑆 −  C = Tinggi bebas dari muka jalan ke bagian bawah bangunan
𝐴 yang melintas, m
 h1 = Tinggi mata pengemudi dari muka jalan, m
 h2 = Tinggi objek dari muka jalan, m
½ Lv ½ Lv

x1
i
PLV yi PTV
g1 g2
Ev
PVI
Yang perlu dihitung :
1. Syarat Keamanan ( grafik V ) ; S < L atau S > L
A .V2
2. Syarat Kenyamanan = Lv = ; a = percepatansentripental
1300 . a
a  0,3 m , umumnya diambil 0,1
det 2
3. Keluwesan Bentuk = Lv = 0,6 . V
4. Syarat Drainase = Lv = 40 . A
Contoh :

1 2
B ( + 39,00 )
A ( + 34,50 )
Sta. 5 + 300 Sta. 5 + 800
S Q PTV
PLV y

PVI

Lv

200 300
Diket : V : 60 km/jam
S<L
Hitung : Elevasi dan Station PLV, PTV, S dan Q jika diketahui perbandingan SQ : Q -
PTV = 1 : 2
 100% = 2,5 % (turun )
34,50 - 29,50
*) Grade A - PVI → g1 =
200
 100% = 3,2 % (naik )
39,00 - 29,50
Grade PVI - B → g 2 =
300
g 2 - g1 = 3,2 + 2,5 = 5,7 %
1. Syarat Keamanan : grafik V ( hal 22 I PGJR )
didapat Lv = 85 meter ( S < L )

A . V2 5,7 . 602
2. Syarat Kenyamanan: Lv = = = 158 meter
1300 . a 1300 . 0,1
3. Keluwesan Bentuk : 0,6 . V = 0,6 . 60 = 36 meter
4. Drainase : Lv : 40 . A = 40 . 5,7 = 228 meter

diambil Lv : 228 meter 230 meter, sehingga


A . Lv 5,7 . (230)
Ev = = = 1,6 meter
800 800
ELEVASI DAN STATIONING
 Elevasi PLV = elev. PVI + g1 ( ½ . LV )
= 29,50 + 2,5 % ( 230/2 ) = 32.4 meter
 Station S = elev. PVI + Ev
= 29,50 + 1,6 = 31,10 meter
Station S = 5 + 500
 Elevasi PTV = elev. PVI + g2 ( ½ Lv )
= 29,50 + 3,2 % ( 115 ) = 33,18 meter
Station PTV = ( 5 + 500 ) + ½ Lv
= 5 + 615
38,3 76,7

PLV y PTV
Ev

PVI
115 115

 SQ : Q - PTV = 1 : 2
SQ = 1/3 x 115 = 38,3 meter atau : 76,7 meter dari PTV

A 5,7
y= .x =
2
. 76,7 = 0,73 meter
2

200 . Lv 200 . (230)


• Elevasi Q = ( elev. PTV – g2 . 76,7 ) + y
= ( 33,18 - 3,2 % . 76 ) + 0,73 = 31,45 meter
• Station Q = sta. PTV - 76,7 meter
= ( 5 + 615 ) - 76,7
= ( 5 + 538 )
Gabungan Alinyemen
vertikal & horizontal
Gabungan alinyemen vertikal dan horizontal
Hasil perencanaan yang baik perlu memperhatikan keterpaduan antara tiga eleman
yaitu Alinyemen Vertikal, Alinyemen Horisontal dan potongan melintang Jalan.
Koordinasi antara alinyemen Vertikal dan Horisontal harus memenuhi ketentuan sbb ;
 Alinyemen Horisontal berimpit dengan alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal
lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen vertikal.
 Hindari Tikungan tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau bagian
atas lengkung vertikal cembung.
 Hindarkan Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang.
 Hindarkan, dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal.
 Hindarkan Tikungan tajam diantara bagian jalan yang lurus dan panjang.
Gabungan Alinyemen vertikal & horizontal
1. Lengkung Vertikal Cembung dan 2. Lengkung Vertikal Cembung pendek
Cekung pada Jalan Lurus dipisahkan dengan tangent vertikal
Pada alinyemen horizontal yang lurus hindari jika yang pendek
ada lengkung vertikal cembung beriringan dengan Pada lengkung horizontal hindari jika terdapat
lengkung vertikal cekung seperti gambar dibawah dua lengkung vertikal cembung berdekatan
ini : dengan jarak pemisah yang pendek.
Gabungan Alinyemen vertikal & horizontal
3. Lengkung Horizontal tepat pada 4. Lengkung Horizontal berbalik arah
Lengkung Vertikal dengan tangent yang pendek
Lengkung horizontal berbalik arah dengan tangent
yang pendek pada vertikal cembung, akan
mengurangi keselamatan pengguna jalan.
Gabungan Alinyemen vertikal & horizontal
5. Lengkung Horizontal diawal Lengkung
Vertikal 6. Desain Jalan di dekat Sungai
Lengkung horizontal berada diawal tanjakan pada Desain alinemen horizontal
lengkung vertikal cekung mengakibatkan kesan seyogyanya mengikuti kondisi alam
patahnya jalan, karena lengkung vertikal cekung
sekitarnya.
diawali dengan lengkung vertikal cembung
sehingga mengurangi tingkat keselamatan jalan.
Penampang melintang jalan

Jalur dan
Lajur Lalu Bahu Jalan Median Trotoar
Lintas

Pengaman
Saluran Tepi Kereb Tepi
Jalur dan lajur lalu lintas
Jalur Lalu Lintas Lajur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas (travelled way = Lajur kendaraan yaitu bagian dari
carriage way) adalah keseluruhan jalur lalu lintas yang khusus
bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk dilewati oleh
diperuntukkan untuk lalu lintas satu rangkaian kendaraan beroda
kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari empat atau lebih dalam satu arah.
beberapa lajur (lane) kendaraan. Oleh sebab itu, jumlah lajur minimal
untuk jalan 2 arah adalah 2 dan pada
umumnya disebut sebagai jalan 2
lajur 2 arah.
Jalur lalu lintas untuk 1 arah minimal
terdiri dari 1 lajur lalu lintas.
Bahu jalan
Bahu jalan adalah bagian tepi jalan yang dipergunakan sebagai tempat
untuk kendaraan yang mengalami kerusakan, berhenti atau digunakan
oleh kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran,
polisi yang sedang menuju tempat yang memerlukan bantuan
kedaruratan dikala jalan sedang mengalami tingkat macet yang tinggi.
Selain itu bahu juga dipergunakan sebagai tempat menghindar
dari kecelakaan lalu lintas terutama pada jalan yang tidak dipisah
dengan median jalan, khususnya pada saat ada kendaraan yang
menyalib tetapi kemudian dari arah yang berlawanan datang kendaraan,
sehingga kendaraan yang datang dari depan bisa menghindar dan
masuk bahu jalan.
Jenis-jenis bahu jalan

Tipe Perkerasan Letak Bahu

• Bahu yang tidak • Bahu Kiri/Bahu Luar


diperkeras • Bahu Kanan/Bahu Dalam
• Bahu yang diperkeras
Median/pemisah
Secara garis besar median berfungsi sebagai:
 menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi masih
dapat mengontrol kendaraannya pada saat-saat darurat.
 menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/ mengurangi kesilauan
terhadap lampu besar dari kendaraan yang berlawanan arah.
 menambah rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan bagi setiap
pengemudi.
 mengamankan kebebasan samping dari masing-masing arah arus lalu
lintas.
TROTOAR
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur
lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki
(pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini
harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik
berupa kereb.
Pada umumnya trotoar memiliki lebar antara 1,5 - 3 m.
Saluran tepi jalan
Saluran tepi jalan berguna untuk :
 mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun
dari bagian luar jalan,
 menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam
keadaan kering tidak terendam air.
Umumnya bentuk saluran tepi jalan adalah trapesium, atau
empat persegi panjang.
KEREB
Kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi
perkerasan atau bahu jalan, yang terutama
dimaksudkan untuk keperluan keperluan drainase,
mencegah keluarnya kendaraan dari tepi perkerasan,
dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.
Jenis-jenis kereb berdasarkan fungsi
• Kereb yang direncanakan agar dapat didaki
Kereb Peninggi kendaraan, biasanyaterdapat di tempat parkir di pinggir jalan/jalur lalu
lintas Untuk kemudahan didaki oleh kendaraan maka kereb
(Mountable Curb) harus mempunyai bentuk permukaan lengkung yang baik. Tingginya
berkisar antara 10-15 cm.

• Kereb yang direncanakan untuk menghalangi atau mencegah


Kereb Penghalang kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar,
(Barrier Curb) pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman. Tingginya berkisar antara 25 -
30 cm.

• Kereb yang direncanakan untuk membentuk sistem drainase


Kereb Berparit perkerasan Jalan. Kereb ini dianjurkan pada jalan yang memerlukan
sistem drainase perkerasan lebih baik. Pada jalan lurus diletakkan di
(Gutter Curb) tepi luar dari perkerasan, sedangkan pada tikungan diletakkan pada tepi
dalam. Tingginya berkisar antara 10-20 cm.

Kereb Penghalang
• Kereb penghalang yang direncanakan untuk membentuk sistem
Berparit drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar antara 20 - 30 cm.
(Barrier Gutter Curb)
Pengaman tepi
Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan
tepi badan jalan. Jika terjadi kecelakaan, dapat mencegah
kendaraan keluar dari badan jalan. Umumnya dipergunakan
di sepanjang jalan yang menyusur jurang, pada tanah
timbunan dengan tikungan yang tajam, pada tepi-tepi jalan
dengan tinggi timbunan lebih besar dari 2,5 meter, dan pada
jalan-jalan dengan kecepatan tinggi.
Jenis-jenis pengaman tepi
Pengaman Tepi dari • Pagar pengaman dari besi dipergunakan jika bertujuan untuk melawan
Besi tumbukan (impact) dari kendaraan dan mengembalikan kendaraan ke
arah dalam sehingga kendaraan tetap bergerak dengan kecepatan
(Guard Rail) yang makin kecil sepanjang pagar pengaman.

Pengaman Tepi dari


• Pengaman tepi dari beton dianjurkan untuk dipergunakan pada
Beton jalan dengan kecepatan rencana 80 - 100 km/Jam.
(Parapet)
Pengaman Tepi dari • Dianjurkan digunakan untuk kecepatan rencana ≤ 80
Tanah Timbunan km/jam.

Pengaman Tepi dari • Tipe ini dikaitkan terutama untuk keindahan (estetika)dan pada
Batu Kali jalan dengan kecepatan rencana ≤ 60 km/jam.

Pengaman Tepi dari • Tipe ini dipergunakan umuk kecepatan rencana ≤. 40


Balok Kayu km/jam dan pada daerah parkir

Anda mungkin juga menyukai