MG 4
ALINYEMEN
HORIZONTAL
SOEGYARTO
MINGGU 4
ALINYEMEN HORIZONTAL
2
MINGGU 4
ALINYEMEN HORIZONTAL
Alinyemen horizontal adalah kumpulan titik-titik yang membentuk garis (lurus dan lengkung)
sebagai proyeksi sumbu atau as jalan pada bidang horizontal. Alinyemen horizontal, terutama di
titik beratkan pada perencanaan sumbu jalan. Pada gambar tersebut akan terlihatkan apakah jalan
tersebut jalan lurus, garis menikung kekiri, atau menikung kekanan. Sumbu jalan terdiri dari
rangkaian garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran dan juga berbentuk lenkung peralihan.
Perencanaan geometrik jalan menfokuskan pilihan letak dan panjang dari bagian-bagian jalan,
sesuai dengan kondisi medan sehinga terpenuhi kebutuhan akan pengoperasian lalu lintas dan
keamanan (ditinjau dari jarak pandang pengemudi kendaraan ditikungan).
3
MINGGU 4
F = m.a
F = (G. V²)/(g.R)
Dimana,
F : Gaya Sentrifugal.
m : Masa Kendaraan.
a : Percepatan Sentrifugal
G : Berat Kendaraan.
g : Gaya Gravitasi.
V : Kecepatan Kendaraan.
R : Jari-jari tikungan.
4
MINGGU 4
1. Bagian Lurus
Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan, ditinjau dari segi
kelelahan pengernudi, maka panjang maksimum bagian jalan yang lurus harus ditempuh
dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai VR)
2. Bagian Lenkung
Derajat lengkung
Derajat lengkung (°) adalah besarnya sudut lengkung yang
menghasilkan panjang busur 25 m. Semakin besar nilai R maka semakin kecil
nilai D dan semakin tumpul lengkung horizontal rencana. Sebaliknya, semakin kecil
nilai R maka nilai D akan semakin besar dan semakin tajam lengkung horizontal
yang direncanakan
5
MINGGU 4
dimana:
181864(𝑒𝑚𝑎𝑥 + 𝑓𝑚𝑎𝑥 )
𝐷𝑚𝑎𝑥 =
𝑉𝑅2
Super Elevasi :.
(1) Superelevasi adalah suatu kerniringan melintang di tikungan yang berfungsi
mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan
melalui tikungan pada kecepatan VR.
(4) Superelevasi tidak diperlukan apabila nilai R lebih besar atau sama dengan yang
ditunjukkan dalam Tabel 11.19
Tabel II.19. Jari jari dengan kecepatan yang diizinkan tanpa superelevasi
R 700 1250 2000 5000
6
MINGGU 4
7
MINGGU 4
Lengkung Peralihan:
1 Lengkung peralihan adalah lengkung yang menghubungkan bagian lurus jalan dan bagian
lengkung jalan, bagian lurus dengan bagian lurus, dan bagian lengkung dengan bagian
lengukung berikutnya pada suatu tikungan.
2 Berfungsi :
1) mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga) sampai
bagian lengkung jalan berjari-jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada
kendaraan saat berjalan di tikungan berubah secara berangsur-angsur, baik ketika
kendaraan mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan;
2) merubah kemiringan melintang jalan dari normal sampai superelevasi maksimal ( e
maks ) dan sealiknya
3) Dimulainya pelebaran perkerasan jalan untuk mengakomodasi radius putar kendaraan
4) Memudahkan pengemudi agar tetap pada lajurnya saat menikung
3 Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral (clothoid). Dalam tata cara
ini digunakan bentuk spiral
c) tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (re) dari bentuk kelandaian normal ke
kelandaian superelevasi penuh tidak boleh melampaui re-max yang ditetapkan sebagai
berikut:
untuk VR <70 km/jam, re-max =0.035 m/m/detik,
untuk VR >80km/jam, re-maz =0.025 m/m/detik.
5 LS ditentukan dari 3 rumus di bawah ini dan diambil nilai yang terbesar::
.
(1) Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan,
V
R
Ls = ×T
3.6
di mana:
T = waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik
VR = kecepatan rencana (km/jam).
Dimna:
VR = kecepatan rencana (km/jam),
ed = superelevasi yang terjadi
8
MINGGU 4
Rd = jari-jari rencana
c = perubahan percepatan, 0,3 – 1,0 disarankan 0,4 /dt3
(e
m
- n
)× V
R
Ls =
3,6 × r
e
Dimna:
20
30
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120
90 30 60 40 70 50 80 70 100 10 130
100 35 65 45 80 55 90 80 110 0 145
110 40 75 50 85 60 100 90 120 11 -
120 40 80 55 90 70 110 95 135 0 -
6 Selain menggunakan rumus-rumus diatas, untuk tujuan praktis LS dapat ditetapkan dengan
menggunakan Tabel IV.17,
7 Lengkung dengan R lebih besar atau sama dengan yang ditunjukkan pada Tabel 11.18, tidak
memerlukan lengkung peralihan,
9
MINGGU 4
8 Jika lengkung peralihan digunakan, posisi lintasan tikungan bergeser dari bagian jalan yang lurus
ke arah sebelah dalam (lihat Gambar 11.20) sebesar p. Nilai p (m) dihitung berdasarkan rumus
berikut:
di mana:
(8) Apabila nilai p kurang dari 0,25 meter, maka lengkung peralihan tidak diperlukan sehingga tipe
tikungan menjadi fC.
10
MINGGU 4
25
Dmax x360 o
2R
VR2
Rmin
127 (emax f max )
Dimana :
Rmin = Jari jari tikungan minimum (m)
Dmax = Derajat lengkung maksimum
VR = Kecepatan kendaraan rencana (Km/jam)
emax = Superelevasi maksimum (%)
fmax = Koefisien gesekkan melintang maksimum
Dimana nilai fmax dicari dengan menggunakan grafik berikut
1432.39
D yd =
Rd
W
Ls = × m× (e n + e d )
2
Keterangan :
Ls = Lengkung peralihan.
W = Lebar perkerasan.
m = Jarak pandang.
en = Kemiringan normal.
ed = Kemiringan maksimum yang terjadi
12
MINGGU 4
RC = jari-jari lingkaran
13
MINGGU 4
14
MINGGU 4
Keterangan :
Xs = absis titik SC pada garis tangent, jarak dari titik TS ke SC
Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangent. jarak tegak lurus ke
titik SC pada lengkung
Ls = panjang lengkung peralihan (panjang TS ke SC atau CS ke ST)
Lc = panjang busur lingkaran ( panjang dari SC ke CS )
TS = titik dari tangent ke spiral
SC = titik dari spiral ke lingkaran
Es = jarak dari PI ke busur lingkaran
Rc = jari-jari lingkaran
Θs = sudut lengkung dpiral
p = pergeseran tangent terhadap spiral
k = absis dari p pada garis tangent spiral
15
MINGGU 4
3. Spiral – Spiral
Lengkung yg hanya terdiri dari spiral-spiral saja tanpa adanya circle. Ini merupakan
model SCS tanpa circle. Lengkung ini biasanya terdapat di tikungan dengan kecepatan
sangat tinggi. (lihat perbedaan dengan SCS)
16
MINGGU 4
.Pelebaran Tikungan::
B = n (b’ + c) + (n + 1) Td + Z
b’ = b + b”
Z =0.015 x VR x ( Rd )-1/2
e=B-W
Keterangan:
17
MINGGU 4
Tabel IV.3. Pelebaran di tikungan per lajur (m) Lebar jalur 2 x3.0m, 2 arah atau 1 arah
18
MINGGU 4
Tabel II.20. Pelebaran di Tikungan untukLebar jalur 2x3.50m, 2 arah atau 1 arah
Kecepatan Rencana, VR km/jam)
R(m)
50 60 70 80 90 100 110 120
1500 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1
1000 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2 0.2
750 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.2 0.3 0.3
500 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5
400 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5
300 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5
250 0.4 0.5 0.5 0.6
200 0.6 0.7 0.8
150 0.7 0.8
140 0.7 0.8
130 0.7 0.8
120 0.7 0.8
110 0.7
100 0.8
90 0.8
80 1.0
70 1.0
TIKUNGAN GABUNGAN :
Dilapangan sering dijumpai ada banyak tikungan , terutama pada daerah pegunungan,sehingga
jalan tampak berkelok-kelok. Tikungan yang berdekatan satu dengan yang lain harus
direncanakan sedemikian rupa agar nyaman dan aman bagi pengendara,
Tikungan yang berdekatan tersebut direncanakan sebagai tikungan majemuk
(1) tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua tikungan dengan arah putaran yang sama
tetapi dengan jari jari yang berbeda ;
(2) tikungan gabungan balik arah, yaitu gabungan dua tikungan dengan arah putaran yang
berbeda .
R1 2
a. Bila > dipenuhi, maka tikungang gabungan searah harus dihindarkan
R2 3
R1 2
b. Bila < dipenuhi, maka tikungan gabungan harus dilengkapi dengan bagian
R2 3
lurus atau clothoide sepanjang 20 m
3) Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian lurus di antara kedua
tikungan tersebut sepanjang paling tidak 30 m
19
MINGGU 4
20
MINGGU 4
21
MINGGU 4
SEMENTARA
CUKUP
22