Anda di halaman 1dari 105

TUGAS

PERANCANGAN JALAN REL


1
Sub Pokok Bahasan
Tikungan lingkaran

Lebar Sepur ng
Tikungan lingkaran tanpa lengku
Lengkung horizontal Tikungan transisi

Tikungan berbentuk S

Percepatan sentrifugal
Peninggian normal
Peninggian rel Peninggian minimum

Pelebaran sepur Peninggian maksimum

Penggunaan peninggian rel


3
Pengantar

• Geometri jalan rel bentuk dan ukuran jalan rel, baik pada
arah memanjang maupun arah melebar, meliputi : lebar sepur,

kelandaian, tikungan horizontal dan lengkung vertikal,


peninggian rel, pelebaran sepur.

• Geometri jalan rel direncanakan dan dirancang agar mencapai


hasil yang efektif, efisien, aman, nyaman, selamat, dan ekonomis.

4
LEBAR JALAN REL

5
Lebar Jalan Rel
Indonesia menggunakan lebar jalan rel (track) 1067
mm (3 feet 6 inch) yang tergolong pada sepur
sempit (jarak terpendek rel yang satu sampai sisi
dalam rel lainnya).

6
Lebar Jalan Rel

Pada jalur lurus, besarnya lebar jalan rel
tetap yaitu 1067 (Indonesia) seperti
diilustrasikan pada gambar. Lebar jalan rel
dapat ditentukan berdasarkan rumus berikut
:

S = r + 2.f + 2.c

dengan ketentuan :
S : lebar jalan rel(mm)
r : jarak antara bagian terdalam
roda (mm)
f : tebal flens (mm)
c : celah antara tepi dalam flens
dengan kepala rel (mm)

Lebarjalan rel

Sedangkan pada lengkung horizontal, lebar
jalan rel memerlukan perlebaran yang
1067 mm ditentukan berdasarkan pada jari-jari
lengkung horisontalnya.

7
LENGKUNG
HORIZONTAL

8
Lengkung Horizontal

Alinemen horizontal : proyeksi sumbu jalan rel pada bidang horizontal yang
terdiri atas lurus danlengkungan.

Lengkung horizontal merupakan bentuk proyeksi sumbu lurus jalan rel
berangsur-angsur merubah arah alinemennya secara horizontal. Hal tersebut
mempengaruhi besarnya diameter lengkung yang berbeda pada rel bagian luar
dan bagian dalam. Sehingga dapat pula mempengaruhi besarnya perbedaan
tinggi rel pada bagian dalam dan luar, yang disesuaikan dengan kecepatan
rencana kereta api melintas.

rel luar

rel dalam

9
Lengkung Horizontal

Pada saat kereta api berjalan melalui lengkung horizontal, timbul gaya
sentrifugal kearah luar yang akan berakibat:

— rel luar mendapat tekanan yang lebih besardibandingkan


dengan rel dalam,
— keausan rel luar akan lebih banyak dibandingkan
denganyang terjadi pada rel dalam,dan
— bahaya tergulingnya keretaapi.


Akibat adanya akibat yang ditimbulkan dari gaya sentrifugal tersebut, maka
lengkung horizontal memerlukan peninggian pada rel luarnya. Sehingga
perancangan lengkung horizontal berkaitan berkaitan erat dengan analisis
peninggianrel.

10
Lengkung Horizontal

Beberapa jenis lengkung yang terdapat padalengkung
horizontal, sebagai berikut :

Lengkung Lingkaran

Lengkung Peralihan

Lengkung “S”

11
Lengkung Lingkaran
Lengkung lingkaran : dua bagian lurus yang perpanjangannya saling
membentuk sudut, dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran
dengan atau tanpa lengkung peralihan. Dalam perencanaan jalan rel, terdapat
berbagai kecepatan rencana serta besar jari-jari minimum yang diizinkan, sebagai
berikut :
Kecepatan Rencana Jari-jari minimum lengkung Jari-jari minimum lengkung
lingkaran tanpa lengkungtransisi lingkaran dgn lengkungtransisi
(km/jam)
(m) (m)

120 2370 780


110 1990 660
100 1650 550
90 1330 440
80 1050 350
70 810 270
60 600 200
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
11
Lengkung Lingkaran

Pada saat kereta api melalui lengkung
horizontal, kedudukan kereta/gerbong/
lokomotif, gaya berat kereta, gaya
sentrifugal yang timbul dan dukungan
komponen struktur jalan rel, dapat
digambarkan dengangambar.


Pada kedudukan seperti diilustrasikan
pada gambar, untuk berbagai kecepatan
yang akan direncanakan jari-jari minimum
yang digunakan perlu ditinjau dari dua
kondisi, seperti : Keterangan:
R : jari-jari lengkung (meter)
— gaya sentrifugal yang timbul diimbangi D : dukungan komponen struktur jalanrel
oleh gaya beratsaja. C : gayasentrifugal
w : jarak antara kedua titik kontak antara
— gaya sentrifugal yang timbul diimbangi roda dengan kepala rel, sebesar 1120 mm
oleh berat dan kemampuan dukung G : berat kereta/gerbong/lokomotif (kg)
komponen struktur jalanrel. h : peninggian rel (mm)
13
Lengkung Lingkaran

Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangi oleh Gaya Berat saja

Suatu kondisi dimana gaya sentrifugal yang timbul, tidak didukung olehgaya-
gaya lainnya. Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut:
C= 2
m.V
dengan :
C : gayasentrifugal
R
R : jari jari lengkung lingkaran (meter)
V : kecepatan kereta api (km/jam)
m = massa = G ;
g : percepatan grafitasi = 9,81 m/ 2

g
Sehingga: h = w.V 2 g.R

Gaya
dengan satuan praktis yaitu: sentrifugal
V : kecepatan perancangan (km/jam)
R : jari-jari lengkung horizontal, (meter)
w : jarak antara kedua titik kontak roda dan rel, sebesar 1120 mm,
h : peninggian rel pada lengkung horizontal, (mm)
g : percepatan gravitasi, sebesar 9,81 m/ 2

14
Lengkung Lingkaran

8,8.V 2
110

Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangioleh Gaya Berat saja
 Didapat :
= 8,8.V 2
h
R
 Sehingga :
2
R = 8,8.V
h

Dengan peninggian maksimum, ℎ = 110 mm
maka :

R=

Dengan demikian maka jari-jari minimum lengkung lingkaran pada kondisi ini ialah
R = 0,08.V 2
min

dengan :
: jari-jari minimum (meter) yang diperlukan pada kondisi gaya sentrifugal yang timbul
diimbangi oleh gaya berat saja, dan menggunakan peninggian maksimum

V : Kecepatan perancangan (km/jam)

15
Lengkung Lingkaran

Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangi oleh Gaya Beratdan Kemampuan
Dukung Komponen Struktural JalanRel

Kemampuan dukung komponen struktur jalan rel yang dimaksud di sini ialah
kemampaun dukung total yang dapat diberikan oleh komponen struktur jalan rel,
yaitu : rel, sambungan rel, penambat rel, bantalan dan balas.


Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya berat dan kemampuan dukung
komponen jalan rel, sehingga menimbulkan persamaan sebagai berikut:
C cos = Gsin + Dcos c
2
m cos = G sin + D cos
V
R
mV 2
G sin = − D cos
R
G tan = mV 2 − D
R 15
Lengkung Lingkaran

Besarnya dukungan komponen struktur jalan rel tergantung pada massa dan
percepatan sentrifugal, yaitu :

D = m.a
dengan :
a : percepatan sentrifugal (m/ 2) m : massa (kg)

Berdasarkan persamaan sudut berikut:


tan = h Dukungan
w
jalan
struktur
Gayaberat

Maka dapat ditentukan:


V2 h
a= − g
g.R w Gaya
sentrifugal
17
Lengkung Lingkaran

Karena kecepatan kereta (V) masih dalam satuan km/jam, maka diperlukan
perubahan satuan ke dalam satuan m/detik, sehingga:
a = 0,007 V 2 − g h
R w
atau :

a=V
2
−g h
13R w

a + g hV 2
=
w 13
R
13R = V 2

a+g h
w
18
Lengkung Lingkaran

Percepatan sentrifugal (a) : besaran yang menyatakan berapakah besarnya
sentrifugal yang dengan satuanm/detik

Berdasarkan tinjauan aspek keselamatan dan kenyamanan, besarnya
percepatan sentrifugal maksumum yang dianjurkan sebesar 0,0478.g,
sedangkan jarak antara kedua titik kontak roda dan rel sebesar 1120 mm, sehingga diperoleh persamaan:
13R =
V2
0,0478g + g h
1120

Dikarenakanadanyapeninggian maksimum (h maks) sebesar 110 mm, maka :


V2
13R =
110
0,0478g + g 1120
R = 0,0537 V
R = 0,054 V
19
Lengkung Lingkaran

Sehingga diperoleh persamaan untuk menentukan jari-jari minimum sebagai berikut :
2
= 0.054 V

dengan :
: jari-jari minimum (meter) yang dipelukan pada
kondisigaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya
berat dan kemampuan dukung komponen struktur jalan
rel,serta menggunakan peninggian maksimum,
V : Kecepatan perancangan (km/jam)

20
Lengkung Lingkaran
Tanpa Lengkung Transisi

Pada bentuk lengkung horizontal
tanpa adanya lengkung transisi dan
tidak ada peninggian rel yang
harus dicapai, berdasarkan pada
persamaan peninggian minimum,
yaitu :
V2
h = 8,8 −53,54
R
Karena h = 0 (tidak adapeninggian Lengkung tanpa transisi

rel), maka :
2
R = 0,164 V
21
Lengkung Transisi

Untuk mengurangi pengaruh perubahan gaya sentrifugal sehingga penumpang kereta
api tidak terganggu kenyamanannya, dapat digunakan lengkung transisi (transition
curve). Panjang lengkung transisi tergantung pada perubahan gaya sentrifugal tiap
satuan waktu, kecepatan, dan jari jari lengkung lingkaran. Untuk mendapatkan panjang
lengkung transisi dapat dijelaskan berikut:

V2
Gaya sentrifugal = m.a=
R
Apabila t adalahwaktu yang diperlukan untuk
berjalan melintasi lengkung transisi, maka:

L
t=V
dengan :
L : panjang lengkung transisi (meter)
V : kecepatan kereta api (km/jam)
22
Lengkung Transisi
Sehingga diperoleh persamaan:
m.a = m.V 2 / R
L /V
t V3
m.a
= m. R.L
t
V3
a =
R.L
t = V
3
.t
a.R
L
Dengan digunakan = 0.0478.g maka dapat diperoleh:

V3
L = 0,06
R

23
Lengkung Transisi
Berdasarkan persamaan:
V2
h =5,95
R
Diperoleh :

L = 0,01.h.V

Oleh karena itu, makapanjang minimum lengkung transisi yang


diperlukan ialah :
Lh = 0,01.h.V
dengan :
Lh = panjang minimum lengkung transisi (m)
H = peninggian rel pada lengkung lingkaran (mm)
V = kecepatan perancangan(km/jam)
R = jari-jari lengkung lingkaran (m)
24
Lengkung Transisi
➢ Diagram Kelengkungan pada LengkungTransisi

 satu bentuk lengkung transisi ialah Cubic Parabola (parabola


Salh
pangkat tiga)
 y= x3
Persamaan Cubic Parabola ialah sebagai berikut :
6.R.L
25
Lengkung Transisi
 Berdasarkan pada persamaan pangkat tiga tersebut, sebagian bentuk lengkung
transisi dan lengkung lingkarannya ditunjukkan pada gambar di bawah. Pada
gambar tersebut juga dapat dilihat letak lengkung transisi dan lengkung
lingkaran beserta titik-titik/bagian-bagian pentingnya.

dengan :
TS : titik pertemuan antara bagian lurus dengan lengkungtransisi
SC : titik pertemuan antara lengkung transisi dengan lengkung lingkaran
26
Lengkung Transisi
α

P=
2

Bagian lurus
α
k= −

2 Lurusantransisi
L − R cos− R
q = 6.R
Tikungantajam

 →
L panjang lengkung peralihan (Lh). Sedangkan lengkung transisi
berbentuk parabola dari TS melalui A hingga titik SC, mulai SC
didapatkan lengkung lingkaran.


Pada lengkung transisi tersebut terjadi pergeseran letak lengkung, yaitu dari letak
lengkung semula (original curve) yang tanpa lengkung transisi, ke letak lengkung
yang bergeser (shifted curve) karena mengunakan lengkung transisi.

27
Lengkung S
 Pada dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda arah lengkungnya terletak
bersambungan, akan membentuk suatu lengkung membalik (reverse curve) dengan
bentuk huruf S, sehingga dikenal sebagai ”lengkung S”. Antara kedua
lengkung,yang berbeda arah sehingga membentuk huruf S ini harus diberi bagian
lurus minimum 20 meter di luar lengkung transisi.

Gambar Bentuk Lengkung S

28
Percepatan Sentrifugal

Gaya sentrifugal fungsi dari massa benda dan percepatan sentrifugal.

Percepatan sentrifugal fungsi dari kecepatan dan jari jari lengkung :

2
a= V
R

dengan :
a = percepatan sentrifugal (m/ 2) V = kecepatan(km/jam)

R = jari-jari lengkung(meter)
Gambar lengkung S

29
Percepatan Sentrifugal

Percepatan sentrifugal yang timbul berpengaruh pada:
— kenyamanan penumpang keretaapi,
— tergesernya (ke arah luar) barang-barang didalam kereta/gerbong/ lokomotif,dan
— gayasentrifugal yang berpengaruh pada keausan rel dan bahaya tergulingnya
kereta api.

Untuk mengatasi pengaruh tersebut, dilakukan langkah berikut:
— pemilihan jari-jari lengkung horizontal (R) yang cukupbesar,
— pembatasan kecepatan kereta api (V),dan
— peninggian rel sebelah luar.

Dengan pertimbangan kenyamanan penumpang tetap terjaga dan barang barang di dalam

kereta/gerbong/lokomotif tidak bergeser percepatan sentrifugal yang terjadi perlu dibatasi :

= 0.0478 .g
dengan :
2
g = percepatan gravitasi ( m/detik )
30
PENINGGIAN REL

31
Peninggian Rel

Peninggian rel : akibat adanya gaya sentrifugal pada lengkung horizontal, sehingga
memerlukan peninggian pada bagian relluarnya.

Kategori peninggian rel di dalam perancangan lengkung horizontal:

Peninggian Normal

Peninggian Minimum

Peninggian Maksimum

32
Peninggian Normal

Peninggain normal ditentukan berdasar pada kondisi komponen jalan rel tidak
ikut menahan gayasentrifugal.

Pada kondisi ini gaya sentrifugal sepenuhnya diimbangi oleh gaya berat saja :
2
= 8,8 R

atau 2
h = 8,8.

Juga telah disebutkan bahwa:


2
= 0,054 V
atau
= 4,3 √

33
Peninggian Normal

Persamaan tentang hubungan antara h dengan V dan R diwujudkan dalam bentuk :

h =kV2
R
dengan hmaksimum = 110 mm, maka :

110 = k (4,3 R )2
R
dan dapat diperoleh k = 5,95, sehingga :
= 5,95 V 2
hnormal
R
dengan :
V : kecepatan rencana (m/jam)
R : jari-jari lengkung horizontal (m)

: peninggian normal ( mm )
34
Peninggian Minimum

Peninggian minimum ditentukan
berdasarkan pada kondisi gaya maksimum
yang dapat ditahan oleh komponen jalan rel
dan kenyamanan penumpang KA.

berdasarkan gambardisamping disebutkan bahwa :

ℎ 2

= = . −

Keterangan :
R : jari-jari (meter)
maka : D : dukungan komponen struktur jalan rel
h= . 2
.- .
C : gayasentrifugal
w : jarak antara kedua titik kontakantara
roda dengan kepala rel, sebesar 1120mm
G : berat kereta/gerbong/lokomotif
(kg) h : peninggian rel (mm)

35
Peninggian Minimum
Karena beberapa faktorsebagai berikut :
w = 1120 mm
g = 9,81 (m/detik2)
2
a = 0,0478 . g (m/detik ) Maka dapat diperoleh:
8,8 2

h= 8,8 2
- 53,536
h≈ - 53,54

sehingga dapat digunakan persamaan peninggian mimimum :


ℎ = 8,8 2 - 53,54

dengan :
ℎ = peninggian minimum(mm)
V = kecepatan perancangan (km/jam)
R = jari-jari lengkung horizontal (m)
36
Peninggian Maksimum

Peninggian maksimum ditentukan berdasarkan pada stabilitas
kereta api pada saat berhenti di bagian lengkung horizontal dengan
pembatasan kemiringan maksimum sebesar10%.


Apabila kemiringan melebihi 10% maka benda-benda yang terletak
pada lantai kereta api dapat bergeser ke sisi dalam. Dengan digunakan
kemiringan maksimum 10% peninggian rel maksimum yang
digunakan ialah 110 mm.


Faktor keamanan terhadap bahaya guling kereta/gerbong/lokomotif
saat berhenti di bagian lengkung horizontal dengan peninggian rel
sebesar 110 mm.

37
Peninggian Maksimum
Momen terhadap titik O ialah :
sin
tan =
= cos 2
2

Sehingga :
ℎ =
2

atau :

=
ℎ 2
Keterangan :
R : jari-jari (meter)
D : dukungan komponen struktur jalan rel
C : gayasentrifugal
w : jarak antara kedua titik kontak antara
roda dengan kepala rel, sebesar 1120mm
G : berat kereta/gerbong/lokomotif
(kg) h : peninggian rel(mm)
SF : faktor keamanan terhadap
bahaya guling
38
Peninggian Maksimum

Apabila digunakan h = hmaks = 110 mm, w = 1120 mm dany
untuk kereta/gerbong/lokomotif yang digunakan di
Indonesia = 1700 mm, maka:
SF = 3,35


Faktor kemanan terhadap bahaya guling pada saat berhenti
di bagian lengkung horizontal dengan hmaks sebesar 110 mm

sekitar3,3.

39
Penggunaan Peninggian Rel
Peninggian rel pada lengkung horizontal ditentukan berdasarkan h
normal :
V2
h = 5,95 (mm)
normal R
Dengan beberapa batasan :

hmaks =110mm
V2
hmin = 8,8 R −53,54(mm)

Berdasarkan pertimbangan penerapan di lapangan peninggian rel
yang diperoleh melalui perhitungan teoritis di atas, dibulatkan ke 5 mm
terdekat ke atas. Contoh : apabila dalam perhitiungan diperoleh h
= 3,5 mm maka peninggian rel yang digunakan ialah 5mm.
40
Penggunaan Peninggian Rel


Dalam pelaksanaannya peninggian rel dilakukan dengan cara peninggian pada rel-
luar, bukan menurunkan rel-dalam. Dengan demikian peninggian rel dapat dicapai
dengan cara menempatkan rel-dalam tetap pada elevasinya dan rel-luar ditinggikan. Hal
tersebut dipilih karena pekerjaan meninggikan elevasi rel relatif lebih mudah
dibandingkan dengan menurunkan elevasi rel.


Peninggian rel dicapai dan dihilangkan tidak secara mendadak, tetapi berangsur-
angsur dihilangkan berdasarkan lengkung transisi.


Pada keadaan lengkung horizontal tanpa lengkung transisi, peninggian rel dicapai dan
dihilangkan berangsur angsur sepanjang suatu “panjang transisi” dengan batasan
panjang minimum yang pada dasarnya dapat dihitung dengan persamaan Lh = 0,01 .
h .V

41
Penggunaan Peninggian Rel
Persamaan panjang minimum pada lengkung transisi :
Ph = 0,01 . h . V

dengan :
Ph = panjang minimum “panjang transisi” (m)
h = peninggian rel pada lengkung lingkaran
(mm) V = kecepatan perancangan (km/jam)

42
Peninggian Rel

Gambar peninggian rel pada doubletrack

43
Diagram Peninggian Rel
(Diagram Superelevasi)

44
Peninggian Rel di Lengkung Horizontal
berdasarkan Peninggian Normal
Jarijari (m) Peninggian rel (mm) pada setiap Kecepatan perancangan (km/jam)
120 110 100 90 80 70 60
100
150 ----
200 110
250 ----- 90
300 ----- 100 75
350 110 85 65
400 ----- 100 75 55
450 110 85 65 50
500 ----- 100 80 60 45
550 105 90 70 55 40
600 100 85 65 50 40
650 ------ 90 75 60 50 35
700 105 85 70 55 45 35
750 ------ 100 80 65 55 40 30
800 110 90 75 65 50 40 30
850 105 85 70 60 45 35 30
900 100 80 70 55 45 35 25
950 95 80 65 55 45 35 25
1000 90 75 60 50 40 30 25
1100 80 70 55 45 35 30 20
1200 75 60 55 45 35 25 20
1300 70 60 50 40 30 25 20
1400 65 55 45 35 30 25 20
1500 60 50 40 35 30 20 15
1600 55 45 40 35 25 20 15
1700 55 45 35 30 25 20 15
1800 50 40 35 30 25 20 15
1900 50 40 35 30 25 20 15
2000 45 40 30 25 20 15 15
2500 35 30 25 20 20 15 10
3000 30 25 20 20 15 10 10
3500 25 25 20 15 15 10 10
4000 25 20 15 15 10 10 10
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 45
Pelebaran Jalan Rel

Analisis untuk perlebaran jalan rel didasarkan pada
kereta/gerbong yang menggunakan duagandar.

 →
Dua gandar gandar depan dan gandar belakang yang
merupakan satu kesatuan yang teguh, disebut sebagai Gandar
teguh (rigid wheel base).


Gandar belakang akan tetap sejajar dengan gandar depan,
sehingga pada waktu kereta dengan gandar teguh melalui
suatu lengkung, akan terdapat 4 kemungkinganposisi.
46
Pelebaran Jalan Rel

Posisi 1 : gandar depan mencapai
rel luar, gandar belakang pada
posisi bebas di antara rel dalam
dan rel luar. Posisi seperti ini
disebut sebagai Jalanbebas.

Posisi 2 : gandar depan mencapai
rel luar, gandar belakang
menempel pada rel dalam tetapi
tidak menekan, dan gandar
belakang posisinya radial
terhadap pusat lengkung
horizontal.

47
Pelebaran Jalan Rel

Posisi 3 : gandar depan
menempel pada rel luar, gandar
belakang menempel dan
menekan rel dalam. Baik gandar
depan maupun gandar belakang
tidak pada posisi radial terhadap
pusat lengkung horizontal.


Posisi 4 : gandar depan dan
gandar belakang menempel pada
rel luar. Posisi ini dapat terjadi
pada kereta/gerbong dengan
kecepatan yang tinggi. Posisi 4 ini
disebut Jalan Tali Busur.
48
Pelebaran Jalan Rel

Gaya tekan yang ditimbukan akibat terjadi kondisi terjepitnya
roda kereta/gerbong akan mengakibatkan keausan rel dan

roda perlu dilakukan perlebaran padasepur.

Ukuran perlebaran sepurdipengaruhi oleh beberapa faktor :
—Jari-jari lengkung horizontal
—Jarak gandar depan dangandar belakang pada gambar
teguh

—Kondisi keausan roda kereta danrel


49
Ukuran Gandar Teguh yang
digunakan di Indonesia

Penetapan besarnya pelebaran sepur PT Kereta Api (Persero)
dalam Peraturan Dinas nomor 10 menggunakan ukuran-ukuran :

50
Gandar teguh dan rel pada posisi 2

dengan :
u : jarak antara titik sentuh flens roda dengan tengah-tengah gandar
(m) d : jarak gandar(m)
c : kelonggaran flensterhadap tepi rel pada sepur lurus (mm)
R : jari jari lengkung (m)
P : perlebaran sepur (mm)
Ru : jari-jari lengkung luar (m)
51
Penyederhanaan posisi roda
pada waktu melintasi lengkung

2 2 2
(d+u) =R –(R –s)
u u

2
( d + u ) = 2 . Ru . s –s
52
Pelebaran Jalan Rel
Berdasarkan beberapa pertimbangan :
2

nilai sangat kecil dibandingkan dengan nilai


nilai u sangat kecil dibandingkan dengan nilad

maka persamaan ( d + u ) = 2 . Ru . s – s2 dapat disederhanakan menjadi:


s = d2
2.R
u
atau :
2c + p = d 2
2.R
u
Bila Ru = R, maka :
d2

p= − 2.c

53
Pelebaran Jalan Rel

Besarnya Perlebaran Jalan Rel (p) dipengaruhi oleh :
— jarak gandardepan dan gandar belakang
— kelonggaran flens roda kereta terhadap tepi kepala rel pada
sepur lurus
— jari-jari lengkung horizontal
— Untuk lebar sepur 1067 mm, PT. Kereta Api (persero)
menggunakan c = 4 mm. Dengan digunakannya R dalam satuan
m, maka apabila jarak gandar depan terhadap gandar belakang (d)
= 3 meter (3000mm), diperoleh :

4500
p= −8
R
dengan :
p : pelebaran sepur(mm)
R : jari-jari lengkung (m)

54
Pelebaran Jalan Rel
— untuk jarak gandardepan terhadap gandar belakang (d) = 4 meter
(4.000 mm), diperoleh :
8000
p= −8
R

Agar pada saat roda melewati lengkung horizontal masih memiliki
ruang tapak roda di atas rel yang cukup lebar, maka PT. KAI
(persero) menggunakan batasan pelebaran jalan rel maksimum ( )
yaitu 20 mm. Beberapa pelebaran jalan rel yang digunakan PT. KAI
(persero) :
Jari-jari lengkung Perlebaran jalan rel Lebar jalan rel
horizontal (R), dalam
(mm) menjadi (mm)
satuan meter
R>850 0 1067
550<R<850 5 1072
400<R<550 10 1077
350<R<400 15 1082
100<R<350 20 1087
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 54
Pelebaran Jalan Rel

Perlebaran jalan rel dibuat dengan cara menggeser rel-dalam ke arah
dalam (ke arah pusat lengkung). Seperti halnya pada peninggian rel,
perlebaran sepur dicapai dan dihilangkan tidak secara mendadak tetapi
secara berangsur-angsur sepanjang lengkung transisi atau ”panjang
transisi”.

Menurut Honing (1975) pada jalan rel yang tidak menggunakan lengkung
transisi, perlebaran sepur dan peninggian rel dilakukan dengan rata melewati
suatu jarak (panjang transisi) antara 400 sampai 1000 x peninggian rel.

Pada lengkung horizontal, untuk mengurangi gaya tekan roda
kereta/gerbong/lokomotif pada rel luar dan untuk menajaga terhadap
bahaya keluranya roda rel (deraillement), pada rel dapat dipasang Rel
Penahan.

Penahan (anti deraillement) pada rel. Menurut Subarkah (1981)
menyatakan bahwa lebar celah antara rel-dalam dan rel penahan ialah
sebagai berikut :
— 65 mm untuk jari-jari lengkung horizontal sebesar 150 meter
— 60 mm untuk jari-jari lengkung horizontal sebesar 200 meter
56
Pelebaran Jalan Rel
Konstruksi rel penahan

57
Pelebaran Jalan Rel
Perlebaran jalan rel sesuai jari-jari lengkung

horizontal :
Jari- jari (m) Perlebaran jalan rel menurut perhitungan (mm)
Jarak gandar = 4 m Jarak gandar = 3 m
1000 0
900 0,89
800 2,00
750 2,67
700 3,43
650 4,31
600 5,33
550 6,54 0,20
500 8,00 1,00
450 9,78 2,00
400 12,00 3,25
350 14,86 4,86
300 18,67 7,00
250 24,00 10,00
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 58
Contoh kasus kesalahan perancangan dan
kecelakaan pada alinemen horizontal
Pemilihan trase kurang baik Kecelakaan padalengkung

Kecelakaan pada peninggianrel


59
PERANCANGAN
ALINEMEN
HORIZONTAL

60
PEMILIHAN TRASE

60
Alternatif Trase1 Alternatif Trase2 Alternatif Trase3 JalanRaya
Keterangan :
B(7900,7990)
STA.036+130

Tikungan2

Tikungan1

Jembatan

A (2500,5300)
STA.030+000
61
Keterangan : Jembatan Sungai Trase Jalan Rel JalanRaya
Contoh Kasus Perancangan Alinemen Horizontal
Data perancangan yang digunakan :

1. Penentuan koordinat titik :


a. Koordinat titik A (awal) = (2500 , 5300)
b. Azimut titik A (awal) = 108,45°
c. Kapasitas angkut yangdilayani 6
= 10 x 106 s.d. 20 x 10 ton/tahun

– Kecepatan rencana = 110 km/jam


– Penambat = pendrol
– Bantalan = beton
– Jarak antarbantalan = 600 mm
– Beban gandarmaksimal = 18 ton
– Tipe rel = R.54
– Tebal balas atas = 30 cm
– Tebal balas bawah = 25 cm
d. Jenis track = doubletrack
e. Stasioning titik A (awal) =30+000
f. Jumlah tikungan =2
g. Lebarsepur = 1067 mm

62
Penentuan Titik Koordinat
Penentuan titik koordinat ditentukan berdasarkan perhitungan jarak
rencana garis trase, dimulai dari awal titik yang ditentukan hingga titik akhir
pada trase jalan reltersebut.

Koordinat titik seperti diilustrasikan pada gambar:


A (2500 ; 5300) PP2 (6562,5 ; 7305)
PP1 (5797,5 ; 6400) B (7900 ; 7990) 63
Penentuan Jarak atau Panjang Trase
Penentuan jarak antar titik pada alinemenhorizontal
dA1 = (5797,5 − 2500)2 + (6400 − 5300)2
= 3476,13 m

d12 = (6562,5 − 5797,5)2 + (7305 − 6400)2 = 1185,01 m

dB2 =
(7900 − 6562,5)2 + (7990 − 7305)2

= 1502, 71 m
dB2
Total Jarak = dA1 + d12 + dB2
= 3476,134 + 1185,01 + 1502,708
= 6163,85 m d12
dA1

65
Perhitungan Sudut Belok Pada Trase
Perhitungan Sudut pada setiap perubahan arah trase (tikungan) pada alinemen
horizontal, digunakan beberapa analisis :
Azimuth (α) = 90° + arc tan ( 2 − 1)
(2−1)

αA = 108,45 °
α1 = 108,45 °
α2 = 117,12 °

Sudut belok (∆), ditentukan berdasarkan perbandingan antara satu sudut


azimuth ke sudut azimuth lainnya

∆1 =|α1–αA|
= | 139,79 – 108,45 |
= 31,34 °

∆1 =|α2–α1|
= | 117,12– 139,79 |
= 22,67 °
66
Data Rancangan Hasil Analisis
Berdasarkan perhitungan penentuan titik koordinat, diperoleh
jarak trase jalan rel secara horizontal. Perhitungan tersebut
digunakan untuk penentuan sudut azimuth dan sudut belok
seperti berikut :

Titik Koordinat Jarak Sudut Sudut


x y azimuth Belok
A 2500 3500 - - -

PP1 5797,5 6400 3476,13 108,45 31,34

PP2 6562,5 7305 1185,01 139,79 22,67

B 7900 7990 1502,71 117,12 -

67
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel

Perhitungan pada Tikungan1

a. Perancangan lengkung
horizontal Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam
Rmin = 0,054 x =
0,054 x 1102
2

653,4 m =

Rrencana = 800 m
b. Perancangan peninggian rel
h = 5,95x 2 ; (R = 800)
= 5,95 x 1102
800

= 89,994 mm
hmin = 8,8 x 2 - 53,54 2
110

= 8,8 x 800 - 53,54

= 79,56 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) sebesar 90mm 67
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran

θs = 360
; (R = 800) θc = ∆1 - 2 θ1

= 360 99 = 31,34 – 2 (3,55)


= 24,24 °
4π800

= 3,55 °

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS


θc

Lc = x2πR
99 m 338,28 m 99 m

360 Sisi luar

= 24,24
x 2 π 800 = 338,28 m

360 90 mm
x = Ls - Sisi dalam
3

40
2 TS1 SC1 CS1 ST1
3
99

=99- 40.8002
= 98,962 m

69
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
2
y=
6
2
99
= 6 . 800 = 2,042 m

K = x – R . Sin θs
= 98,962 – 800 sin (3,55) = 49,426
Tikungan 1
P = y – R (1 – cosθs) Jenis S-C-S
= 2,042 – 800 (1 – cos θs) = 0,507 m Vmax 110 km/jam
∆1
Et = (R + P) tan 2 -R
31,34
= (800 + 0,507) sec - 800 = 30,93 m

Rrencana 800 m
2
∆1
Tt = (R + P) tan 2 +K
31,34
= (800 + 0,507) tan + 49,426 = 273,858 m
2

1 31,34”
L total = Lc + 2.Ls = 338,28 + 2 . 99 = 536,28 m
h 90 mm
s 3,55
0

c 24,24
0

k 49,426 m
Et 30,93 m
Tt 273,858 m

70
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel

Perhitungan pada Tikungan 1 (track 1)

a. Perancangan lengkung horizontal


Vmaks = 110 km/jam Vrencana =
110 km/jam Rrencana
= 800 – 2 = 798 m
b. Perancangan peninggian rel
h = 5,95x2 ; (R = 798)
= 5,95 x 1102
798

= 90,22 mm

hmin = 8,8 x 2
- 53,54
2
110

= 8,8 x 798 - 53,54

= 79,89 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada
tikungan1 track 1 ini sebesar 91 mm
71
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 91 x 110
= 100,1 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran

θs = 360
; (R = 798) θc = ∆1 - 2 θ1
4 π

= 360 100,1 = 31,34 – 2 (3,27)


= 24,8 °
4π798

= 3,27 °

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS


θc
Lc = x2πR
100,1m 345,23 m 100,1 m

360
Sisi luar
24,8
91 mm
= 360 x 2 π 798 = 345,23 m

TS1 SC1 Sisi dalam CS1 ST1


x = Ls -
40 2

100,1
= 100,1 - 40.789 2 = 100,06 m

72
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
2
y=
6
2
99
= 6 .798 = 2,092 m

K = x – R . Sin θs
= 100,06 – 798 sin (3,27) = 54,54
Tikungan 1 (Track 1)
P = y – R (1 – cosθs) Jenis S-C-S
= 2,092 – 798 (1 – cos 3,27) = 0,793 m Vmax 110 km/jam
∆1
Et = (R + P) tan 2 -R
31,34
= (800 + 0,507) sec - 800 = 30,93 m

Rrencana 800 m
2

Tt = (R + P) tan ∆1 + K
2
1 31,34”
= (798 + 0,793) sec + 54,54 = 278,62 m
31,34

2
h 91 mm
s 3,27
0
L total = Lc + 2.Ls = 345,23 + 2 . 100,1 = 545,43 m
c 24,8
0

k 54,54 m
Et 30,93 m
Tt 278,62 m

73
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel

Perhitungan pada Tikungan 1 (track2)

a. Perancangan lengkung
horizontal Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam Rrencana
= 800+2 = 802 m
b. Perancangan peninggian rel
h = 5,95x ; (R = 802) 2

= 5,95 x 1102
802

= 89,77 mm

hmin = 8,8 x 2
- 53,54
2
110

= 8,8 x 802 - 53,54

= 79,23 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h)pa da tikungan 1
track 2 sebesar 90 mm
74
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran

θs = 360
; (R = 800) θc = ∆1 – 2.θ1

= 360 99 = 31,34 – 2 (3,54)


= 24,26 °
4π802

= 3,54 °

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS


θc

Lc = x2πR
99 m 339,4 m 99 m

360 Sisi luar

= 24,26
x 2 π 802 = 339,4 m

360 90 cm
x = Ls - Sisi dalam
3

40
2 TS1 SC1 CS1 ST1
3
99

=99- 40.8022
= 98,96 m

75
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
2
y=
6
2
99
= 6 . 802 = 2,037 m

K = x – R . Sin θs
= 98,96 – 802 sin (3,54) = 49,44
Tikungan 1 (Track 2)
P = y – R (1 – cosθs) Jenis S-C-S
= 2,037 – 802 (1 – cos 3,54) = 0,507 m Vmax 110 km/jam
∆1
Et = (R + P) tan 2 -R
31,34
= (802 + 0,507) sec - 802 = 31,48 m

Rrencana 800 m
2
∆1
Tt = (R + P) tan 2 +K
31,34
= (802 + 0,507) tan + 49,44 = 274,56 m
2

1 31,34”
L total = Lc + 2.Ls = 339,4 + 2 . 99 = 537,4 m
h 90 mm
s 3,54
0

c 24,26
0

k 49,44 m
Et 31,48 m
Tt 274,56 m

76
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel

Perhitungan pada Tikungan2

a. Perancangan lengkung
horizontal Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam
Rmin = 0,054 x =
0,054 x 1102
2

653,4 m =

Rrencana = 800 m
b. Perancangan peninggian rel
h = 5,95x 2 ; (R = 800)
= 5,95 x 1102
800

= 89,994 mm
hmin = 8,8 x 2 - 53,54 2
110

= 8,8 x 800 - 53,54

= 79,56 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) sebesar 90mm 76
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran

θs = 360
; (R = 800) θc = ∆2 - 2 θ2

= 360 99 = 22,67 – 2 (3,55)


= 15,57 °
4π800

= 3,55 °

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS

Lc =
θc
x2πR
99 m 217,28 m 99 m

360
Sisi luar

15.57
= x 2 π 800 = 217,288 m

360 90 mm
x = Ls - TS2 SC2 Sisi dalam CS2 ST2
3

40 2

993

=99- 40.8002
= 98,962 m

78
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
2
y=
6
2
99
= 6 . 800 = 2,042 m

K = x – R . Sin θs
= 98,962 – 800 sin (3,55) = 49,426 Tikungan 2
Jenis S-C-S
P = y – R (1 – cosθs)
Vmax 110 km/jam
= 2,042 – 800 (1 – cos θs) = 0,507 m
∆ 2
Et = (R + P) tan -R
= (800 + 0,507) sec
22,67
- 800 = 16,432 m

∆ 2
2
2
Rrencana 802 m
Tt = (R + P) tan 2 + K
22,67
= (800 + 0,507) tan 2 + 49,426 = 209,89 L total = Lc + 2.Ls =
217,288 + 2 . 99 = 415,288 m 2 22,67”
h 90 mm
s 3,55
0

c 15,57
0

k 49,43 m
Et 16,43 m
Tt 209,89 m

79
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel

Perhitungan pada Tikungan 2 (track 1)

a. Perancangan lengkung horizontal


Vmaks = 110 km/jam Vrencana =
110 km/jam Rrencana
= 800 – 2 = 798 m
b. Perancangan peninggian rel
h = 5,95x2 ; (R = 798)
= 5,95 x 1102
798

= 90,22 mm

hmin = 8,8 x 2
- 53,54
2
110

= 8,8 x 798 - 53,54

= 79,89 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada
tikungan2 track 1 ini sebesar 91 mm
80
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 91 x 110
= 100,1 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran

θc = 360
; (R = 798) θc = ∆1 - 2 θ1
4 π

= 360 100,1 = 22,67 – 2 . 3,6


= 15,47 °
4π798

=3,6°

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS

θc 100,1 m 215,71 m 100,1 m


Lc =
πR
x2
Sisi luar
360

= 15,47
x 2 π 798 = 215,35 m

360 91 mm
3

x = Ls - 40 2
Sisi dalam
3
TS2 SC2 CS2 ST2

100,1
= 100,1 - 4 .7892 = 99,71 m

81
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
2
y=
6
2
100,1
= 6 .798 = 2,093 m

K = x – R . Sin θs
= 99,71 – 798 sin (3,6) = 49,6 Tikungan 2 (Track 1)
Jenis S-C-S
P = y – R (1 – cosθs)
Vmax 110 km/jam
= 2,092 – 798 (1 – cos 3,6) = 0,518 m
∆ 2
Et = (R + P) sec -R
= (798 + 0,518) sec
22,67
- 798 = 16,4
2

∆ 2
2
Rrencana 802 m
Tt = (R + P) tan 22,67
2 +K
2
= (798 + 0,518) sec + 49,6 = 209,67

22,67”
2

L total = Lc + 2.Ls = 215,35 + 2 . 100,1 = 415,55 m


h 91 mm
s 3,6
0

c 15,47
0

k 49,6 m
Et 16,4 m
Tt 209,67 m

82
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel

Perhitungan pada Tikungan 2 (track 2)

a. Perancangan lengkung horizontal


Vmaks = 110 km/jam Vrencana =
110 km/jam Rrencana
= 800+2 = 802 m
b. Perancangan peninggian rel
h = 5,95x2 ; (R = 802)
= 5,95 x 1102
802

= 89,77 mm
hmin = 8,8 x 110
2
2
- 53,54
= 8,8 x 802 - 53,54

= 79,23 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada
tikungan2 track 2 sebesar 90 mm

83
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran

θc = 360
; (R = 802) θc = ∆2 – 2.θ2

= 360 99 = 22,67 – 2 (3,54)


= 15,59 °
4π802

= 3,54 °

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS

Lc =
θc
x2πR
99 m 218,11 m 99 m

360
Sisi luar

15,59
= x 2 π 802 = 218,11 m

360 90 mm
Sisi dalam
3

x = Ls -
4 2
TS2 SC2 CS2 ST2
3
99

=99- 4.8022
= 98,62 m

84
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
2
y=
6
2
99
= 6 . 802 = 2,037 m

K = x – R . Sin θs
= 98,62 – 802 sin (3,54) = 49,1 Tikungan 2 (Track 2)
Jenis S-C-S
P = y – R (1 – cosθs)
Vmax 110 km/jam
= 2,037 – 802 (1 – cos 3,54) = 0,507 m
∆ 2
Et = (R + P) tan -R
= (802 + 0,507) sec 22,672 - 802 = 16,47 m
2

∆ 1
Rrencana 802 m
Tt = (R + P) tan 22,67
2 +K
2 22,67”
= (802 + 0,507) tan + 49,1 = 209,964
2

L total = Lc + 2.Ls = 218,11 + 2 . 99 = 416,11 m


h 90 mm
s 3,54
0

c 15,59
0

k 49,1 m
Et 16,47 m
Tt 209,964 m

85
Perhitungan Stasioning Titik Penting
Pada tikungan 1:
Ts1 = Stasioning A + (dA1 – Tt1) ;A=30+000
= 33+202,276
Sc1 = Stasioning Ts1 + Ls1
= 33 + 301,276
Cs1 = Stasioning Sc1 + Lc1
= 33 + 639,556
St1 = Stasioning Cs1 +Ls1
= 33 + 738,556
Ts2 = Stasioning St1 + (d12 – Tt1 –Tt2)
= 34 + 439,818
Sc2 = Stasioning Ts2 +Ls2
= 34 + 538,818
Cs2 = Stasioning Sc2 + Lc2
= 34 + 756,106
St2 = Stasioning Cs2 + Ls2
= 34 + 855,106
B = Stasioning St2 + (d2b – Tt2)
= 36 + 147,324
PP1 = Stasioning Sc1 + 0,5 . Lc2
= 33 + 470,416
PP2 = Stasioning Sc2 + 0,5 Lc2
=34 + 647,462
86
Data Analisis Pada Titik Penting

• Setelah dilakukan analisis


perhitungan pada titik-titik

penting diperoleh data analisis
pada titik-titik lainnya. Sehingga
memudahkan perencana dalam
penentuan titik dan membantu
dalam pengambilan keputusan
penting di lapangan.

• Kontraktor sebagai pelaksana di


lapangan dapat dengan mudah
mengikuti instruksi Perencana
dalam pelaksanaan pembangunan
jalan rel dari sudut pandang
alinemen horizontalnya.

87
Gambar Potongan Pada Titik Penting

88
Gambar Potongan Pada Titik Penting

Potongan Melintang
Jembatan

89
Gambar Potongan Pada Titik Penting

90
Gambar Potongan Pada Titik Penting

91
Gambar Potongan Pada Titik Penting

92
Gambar Potongan Pada Titik Penting

93
Gambar Potongan Pada Titik Penting

94
Gambar Potongan Pada Titik Penting

95
Gambar Potongan Pada Titik Penting

Tampa
katas
timbu
nan

Gambar potongan padatimbunan


96
Gambar Potongan Pada Titik Penting

Tampa
katas
galian

Gambar potongan padatimbunan


97
Terima Kasih

98

Anda mungkin juga menyukai