Klasifikasi Lengkung
Lengkung melingkar diklasifikasikan sebagai:
1. Lengkung sederhana.
2. Lengkung bersambung/ganda.
3. Lengkung bersambung berlawanan.
4. Lengkung deviasi.
4. Lengkung Deviasi
Lengkung deviasi hanyalah kombinasi dari dua
kurva terbalik. Digunakan saat diperlukan
menyimpang dari jalur lurus tertentu secara
berurutan untuk menghindari penghalang
seperti kelokan sungai, bangunan, dll.
3. LENGKUNG
Antara jalan rel lurus dengan lengkung terdapat lengkung transisi/
peralihan, di mana trek berubah dari lurus ke lengkung atau jika dua
lengkung yang berbeda jari-jari bersambungan, trek berubah dari
lengkung yang satu ke lengkung lainnya
Lengkung
lurusan
peralihan
3. LENGKUNG
Dari sudut pandang komersial :
a. Diharapkan bahwa kecepatan dapat ditingkatkan setinggi mungkin.
b. Beban yang tersalur ke jalan rel dan goyangan (akselerasi) badan
kereta yang merupakan faktor penentu untuk kenyamanan penumpang
tidak melebihi batas yang ditetapkan dan keamanan terhadap anjlogan
serta gerakan lateral jalan rel harus diyakinkan setiap saat.
⚫ Pada jalan rel baru persayaratan tersebut dapat diterapkan pada tahap
rancangan, namun pada jalur yang beroperasi kemungkinan untuk
menaikkan kecepatan sangat terbatas.
⚫ Standar-standar nilai yang direkomendasikan dalam aturan ini terkait
dengan jalan rel modern yang menggunakan balas dan kereta
penumpang modern yang memenuhi standar UIC.
⚫ Selain dari nilai akselerasi yang diinginkan, juga diberikan nilai
maksimumnya yang hanya dapat dipakai untuk hal-hal yang merupakan
pengecualian.
3. LENGKUNG
Radius lengkung
b = 30,48
α
R
3. LENGKUNG
Gambar Hubungan antara radius dengan sudut lengkung
30,48 𝑥 360
R= 2𝜋 𝛼
α = 1746/R
3. LENGKUNG
Pengaruh Lengkung
⚫ Kereta yang berjalan di atas rel pada radius R dengan kecepatan V
dalam lengkung mengalami akselerasi lateral centrifugal sebesar
• a = percepatan ;
a = v2/R • v = kecepatan ;
• R = radius
⚫ Beberapa pengaruh yang mungkin timbul
❖ Ketidak nyamanan penumpang;
❖ Bergesernya muatan dalam gerbong;
❖ Anjlognya KA yang disebabkan naiknya roda pada rel luar atau
kendornya alat penambat;
❖ Gaya lateral pada jalan rel yang mengakibatkan:
a. tahanan lengkung;
b. keausan rel dan flens roda
c. resiko terangkatnya rel
d. resiko bergeraknya jalan rel ke arah lateral;
e. kebisingan;
❖ Gaya lateral yang tinggi pada bangunan atas dan bangunan bawah.
3. LENGKUNG
Untuk menjaga dan mencegah agar peristiwa ini tidak terjadi, dapat
dilakukan tindakan berikut ini:
⚫ menggunakan radius lengkung maksimum, lebih baik jika tidak
diperlukan pertinggian lagi,
⚫ membuat pertinggian di lengkung sehingga akselerasi/goyangan
lateral dapat dikompensasi sebagian atau seluruhnya oleh
komponen gravitasi;
⚫ pembatasan kecepatan. Tapi ini bukan pilihan yang menarik karena
pasti akan menambah waktu perjalanan dan mengurangi kapasitas
lintas.
3. LENGKUNG
Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Lengkung
Semua kendaraan yang melewati tikungan akan menerima gaya
yang disebut gaya sentrifugal.
Pada kecepatan tertentu gaya tsb akan menyebabkan kendaraan
“terguling”
Untuk mencegah terjadinya bahaya penggulingan terhadap
sarana (lokomotif dan rangkaiannya) pada waktu melalui
lengkung maka perlu diperhatikan perilaku “roda” pada saat roda
melalui lengkungan tsb.
3. LENGKUNG
Posisi Roda Pada Tikungan
Terdapat 4 kemungkinan posisi perangkat roda pada saat
melewati suatu lengkung :
➢ Roda depan menyentuh rel luar, roda belakang bebas.
➢ Roda depan menyentuh rel luar, roda belakang menyentuh rel
dalam.
➢ Roda depan dan belakang menyentuh rel luar.
➢ Roda depan dan belakang menyentuh rel dalam.
Clothoid
Diantara lurusan dan lengkung, lengkungan pada peralihan yang
besarnya 1/r berubah secara bertahap dari nol pada lurusan hingga
mencapai 1/R pada lengkung.
750 0
WR = /00 untuk 150 m < R < 400 m
𝑅
Peninggian Teoritis
⚫ Skema Beban yang Bekerja Pada Sarana
3f. PENINGGIAN JALAN REL
Peninggian Teoritis
Dimana :
m = masa kereta
g = gaya gravitasi = 9,8m/dt2
v = kecepatan dalam m/dt
R = radius lengkung
O = titik berat
3f. PENINGGIAN JALAN REL
Peninggian Teoritis
Lihat segitiga OFR dan ABD
MV2
OF = OW = ( R ) = mg
BD AD h AD
2
h = AD x MV dimana V (m/dt) = V (km/jam)
mg x R 3,6
AD dianggap sama dengan AB 1,1 meter = 1100 mm
2 8,66 V2 V2
1100
h (mm) = 2 x V = = 9
3,6 x 9,8 x R R R
3f. PENINGGIAN JALAN REL
Peninggian Praktis
⚫ Pada dasarnya jalan rel harus bisa dilewati oleh kereta api dengan
kecepatan yang tinggi ( KA penumpang ) ataupun kereta api dengan
kecepatan yang rendah (KA barang), oleh sebab itu peninggian
sepur pada rel luar harus bisa mengakomodasikan keduanya :
➢ Peninggian tidak boleh terlalu besar sehingga kereta api yang
berhenti di atas lengkung tidak akan terguling ke dalam.
➢ Peninggian tidak boleh terlalu kecil sehingga kereta api yang
berjalan cepat tidak terlempar keluar.
⚫ Dari kompromi 2 kondisi tadi maka didapat hasil bila h maks hasil
perhitungan teoritis adalah 9 V2/R dalam praktek digunakan
peninggian normal sebesar 6 V2/R
⚫ PD 10 tahun1986 mengatur peninggian normal maks 110 mm untuk
lebar jalan rel 1067 mm.
⚫ Menurut PM 60 tahun 2012, besar peninggian maksimum untuk
lebar jalan rel 1067 mm adalah 110 mm dan untuk lebar jalan rel
1435 mm adalah 150 mm.
3f. PENINGGIAN JALAN REL
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PERTINGGIAN
Kekurangan Pertinggian
Pertinggian ideal hanya berlaku untuk satu kecepatan saja jadi pada
prinsipnya hanya dapat digunakan untuk lintas yang dijalani KA yang
sejenis
Tetapi pada umumnya KA penumpang dan KA barang dioperasikan
pada lintas yang sama dengan kecepatan yang berbeda, hal ini berarti
bahwa pertinggian ideal untuk KA yang kecepatannya lebih tinggi
merupakan pertinggian yang berlebihan bagi KA yang kecepatannya
lebih rendah. Pada gilirannya hal ini akan mengakibatkan keausan
yang berlebihan pada rel yang rendah.
𝑇2 < 𝑇 < 𝑇1
𝑇2
KA lambat
2
he= h – 11,8 𝑉 𝑚𝑖𝑛
[mm]
𝑅