Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan
infrastruktur yang aman, efesiensi pelayanan arus lalu lintas dan
memaksimalkan rasio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan. (Silvia
Sukirman, 2010)
Perencanaan geometri jalan merupakan salah satu persyaratan dari
perencanaan jalan yang merupakan arah dan visualisasi dari trase jalan agar
dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu dapat memberikan rasa aman
dan nyaman bagi para pemakai jalan. Geometri dari jalan yang dimaksud
meliputi alinyemen horizontal, alinyemen vertikal serta dimensi dan bentuk
melintang jalan.

Perencanaan alinyemen horisontal itu sendiri meliputi analisis faktor


perancanaan (faktor gesekan samping, kemiringan melintang di
tikungan/superelevasi dan radius minimum), lengkung peralihan dan
perancangan tikungan, pelebaran perkerasan dan kebebasan samping di
tikungan, serta perhitungan stationing.

Untuk mengurangi terjadinya kecelakaan dalam berkendara, maka pada


suatu tikungan harus memenuhi aspek-aspek keamanan salah satunya yaitu
perkerasan jalan perlu diperlebar demi keamanan dan kenyamanan pengguna
jalan.

1.2 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan secara
langsung dan wawancara dengan narasumber. Pengamatan secara langsung
dilakukan pada saluran di sepanjang ruas Jalan Peres, Kelurahan Kuningan,
Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang dan didapatkan data berupa

1
kondisi saluran eksisting pada saat ini. Sedangkan wawancara dilakukan
kepada warga sekitar yaitu Bapak Wahyudi, yang mana data yang didapatkan
cukup akurat karena narasumber telah lama menghuni di lokasi terkait, serta
berkontribusi dalam proses pembangunan dan didapatkan data berupa analisis
kondisi saluran sebelum, masa percobaan, dan kondisi terkini saluran.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kondisi saluran di sepanjang Jalan Peres pada saat
pembangunan awal dan eksisting (saat ini)?
2. Bagaimana analisa pengaruh pembangunan saluran di sepanjang Jalan
Peres pada masa sebelum pembangunan,
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui kondisi keselamatan lalu lintas di tikungan Jalan Imam
Soeprapto.
2. Mengetahui kondisi geometrik Jalan Imam Soeprapto
3. Mengetahui upaya penanggulangan keselamatan lalu lintas pada
tikungan Jalan Imam Soeprapto.
4. Mengetahui hubungan antara geometrik jalan, khususnya pelebaran
perkerasan dengan keamanan dan kenyamanan pengguna Jalan
Imam Soeprapto.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Geometri Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian


jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah di atas permukaan tanah,
di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Terdapat dua aspek yang terkait dalam perencanaan jalan yaitu aspek
geometri dan aspek perkerasan. Geometri dari jalan yang dimaksud meliputi
alinyemen vertikal, alinyemen horizontal serta dimensi dan bentuk melintang
jalan termasuk fasilitas jalan yang diperlukan sedangkan perkerasan meliputi
dengan kebutuhan untuk menyediakan landasan yang mampu
menahan/memikul beban lalu lintas yang bergerak di atasnya. Alinyemen
horisontal merupakan proyeksi garis sumbu jalan pada bidang horisontal
sedangkan alinyemen vertikal merupakan proyeksi garis sumbu jalan pada
bidang vertikal yang melalui sumbu jalan.

Perancangan alinyemen horizontal itu sendiri meliputi analisis faktor


perancangan (faktor gesekan samping, kemiringan melintang di
tikungan/superelevasi, dan radius minimum), lengkung peralihan dan
perancangan tikungan, pelebaran perkerasan dan kebebasan samping di
tikungan, perhitungan stationing. Faktor-faktor diatas dipenuhi untuk
menjamin dipenuhinya aspek keamanan dan kenyamanan pada tikungan.
Penggunaan komponen di atas sangat tergantung pada desain tikungan dan
keadaan situasi dimana tikungan tersebut berada.

3
2.2 Pelebaran Perkerasan Jalan

Pelebaran perkerasan atau jalur lalu lintas di tikungan, dilakukan untuk


mempertahankan kendaraan tetap pada lintasannya (lajurnya) sebagaimana
pada bagian lurus. Hal ini terjadi karena pada kecepatan tertentu kendaraan
pada tikungan cenderung untuk keluar lajur akibat posisi roda depan dan roda
belakang yang tidak sama, yang tergantung dari ukuran kendaraan. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan pada tepi dalam perkerasan dan juga sangat
rawan terhadap terjadinya kecelakaan.

Salah satu perencanaan alinyemen horisontal yaitu pelebaran perkerasan


dilakukan untuk mempertahankan kendaraan tetap pada lintasannya
(lajurnya). Hal ini terjadi karena kendaraan yang bergerak dari jalan lurus
menuju ke tikungan seringkali tak dapat mempertahankan lintasannya pada
lajur yang disediakan. Hal ini disebabkan karena:
1. Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda
depan, sehingga lintasan roda belakang agak keluar jalur (off-
tracking).
2. Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berhimpit, karena bemper depan
dan belakang kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda
dengan lintasan roda depan dan roda belakang kendaraan.
3. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan
lintasannya tetap pada lalur jalannya terutama pada tikungan-
tikungan yang tajam atau pada kecepatan-kecepatan yang tinggi..

Untuk menghindari hal tersebut, maka pada tikungan-tikungan yang


tajam diperlukan pelebaran perkerasan jalan. Perlebaran perkerasan ini
merupakan faktor dari jari-jari lengkung, kecepatan kendaraan, jenis dan
ukuran kendaraan rencana yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan.
Pada umumnya, truk tunggal merupakan jenis kendaraan yang dipergunakan
sebagai dasar perencanaan tambahan lebar perkerasan yang dibutuhkan.
Tetapi pada jalan-jalan dimana banyak dilewati kendaraan berat, jenis
kendaraan semi-trailer merupakan kendaraan yang cocok dipilih untuk
kendaraan rencana. Tentu saja pemilihan jenis kendaraan rencana ini sangat

4
mempengaruhi kebutuhan akan pelebaran perkerasan dan biaya pelaksanaan
jalan tersebut.

Elemen-elemen dari pelebaran perkerasan tikungan terdiri dari:

1. Off tracking (U)


Untuk jalan antar kota, lebar perkerasan yang ditempati satu
kendaraan di tikungan pada lajur sebelah dalam merupakan posisi
kritis kendaraan yaitu pada saat roda depan kendaraan pertama kali
dibelokkan dan tinjauan dilakukan untuk lajur sebelah dalam.
2. Kesukaran dalam mengemudi di tikungan
a. Disebabkan oleh adanya gaya sentrifugal: kecenderungan
terlemparnya kendaraan ke arah luar dalam gerakan menikung.
b. Merupakan fungsi dari kecepatan dan radius lajur sebelah dalam
(AASTHO). VR >> dan R <<, ∆b>>.

Pelebaran perkerasan di tikungan bisa dilakukan pada kedua tepi


perkerasan, tetapi lebih dianjurkan pelebaran diberikan hanya pada tepi dalam
perkerasan. Perlebaran perkerasan pada lengkung horisontal harus dilakukan
perlahan-lahan dari awal lengkung ke bentuk lengkung penuh dan sebaliknya,
hal ini bertujuan untuk memberikan bentuk lintasan yang baik bagi kendaraan
yang hendak memasuki lengkung atau meninggalkannya.

Tambahan pelebaran perkerasan secara bertahap dari awal lengkung


hingga ke awal lengkung penuh dilakukan sepanjang lengkung peralihan
bersamaan dengan terjadinya perubahan secara bertahap bagi kemiringan
melintang atau superelevasi dari en sampai ke emaks. Pada lengkung-
lengkung lingkaran sederhana tanpa lengkuung peralihan pelebaran
perkerasan dapat dilakukan di sepanjang lengkung peralihan fiktif, yaitu
bersamaan dengan tempat perubahan kemiringan melintang.

5
BAB III
PENYAJIAN DATA

3.1 Identifikasi Jalan


Jalan yang dianalisa adalah Jalan Imam Soeparto, Bulusan, Tembalang,
Kota Semarang dengan klasifikasi jalan sebagai berikut :

Fungsi jalan : Kolektor


Sistem Jaringan : Sekunder
Pemilik Jalan : Pemerintah Kota Semarang
Jenis Jalan : Road 2/2 UD @ 3,5 m

Gambar 3.1 Denah Situasi Alinyemen Horizontal


(Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Semarang)
Jalan Imam Soeparto mempunyai kemiringan super elevasi (e) = 4 - 6 %
dengan lebar per-lajurnya 3,5 m serta pelebaran perkerasan pada bahu luar 3
m dan bahu dalam 1,5 m.

6
Gambar 3.2 Alinyemen Vertikal STA 0+925
(Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Semarang)

Gambar 3.3 Wewenang Jalan Imam Soeparto, Bulusan, Tembalang, Kota


Semarang

7
(Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Semarang)
3.2 Data Berdasarkan Wawacara
Data yang kami dapatkan dari warga sekitar dengan cara mewawancarai
responden yang bernama Pak Arif, umur 31 tahun, bekerja sebagai mekanik
bengkel yang bertempat di Jalan Imam Soeparto depan SPBU Meteseh

Responden menyatakan bahwa Jalan Imam Soeparto tepatnya pada km


0+925 :

1. Jalan ini memiliki volume kendaraan yang cukup ramai dengan jam
puncak pukul 06.30-07.30 pagi dan pukul 16.00-17.00 sore
2. Kendaraan yang sering lewat, yaitu sepeda motor, mobil penumpang,
dan truk angkut
3. Sebagian besar arah pergerakan kendaraan truk angkut dari Kota
Semarang menuju Purwodadi
4. Sebagian besar arah pergerakan sepeda motor, mobil penumpang
dari Tembalang menuju Kedungmundu dan Meteseh
5. Sering terjadi kecelakaan sebelum adanya perbaikan jalan dengan
pelebaran perkerasan bahu akibat rem tidak berfungsi, dan off-
tracking
6. Menurut responden di waktu sekarang ini apabila terjadi kecelakaan
langsung dilarikan ke puskesmas terdekat(Puskesmas Rowosari)

Informasi yang kami dapatkan dari Kepala Administrasi Puskesmas


Rowosari yang bernama Bapak Susilo melalui wawancara didapatkan bahwa :

1. Kecelakaan yang terjadi di Jalan Imam Soeparto tidak dilarikan ke


Puskesmas Rowosari melainkan rumah sakit terdekat (Rumah Sakit
Nasional Diponegoro)
2. Data angka kecelakaan dimiliki oleh Kantor Kepolisian Sektor
Tembalang
3. Sering terjadi kecelakaan di Jalan Imam Soeparto tetapi jauh
berkurang dibanding kecelakaan sebelum perbaikan jalan.

8
Informasi yang kami dapatkan dari anggota Kepolisian Sektor
Tembalang yang bernama Bapak Hendar melalui wawancara didapatkan
bahwa :

1. Angka kecelakaan yang terjadi di Jalan Imam Soeparto diperkirakan


terjadi setiap ±5 kali setiap bulannya.
2. Kecelakaan yang terjadi di Jalan Imam Soeparto perbandingan dari 5
kasus hanya 4 kasus yang dilaporkan ke Kepolisian Sektor
Tembalang.
3. Fasilitas Ambulance Semarang Hebat 24 jam biasanya digunakan
untuk membawa korban kecelakaan yang terjadi di Jalan Imam
Soeparto.

Wawancara terakhir yang dilakukan didapatkan informasi dari kontraktor


pelaksana yang bernama siapa ya :

1. Tanah pada lokasi sekitar STA 0+000 sampai 2+300 dari proyek
perbaikan Jalan Imam Soeparto pada gambar 3.1 merupakan tanah
ekspansif.
2. Pada STA 0+925 sebelah dalam tikungan diberi borepile untuk
mengatasi tanah ekspansif dan perkerasan bahu pada bagian luar
tikungan sebagai bagian dari paket perbaikan Jalan Imam Soeparto
tahun 2017.

3.3 Kendaraan Rencana

Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari


kelompoknya, dipergunakan untuk merencanakan bagian-bagian dari jalan.
Untuk perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana
akan.mempengaruhi lebar lajur yang dibutuhkan. Sifat membelok kendaraan
aka-p mempengaruhi perencanaan tikungan, dan lebar median dimana mobil
diperkenankan untuk memutar (l turn). Daya kendaraan akan mempengaruhi
tingkat kelandaian yang dipilih, dan tinggi tempat duduk pengemudi akan
mempengaruhi jarak pandangan pengemudi. Kendaraan rencana mana yang
akan dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan ditentukan oleh fungsi

9
jalan dan jenis kendaraan dominan yang memakai jalan tersebut.
Pertimbangan biaya tentu juga ikut nnenentukan kendaraan rencana yang
dipilih sebagai kriteria perencanaan.

10
Gambar 3.4 Kendaraan Rencana
(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)

11
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan survei yang telah kami lakukan pada Jalan Imam Soeparto,
kami mengetahui bahwa angka kecelakaan kendaraan pada jalan tersebut
cukup besar. Kecelakaan yang terjadi diduga mempunyai beberapa penyebab
sebagai berikut : faktor manusia, faktor kendaraan, dan faktor geometri jalan.
Sehingga perlu adanya peninjaunan ulang terutama tentang geometri jalan
pada tikungan Jalan Imam Soeparto untuk memenuhi aspek keamanan
Tikungan.

4.2 Perhitungan Pelebaran Perkerasan pada Tikungan (Lengkung


Horizontal)
4.2.1. Off Tracking (U)
a) Jenis kendaraan rencana yang digunakan adalah truk as tunggal
dengan dimensi seperti berikut.

Jarak antara gandar = 6,5 m

Tonjolan depan kendaraan = 1,3 m

Lebar kendaraan = 2,5 m

(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)

b) Kecepatan rencana yang digunakan adalah 50 km/jam.

Tabel 4.1 Kecepatan Rencana (VR) sesuai Klasifikasi Jalan di


K
a
w
a
s

12
an Perkotaan

(Sumber : RSNI Geometri Jalan Perkotaan, 2004)

c) Berdasarkan hasil survei, radius lengkungnya adalah 50 m.


Sedangkan hasil perhitungan, radius lengkungnya adalah 90m.
berikut perhitungannya :
f = - 0,00065 V + 0,192
= - 0,00065 (50) + 0,192
= 0,1595 ≈ 0,16
(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)
V2
e+f =
127 R
502
0,06 + 0,16 =
127 R
R = 89,5 m ≈ 90 m

(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)

Keterangan :
e = Superelevasi maksimum
f = Koefisien gesek melintang
V = Kecepatan rencana (km/jam)
R = Radius lengkung (m)

d) Perhitungan
i) Survei / Lapangan
R = Ri = 50 m
Keterangan :
Ri = radius lengkung terdalam dari lintasan kendaraan pada
lengkung horizontal untuk lajur sebelah dalam. Besarnya Ri
dipengaruhi oleh jarak gandar kendaraan (p).
(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)
Rc diasumsikan :
Rc = Ri + ½ b

13
= 50 + ½ (2,4)
= 51,2 m

Keterangan :
Rc = radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang
besarnya dipengaruhi oleh sudut α.
b = lebar kendaraan recana
(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)

2
B =√{√𝑅𝑐 2 − (𝑝 + 𝐴)2 + 12 𝑏} + (𝑝 + 𝐴)2 − √(𝑅𝑐 2 − (𝑝 + 𝐴)2 + 12 𝑏

2
=√{√51,22 − (6,5 + 1.3)2 + 12 2,5} + (6,5 + 1,3)2 − √(51,22 − (6,5 + 1,3)2 + 12 2,5

= 3,08 m

U =B–b

= 3.08 – 2,5

= 0,58 m

Keterangan :

B = lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan


pada lajur sebelah dalam

U = Off Tracking

p = jarak antara gandar = 6,5 m

A = tonjolan depan kendaraan = 1,3 m

b = lebar kendaraan = 2,5 m

(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)

ii) Perencanaan

R = Ri = 90 m
Keterangan :

14
Ri = radius lengkung terdalam dari lintasan kendaraan pada
lengkung horizontal untuk lajur sebelah dalam. Besarnya Ri
dipengaruhi oleh jarak gandar kendaraan (p).
(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)
Rc diasumsikan :
Rc = Ri + ½ b
= 90 + ½ (2,4)
= 91,2 m
Keterangan :
Rc = radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya
dipengaruhi oleh sudut α.
b = lebar kendaraan recana
(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)

2
B =√{√𝑅𝑐 2 − (𝑝 + 𝐴)2 + 12 𝑏} + (𝑝 + 𝐴)2 − √(𝑅𝑐 2 − (𝑝 + 𝐴)2 + 12 𝑏

2
=√{√91,22 − (6,5 + 1.3)2 + 12 2,5} + (6,5 + 1,3)2 − √(91,22 − (6,5 + 1,3)2 + 12 2,5

= 2,830 m

U =B–b

= 2,830 – 2,5

= 0,330 m

Keterangan :

B = lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan


pada lajur sebelah dalam

U = Off Tracking

p = jarak antara gandar = 6,5 m

A = tonjolan depan kendaraan = 1,3 m

b = lebar kendaraan = 2,5 m

15
(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)

4.2.2. Kesukaran dalam Mengemudi di Tikungan

a) Survei / Lapangan

0,105 V
Z =
√R

0,105 x 50
=
√50

= 0,742 m

Bt = n (B + C) + Z

= 2 (3,08 + 1) + 0,742

= 8,902 m

Δb = Bt – Bn

= 9,902 – 7,0

= 1,902 m

Keterangan :

Z = Kesukaran dalam mengemudi di tikungan

V = Kecepatan (km/jam)

R = Radius lengkung (m)

C = Kebebasan samping = 1 m

Bt = Lebar total perkerasan di tikungan

n = Jumlah lajur

Bn= Lebar total perkerasan pada bagian lurus

Δb = Tambahan lebar perkerasan di tikungan

(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)

16
b) Perencanaan

0,105 V
Z =
√R

0,105 x 50
=
√90

= 0,553 m

Bt = n (B + C) + Z

= 2 (2.83 + 1) + 0,553

= 8,213 m

Δb = Bt – Bn

= 8,213 – 7,0

= 1,213 m

Keterangan :

Z = Kesukaran dalam mengemudi di tikungan

V = Kecepatan (km/jam)

R = Radius lengkung (m)

C = Kebebasan samping = 1 m

Bt = Lebar total perkerasan di tikungan

n = Jumlah lajur

Bn= Lebar total perkerasan pada bagian lurus

Δb = Tambahan lebar perkerasan di tikungan

(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, 1994)

17
4.3 Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil perhitungan di atas didapatkan perbandingan antara


pelebaran perkerasan pada kondisi lapangan dengan perencaan.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan

Keterangan Survei / Lapangan Perencanaa

Radius Lengkung (R) 50 m 90 m

Off Tracking (U) 0,58 m 0,33 m

Kesukaran dalam 0,742 m 0,553 m


mengemudi (Z)

Tambahan lebar 1,902 m 1,213 m


perkerasan di tikunngan
(Δb)

18
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bedasarkan perhitungan perencanaan jari jari tikungan meurut buku


Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan tahun 1994, tikungan akan
memenuhi syarat apabila memilki jari-jari minimal 90 m. Tetapi bedasarkan
hasil survey lapangan tikugan tersebut hanya memiliki jari-jari ±50 m.
Artinya tikungan pada jalan Imam Soeparto tidak memenuhi syarat dalam
aspek ini.

Bedasarkan hasil perhitungan peleberan perkerasan pada tikungan, akan


memenuhi syarat apabila pelebaran perkerasan pada tikugan adalah 1,120 m.
Bedasarkan hasil survey lapangan tikungan memiliki pelebaran perkerasan
tikungan sebesar 4,5 m. Artinya tikungan pada Jalan Imam Soeparto
memenuhi syarat dalam aspek ini.

Jalan Imam Soeparto mempunyai pelebaran perkereasan yang sudah


memenuhi syarat sebagai upaya untuk memenuhi aspek keamanan. Namun,
masih ada beberapa aspek lain yang perlu diperhatikan salah satunya yaitu
terlalu kecilnya jari-jari pada tikungan Jalan Imam Soeparto.

5.2 Saran

Untuk memenuhi aspek keamanan tikungan di Jalan Imam Soeparto


sebaiknya menggunakan jari jari lebih besar dari 90 m, dan menggunakan
pelebaran perkerasan minimal 1,213 m.

Apabila tidak memungkinkan untuk menggunakan dimensi tersebut maka


upaya pemenuhan aspek keamanan yang disarankan adalah memberikan
rambu hati-hati dan pemberian rambu batas kecepatan untuk meminimalisir
kecelakaan.

19

Anda mungkin juga menyukai