PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam pembuatan
Project Work ini adalah:
1. Mengetahui panjang ruas jalan dari titik A ke titik H
2. Mengetahui cara penentuan dan perhitungan patok
3. Mengetahui cara merancang alinyemen vertical dan horizontal
4. Mengetahui pembuatan super elevasi
5. Mengetahui pembuatan profil melintang dan memanjang jalan
Perencanaan geometrik jalan adalah suatu perencanaan rute dari suatu jalan secara
lengkap, menyangkut beberapa komponen jalan yang dirancang berdasarkan kelengkapan
data dasar, yang didapat dari hasil survey lapangan, kemudian dianalisis berdasarkan acuan
persaratan yang berlaku (modul jalan raya 1, 2012).
Selain itu, Perencanaan geometrik jalan dapat juga diartikan sebagai suatu bagian dari
perencanaan konstrusi jalan dimana geometrik atau dimensi yang nyata dari suatu jalan
beserta bagian-bagian disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu lintasnya.
Perencanaan tersebut disesuaikan dengan persyaratan parameter pengendara,kendaraan dan
lalu lintas.Parameter tersebutmerupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan yang
dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan( Silvia Sukirman, 1999 ).
Tabel 4.1 Besar R min dan D mak untuk beberapa kecepatan rencana
Alinyemen jalan sedapat mungkin dibuat lurus, mengikuti keadaan topografi. Hal
ini akan memberikan keindahan bentuk, komposisi yang baik antara jalan dan alam
dan biaya yang murah.
Pada alinyemen jalan sebaiknya didahului oleh lengkung yang lebih tumpul pada
jalan yang relative lurus dan panjang, agar pengemudi tidak terkejut dan
mempunyai kesempatan memperlambat kecepatannya.
Hindari penggunaan radius minimum untuk kecepatan rencana tertentu sehingga
jalan tersebut lebih mudah disesuaikan dengan perkembangan lingkungan dan
fungsi jalan.
Sedapat mungkin menghindari tikungan ganda, yaitu gabungan dua tikungan
searah dengan jari-jari berlainan (Gambar 1).
Gambar 5. Spiral-spiral
(RSNI. T-14-2004)
Spiral – circle – spiral adalah tikungan yang terdiri atas satu lengkung
circle dan dua lengkung spiral.
Gambar 6. Spiral-circle-spiral
(RSNI. T-14-2004)
Full circle adalah tikungan yang berbentuk busur lingkaran secara penuh.
Tikungan ini memiliki satu titik pusat lingkaran dengan jari-jari yang
seragam.
(RSNI. T-14-2004)
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan diantara bagian lurus dan
bagian lengkung yang berjari-jari tetap.Berdasarkan ketetapan ini, maka panjang
lengkung peralihan:
Berdasarkan waktu tempuh, Ls = (V rencana / 3.6 ) * T
Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal (metode SHORTT),
Ls = 0.022 *(V rencana ³ / R.C ) – 2.727 * (V rencana * e / C )
Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian,
Ls = (em - en) * V rencana / (3.6 * re)
2.3.3 Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal jalan adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-
masing perkerasan untuk jalan dengan median. Seringkali disebut potongan
memanjang jalan.
Alinyemen vertikal disebut terdiri dari garis-garis lurus dan garis-garis lengkung.
Garis lurus tersebut dapat datar, mendaki atau menurun, biasanya disebut berlandai.
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan
mempergunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan
sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan alinyemen
horizontal, yaitu :
Penentuan panjang kritis untuk kelandain yang melebihi kelandaian maksimum
standar, berdasarkan tabel 5.2 pada buku Dasar – Dasar Perencanaan Geometrik
Jalan
Ada 2 jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian
lurus (tangen) adalah :
Lengkung vertical cekung
(RSNI. T-14-2004)
(RSNI. T-14-2004)
Suatu alinyemen vertikal dipengaruhi oleh besar biaya pembangunan dan
mengikuti muka tanah asli untuk mengurangi pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan
mengakibatkan jalan itu terlalu banyak tikungan. Pada daerah yang seringkali dilanda
banjir sebaiknya penampang jalan diletakkan diatas elevasi muka banjir. Di daerah
perbukitan atau pegunungan diusahakan banyaknya pekerjaan galian seimbang dengan
pekerjaan timbunan, sehingga keseluruhan biaya yang dibutuhkan dapat tetap
dipertanggungjawabkan.
Perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti :
1. Kondisi tanah dasar.
2. Keadaan medan.
3. Fungsi jalan.
4. Muka air banjir.
5. Muka air tanah.
6. Kelandaian yang masih memungkinkan.
2.3.4 Profil Memanjang.
Profil memanjang adalah media untuk mengetahui besarnya pekerjaan
tanahdalam perencanaan. Gambar profil memanjang jalan dibuat berdasarkan Tinggi
Stasiun setiap patok dari titik I-J dan J-K yang membentuk tanjakan, landai
(kemiringan) dan daerah datar yang digambar dengan skala vertikal 1 : 250.000 dan
skala horizontal 1 : 100.000
Perencanaan profil memanjang dibuat mengikuti ketinggian permukaan tanah
asli. Tetapi, pada keadaan medan yang tidak memungkinkan (tanjakan yang terlalu
tinggi atau landai), perlu diadakan penggalian dan timbunan.
Dengan melihat pada Tinggi Tanah Asli (TTA) maka dibuat Tinggi Rencana
(TR), sehingga berdasarkan tinggi rencana tersebut diperoleh elevasi untuk
menghitung luas dan volume galian timbunan.
Landai Jalan
Landai jalan menunjukan besarnya kemiringan dalam suatu jarak horizontal
yang dinyatakan dalam persen. Sebuah kendaraan bermotor akan mampu menanjak
dalam batas-batas landai tertentu. Kemampuan menanjak ini, selain dipengaruhi oleh
besarnya landai jalan juga dipengaruhi oleh panjangnya landai jalan. Jadi, ada batas
landai jalan yang disebut landai maksimum yaitu besarnya harus disesuaikan dengan
panjang landai yang disebut panjang kritis.
Spesifikasi standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan untuk jalan luar kota
dari Bina Marga (rancangan Akhir) dengan ketentuan sebagai berikut
Perhitungan landai jalan dalam perancanaan ini, dapat dilihat dalam tabel perhitungan
patok, dimana menggunakan rumus :
BT
Kemiringan * 100 .........................................( 2 )
JL
dimana : BT = Beda Tinggi
JL = Jarak Langsung
(RSNI. T-14-2004)
Jalur Lalu Lintas
Jalur Lalu Lintas adalah bagian jalan yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan
yang secara fisik merupakan perkerasan jalan.
Lajur
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, yang dibatasi oleh marka
lajur jalan, memiliki lebar yang cukup dilewati oleh suatu kendaraan sesuai
kendaraan rencana.
Bahu Jalan
Bahu Jalan adalah bagian jalan yang berdampingan di tepi jalur lalu lintas, harus
diperkeras, berfungsi untuk lajur lalu lintas darurat, ruang bebas samping dan
penyangga perkerasan jalan, kemiringan yang digunakan 3-5 %
Median
Median adalah bagian jalan yang secara fisk memisahkan jalur lalu lintas yang
berlawanan arah. Namun, dalam perencanaan ini tidak digunakan median.
Talud atau Lereng
Talud atau Lereng adalah bagian tepi perkerasan yang diberi kemiringan, untuk
menyalurkan air ke saluran tepi.
Saluran Tepi
Saluran Tepi dalah selokan yang berfungsi menampung dan mengalirkan air
hujan, limpasan permukaan jalan dan sekitarnya.
Daerah Milik Jalan(Damija)
Daerah Milik Jalan, adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi dengan lebar dan
tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu, yang
merupakan sejalur tanah diluar Damaja yang dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan keleluasaan keamanan penggunaan jalan semisal untuk pelebaran
Damaja dikemudian hari.
Daerah Manfaat Jalan(Damaja)
Daerah Manfaat Jalan, yaitu areal yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan
dan ambang pengamannya, sedangkan badan jalan meliputi jalur lalu lintas
dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan.
Daerah Pengawasan Jalan(Dawasja)
Daerah Pengawasan Jalan, yaitu Damija ditambah dengan sejalur tanah yang
penggunaanya dibawah pengawasan pembina jalan dengan maksud agar tidak
mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi jalan (Silvia Sukirman,
1999).
Dalam penentuan ukuran-ukuran pada jalan, diambil perhitungan pada daerah
jalan kolektor mengacu pada kondisi yang ideal dengan VLHR (Volume Lalu
Lintas Harian Rata-rata) 3.000-10.000 smp/hari, dimana diperoleh data dari
daftar Standar Perencanaan Geometrik Jalan sebagai berikut :
Kecepatan Rencana : 50 km/jam
Lebar daerah penguasaan minimum : 30 m
Lebar perkerasan : 2 x 3,50 m
Lebar bahu jalan :2x1m
Kemiringan melintang perkerasan :2-3%
Kemiringan melintang bahu :3-5%
Dari daftar standar perencanaan geometrik jalan yang sudah ditentukan,dapat
digambarkan sebagai berikut :
Pada pengerjaan tugas besar jalan raya 1, yang menjadi dasar perencanaan
geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam
mengendalikan gerak kendaraannya dan kareteristik lalu lintas.Hal-hal tersebut haruslah
menjadi dasar pertimbangan perencanaan sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan
serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi keamanan dan kenyamanan yang
diharapkan.
Tahapan pelaksanaan tugas besar dapat diuraikan dalam langkah kerja sebagai berikut:
1. Penetapan koridor jalan pada peta kontur
2. Pembuatan trase jalan
3. Penentuan dan perhitungan patok
4. Menentukan alinemen horizontal
5. Pembuatan diagram super elevasi
6. Pembuatan profil memanjang
7. Pembuatan alinemen vertikal
8. Pembuatan profil melintang
9. Menghitung galian dan timbunan
10. Pembuatan laporan
θs
1
2
1
230 11,5 0
2
Vr T 50 3
Ls 41,667 m
3,6 3,6
Ls = 0,22*(Vr 3/ R*C) – 2,727*(Vr*e/C)
= 0,22*(503/90*3)-2,727*(50*6%/3)
=88,93 m
Ls =(em-en)*Vr/(3,6*Rc)
= (6%-3%)*50/(3,6*90)
= 11,90 m
Maka digunakan nilai Ls terbesar, Ls = 88,93967 m.
Menghitung nilai Yc dan Xc
Ls2 88,93 2
Yc = 14,65 m
6R 6 * 90
Xc =Ls – (Ls / 40 R2)
= 88,93 – (88,93 / 40*902)
= 86,77 m
Menghitung nilai k dan p
k = Xc – R sin θs
= 86,76 – 90 sin 11,5
= 68,82 m
p = Yc – R(1 – cos θs)
= 14,65 – 90(1- cos 11,5)
=12,84 m
Menghitung nilai Ts dan Es
Ts = (R + P) tan Δ/2 + k
=(90 + 12,84) tan 23/2 + 68,82
=89,74 m
Es = ((R + p ) cos Δ/2 ) – R
=((90 + 12,84 ) cos 23/2 )- 90
=14,94 m
Menghitung nilai L total
L tot = 2* Ls
= 2* 88,93
=177,86 m
Dengan demikian, data untuk lengkung SS (Spiral-Spiral) di atas adalah :
VR = 50 km/jam
Ltotal = 177,86 m
= 230
e =3%
Ls = 88,93 m
Θs = 11,50
P = 12,84 m
K = 68,83 m
Ts = 89,75 m
Es = 14,95 m
Lc =0m
θs
1
2
1
10 0 5,0 0
2
Vr T 50 3
Ls 41,667 m
3,6 3,6
Ls = 0,22*(Vr 3/ R*C) – 2,727*(Vr*e/C)
= 0,22*(503/250*3)-2,727*(50*6%/3)
=31,09 m
Ls =(em-en)*Vr/(3,6*Rc)
= (6%-3%)*50/(3,6*250)
= 11,90 m
Maka digunakan nilai Ls terbesar, Ls = 41,66 m.
Menghitung nilai Yc dan Xc
Ls2 41,66 2
Yc = 1,15 m
6R 6 * 250
Xc =Ls – (Ls / 40 R2)
= 41,66 – (41,66 / 40*2502)
= 41,63 m
Menghitung nilai k dan p
k = Xc – R sin θs
= 41,63 – 250 sin 5,0
= 19,84 m
p = Yc – R(1 – cos θs)
= 1,15 – 250(1- cos 5,0)
=0,20 m
Menghitung nilai Ts dan Es
Ts = (R + P) tan Δ/2 + k
=(250 + 0,20) tan 10/2 + 19,84
=41,73 m
Es = ((R + p ) cos Δ/2 ) – R
=((250 + 0,20 ) cos 10/2 )- 250
=1,16 m
Menghitung nilai L total
L tot = 2* Ls
= 2* 41,66
=93,32 m
Dengan demikian, data untuk lengkung SS (Spiral-Spiral) di atas adalah :
VR = 50 km/jam
Ltotal = 93,32 m
= 100
e = 4,2 %
Ls = 41,66 m
Θs = 5,00
P = 0,20 m
K = 19,84 m
Ts = 41,73 m
Es = 1,16 m
Lc =0m
Ls
2
2
X s L s 1 52,591 52,59 52,42 m
40 x150 2
40 Rc
Ls 2 52,59 2
Ys
6 x150 3,07m
6 Rc
Θs = (Ls/ 2*Rc)*(360/2π)
=( 52,59/ 2*150)*(360/2 π)
=10,04
Δc = Δ – (2*θs)
=45 – (2*10,04)
=24,90
Menghitung nilai Lc
Lc = (Δc/360) * 2πR
=(24,92/360)*2π* 150
=65,15 m
Menghitung nilai Tc
Tc= R tan Δ/2
=700 tan 54/2
=356,66 m
Menghitung nilai Lc
Lc = (Δ/360) * 2πR
= (54 / 360) * 2π*700
=659,4 m
Menghitung Ec
Ec= (R/ cos Δ/2) – R
=(700 / cos 54/2) – 700
=85,62 m
Dengan demikian, data untuk lengkung full circle (FC) di atas yaitu :
VR = 50 km/jam
= 540
Rc = 700 m
Es = 85,62 m
Ts = 356,66 m
Lc = 659,4 m
Ls
2
2
X s Ls 1 52,591 52,59 52,42 m
2
40 Rc 40 x150
Ls 2 52,59 2
Ys
6 x150 3,07m
6 Rc
Θs = (Ls/ 2*Rc)*(360/2π)
=( 52,59/ 2*150)*(360/2 π)
=10,04
Δc = Δ – (2*θs)
=35 – (2*10,04)
=14,90
Menghitung nilai Lc
Lc = (Δc/360) * 2πR
=(14,90/360)*2π* 150
=38,99 m
Dari hasil yang diperoleh dari perhitungan luasan dan volume untuk daerah galian
dan timbunan, maka diketahui bahwa perencanaan jalan dari stasiun A ke stasiun J lebih
banyak ditemukan volume galian daerah datar sebesar 12225.58 m3 sedangkan untuk
daerah timbunan hanya sebesar 2171.99 m3 dan untuk daerah galian di dapat 4364.38 m3,
Maka selisih pekerjaan tanah 10053.60 m3.
Dengan demikian, tidak diperlukan biaya tambahan untuk daerah timbunan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pengerjaan tugas Jalan Raya I adalah :
Perencanaan jalan dari stasiun A ke stasiun J dilakukan dengan :
Penentuan titik koridor
Pembuatan trase
Pada perencanaan jalan terdapat 3 buah tikungan yaitu :
Spiral - spiral ( 2 tikungan)
Spiral circle spiral (1 tikungan)
Dari hasil yang diperoleh dari perhitungan luasan dan volume untuk daerah galian dan
timbunan, maka diketahui bahwa perencanaan jalan dari stasiun A ke stasiun J lebih
banyak ditemukan volume galian daerah datar sebesar 12225.58 m3 sedangkan untuk
daerah timbunan hanya sebesar 2171.99 m3 dan untuk daerah galian di dapat 4364.38 m3,
Maka selisih pekerjaan tanah 10053.60 m3.
Dengan demikian, tidak diperlukan biaya tambahan untuk daerah timbunan.
.
4.2 Saran
Berdasarkan tugas yang telah dikerjakan, penulis ingin memberikan beberapa saran
antara lain:
Dalam merencanakan jalan khususnya pada peta topografi sebaiknya perencana
mampu melihat ataupun membayangkan bagaimana situasi sesungguhnya yang
akan direncanakan sehingga gambar-gambar rencana yang dihasilkan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, karena akan sangat berpengaruh pada rencana
anggaran biaya dan kenyamanan serta keamanan pengemudi atau pengguna
jalan.
Pada pembuatan potongan memanjang sebisanya mengikuti ketinggian tanah
asli untuk mengurangi biaya pada saat pembuatan jalan.
DAFTAR PUSTAKA
Messah, Y. 2012. Bahan Ajar Mata Kuliah Jalan Raya I. Teknik Sipil Universitas Nusa
Cendana, Kupang.
Petunjuk Tertib Pemanfaatan Jalan, 1990. Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta.
RSNI T – 14 – 2004. Geometrik Jalan Perkotaan, Badan Standardisasi Nasional (BSN),
Jakarta.
Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997. Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta.
Sukirman,Silvia.1999.Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan.Nova: Bandung
BAB III
BAGAN ALIR
Gambar Situasi
Skala 1 : 1000
Gambar perencanaan :
Plan
Profil memanjang
Penampang melintang