telah mulai ada sejak manusia menghuni bumi yang terus berkembang sesuai dengan pola
pemikiran manusia untuk terus menyempurnakan hasil temuan terdahulu. Pada saat ini sudah
mulai ada teknik-teknik transportasi yaitu suatu cara untuk mendapatkan sesuatu. Pada
perkembangan terakhir manusia telah mengenal sistem perkerasan jalan yang baik dan mudah
dikerjakan serta pola perencanaan jalan raya yang semakin sempurna.
Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan sebagai penghubung lalu lintas dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Lintasan artinya menyangkut jalur tanah tanpa perkerasan.
Lalu lintas artinya menyangkut semua benda dan mahkluk yang melewati jalan tersebut.
Jalan raya dimaksud adalah jalan raya biasa, dibangun syarat-syarat tertentu hingga
dapat dilalui oleh kendaraan (lalu lintas). Syarat-syarat yang diperlukan jalan raya terutama
adalah untuk memperoleh :
1. Permukaan yang rata dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan dengan lancar.
2. Mampu memikul berat kendaraan beserta beban yang ada diatasnya.
3. Dapat dilalui dengan kecepatan tinggi, hingga permukaan jalan tidak tergusur,
berserakan dan sebagainya.
Pada dasarnya, perencanaan konstruksi jalan raya terdiri dari beberapa bagian besar.
Bagian-bagian itu adalah perencanaan geometrik jalan, perencanaan perkerasan material jalan
dan perencanaan dalam pembangunan serta administrasinya.
1. Perencanaan geometrik jalan
Terdiri dari ukuran-ukuran jalan serta bentuk-bentuk lintasan yang diperlukan.
Ukuran-ukuran tersebut mencakup lebar bagian-bagian jalan dan fasilitasnya yang
dikaitkan dengan kendaraan dan kelincahan geraknya, tinggi mata pengemudi,
rintangan dan sebagainya. Bentuk permukaan dan lintasan dikaitkan dengan
keamanan jalan dan lalu lintas.
2. Perencanaan perkerasan/ material jalan
Perkerasan adalah lapisan jalan yang diperlukan untuk memenuhi syarat-syarat
utama jalan yaitu permukaan jalan harus mampu memikul berat kendaraan dan
2
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
dapat melalui dengan kecepatan tinggi. Perkerasan ini dibuat dari material-material
alam.
Akhirnya sebagai sarana transportasi jalan raya juga merupakan sarana pembangunan
pengembangan wilayah yang penting, maka lalu lintas diatas jalan raya harus bergarak
dengan lancar dan aman.
1.2
ditentukan. Langkah awal adalah memperhatikan situasi medan, untuk memperkecil biaya
pembangunan, maka suatu standar perlu disesuaikan dengan keadaan topografi. Dalam hal
ini, jenis medan dibagi dalam tiga golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng
melintang dalam arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan. Seperti yang diperlihatkan pada
tabel 1.1
Tabel 1.1 Klasifikasi Medan dan Besarnya Lereng Melintang
Golongan Medan
Datar (D)
Perbukitan (B)
Pegunungan (G)
1.2.2
Lereng Melintang
0 sampai 9 %
10 sampai 24,9 %
> 25 %
3
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Alinyemen vertikal ini merupakan tampang memanjang jalan, pada potongan ini
terlihat lengkung dan besarnya tanjakan. Perncanaan alinyemen vertikal ini didasarkan pada
beberapa syarat, yaitu syarat keamanan, kenyamanan, dan drainase, untuk maisng-masing
beda kelandaian yang ada. Perhiutungan selengkapnya tentang alinyemen vertikal ini dapat
dilihat pada Bab V.
1.2.4
penimbunan pada keadaan tanah /muka tanah yang telah ditentukan. Pada keadaan cut, tanah
digunakan untuk mengisi ke daerah fill dan apabila tidak cukup/kurang maka dapat diambil
dari borrow pit, seandainya kelebihan dapat dibuang ke disposal place, seperti halnya tanah
stripping.
Compaction (pemadatan) yaitu usah untuk memadatkan tanah yang telah mengalami
pengusikan agar dapat menahan beban yang ada diatasnya. Pemadatan ini dapat dilakukan
baik pada daerah cut maupun fill.
1.3
dengan menghindari pekerjaan galian (cut) dan timbunan (fill) yang besar. Dilain pihak
kendaraan yang beroperasi di jalan raya menginginakan jalan yang relatif lurus, tidak ada
tanjakan atau turunan. objek keinginan itu sulit kita jumpai mengingat keadaan permukaan
bumi yang relatif tidak datar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan geometrik jalan raya
diantaranya adalah kelas jalan, kecapatan rencana, standar perencanaan, penampang
melintang, alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, bentuk tikungan, dan perhitungan
kubikasi.
1.3.1
Kelas jalan
jalan dibagi dalam kelas-kelas yang penempatannya didasarkan pada fungsinya juga
dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu lintas yang diharapkan akan
menggunakan jalan yang bersangkutan.
4
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
1.3.2
Kecepatan rencana
Kecepatan rencana yang dimaksud adalah kecepatan maksimum yang diizinkan pada
jalan yang akan direncanakan sehingga tideak menimbulkan bahaya bagi pemakai jalan
tersebut. Dalam hal ini harus disesuaikan dengan tipe jalan yang direncanakan. Dalam
perencanaan jalan ini kecepatan rencana adalah 50 km/jam untuk jalan kelas III.
Adapun pengaruh keadaan medan terhadap perencanaan suatu jalan raya meliputi halhal sebagai berikut :
Tikungan:
Tanjakan:
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
Bagian Perencanaan
dengan kelandaian
5
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Dalam tugas perencanaan ini, perhitungan terdiri dari beberapa tinjauan. peninjauaun
ini meliputi penentuan lintasan, alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, penampang
melintang, dan kubikasi.
2.2
Trase Jalan
Bukhari R.A dan Maimunah (2005) menyatakan beberapa rumus yang digunakan
antara lain.
a. Jarak lintasan
d A Z=
(xZxA )2+( yZ yA )2
......................(2.1)
dimana:
d A-Z
xA
xZ
yA
yZ
b. Sudut azimut
M = arc tan
dimana:
M =
xM
=
yM
=
xA
=
yA
=
xM
=
yM
=
( yZ yM )
( xZxM )
arc tan
( yM yA )
( xM xA )
......................(2.2)
c. Kemiringan jalan
i A-Z =
eZeA
d A Z
x 100%
.................................................
dimana:
i A-Z = kemirinagan jalan dari titik awal ke titik akhir
eA
= elevasi jalan pada titik awal
eZ
= elevasi jalan pada titik akhir
AYU AIDAR ( 12302037 )
(2.3)
6
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
d A-Z = jarak lintasan dari titik awal ke titik akhir
d. Elevasi jalan pada titik kritis
ek = eT i x L
.................................................
(2.4)
dimana:
ek
eT
i
L
e. Luas penampang
Untuk menghitung luas tampang digunakan rumus-rumus luas segitiga, segi empat
dan trapesium.
2.3
Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan yang tegak lurus pada bidang
peta alinyemen (garis tujuan). Horizontal merupakan trase jalan yang terdiri dari garis lurus
(tangen) yang merupakan bagian lurus dan lengkung horizontal yang disebut tikungan.
Bagian yang sangat ritis dari alinyemen horizontal adalah bagian tikungan, dimana
terdapat gaya yang dapat melemparkan kendaraan keluar daerah tikungan yang disebut gaya
sentrifugal. Atas dasar itu maka perencanaan tikungan diusahakan agar dapat memberikan
keamanan dan kenyamanan, sehingga perku dipertimbangkan hal-hal berikut:
1. Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan rencana ditentukan berdasarkan
miring maksimum dengan koefisien gesekan melintang maksimum. Adapun rumus
yang digunakan:
Rmin =
2.
V2
127 (emaks+ fmaks)
..............................................
(2.5)
7
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Tabel 2.1 berikut memberikan nilai R min yang dapat dipergunakan untuk koefesien gesekan
melintang maksimum sehubungan dengan nilai kecepatan rencana yang dipilih.
Tabel 2.1
Kecepatan rencana
e maks
(km/jam)
(m/m)
0,10
0,08
0,10
0,08
0,10
0,08
0,10
0,08
0,10
0,08
0,10
0,08
0,10
0,08
0,10
0,08
0,10
0,08
40
50
60
70
80
90
100
110
120
2.4
f maks
0,166
0,160
0,153
0,147
0,140
0,128
0,115
0,103
0,090
R min
R min
D maks
(perhitungan)
47,363
51,23
75,858
82,192
112,041
121,659
156,522
170,343
209,974
229,062
280,350
307,371
366,233
403,796
470,497
522,058
596,768
666,976
(desain)
47
51
76
82
112
122
157
170
210
229
280
307
366
404
470
522
597
667
(desain)
30,48
28,09
18,85
17,47
12,79
11,74
9,12
8,43
6,82
6,25
5,12
4,67
3,91
3,55
3,05
2,74
2,40
2,15
Bentuk Tikungan
Bentuk tikungan pada suatu jalan raya ditentukan oleh tiga faktor:
1. sudut tangent ( ) yang besarnya dapat diukur langsung pada peta
2. Kecepatan rencana, tergantung dari kelas jalan yang akan direncanakan
3. Jari-jari kelengkungan
.................................................
(2.6)
Tc = Rc tan
.................................................
(2.7)
Tan =
8
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Ec = Tc tan
.................................................
(2.8)
2Rc
.................................................
(2.9)
Lc = 0,01745. . Rc
.................................................
(2.10)
Lc =
360
Bentuk tikungan full circle dapat dilihat seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.1 berikut
ini:
Ec
Lc
TC
9
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Fsentrifugal =
m. V 2
R . Ls
3
Lsmin = 0,002 x
V
R.C
- 2,727 x
V .k
C
Dimana:
Ls = panjang lengkung spiral (m)
V = kecepatan rencana (km/jam)
R = jari-jari circle (m)
C = perubahan kecepatan = 0,4 m/det3
k = superelevasi
Adapun pada pelaksanaan perencanaan dipakai tabel yang praktis penggunaannya
melalui Tabel panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang dibutuhkan (e
maksimum = 10 % metode Bina Marga), yaitu pada lampiran B Tabel A-1.
Selanjutnya dicari:
Besar Sudut Spiral
s =
Lsx 90
xR
.................................................
(2.11)
.................................................
(2.12)
.................................................
(2.13)
R ( 1- cos s ) .................................................
(2.14)
c = - 2s
c
360
p=
Ls 2
6R
x2R
10
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
k = Ls -
Ls3
R sin s .................................................
40 R 2
(2.15)
.................................................
(2.16)
k = k* x Ls
.................................................
(2.17)
Dengan nilai p* dan k* diperoleh sesuai nilai s dari Lampiran A Tabel A-2
c
0
360
2 Rc
.................................................
(2.18)
= Lc + 2Ls
.................................................
(2.19)
Ts
= (Rc + p) tan + k
.................................................
(2.20)
Es
= (Rc + P) sec - Rc
.................................................
(2.21)
Dimana:
Rc
= sudut tangent
es
= sudut putar
Es
Ls
Lc
Bentuk tikungan spiral-circle-spiral dapat dilihat seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2
11
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
12
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
2.5
Jarak Pandangan
Kemungkinan untuk melihat kedepan adalah faktor dalam suatu operasi di jalan agar
tercapai keadaan yang aman dan efisien , untuk itu harus diadakan jarak pandang yang cukup
panjang sehingga pengemudi dapat memilih kecepatan dari kendaraan dan tidak menghambat
barang tak terduga diatas jalan. Demikian pula untuk jalan dua jalur yang memungkinkan
pengendara berkjalan diatas jalur berlawanan untuk menyiap kendaraan dengan aman. Jarak
pandang ini untuk keperluan perencanaan dibedakan atas:
1. Jarak pandang henti
Jarak ini minimum harus dipenuhi oleh setiap pengemudi untuk menghentikan
kendaraan yang sedang berjalan setelah melihat adanya rintangan di depannya. Jarak ini
merupakan jumlah dua jarak dari jarak yang ditempuh dari saat melihat benda sampai
menginjak rem.
pada saat pengemudi mengambil keputusan untuk menginjak rem, maka pengemudi
membutuhkan waktu sampai dia menginjak pada rem. Rata-rata pengemudi membutuhkan
waktu 0,5 detik, kadang kala ada pula yang membutuhkan waktu 1 detik. Untuk perencanaan
diambil waktu 1 detik, sehingga total waktu yang dibutuhkan dari saat melihat rintangan
sampai menginjak pedal rem, disebut sebagai waktu reaksi adalah 2,5 detik, oleh karena itu
dalam perencanaan diambil waktu reaksi (t=2,5) detik. Jarak tempuh selama waktu tersebut
adalah sebesar d1, rumus perhitungan jarak pandang dapat dilihat sebagai berikut:
d1 = kecepatan x waktu
d1 = v x t
jika :
d1 = jarak dari saat melihat rintangan sampai menginjak pedal
v = kecepatan km/jam
t = waktu reaksi = 2,5 detik
maka :
d1 = 0,278 x v x t
.................................................
(2.22)
13
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Jarak mengerem (d2) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan dari mengnjak rem
sampai kendaraan itu berhenti. Jarak pengereman dipengaruhi oleh faktor ban, sistim
pengereman itu sendiri, kondisi muka jalan, dan kondisi permukaan jalan . Pada sistim
pengereman kendaraan , terdapat beberapa kendaraan yaitu menurunnya putaran roda dan
gesekan antar ban dan permukaan jalan akibat terkuncinya roda. Untuk perencanaan hanya
diperhitungkan akibat adanya gesekan antara ban dan muka jalan, jarak mengerem dapat
dirumuskan sebagai berikut:
d2 =
v2
254 xfm
.................................................
(2.23)
keterangan :
fm
d2
V
g
G
=
=
=
=
=
koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah memanjang jalan
jarak mengerem, m
kecepatan kendaraan, km/jam
9,81 m/det2
berat kendaraan, ton
Dengan nilai fm yang diambil bergantung pada kecepatan rencana dan kecepatan jalan, sesuai
Tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2
Kecepatan
Kecepatan
Rencana
Jalan
(km/jam)
30
40
50
60
70
80
100
120
(km/jam)
27
36
45
54
63
72
90
108
d perhitungan
Fm
untuk Vr
0,400
0,375
0,350
0,330
0,313
0,300
0,285
0,280
(m)
29,71
44,60
62,87
84,65
110,28
139,59
207,64
285,87
d perhitungan
d desain
untuk Vj (m)
(m)
25,94
38,63
54,05
72,32
93,71
118,07
174,44
239,06
25 30
40 45
55 65
75 85
95 110
120 140
175 210
240 285
Dari kedua rumus diatas maka jarak pandang minimum dapat dirumuskan sebagai berikut:
d = d1 + d 2
.................................................
(2.24)
14
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
mendaki jarak mengerem akan bertambah pendek. Sukiman (1999) merumuskan sebagai
berikut:
G x fm x d2 G x L x d2 =
G
gxv 2
v2
254 ( f L)
.....................................
(2.25)
dimana:
L = besarnya landai jalan dalam desimal
+ = untuk pendakian
- = untuk penurunan
2. Jarak pandang menyiap
Jarak pandang menyiap adalah jarak yang dibutuhkan untuk menyusul kendaraan
lain yang dipergunakan hanya pada jalan 2 jalur. Jarak pandang diukur dari ketinggian mata
pengemudi kepuncak penghalang. Untuk jarak pandang henti ketinggian mata pengemudi
adalah 125 cm dan ketingggian penghalang adalah 10 cm, sedang untuk jarak pandang
menyiap ketinggian mata pengemudi adalah 125 cm dan ketinggian penghalang 125 cm.
.................................................
(2.26)
15
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
d1 = 0,278 x t1 x
( vm+ a2 t )
1
.......................................
(2.27)
keterangan:
d1 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang hendak menyiap selama waktu reaksi dan waktu
membawa kendaraannya yang hendak membelok ke lajur kanan.
t1 = Waktu reaksi, yang besar tergantung dari kecepatan yang dapat ditentukan dengan
kolerasi t1 = 2,12 + 0,026 V.
m = Perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan yang disiap = 15 km/jam.
a = Percepatan rata-rata yang besarnya tergantung dari kecepatan rata-rata kendaraan
yang menyiap yang dapat ditentukan dengan menggunakan kolerasi a = 2,052 +
0,0036 V
d2 = 0,278 x v x t2
.................................................
(2.28)
dimana:
d2 = jarak yang ditempuh selama kendaran menyiap berada pada jalur kanan.
t2 = waktu dimana kendaraan yang menyiap berada pada lajur kanan yang dapat
ditentukan dengan mempergunakan korelasi t2 = 6,56 + 0,048 V
d3 = diambil 30 100 meter
d4 = 2/3 d2
Didalam perencanaan seringkali kondisi jarak pandangan menyiap standar ini
terbatasi oleh kekurangan biaya, sehingga jarak pandangan menyiap yang dipergunakan dapat
mempergunakan jarak pandang menyiap minimum (dmin).
dminimum =
2
3
x d2 + d3 + d4
.................................................
(2.29)
16
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Jarak pandangan pengemudi kendaraan yang bergerak pada lajur tepi sebelah dalam
seringkali dihalangi oleh gedung-gedung, hutan-hutan kayu, tebing galian dan lain
sebagainya. Demi menjaga keamanan pemakai jalan, panjang sepanjang jarak pandangan
henti minimum harus terpenuhi sepanjang lengkung horizontal, dengan demikian terdapat
batas minimum jarak antara sumbu jalur sebelah dalam dengan penghalang (m).
Penentuan batas minimum jarak antara sumbu jalur sebelah dalam ke penghalang
ditentukan berdasarkan kondisi dimana jarak pandangan berada didalam lengkung. Atau jarak
pandang lebih kecil dari lengkung horizontal. Sukirman (1999) merumuskan untuk
perhitungan jarak pandangan pada lengkung horizontal berdasarkan gambar dibawah ini
adalah sebagai berikut:
AB = garis pandangan
Lengkung
AB = jarak pandangan
m = jarak dari penghalang ke lajur sebelah dalam (m)
.................................................
(2.30)
.................................................
(2.31)
S =
2
360
S =
R
90
90 S 90 D S D S
=
=
R
1432,39
50
90 S 28,65 S
=
R
R
2 R
.................................................
(2.32)
17
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
m = R (1 cos )
m =
1432,39
D S
1cos
D
50
m = R
2.6
(1cos 28,65R S )
.............................................
(2.33)
(2.34)
Lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur sebalah dalam (B)
B =
Rc2( P+ A 2 ) +1/2b 2
A
P+
........(2.35)
2
R ( 2)+1 /2 b
2
c
.......................
(2.36)
18
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Lebar hambatan akibat kesukaran mengemudi di tikungan
Z =
0,105 V
R
.................................................
(2.73)
.................................................
(2.38)
.................................................
(2.39)
dimana:
2.7
Rc
= Jumlah lajur
Bn
bidang gambar. Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli,
sehingga memberikan gambaran terhadap kemampuan kendaraan dalam keadaan naik dan
bermuatan penuh (dimana truk digunakan sebagai kendaran standar), alinyemen vertikal
sangat erat hubungannya dengan besar biaya pembangunan, biaya penggunaan, maka pada
alinyemen vertikal yang merupakan bagian kritis justru pada bagian yang lurus. landai
maksimum yang dipakai pada perencanaan ini adalah sebesar 10%.
19
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
1. Landai maksimum
Kelandaian maksimum hanya digunakan bila pertimbangan biaya sangat memaksa dan
hanya untuk jarak yang pendek. Panjang kritis landai dimaksudkan adalah panjang yang
masih dapat diterima tanpa mengakibat gangguan jalannya arus lalu lintas (panjang ini
mengakibatkan pengurangan kecepatan maksimum 25 km/jam). Bila pertimbangan biaya
memaksa, mak panjang kritis dapat dilampaui dengan syarat ada jalur khusus untuk
kendaraan berat.
2. Landai minimum
Pada saat penggantian landai dibuat lengkung vertikal yang memenuhi keamanan,
kenyamanan, dan drainase yang baik. Disini digunakan lengkung parabola biasa.
20
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
L =
A S2
2
100 ( 2h 1+ 2 h2 )
.................................................
(2.40)
Dalam perencanaan ini digumankan jarak pandang henti menurut Bina Marga, dimana:
h1 = 10 cm = 0,10 meter
h2 = 120 cm =1,20 meter
maka :
2
L =
AS
2
100 ( 2h 1+ 2 h2 )
L =
A S2
399
= C x A x S2
.................................................
(2.41)
Jika dalam perencanaan digunakan jarak pandangan menyiap menurut Bina Marga,
dimana:
h1 = 120 cm
= 1,20 meter
h2 = 120 cm
= 1,20 meter
maka:
L =
A S2
2
100 ( 2h 1+ 2 h2 )
L =
AS
960
.................................................
(2.42)
.................................................
(2.43)
= C x A x S2
AASTHO 90
JPH
JPM
1,07
1,07
Bina Marga 90
JPH
JPM
1,20
1,20
21
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
(m)
Tinggi objek (h2) (m)
Konstanta C
0,15
404
JPH
JPM
1,30
946
0,10
399
1,20
960
200 ( h1+ h 2)
L =2S
A
.................................................
(2.44)
Dalam perencanaan ini digunakan jarak pandangan henti menurut Bina Marga,
dimana:
h1 =10 cm
= 0,10 meter
200 ( h1+ h 2)
399
L =2S
A
C 1
=2xS
A
.................................................
.............................................
(2.45)
(2.46)
22
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Jika dalam perencanaan digunakan jarak pandangan menyiap menrut Bina Marga,
diamana:
h1 = 120 cm
= 1,20 meter
h2 = 120 cm
= 1,20 meter
maka:
200 ( h1+ h 2)
L =2S
A
960
L =2S
A
C 1
=2xS
A
.............................................
(2.47)
Tabel 2.4 Nilai C untuk beberapa h1 dan h2 berdasarkan AASHTO dan Bina Marga.
JPM
AASTHO 90
JPH
JPM
Bina Marga 90
JPH
JPM
1,07
1,07
1,20
1,20
0,15
404
1,30
946
0,10
399
1,20
960
23
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Lengkung vertikal cekung dengan (S<L)
Untuk lengkung vertikal cembung (S<L) dapat digambarkan sebagai berikut:
()
E=
AL
800
S
800 m
=
L
A L
()
L =
S A
800 m
dan
S A
800 L
m=
Jika jarak bebas dari bagian bawah bangunan atas kejalan adalah C, maka:
2
h1 h2
m =C
2
L =
S A
800 L
S2 A
( 800 C ) 400 (h1 +h2 )
h1 h2
=C
2
................................................
(2.48)
AS
3480
...............................................................
(2.49)
24
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
b. Lengkung vertikal cekung dengan (S>L)
Untuk lengkung vertikal cembung (S>L) dapat digambarkan sebagai berikut:
E =
S 1
=
L 2
A L
800
L =2xS
m=C
m
2E
h1 h2
2
.......................................
(2.50)
2.8
3480
A
..........................................
(2.51)
Penampang Melintang
Penampang melintang jalan adalah pemotongan suatu jalan tegak lurus sumbu jalan,
yang menunjukkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan dalam arah melintang
Penampang melintang jalan yang digunakan harus sesuai dengan kelas jalan dan
kebutuhan lalu lintas yang dilayaninya.
a. Lebar perkerasan
25
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Pada umumnya lebar perkersan ditentukan berdasarkan lebar jalur lalu lintas
normal yang besarnya adalah 3,5 meter, kecuali:
Jalan penghubung dan jalan kelas II c
= 3,00 meter
Jalan utama
= 3,75 meter
b. Lebar bahu
Untuk jalan kelas III lebar bahu jalan minimum adalah 1,50 2,50 m untuk semua
jenis medan.
c. Drainase
Drainase merupakan bagian yang sangat penting pada suatu jalan, seperti saluran tepi,
saluran melintang, dan sebagainya, harus direncanakan berdasarkan data hidrologis
setempat seperti intensitas hujan, lamanya frekuensi hujan, serta sifat daerah aliran.
d. Kebebasan pada jalan raya
Kebebasan yang dimaksud adalah keleluasan pengemudi dijalan raya dengan tidak
menghadapi rintangan. Lebar kebebasan ini merupakan bagian kiri kanan jalan yang
merupakan bagian dari jalan. Berikut ini adalah gambar
dan untuk keadaan tertentu dipakai rumus interpolasi serta untuk perhitungan volume
digunakan rumus kubus dan kerucut.
a. Luas segiempat
AYU AIDAR ( 12302037 )
26
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
A
dengan:
A
P
L
=PxL
= luas segiempat (m2)
= panjang (m)
= lebar (m)
b. Luas segitiga
A
=axt
dengan:
A
= luas segitiga (m2)
a
= panjang sisi alas (m)
t
= panjang sisi tegak (m)
c. Luas trapesium
A
= (a + b) x t
dengan:
A
= luas segitiga (m2)
a
= panjang sisi atas (m)
b
= panjang sisi bawah (m)
t
= panjang sisi tegak (m)
2.10
Stationing (STA)
Menurut Sukirman (1999), Stationing adalah pemberian nomor pada interval-interval
tertentu dimulai dari titik awal pekerjaan. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.10
berikut:
27
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Sta TS = Sta CT + (d2 T Ts)
Sta SC = Sta TS + Ls
Sta CS = Sta CS + Lc
Sta ST = Sta CS + Ls
BAB III
PENCARIAN TRASE
3.1 Perencanaan Trase
Perencanaan trase dilakukan berdasarkan keadaan topografi. Topografi merupakan
bentuk permukaan tanah asli yang digambarkan secara grafis pada bidang kertas kerja dalam
bentuk garis-garis yang sering disebut transis. Garis-garis transis ini digambarkan pada setiap
kenaikan atau penurunan 1 meter.
Pemilihan lintasan trase yang menguntungkan dari sudut biaya adalah pemilihan trase
yang menyusuri atau sejajar garis transis. Namun demikian pemilihan trase seperti tersebut
diatas sulit dipertahankan apabila medan yang dihadapi merupakan medan berat, yaitu medan
yang terdiri dari pegunungan dan lembah-lembah dengan luas pengukuran topografi yang
relatif sempit.
Pada perencanaan trase dengan mempertimbangkan volume pekerjaan tanah,
dilakukan berdasarkan posisi garis-garis transis relatif mengikuti arah memanjang
pengukuran peta topografi, maka perencanaan trase relatif menyusuri garis transis tersebut.
Sebaliknya apabila posisi garis-garis transis relative melintang dari arah memanjang
pengukuran peta topografi dalam jumlah yang banyak serta jarak yang rapat, maka pemilihan
trase dilakukan dengan cara memotong garis-garis tersebut.
Untuk menentukan posisi titik awal, titik akhir, dan panjang trase dilakukan dengan
sistem koordinat stasiun, yaitu berdasarkan letak titik yang ditinjau terhadap koordinat peta
topografi yang berskala 1 : 2000, namun dikarenakan jarak antara sumbu x dan y pada peta
tidak sesuai dengan skala sehingga skala tersebut diubah menjadi 1 : 2083.
Dalam perencanaan ini, pencarian trase dilakukan dengan cara coba-coba dengan
memperhatikan batasan-batasan yang telah ditetapkan, dalam tugas ini yaitu memiliki
sekurang-kurangnya tiga tikungan.
Peta topografi yang ditentukan pada tugas rancangan ini merupakan:
AYU AIDAR ( 12302037 )
28
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
1. Keadaan gunung
2. Beda tinggi antara dua garis transis adalah 1 meter.
Langkah awal dari pencarian trase dimulai dengan cara menarik garis rencana yang
agak sejajar dengan garis contour supaya diperoleh kelandaian yang kecil, menurut Bina
Marga kelandaian maksimal 10%. Selanjutnya juga diperhatikan jumlah tikungan serta jarak
lintasan yang diperoleh. Setelah diperoleh lintasan dengan berbagai kriteria diatas, perlu
diperhatikan lagi volume cut dan fill yang terjadi. Dalam hal ini disarankan agar penimbunan
tidak dilakukan pada tanjakan dan tidak lebih dari 5 meter. Pemilihan yang terakhir
didasarkan pada kelandaian, tanjakan, jumlah tikungan, jarak tempuh, dan volume cut dan
fill. Diusahakan agar pemilihan dapat seekonomis mungkin.
3.2 Alasan Pemilihan Trase
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa trase yang dipilih hendaknya memenuhi
syarat-syarat diatas. Berdasarkan pemilihan trase ini dapat disimpulkan bahwa untuk memilih
trase yang lebih ekonomis tidak dapat hanya berpedoman pada panjangnya trase. Trase
terpendek belum tentu merupakan yang paling ekonomis. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, dipilih trase rencana dengan medan yang relative tidak memerlukan pekerjaan tanah
yang besar dan jarak yang tidak terlalu panjang. Perhitungan trase rencana adalah sebagai
berikut:
3.3 Perhitungan Trase Jalan
Langkah langkah pencarian trase dilakukan sebagai berikut:
1. Trase jalan dari titik 3 ke titik G seperti dipeta transis:
1) Titik 3(x = 9000; y = 10000) ke titik PI1 (x = 9600; y = 10200)
2) Titik PI1 (x = 9600; y = 10200) ke titik PI2 (x = 10800; y = 9800)
3) Titik PI2 (x = 10800; y = 9800) ke titik PI3 (x = 12000; y = 10200)
4) Titik PI3 (x = 12000; y = 10200) ke titik G (x = 9200; y = 12800)
2. Perhitungan jarak antara titik potong :
1. Titik 3 koordinat
x3= 9000;
2. Titik PI1 koordinat
xPI1= 9600;
3. Titik PI2 koordinat
xPI2 = 10800;
4. Titik PI3 koordinat
xPI3 = 12000;
5. Titik 5 kooordinat
xG = 9200;
y = 10000
y = 10200
y = 9800
y = 10200
y = 12800
Jarak antara titik potong ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
d 9 PI1
( xPI x 3 ) +( yPI y 3 )
29
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
( 96009000 ) + (1020010000 )
360000+ 40000
= 632,45 632m
d PI1 PI2
(108009600 ) +( 980010200 )
1440000+ 160000
= 1264,91 1265 m
d PI2 PI3
(1200010800 ) +( 102009800 )
1440000+ 160000
= 1264,91 1265 m
d PI3 G
( xGxPI ) + ( yG yPI )
( 920012000 ) +( 1280010200 )
7840000+ 6760000
= 3820,99 3821 m
3. Sudut Azimut masing-masing titik perpotongan
Sudut Azimut ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.2 sebagai
berikut :
Sudut Azimut = arc tan
PI1
= arc tan
= arc tan
y
x
yPI
( 2 yPI 1)
( xPI 2 xPI 1 )
(980010200)
(108009600)
arc tan
arc tan
yPI
(1 y 3)
( xPI 1 x 3)
(1020010000)
(96009000)
30
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
PI2
= arc tan
yPI
( 3 yPI 2)
( xPI 3 xPI 2 )
= arc tan
(1020010800)
(120009800)
yPI
( 2 yPI 1)
( xPI 2 xPI 1 )
arc tan
arc tan
(980010200)
(108009600)
PI3
= arc tan
( yG yPI 3 )
(xGxPI 3 )
= arc tan
(1280010200)
(920012000)
arc tan
yPI
( 3 yPI 2)
( xPI 3 xPI 2 )
arc tan
(102009800)
(1200010800)
berikut :
i=
h
x 100
1
dimana :
h = beda tinggi permukaan jalan
I = jarak antara 2 (dua) titik
a. Kemiringan lintasan 3 K3
Elevasi muka tanah 3
Elevasi muka tanah k3
i (k3- 3)
: 58
: 62,5
62,558
x 100
180
: 62,5 m
: 63
31
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
i (K3- K9) =
62,563
x 100
360
= 58
= 59 + (0,025 x 60)
= 60,5 m
60,5 58
2,5 m (< 3 m, aman )
Titik K1
Elevasi muka tanah
= 60
60,5 60
32
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
Titik K2
Elevasi muka tanah
= 61
= 62 +(0,025 x 60)
= 62,5 m
= 62,5 61
= 1,5m (<3 m, aman )
Titik K3
Elevasi muka tanah
= 62,5
= 63,3 (0,025 X 60 )
= 64,1m
= 64,5
= 64 (0,025 X 60 )
= 65,5 m
= 65,5 64,5
= 0,3 m (<3 m, aman )
Titik K5
Elevasi muka tanah
= 66
= 64 + (0,00013 x 60)
= 64,078m
64,078 - 66
Titik K6
Elevasi muka tanah
= 66,5
64,078 66,5
33
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
Titik K7
Elevasi muka tanah
= 66
= 64 + (0,0013 x 60)
= 64,078m
64,078 66
-1,921 m (<3 m, aman )
Titik K8
Elevasi muka tanah
= 64
= 64 + (0,0013 x 60)
= 64,078 m
= 64,078 64
= 0,078 m (<3 m, aman )
Titik K9
Elevasi muka tanah
= 63
= 63,5
= 64
34
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Dengan demikian pada K11 ada timbunan sebesar = 64,23 64
= 0,2364 m (< 3m, aman)
Titik K12
Elevasi muka tanah
= 65
= 64,2 (0,00394 x 60 )
= 64,43 m
64,43 65
=
Titik K13
Elevasi muka tanah
= 67
= 66,5
64,73 66,5
= 64,5
= 64,5
64,77 64,5
35
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Titik K17
Elevasi muka tanah
= 64
= 64,77 64
0,77 m (< 3m, aman)
Titik K18
Elevasi muka tanah
= 66,5
= 64,77 66,5
=
Titik K19
Elevasi muka tanah
= 66
= 67
64,77 67
= 66
= 65
36
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Elevasi muka jalan
= 63
= 64,77- 63
= 62
= 64,77- 62
= 2,77 m (< 3m, aman )
BAB IV
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL
4.1
Alinyemen Horizontal
Direncanakan pembuatan jalan kelas III untuk jalan penghubung. Peraturan
Perencanaan Jalan Raya (PPGJR) NO.13/1970 standar geometrik adalah sebagai
berikut:
- Klasifikasi jalan
: Kelas III
37
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
-
Kecepatan Rencana
: 50 km/jam
Lebar perkerasan
:7m
Lebar bahu jalan
: 2 x 1,5 m
Miring Melintang Jalan (Tranversal)
:4%
Miring Melintang Bahu Jalan
:6%
Miring Memanjang Jalan (Longitudinal) maksimal : 10 %
Kemiringan Talud
:1:2
Dari peta topografi, trase jalan yang direncanakan terdapat tiga tikungan
horizontal yaitu :
1. Lengkung Horizontal PI1 A : P11
2. Lengkung Horizontal PI2 B : P12
3. Lengkung Horizontal PI3 C : P13
4.1.1
Tc = 79,968
370
Ec = 26,75
Tc1
AYU AIDAR ( 12302037 )
Lc = 154,310
Ct1
38
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
4.1.2
= 340
Lebar jalan = 7 m ; en = 2% ; Rc = 119; e = 0,087; Ls = 45 m
Tc
Tc
Ec
Ec
Lc
Lc
L
= 340
Rc
Tc
Lc
e
Ec
Ls
= 119 m
= 36,38 m
= 70,602 m
= 8,7%
= 11,12m
= 45 m
39
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Rc = 119
Lc 70,602
CT1
TC1
Ec =11,12
340
Rc = 119
Tc = 36,38
Gambar 4.2 Lengkung Horizontal PI2
4.1.3
= 120
Lebar jalan = 7 m ; en = 2% ; Rc = 119; e = 0,087; Ls = 45 m
Tc
Tc
Ec
Ec
Lc
Lc
L
= 120
Rc
Tc
= 119 m
= 12,507
40
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Lc
e
Ec
Ls
= 24,918 m
= 8,7%
= 1,314 m
= 45 m
Tc = 12,507
120
Ec = 1,314
TC1
CT1
Lc 24,918
Rc = 119
Rc = 119
VR
RC
LS
s
c
TS
TC
AYU AIDAR ( 12302037 )
1
632 m
9600
10200
370
50 km/jam
239 m
45 m
79,968 m
2
1265m
10800
9800
340
50 km/jam
119 m
45 m
36,38
3
1265 m
12000
10200
120
50 km/jam
119 m
45 m
12,507
41
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
ES
EC
LC
L
E
Jenis lengkung
26,75 m
154,310 m
244,31 m
0,055
Full Circle
11,12
70,602 m
160,602 m
0,087
Full Circle
1,314
24,91 m
114,91 m
0,087
Full Circle
A Tikungan I (F-C)
Sta TC 1
= ( d1 - PI1 - Tc1)
= (632 79,968)
Sta CT1
= Sta TC1 + Lc
= 552,032 + 154,310
B Tikungan II (F-C)
Sta TC 2
Sta CT2
Sta CT3
= 552,032 m
= Sta TC3 + Lc
= 3141,707 + 154,310
= 3296,071 m
= 706,342 m
42
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Panjang jalan keseluruhan
BAB V
ALINYEMEN VERTIKAL
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaiaan yang lain dilakukan dengan
menggunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan sedemikian rupa
sehingga memenuhi keamanan dan kenyamanan drainase.
Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian lurus (tangen)
adalah :
1. Lengkung vertikal cekung adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua
tangen berada dibawah permukaan jalan.
2. Lengkung vertikal cembung adalah lengkung dimana titik perpotongan antara
kedua tangen berada diatas permukaan jalan yang bersangkutan.
Dalam perencanaan alinyemen vertikal, diperoleh satu lengkung vertikal cembung.
1. Lengkung Vertikal Cembung
Elevasi PPV1
= 61,2
g1 = -3,14(-) %
g2 = 2 %
Perbedaan aljabar landai A = g1 g2 = (-3,14) 2 = -5,14 %
Dari grafik lampiran A gambar A.1, Lv = 30 m
A Lv
Ev =
800
43
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Ev =
5,14 30
800
Ev = - 0,1923 m
Lv = 30/4 = 7,5 m
Sta 0 +55
Sta 0 +62,5
Sta 0 +70
Sta 0 +77,5
Sta 0 + 80
2%
-5,14 %
1,5%
PTV1
PPV1
PLV1
7,5 m
7,5 m
7,5 m
30 m
7,5 m
A x2
200 Lv
44
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
STA 0 + 77,5
STA 0 + 80
: x = 7,5
:x=0
= 64
g1 = -2,3(-) %
g2 = 0 %
Perbedaan aljabar landai A = g1 g2 = (-2,3) 0 = -2,3 %
Dari grafik lampiran A gambar A.1, Lv = 30 m
A Lv
Ev =
800
Ev =
2,3 30
800
Ev = - 0,0863 m
Lv = 30/4 = 7,5 m
= 61,972
= 61,634
= 61,495
=61, 092
= 61
m
m
m
m
m
45
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Sta 0 +195
Sta 0 +202,5
Sta 0 +210
Sta 0 +217,5
Sta 0 +225
0%
-2,3%
1,5%
PTV2
PPV2
PLV2
7,5 m
7,5 m
7,5 m
30 m
7,5 m
A x2
200 Lv
= 64,345 m
= 64,194 m
= 64,086 m
=64,021 m
= 64 m
46
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
3. Lengkung Vertikal Cembung
Elevasi PPV2
= 64
g1 = 0 %
g2 = 0,8 %
Perbedaan aljabar landai A = g1 g2 = 0 + 0,8 = 0,8 %
Dari grafik lampiran A gambar A.1, Lv = 30 m
A Lv
Ev =
800
Ev =
0,8 30
800
Ev = 0,03 m
Lv = 30/4 = 7,5 m
47
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Sta 0+805
PLV3
Sta 0 +812,5
Sta 0+ 820
Sta 0+827,5
0,8%
PPV3
0%
Sta 0+835
PTV3
7,5 m
7,5 m
7,5 m
30 m
Persamaan umum, lengkung vertikal : y =
7,5 m
A x2
200 Lv
= 64 m
48
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
STA 1 + 812,5
STA 1 + 820
STA 1 + 827,5
STA 1 +835
: 64 + (0 % 7,5) + (0,0075)
: 64 + (0% 0) + (0,03 )
: 64 (0,8 % 7,5) +(0,0075)
: 64 ( 0,8 % 15)
= 64,00065 m
= 64,0026 m
= 63,945 m
=63,88 m
= 64,5
g1 = -0,8 %
g2 = 0 %
Perbedaan aljabar landai A = g1 g2 = -0,8 - 0 = - 0,8 %
Dari grafik lampiran A gambar A.1, Lv = 30 m
A Lv
Ev =
800
0,8 30
Ev =
800
Ev = - 0,03 m
Lv = 30/4 = 7,5 m
Sta 0 +885
Sta 0 +892,5
Sta 0+ 900
Sta 0+907,5
PPV4
PLV4
-0,8%
AYU AIDAR ( 12302037 )
-0 %
Sta 0+915
49
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
PTV4
7,5 m
7,5 m
7,5 m
30 m
7,5 m
Ax
200 Lv
= 64,5
= 64,508
= 64,47
= 64,433
=64,38
m
m
m
m
m
50
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
BAB VI
PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN (FILL)
Dari sketsa jalan yang terdapat pada peta topogarfi, dapat dilihat jalan yang
terletak pada bagian galian dan timbunan. Pada jalan yang terletak dibagian yang
tersambung dapat dicari volumenya secara menyeluruh dengan cara menjumlah
luas tampang masing masing titik lalu dibagi dua dan dikalikan dengan jarak
antara kedua titik. Lain halnya bila ruas yang harus dicari dibatasi oleh dua tampang
yang berbeda, satu galian
Galian
Timbunan
C
X
L
Gambar 6.1 Batas antara Galian dan Timbunan
AYU AIDAR ( 12302037 )
51
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a:b
=(Lx)
( a + b ) x = b.L
ax
= b.L b.x
x=
b L
a+b
ax + bx= b.L
1,1,5
1,5
52
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
TTP = tinggi tepi perkerasan
TTB = tinggi tepi bahu
TDT = tinggi dasar talut
AS = tinggi as jalan
TTB = tinggi tepi bahu jalan
TTS = tinggi tepi saluran
TDS = tinggi dasarsaluran
TTT = tinggi tepi teras jalan
TTS = TTB 0,1
TTT= TTB 0,3
TTL= 1
53
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
AS+TTP
x jarak
2
x 3,5
AYU AIDAR ( 12302037 )
1+0,96
2
x 3,5 +
1+0,96
2
54
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
=
b. Bahu jalan
0,96+0,9
2
TTP+TTB
x jarak
2
+ 3,43
0,96+0,9
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
c. Talud
3,43
6,86
TDT +TTB
2
1,4 + 1,4
2,8
0,92 x 0,9
2
=
=
0,414 + 0,414
0,83
=
=
0,92 x 0,9
2
55
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
AS+TTP
x jarak
2
x 3,5
AYU AIDAR ( 12302037 )
1+0,96
2
x 3,5 +
1+0,96
2
56
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
=
b. Bahu jalan
0,96+0,9
2
TTP+TTB
x jarak
2
+ 3,43
0,96+0,9
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
c. Talud
3,43
6,86
TDT +TTB
2
1,4 + 1,4
2,8
0,92 x 0,9
2
=
=
0,414 + 0,414
0,83
=
=
0,92 x 0,9
2
57
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
AS+TTP
x jarak
2
0,8+0,96
2
0,8+0,66
x 3,5
2
=
AYU AIDAR ( 12302037 )
3,08 + 2,56
x 3,5 +
58
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
b. Bahu jalan
TTP+TTB
x jarak
2
5,64
0,96+0, 9
2
x 1,5 +
0,66+0,6
x 1 ,5
2
=
=
c. Talud
TDT +TTB
2
1,4 + 0,95
2,34
=
0,92 x 0,9
2
=
=
0,41 + 0,19
0,6
=
=
0,62 x 0,6
2
59
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a.
Badan jalan
AS+TTP
x jarak
2
0,5+ 0,26
2
0,5+ 1.06
x 3,5
2
=
=
AYU AIDAR ( 12302037 )
1,33 + 2,73
4,06
x 3,5 +
60
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
b. Bahu jalan
TTP+TTB
x jarak
2
0,26+0,2
2
=
=
0,35 + 0,87
1,22
x 1,5 +
1,06+ 0,1
x1,5
2
TTB+TDS
x jarak
2
c. Drainase
0,2+ 0,7
2
x 1,5 +
0,1+ 0,7
x 1,5
2
=
=
d. Teras
TTS+ TTT
2
x1
0,68 + 0,6
1,23
0,19+0,17
x1+
2
0,99+ 0, 97
x1
2
e. Lereng
TTT +TTL
2
=
=
0,54 + 0,98
1,5
0,17+0,1
2
=
=
0,14 + 0,54
0,67
0,97+0,1
2
61
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
AS+TTP
x jarak
2
2+1,76
2
=
=
6,58 + 7,5
14,04
x 3,5 +
2+2,2 6
x 3,5
2
62
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
b. Bahu jalan
TTP+TTB
x jarak
2
1,76+ 1,7
2
=
=
2,6 + 3,35
5,94
x 1,5 +
2,26 +2,2
2
1,5
TTB+TDS
x jarak
2
c. Drainase
1,7+ 0,7
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
d. Teras
TTS+ TTT
2
x1
1,8 + 2,2
3,98
1,69+1,67
x1+
2
2,19+ 2,17
x1
2
e. Lereng
TTT +TTL
2
=
=
1,68 + 2,18
3,86
1,67+ 1
2
=
=
Total luasdaerah galian=
2,17 +1
2
1,34 + 1,59
2,92
2,2+ 0,7
2
63
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
6.
a. Badan jalan
2,4 +2,26
2
AS+TTP
x jarak
2
2,4 +2,36
2
x 3,5
=
8,33 + 8,31
x 3,5 +
64
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
b. Bahu jalan
2,26 +2
2
TTP+TTB
x jarak
2
16,71
2,36 +2,3
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
3,5+ 3,2
6,69
TTB+TDS
x jarak =
2
c. Drainase
2,3+0,7
2
x 1,5 +
2+ 0,7
2
x 1,5
=
=
d. Teras
TTS+ TTT
2
x1
2,25 + 2,025
4,3
2,29+ 2,27
x1+
2
1,99+1,97
x1
2
=
=
2,3 + 2
4,3
,
e. Lereng
TTT +TTL
2
22,7 +1
2
=
=
1,63 + 1,5
3,12
=
=
1,97+ 1
2
65
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
0+0,56
2
AS+TTP
x jarak
2
x 3,5
0+0,96
2
x 3,5 +
66
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
b. Bahu jalan
0,56+0,7
2
c. Drainase
TTP+TTB
x jarak
2
=
=
1,68 + 0,98
2,66
0,96+1,3
2
=
=
1,695 + 0,9
2,64
x 1,5
TTB+TDS
x jarak + talud
2
x jarak
x 1,5 +
x 1,5
=
=
d. Teras
TDT +TTB
2
1,3+ 0,7
2
=
1,32+1,3
2
x 1,5 +
TTS+ TTT
2
e. Lereng
x1
TTT +TTL
2
1,023 + 1965
2,993
1,29+1,27
x1
2
=
=
1,28 + 1,28
2,54
1,27+ 1
2
=
1,14
=
= 2,66 + 2,64 + 2,993 + 2,54 + 1,14
=
11,973
67
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
AS+TTP
x jarak
2
1+0,56
2
1+0,56
x 3,5
2
=
=
AYU AIDAR ( 12302037 )
2,73 + 2,73
5,46
x 3,5 +
68
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
b. Bahu jalan
0,56+0,5
2
TTP+TTB
x jarak
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
c. Talud
0,56+0,5
2
TDT +TTB
2
0,783 + 70,83
1,575
=
0,52 x 0,5
2
1,3 + 1,3
2,6
=
=
0,52 x 0,5
2
69
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
9.
a. Badan jalan
AS+TTP
x jarak
2
0,5+ 0,36
x 3,5
2
0,5+ 0,76
2
x 3,5 +
70
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
=
b. Bahu jalan
TTP+TTB
x jarak
2
2,16 + 1,46
3,62
0,56+0, 5
2
x 1,5 +
0,46+0,5
x 1, 5
2
=
=
c. Talud
TDT +TTB
2
0,795 + 0,72
1,515
=
0,52 x 0,5
2
=
=
1,3 + 1,05
2,35
=
=
0,42 x 0,5
2
71
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
10.
72
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
0+0,56
2
AS+TTP
x jarak
2
x 3,5 +
x 3,5
=
=
b. Bahu jalan
0,56+0,7
2
TTP+TTB
x jarak
2
0,63 + 0,98
1,61
0,36+0, 3
2
0,495 + 0,945
1,44
TTB+TDS
x jarak + talud
2
c. Drainase
x 1,5 +
x 1,5
=
=
TDT +TTB
2
0,3+ 0,7
2
=
0,72+ 0,7
2
0+0,36
2
x jarak
x 1,5 +
x 1,5
=
=
d. Teras
TTS+ TTT
2
x1
e. Lereng
=
=
0,29+ 0,27
x1
2
=
=
TTT +TTL
2
0,273 + 1,065
1,33
=
=
0,28
0,27+1
2
0,185
1,61 +1,44 + 1,338 +0,28 + 0,185
4,853
73
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
74
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
AS+TTP
x jarak
2
a. Badan jalan
0,1+ 0,5 6
2
x 3,5 +
0,1+ 0,186
x 3,5
2
=
=
b. Bahu jalan
TTP+TTB
x jarak
2
2,73 + 5,01
7,73
0,56+0,5
2
x 1,5 +
0,18+0,18
x 1, 5
2
=
=
c. Drainase
0,18+0,7
2
TTB+TDS
x jarak =
2
0,5+ 0,7
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
d. Teras
0,795 + 2,745
3,54
TTS+ TTT
2
x1
0,43 + 1,4
1,8
0,49+0,47
x1+
2
1,79+1,77
x1
2
=
=
e. Lereng
TTT +TTL
2
=
=
=
0,48 + 0,178
2,06
0,47+1
2
1,77+ 1
2
75
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
19,3
a. Badan jalan
AS+TTP
x jarak
2
0,3+ 2,06
2
=
=
8,81 + 9,98
1,87
0,3+ 2,76
x 3,5
2
x 3,5 +
76
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
b. Bahu jalan
TTP+TTB
x jarak
2
2,06 +0, 2
2
=
=
3,57 + 4,095
7,665
x 1,5 +
2,76 +2,7
2
1,5
TTB+TDS
x jarak
2
c. Drainase
2,72+ 0,7
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
d. Teras
2,02+ 0,7
2
TTS+ TTT
2
x1
1,568 + 2,1
3,668
1,99+1,9 7
x1+
2
2,69+ 2,67
x1
2
e. Lereng
TTT +TTL
2
=
=
1,98 + 2,68
4,66
1,97+ 1
2
2,67 +1
2
=
=
1,035+ 1,385
2,42
=
=
77
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a.
Badan jalan
2,3+ 1,06
2
AS+TTP
x jarak
2
2,3+ 2,76
2
=
=
8,555 + 5,88
14,435
x 3,5
x 3,5 +
78
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
b. Bahu jalan
1,06+ 1
2
TTP+TTB
x jarak
2
2,76 +2,7
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
TTB+TDS
x jarak
2
c. Drainase
4,095 + 1,545
5,64
2,7 +0,7
2
x 1,5 +
1+0,7
2
x 1,5
=
=
d. Teras
TTS+ TTT
2
x1
2,073 + 0,81
2,883
2,69+ 2,67
x1+
2
0,99+ 0,97
x1
2
e. Lereng
TTT +TTL
2
=
=
2,68 + 0,98
3,66
26,7 +1
2
9,9+1
2
=
13,85 + 5,45
=
19,3
=14,435 + 5,64 + 2,883 + 3,66 + 1,93
=
28,55
79
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
14.
80
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
AS+TTP
x jarak
2
0,5+ 0,26
2
x 3,5 +
0,5+ 0,56
x 3,5
2
=
=
b. Bahu jalan
TTP+TTB
x jarak
2
1,33 + 2,03
3,36
0,26+0, 2
2
x 1,5 +
0,56+0, 5
x1,5
2
=
=
c. Talud
TDT x TTB
2
0,345 + 0,795
1,14
=
0,22 x 0,2
2
0,42 x 0,5
2
=
=
0,44 + 1,14
1,58
=
=
81
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
15.
82
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
1+1,26
2
AS+TTP
x jarak
2
1,26+1,2
2
TTP+TTB
x jarak
2
0,96+0,9
2
x 1,5 +
x 1,5
1,395 + 1,845
3,24
TTB+TDS
x jarak =
2
c. Drainase
0,9+ 0,7
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
d. Teras
3,43 + 3,955
7,385
=
=
1,2+0,7
2
x 3,5 +
x 3,5
=
=
b. Bahu jalan
1+0,96
2
TTS+ TTT
2
x1
1,19+1,17
x1
2
e. Lereng
TTT +TTL
2
=
=
0,88 + 1,18
2,06
0,87+1
2
1,17+ 1
2
=
=
83
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
15,486
a. Badan jalan
1,5+1,76
2
AS+TTP
x jarak
2
x 3,5
1,5+1,46
2
x 3,5 +
84
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
=
b. Bahu jalan
1,76+ 1,7
2
TTP+TTB
x jarak
2
x 1,5 +
2,145 + 4,44
6,585
TTB+TDS
x jarak =
2
c. Drainase
1,42+0,7
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
d. Teras
1,46+ 1,4
2
x 1,5
=
=
1,72+0,7
2
5,18 + 5,705
10,885
TTS+ TTT
2
x1
1,118 + 1,343
2,461
1,39+1,37
x1+
2
1,69+1,67
x1
2
=
=
e. Lereng
TTT +TTL
2
1,38 + 1,68
3,06
13,7+ 1
2
1,67+ 1
2
=
=
0,735 +0,885
1,62
=
=
85
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
17.
86
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
2,5+ 1,96
2
AS+TTP
x jarak
2
1,96+ 1,8
2
TTP+TTB
x jarak
2
1,86+ 1,8
2
x 1,5 +
x 1,5
2,745 + 2,82
5,565
TTB+TDS
x jarak =
2
c. Drainase
1,8+ 0,7
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
d. Teras
7,531 + 7,805
15,336
=
=
1,8+ 0,7
2
x 3,5 +
x 3,5
=
=
b. Bahu jalan
2,5+ 1,86
2
TTS+ TTT
2
x1
1,4025 + 1,4025
2,805
1,79+1,77
x1+
2
1,79+1,77
x1
2
=
=
e. Lereng
TTT +TTL
2
=
=
=
1,78 + 1,78
3,56
1,77+ 1
2
0,935 + 0,935
1,87
1,77+ 1
2
87
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Total luas daerah galian
=
=
15,336+5,565+2,805+3,56+1,87
29,136
88
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
1,5+ 0,96
2
AS+TTP
x jarak
2
0,96+0, 8
2
TTP+TTB
x jarak
2
1,96+ 2,1
2
x 1,5 +
x 1,5
3,045 + 1,32
4,365
TTB+TDS
x jarak =
2
c. Drainase
2,1+ 0,7
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
d. Teras
6,055 + 4,305
10,36
=
=
0,8+0,7
2
x 3,5 +
x 3,5
=
=
b. Bahu jalan
1,5+1,96
2
TTS+ TTT
2
x1
1,628 + 0,653
2,281
2,09+ 2,07
x1+
2
0,79+ 0,77
x1
2
e. Lereng
TTT +TTL
2
=
=
2,08+0,78
2,86
2,07 +1
2
=
=
=
=
0,77+1
2
1,085 +0,435
1,52
10,36 +4,365 +2,281 +2,86+1,52
21,39
89
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
19.
90
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
AS+TTP
x jarak
2
a. Badan jalan
0,5+ 0,56
2
0,56+0, 5
2
TTP+TTB
x jarak
2
2,555 + 1,855
4,41
0,96+0,9
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
c. Drainase
x 3,5 +
x 3,5
=
=
b. Bahu jalan
0,5+ 0,96
2
1,395 + 0,795
2,19
TTB+TDS
x jarak + talud
2
TDT X TTB
2
0,9+ 0,7
2
x 1,5 +
x jarak
0,92+ 0,9
2
1,5
=
=
d. Teras
TTS+ TTT
2
x1
=
=
e. Lereng
TTT +TTL
2
0,723 + 1,365
2,088
0,89+0,87
x1
2
1,76
0,87+1
2
0,93
=
=
91
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
a. Badan jalan
AS+TTP
x jarak
2
1,5+ 0,56
2
1,5+ 2,06
x 3,5
2
=
AYU AIDAR ( 12302037 )
3,65 + 6,23
x 3,5 +
92
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
b. Bahu jalan
TTP+TTB
x jarak
2
9,59
0,56+0,5
2
x 1,5 +
2,06 +0, 2
x 1 ,5
2
=
=
c. Talud
TDT x TTB
2
0,795 + 3,045
3,84
=
0,52 x 0,5
2
2,02 x 0,5
2
=
=
1,3 + 5,05
6,35
19,74
93
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
21.
a. Badan jalan
2,5+ 1,56
2
AS+TTP
x jarak
2
x 3,5
2,5+ 1,56
2
x 3,5
94
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
=
=
b. Bahu jalan
1,56+ 1,5
2
TTP+TTB
x jarak
2
1,56+ 1,5
2
x 1,5 +
x 1,5
=
=
c. Talud
7,105 + 7,105
14,21
TDT x TTB
2
3,9 + 3,9
7,8
=
1,52 x 1,5
2
1,52 x 1,5
2
=
=
1,14 + 1,14
2,28
=
=
95
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
1. Pias antara titik 3 (STA : 0+000) dengan STA : 0+060
10,49+10,49
Volume timbunan =
50 = 524,5 m3
2
2. Pias antara STA 0+060 dengan STA 0+120
10,49+10,49
Volume timbunan =
50 = 524,5 m3
2
3. Pias antara STA 0+120 dengan STA 0+180
10,49+ 8,58
Volume timbunan =
50 = 476,75 m3
2
4. Pias antara STA 0+180 dengan STA 0+240
8,58+8,68
Volume timbunan =
50 = 431,5 m3
2
5. Pias antara STA 0+240 dengan STA 0+300
8,68+30,74
Volume Galian
=
50 = 985,5 m3
2
6. Pias antara STA 0+300 dengan STA 0+360
30,74 +35,12
Volume Galian
=
50 = 1646,5 m3
2
7. Pias antara STA 0+360 dengan STA 0+420
35,12+30,74
Volume Galian
=
50 = 1646,5 m3
2
50 = 540,2 m3
96
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
13. Pias antara STA 0+720 dengan STA 0+780
19,3+ 20,28
Volume galian
=
50 =989,5 m3
2
14. Pias antara STA 0+780 dengan STA 0+840
20,28+ 28,55
Volume galian
=
50 =1220,75 m3
2
15. Pias antara STA 0+840 dengan STA 0+900
28,55+ 0
Volume Galian
=
50 = 713,75 m3
2
16. Pias antara STA 0+900 dengan STA 0+960
0+0
Volume
=
50 = 0 m3
2
17. Pias antara STA 0+960 dengan STA 1+1020
0+6,08
Volume
50 = 152 m3
2
97
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Volume Galian
11,37 +19,74
2
60 = 777,75 m3
Volume timbunan
19,74 +24,29
2
24,29+ 0
2
50 = 1100,75 m3
50 = 607,25 m3
Dengan demikian dapat dibuat tabel volume galian dan timbunan tanah
sebagai berikut :
Tabel 6.1 Volume Galian dan Timbunan
Jarak
NO
Titik
STA
1
2
3
4
5
3
K1
K2
K3
K4
0+000
0+060
0+120
0+180
0+240
50
50
50
50
50
K5
0+300
50
K6
0+360
50
K7
0+420
50
K8
0+480
50
(m)
Volume (m3)
Galia Timbuna
n
n
524,5
524,5
476,75
431,5
985,5
1646,
5
1646,
5
1067,
8
540,2
540,2
98
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
10
11
12
13
K9
K10
K11
K12
0+540
0+600
0+660
0+720
50
50
50
50
14
K13
0+780
50
15
K14
0+840
50
16
17
18
K15
K16
K17
0+900
0+960
1+020
50
50
50
19
K18
1+080
50
20
K19
1+140
50
21
K20
1+200
50
22
K21
1+260
50
23
K22
1+320
50
24
25
K23
1+380
K24
1+440
jumlah total
50
50
597,1
989,5
1220,
8
713,7
5
0
1002,
4
1343,
7
1263,
2
819
777,7
5
14614
428
301,7
597,1
152
539,15
-
1100,8
607,25
5616,2
Dari tabel 6.1 dapat dilihat bahwa besarnya volume galian dan timbunan tidak
seimbang yaitu untuk volume galian diperoleh 14614 m3 dan untuk volume
timbunan diperoleh 5616,2 m3. Jadi terdapat kelebihan galian sebesar 8997,49
m3. Kelebihan galian ini akan dibuang ke daerah disposal place yang telah
disediakan.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari beberapa perhitungan perencanaan yang telah dilakukan, baik
perhitungan tenaga kerja,bahan,serta alat . maka dari perencanaan ini dapat di
ambil kesimpulan dan saran.
Kesimpulan
1. Perencanaan ini meliputi sebagai berkut :
Adanya RAB sebagai acuan dasar dari perhitungan proyek ini.
AYU AIDAR ( 12302037 )
99
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
2. Dari RAB tersebut dapat di uraikan kembali perhitungan tenaga kera,bahan
dan alat.
3. Setelah itu kita dapat mmbuat timeschedule dari tenaga kera dan bahan.
Saran
Sebaiknya di perhitungkan kembali secara rinci, agar hasil yang di dapat
sesuai dengan anggaran yang ada.akan lebih baik waktu perlaksanaan
sesuai dengan adwal yang ada dengan menperhitungkan biaya secara
efisien dan ekonomis.
100
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bukhari RA. dan Maimunah. 2005. Perencanaan Trase Jalan Raya. Banda Aceh:
Fakultas Teknik Universitas Syah Kuala.
Ramaya safrizal. 08c10203011 .2013 . perencanaan dan pengujian material jalan
raya . meulaboh: teknik universitas teuku umar
Sukirman, Silvia. 1999. Dasar dasar perencanaan Geometrik Jalan. Bandung:
Nova