PENDAHULUAN
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel
(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Perencanaan geometrik jalan adalah suatu perencanaan rute dari suatu jalan
secara lengkap, menyangkut beberapa komponen jalan yang dirancang
berdasarkan kelengkapan data dasar, yang didapat dari hasil survey
lapangan, kemudian dianalisis berdasarkan acuan persaratan yang berlaku
(modul jalan raya 1, 2012).
Selain itu, Perencanaan geometrik jalan dapat juga diartikan sebagai suatu
bagian dari perencanaan konstrusi jalan dimana geometrik atau dimensi
yang nyata dari suatu jalan beserta bagian-bagian disesuaikan dengan
tuntutan serta sifat-sifat lalu lintasnya. Perencanaan tersebut disesuaikan
dengan persyaratan parameter pengendara,kendaraan dan lalu
lintas.Parameter tersebutmerupakan penentu tingkat kenyamanan dan
keamanan yang dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan( Silvia
Sukirman, 1999 ).
a. Keadaan Geografi
Keadaan Geografi adalah keadaan permukaan (medan) dari
daerah-daerah yang akan dilalui oleh jalan yang akan dibuat
yang dapat dilihat dalam peta topografi. Peta topografi ini perlu
untuk menghindari sejauh mungkin bukit-bukit, tanah yang
berlereng terjal, tanah yang berawa-rawa dan lainnya. Apabila
diperlukan, maka dapat dilakukan survey pengukuran topografi
ulang demi ketelitian kerja.
b. Keadaan Geologi
Keadaan Geologi dari daerah yang akan dilalui, harus
diperhatikan juga karena banyak fakta yang menunjukan adanya
bagian jalan yang rusak akibat pengaruh keadaan geologi.
Dengan adanya data yang menyatakan keadaan geologi
permukaan medan dari daerah yang akan dibuat, dapat dihindari
daerah yang rawan. Contohnya adalah adanya bagian jalan yang
patah atau longsor sebagai akibat dari tidak adanya data geologi
saat jalan direncanakan (RSNI. T-14-2004).
Keterangan;
Δ = sudut tangen (º).
Tc = panjang tangen jarak dari TC ke PI (m).
𝑹𝒎𝒊𝒏 = jari-jari lingkaran (m).
Ec = jarak luar dari PI ke busur lingkaran (m).
Lc = panjang busur lingkaran (m).
Gambar 2.1. Tikungan Full Circle (FC)
b. Tikungan Spiral–Circle–Spiral (SCS)
Bentuk tikungan ini digunakan pada daerah-daerah perbukitan
atau pegunungan, karena tikungan jenis ini memilki lengkung
peralihan yang memungkinkan perubahan menikung tidak
secara mendadak dan tikungan tersebut menjadi aman.
𝑻𝒔 = (𝑹 + 𝑷). 𝒕𝒂𝒏. ½ ∆ + 𝒌
(𝑹+ 𝑷 )
𝑬𝒔 = 𝒄𝒐𝒔𝟏/ 𝟐 𝚫 − 𝑹
𝑳 = 𝟐𝑳𝒔
Keterangan:
Es = Jarak dan PI ke busur lingkaran (m).
Ts = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST
(m).
TS = Titik dari tangen ke spiral (m).
SC = Titik dari spiral ke lingkaran (m).
Rc = Jari-jari lingkaran (m).
2. Superelevasi
Penggambaran superelevasi dilakukan untuk mengetahui kemiringan-
kemiringan jalan pada bagian tertentu, yang berfungsi untuk
mempermudah dalam pekerjaannya atau pelaksanaannya dilapangan.
a. Pencapaian Superelevasi
1) Superelevasi dapat dicapai secara bertahap dari
kemiringan melintang normal pada bagian jalan yang lurus
sampai kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian
lengkung.
2) Pada tikungan spiral-circle-spiral, pencapaian superelevasi
dilakukan secara linier, diawali dari bentuk normal sampai
lengkung peralihan (TS) yang berbentuk pada bagian lurus
jalan, lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh pada
akhir bagian lengkung peralihan.
3) Pada bagian full circle, pencapaian superelevasi dilakukan
secara linier, diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls
sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang 1/3 Ls.
Pada tikungan spiral-spiral, pencapaian superelevasi
seluruhnya dilakukan pada bagian spiral. Superelevasi
tidak diperlukan jika radius cukup besar, untuk itu cukup
lereng luar diputar sebesar lereng normal (LN) atau
bahkan tetap lereng normal (LN).
b. Diagram Superlevasi
1) Tikungan Full Circle (FC)
Ada 2 jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua
bagian lurus (tangen) adalah:
1. Lengkung Vertikal Cekung
Lengkung vertikal cekung adalah lengkung dimana titik perpotongan
antara kedua tangent berada dibawah permukaan jalan.
3. Profil Memanjang
Dengan melihat pada Tinggi Tanah Asli (TTA) maka dibuat Tinggi
Rencana (TR), sehingga berdasarkan tinggi rencana tersebut diperoleh
elevasi untuk menghitung luas dan volume galian timbunan.
1. Landai Jalan
Landai jalan menunjukan besarnya kemiringan dalam suatu jarak
horizontal yang dinyatakan dalam persen. Sebuah kendaraan bermotor
akan mampu menanjak dalam batas-batas landai tertentu. Kemampuan
menanjak ini, selain dipengaruhi oleh besarnya landai jalan juga
dipengaruhi oleh panjangnya landai jalan. Jadi, ada batas landai jalan
yang disebut landai maksimum yaitu besarnya harus disesuaikan
dengan panjang landai yang disebut panjang kritis.
Spesifikasi standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan untuk jalan
luar kota dari Bina Marga (rancangan Akhir) dengan ketentuan
sebagai berikut
Keterangan:
BT = Beda Tinggi
JL = Jarak Langsung
4. Profil Melintang
3. Bahu Jalan
Bahu Jalan adalah bagian jalan yang berdampingan di tepi jalur lalu
lintas, harus diperkeras, berfungsi untuk lajur lalu lintas darurat, ruang
bebas samping dan penyangga perkerasan jalan, kemiringan yang
digunakan 3-5 %.
4. Median
Median adalah bagian jalan yang secara fisk memisahkan jalur lalu
lintas yang berlawanan arah. Namun, dalam perencanaan ini tidak
digunakan median.
1.1. Analisa
Dari hasil perhitungan di atas dapat kami analisis bahwa untuk menghindari
terjadinya kecelakaan dalam mendesain geometri jalan harus
memperhatikan beberapa hal yaitu topografi, sudut tikungan, kelandaian,
dan medan di lapangan. Hal tersebut harus dipikirkan matang-matang agar
kenyamanan dan keamanan pengendara dapat diutamakan dan dijaga. Dari
desain yang kami buat dapat dilihat bahwa kami menjaga agar kenyaman
pengendara tetap kami jaga walaupun topografi kurang baik untuk dibangun
jalan berliku atau memiliki banyak tikungan.
Selain topografi, sudut tikungan pun harus di perhatikan agar saat menikung
pengendara dapat nyaman dan terhindar dari kecelakaan akibat kesalahan
perencanaan. Hal itu karena banyaknya aspek yang perlu ditinjau didalam
tikungan sehingga harus sangat berhati-hati dan teliti dalam mendesain dan
menghitung. Dari hal itu dapat kita lihat bahwa sudut tikungan pun tidak
bisa sembarangan dibuat karena dapat berakibat fatal bagi kenyamanan dan
keamanan pengendara.
Kelandaian dan medan dilapangan pun merupakan hal yang cukup kritis,
sebab dalam mendesain geometri jalan haruslah memperhatikan jenis
kenadaraan yang lewat sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi
pengendara lainnya. Karena itu, saat mendesain geometri jalan kelandaian
harus diperhitungkan dengan sangat matang dan teliti agar kendaraan yang
lewat dapat terhindar dari bahaya.
Berdasarkan data yang telah dihitung didapatkan :
1. Pada tikungan 1 digunakan tikungan Spiral - Spiral (SS), dengan :
a. Ts = 24,148
b. Es = 56,948
c. Lc = -10,754
2. Pada tikungan 2 digunakan tikungan Spriral-Circle-Spiral (SCS),
dengan :
a. θs = 813,1369
b. Δc = 108,796
c. Lc = 189,789
d. Yc = 3,501
e. Xc = 45,592
f. K = 22,864
g. P = 0,884
h. Ts = 213,375
i. Es = 56,9478
j. Lt = 281,455
3. Kecepatan Rencana sebesar 55 Km/jam.
4. Jenis jalan adalah jalan kolektor, dengan spesifik perbukitan.
5. Over Lapping sebesar 220 m.
6. Jarak Pandang Henti sebesar 446,54 m.
7. Didapatkan rata-rata kelandaian memanjang sebesar 14%, dan rata-
tata kelandaian melintang sebesar 19 %.
8. Didapatkan total volume galian sebesar 6889,89 m3 dan timbunan
sebesar 38439,63 m3. Hal ini disebabkan pembuaan jalan yang
berada di daerah perbukitan, mengaibatkan elevasi tanah disetiap
STA tidak sama.