Anda di halaman 1dari 40

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

BAB I
PENDAHULUAN
PERENCANAAN GEOETRIK JALAN RAYA
I.1 Latar Belakang
Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu
lintas dari suatu tempat ketempat lain. Arti lintasan menyangkut tanah
yang diperkuat (diperkeras) dan jalur tanah tanpa perkerasan.Sedangkan
lalu lintas menyangkut semua benda dan mahkluk yang melewati jalan
tersebut, baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor
seperti: sepeda, manusia dan hewan.

Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan


jalan yang dititikberatkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat
memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang
optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses ke rumah-rumah. Dasar
dari perencanaan geometrik jalan adalah sifat gerakan, ukuran kendaraan.
Sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya dan
karakteristik arus lalu lintas. Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan
pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan serta
ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dalam
keamanan yang diharapkan.

Perencanaan geometrik baru dikenal di Indonesia sekitar pertengahan


tahun 1980, kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak
tahun 1980. Dalam laporan ini diuraikan perencanaan geometrik jalan
khususnya untuk jalan baru antar kota ( rural road ) sesuai dengan “Tata
Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota” ( Dirjen Bina Marga,
1997). Untuk hal – hal khusus yang belum ada ketentuan dari Dirjen Bina
Marga digunakan ketentuan AASHTO dan lainnya.

Dalam perencanaan jalan raya, bentuk geometriknya harus


ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat
memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan
fungsinya.
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Sesuai dengan peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970


dari direktorat eksplorasi, survey dan perencanaan, Direktorat Jendral Bina
Marga, Departemen Pemukiman danPrasarana Wilayah, maka jalan dibagi
berdasarkan:

1. Fungsi jalan, mencakup tiga golongan penting yaitu :


a. Jalan Utama
Jalan utama merupakan jalan raya yang melayani lalu lintas
yang cukup tinggi antara kota-kota penting, sehingga harus
direncanakan agar dapat melayani lalu lintas yang cepat dan berat.

b. Jalan Sekunder
Jalan sekunder merupakan jalan raya yang melayani lalu
lintas yang cukup tinggi antara kota-kota penting dan kota-kota
yang lebih kecil serta sekitarnya.

c. Jalan Penghubung
Jalan penghubung merupakan jalan untuk keperluan aktivitas
daerah yang juga dipakai sebagai penghubung antara jalan-jalan
dari golongan yang sama atau berlainan.

2. Volume dan Sifat Lalu Lintas


Volume lalu lintas mempunyai jumlah lalu lintas perhari dalam 1
tahun, ini dinyatakan dalam satuan harian “Lalu Lintas Harian rata-rata
(LHR)”. Volume lalu lintas dinyatakan dalam “Satuan Mobil
Penumpang (smp)” yang besarnya menunjukkan LHR untuk kendaraan
2 jurusan. Dari besarnya LHR dalam smp menurut data, akan diperoleh
klasifikasi jalan yang bersangkutan.

Menurut peraturan No. 13/1980 tentang jalan, system jaringan


jalan primer didefinisikan sebagai berikut: “Jaringan Jalan Primer
merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan merupakan system
jalan untuk membantu pembangunan semua daerah dengan
menghubungkan pusat-pusat untuk pelayanan masyarakat yang
merupakan atau akan menjadi kota-kota. Kemudian peraturan itu
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

mengelompokan jalan raya menjadi 3 kategori berdasarkan fungsinya


sebagai berikut :

a. Jalan Arteri
Jalan Arteri merupakan jalan yang melayani angkutan primer
yang memerlukan rute jarak jauh, kecepatan rata-rata yang tinggi
dan jumlah jalan masuk yang terbatas yang dipilih secara efisien.

b. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor merupakan jalan yang melayani penampungan
dan pendistribusian transportasi yang memerlukan jarak sedang,
kecepatan rata-rata yang sedang dan mempunyai jalan masuk yang
jumlahnya terbatas.

c. Jalan Lokal
Jalan Lokal merupakan jalan yang melayani transportasi lokal
yang memerlukan rute jarak pendek, kecepatan rata-rata yang
rendah dan mempunyai jalan masuk dalam jumlah yang tak
terbatas.

I.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang permasalahan ini yang telah dipaparkan,
adapun tujuan dari dibuatnya laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk dapat menguasai teknik perencanaan geometrik ( Alinyement


Vertikal dan Alinyement Horizontal ) dan tata cara pembuatan
konstruksi jalan raya serta memahami permasalahan dan cara
pemecahannya.
2. Untuk dapat menghasilkan desain geometrik jalan yang
memaksimalkan rasio tingkat penggunaan biaya pelaksanaan.
3. Untuk dapat menghasilkan infrastruktur yang aman dan efisien
pelayanan arus lalu lintas serta memaksimalkan pelaksanaan ruang,
bentuk dan ukuran.
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

I.3 Dasar Perencanaan Geometrik


Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan
jalan yang dititik beratkan pada alinyement horizontal dan alinyemen
vertikal sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yang
memberikan kenyamanan yang optimal pada arus lalu lintas dan sebagai
akses ke rumah-rumah. Dalam lingkup perencanaan geometrik tidak
termasuk tebal perkerasan jalan, walaupun dimensi dari bagian
perencanaan jalan seutuhnya, demikian pula dengan drainase jalan. Jadi
tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infrastruktur
yang aman, efisien pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan rasio
tingkat penggunaan biaya pelaksanaan. Ruang, bentuk, dan ukuran jalan
dikatakan baik jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pemakai jalan ( Silvia Sukirman, 1999 : 17 ).

Dalam merencanakan suatu konstruksi jalan raya harus memiliki data


perencanaan, diantaranya data topografi, ddata lalu lintas, data tanah dan
penunjang lainnya. Semua data ini diperlukan dalam merencanakan
konstruksi jalan raya karena dapat memberikan gambaran yang sebenarnya
dari kondisi suatu daerah dimana ruas jalan ini dibangun.

I.4 Data Peta Topografi


Keadaan topografi dalam penerapan trase jalan memegang peranan
penting karena akan mempengaruhi penerapan alinyement, keadaaan jalan,
jarak pandang, penampang melintang, saluran tepi dan lain sebagainya.
Untuk lokasi dengan daerah dasar, pengaruhnya tidak begitu nyata.
Penentuan trase dapat dengan daerah datar, Penentuan trase dapat dengan
daerah datar. Penentuan trasenya dapat dengan bebeas ditarik kemana saja
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

disesuaikan dengan arah dan tujuan rute jalan raya yang direncanakan.
Untuk daerah perbukitan atau daerah pegunungan adalah sebaiknya.
Topografi sangat mempengaruhi pemilihan lokasi serta penerapan bagian-
bagian jalan lainnya, bahkan mungkin akan mempengaruhi penetapan tipe
jalan ( Hamirham Saodeng, 2004 147 ).

Secara umum trase jalan pada daerah perbukitan, selalu mengikuti


kontur dari topografi, sehingga banyak berkelok – kelok dikarenakan untuk
mempertahankan kelandaian. Memanjang (grade) jalan. Namun demikian
yang paling utama adalah grade disesuaikan dengan persyaratan yang ada,
agar kendaraan – kendaraan besar masih bias melaluinya, (Hamirham
Saodang, 2004 : 47)

I.5 Data Lalu Lintas

Data lalu lintas adalah data utama yang diperlukan dalam


perencanaan teknik jalan, karena kapasitas jalan yang akan direncanakan
tergantung dari komposisi lalu lintas yang akan digunakan pada suatu
segmen jalan yang akan ditinjau. Besarnya volume atau arus lalu lintas
diperlukan untuk menentukan jumlah dan lebar jalan pada suatu jalan
dalam penentuan karakteristik geometrik. Sedangkan jenis kendaraan akan
menentuan kelas beban atau muatan sumbu terberat yang akan
berpengaruh langsung pada perencaan kontruksi perkerasan (Hamirham
Saodang, 2004 : 34)

Analisa data lalu lintas pada intinya dilakukan untuk menentukan


kapasitas jalan. Unsur lalu lintas adalah benda atau pejalan kaki sebagian
bagian dari lalu lintas, sedangkan unsur lalu lintas diatas roda disebut
dengan kendaraan.

I.6 Pengertian Jalan

Jalan adalah prasarana trasnsportasi darat yang meliputi segala


bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap perlengkapannya yang
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

diperlukan bagi lalu lintas, yang berbeda, pada permukaan tanah, dibawah
permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah , Nomor 34
Tahun 2006)

Jalan raya adalah jalur tanah diatas permukaan bumi yang dibuat oleh
manusia dengan bentuk, ukuran – ukuran dan jenis konstruksinya,
sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan ,
dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat
lainnya dengan mudah dan cepat.

Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus


ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat
memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan
fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah
menghasilkan insfrastruktur yang aman, efesiensi pelayanan arus lalu
lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga
memberikan rasa aman dan nyamannya kepada pengguna jalan.

I.7 Klasifikasi Jalan

Pengelompokan jalan terbagi berdasarkan :

I.7.1 Kelas jalan (pasal 19 UU NO.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan) terdiri atas :

a. Jalan Kelas I
Jalan kelas I yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm, ukuran paling tinggi
4.200 mm dan muatan sumbu terberat 10 ton.
b. Jalan Kelas II
Jalan kelas II yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dengan
lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

12.000 mm, ukuran paling tinggi 11.200 mm dan sumbu muatan


terberat 10 ton.
c. Jalan Kelas III
Jalan kelas III yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan
yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm,
ukuran paling tinggi 3.500 mm dan muatan sumbu terberat 8 ton.
d. Jalan Kelas Khusus
Jalan kelas khusus yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 mm, ukuran panjang
melebihi 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm dan sumbu
terberat lebih dari 8 ton.
I.7.2 Fungsi Jalan (pasal 8 UU NO. 38 Tahun 2004 tentang jalan) terdiri
atas :

a. Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
c. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan lingkungan, dengan ciri perjalanan jarak pendek,
dan kecepatan rata-rata rendah.
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

PERHITUNGAN LHR DAN KLASIFIKASI JALAN


1. Perhitungan LHR
Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) berdasarkan data lalu lintas
pada tahun 2022 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) berdasarkan data
lalu lintas pada tahun 2022.
Jenis
Berat Jumlah Tingkat Pertumbuhan
Kendaraan
Mobil
2 Ton 905 5%
Penumpang

Bus 8 Ton 295 5%

Truk 2 As 13 Ton 300 4%

Truk 3 As 20 Ton 55 3%

Total LHR : 1620 Kendaraan/ hari/ 2 jurusan

Data lain yang diketahui :


- Masa Pelaksanaan Konstruksi : 1 Tahun
- Jalan direncanakan dibuka tahun : 2023
- Perkembangan selama masa Konstruksi :6%
- Umur rencana jalan : 10 tahun
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Untuk menghitung besar lalu lintas harian rata-rata (LHR) dengan rumus :
LHR = ( 1 + i )n x Jumlah Kendaraan.
LHRsmp = ( LHR ) x Faktor ekivalen
Dimana :
LHR : Lalu Lintas Harian rata-rata (kend/hari/2jurusan)
i : Perkembangan lalu lintas
n : Jumlah tahun rencana
LHRsmp: Pengekivalenan LHR dalam satuan mobil penumpang

Tabel 1.2 Tabel Faktor ekuivalen mobil penumpang (emp) menurut Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) No.036/TBM/1997.
No Jenis Kendaraan Datar/Perbukitan Pegunungan

1 Sedan, Jeep, Stasion Wagon 1,0 1,0

2 Pick-Up, Bus Kecil, Truk 1,2 – 2,4 1,9 – 3,5


kecil

3 Bus dan Truk Besar 1,2 – 5,0 2,2 – 6,0

Disesuaikan dengan kontur daerah yang akan direncanakan (daerah yang datar),
maka faktor ekuivalen yang diambil adalah:

 Kendaraan ringan :1

 Bus : 1,2

 Truck 2 As : 1,8

 Truck 3 As : 2,4

a. LHR pada tahun 2022


Kendaraan ringan = 550 kend/hari
Bus = 420 kend/hari
Truk 2 As = 300 kend/hari
Truk 3 As = 350 kend/hari
b. LHR pada masa konstruksi (2022-2025)
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

(Selang 3 tahun dengan i = 1,8%)


Kendaraan ringan : ( 1 + 0,035 )3 x 550 = 592,29 kend/hari
Bus : ( 1 + 0,020 )3 x 420 = 452,29 kend/hari
Truck 2 As : ( 1 + 0,025 )3 x 300 = 323,07 kend/hari
Truck 3 As : ( 1 + 0,018 )3 x 350 = 376,91 kend/hari

c. LHR selama umur rencana (2025 – 2040)

(Selang waktu 15 tahun)


10
Kendaraan ringan : (1 + 0,035) x 592,29 = 992,29 kend/hari
10
Bus : (1 + 0,020) x 452,29 = 608,73 kend/hari
10
Truck 2 As : (1 + 0,025) x 323,07 = 467,90 kend/hari
10
Truck 3 As : (1 + 0,018) x 376,91 = 492,56 kend/hari
Jadi, jumlah LHR dalam satuan mobil penumpang (smp) adalah :
Kendaraan ringan : 992,29 x 1,0 = 992,29 smp/hari
Bus : 608,73 x 1,2 = 730,47 smp/hari
Truck 2 As : 467,90 x 1.8 = 842,22 smp/hari
Truck 3 As : 492,56 x 2.4 = 1182,14 smp/hari
LHRtotal = 3747,12 smp/hari

Klasifikasi jalan sebagai berikut:


Tabel 1.3 Tabel klasifikasi jalan.
KlasifikasiFungsi Kelas LHR (dalam SMP / hari)
Utama I > 20000
II A 6000 – 20000
Sekunder II B 1500 – 8000
II C < 2000
Penghubung III -
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Berdasarkan daftar standar perencanaan geometric jalan, maka jalan dengan


LHR 3747,12 smp /hari termasuk dalam klasifikasi “ Jalan Raya Sekunder II
B”

2. Penetuan Lajur jalan


Menentukan Lajur jalan atau lebar perkerasan dapat dilihat bedasarkan Volume
Jam Perencanaan jalan yang direncanakan.
k = faktor rasio jam kerja
Volume Jam Perencanaan = LHRtotal x k
= 3747,12 x 0,12 = 449,65 smp/jam
Maka dari itu, lajur yang direncanakan sebanyak 2 lajur 2 arah tak terbagi (UD)
dengan ukuran 2 x 3,00 meter.

3. Penentuan Klasifikasi Medan


Klasifikasi medan dapat dibedakan berdasarkan lereng melintang. Untuk
menghitung lereng melintang dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

y
×100
Lereng melintang = x %
Dimana:
y = Kontur tertinggi – kontur terendah
x = Panjang Horizontal (cm)
Tabel 1.4 Tabel golongan medan dan lereng melintang
Golongan Medan Lereng Melintang

Datar (D) 0 s/d 9,9 %


Bukit (B) 10 s/d 24,9%
Gunung (G) > 25 %
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Dari peta situasi didapat:


 Potongan 1-2
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 92,533 m – 86,642 m
= 5,891 m
x = 12,5 cm
= (12,5 cm x 5000) : 100
= 625 m

Lereng melintang:
5,891
ln= ×100 %=0,94 %
625

 Potongan 2-3
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 94,591 m – 92,533 m
= 0,057 m
x = 18,5 cm
= (18,5 x 5000) : 100
= 925 m
Lereng melintang:
0,057
ln= ×100 %=0,01%
925

 Potongan 3-4
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 94,170 m – 92,591 m
= 1,579 m
x = 17 cm
= (17 cm x 5000) : 100
= 850 m
Lereng melintang:
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

1,579
ln= ×100 %=0,19 %
850

 Potongan 4-5
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 94,170 m – 90,132 m
= 4,038 m
x = 15 cm
= (15 cm x 5000) : 100
= 750 m
Lereng melintang:
4,038
ln= × 100 %=0,54 %
750
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Karena besarnya lereng melintang antara 0% s/d 9,9%, maka klasifikasi


medan termasuk golongan “Datar”.
Tabel 1.5 Tabel klasifikasi medan.
Tipe Tipe Kapasitas Dasar (smp/jam) Catatan
Jalan Alinyemen Perkotaan Luar Bebas
Kota Hambatan
6 atau 4 Datar 1650 1900 2300 Per lajur
lajur Bukit - 1850 2250
terbagi/ Gunung - 1800 2150
satu arah
4 lajur Datar 1500 1700 - Per lajur
tak Bukit - 1650 -
terbagi Gunung - 1600 -
2 lajur Datar 2900 3100 3400 Total 2
tak Bukit - 3000 3300 arah
terbagi Gunung - 2900 3200

Sumber: MKJI, 2007


Dari daftar standar perencanaan geometrik, LHRtotal = 781,13 smp/hari,
termasuk dalam klasifikasi jalan II C dengan klasifikasi medan ”Datar” akan
didapat data sebagai berikut :
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Tabel 1.6 Tabel klasifikasi Jalan.

- Kecepatan rencana : 60 Km/jam


- Lebar daerah penguasaan minimum : 30 meter
- Lebar perkerasan : (2 x 3,00)
- Lebar bahu : 2,50 m
- Lereng melintang bahu :6%
- Lereng melintang perkerasan : 3%
- Miring tikungan maksimum : 10%
- Jari-jari (R) lengkung minimum : 115 m
- Landai maksimum :6%
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

BAB II
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL

A. Lengkung Horizontal
1. Circle
Digunakan untuk sudut tangen () kecil dari jari-jari yang besar yang
mana batasannya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tabel Kecepatan Rencana dan R minimum.
Kecepatan rencana (Vr) Km/jam R minimum (m)
120 560
100 370
80 210
60 115
50 80
40 50

Tahap penyelesaian
a. Ukur sudut tangen () dari trase
b. Tentukan kecepatan rencana (Vr) berdasarkan pada standar
perencanaan geometrik jalan raya.
c. Ambil nilai jari-jari (R) dengan ketentuan di atas
d. Tentukan Tc, Lc dan Ec
1
Tc=R . tan ∆
2

Lc= πR=0,01745. ∆ . R
1800
1
Ec=T . tan ∆
4
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

2. Spiral-Circle-Spiral
Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian circle,
yang panjangnya diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa
perubahan gaya sentrifugal dari 0 (pada bagian lurus) sampai di mana
mencapai harga berikut :
m×V
F control =
R×L
V V ×K
Harga Ls minimal ¿ 0,002 −2,727
R ×C C
Dimana :
Ls = Panjang lengkung Spiral (m)
V = Kecepatan Rencana
R = Jari-jari
C = Perubahan Kecepatan (m/det), dianjurkan C = 0,4 m/det
K = superelevasi
Adapun jari-jari yang diambil pada tikungan ini haruslah sesuai dengan
kemiringan tikungan dan tidak mengakibatkan adanya kemiringan
tikungan yang melebihi harga maksimum yang telah ditentukan, yaitu :
 Kemiringan maksimum jalan antar kota = 0,10
 Kemiringan maksimum jalan dalam kota = 0,08
Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan untuk setiap rencana
ditentukan berdasarkan :
 Kemiringan tikungan maksimum
 Koefisien gesekan melintang maksimum
2
V
R=
127(e+ fm)
Dimana :
e = Kelandaian tikungan (%)
fm = Koefisien gesekan melintang maksimum
Untuk jari-jari lengkung yang cukup besar sehingga tidak perlu adanya
kemiringan tikungan dapat dilihat dalam daftar II Standar Perencanaan
Alinyemen.
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Tahap penyelesaian
a. Ukur sudut tangen () dari trase
b. Tetapkan nilai R dan Vr
c. Maka dari tabel emaks akan didapat :
e = …… %
Lsmin = …….m
d. Hitung nilai :
90× Lsmin
θs=
πRc
e. Hitung nilai c =  - s
f. Hitung nilai :
∆c
Lc= o
πRc
180
Bila Lc > 25, maka bentuk tikungannya spiral-circle-spiral
g. Tentukan nilai p dan k
h. Cari Ts = ( Rc + p) tan ½  + K
i. Cari Es = ( Rc + p ) sec ½  - Rc

3. Spiral-Spiral
Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan-tikungan tajam. Adapun
rumusnya sama dengan rumus-rumus untuk tikungan spiral-sircle-spiral,
hanya yang perlu diperhatikan adalah tahap-tahap penyelesaiannya, yaitu :
a. Ukur sudut tangen () dari trase dan tentukan V
b. Tentukan harga R, dari tabel akan didapat Lsmin& emax
c. Cari s = ½ 
θs.R
¿Ls min ¿
d. Cari Ls = 28,648
Bila tidak memenuhi syarat ambil harga L yang lain
e. Bila tidak memenuhi syarat, ambil harga R yang lain (dengan metode
trial and error)
f. Ambil harga p dan k dengan rumus
P = P* . Ls P* dan K* diambil dari tabel
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

P = K* . Ls
Tabel 2.2 Tabel besaran p* dan k*

g.

Cari Ts= ( R + P ) tan ½  + K


h. Cari Es = ( R + P ) sec ½  - Rc
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

B. Diagram Superelevasi
1. Untuk circle, walaupun tikungan ini tidak mempunyai lengkung peralihan
akan tetapi diperlukan adanya lengkung peralihan fiktif (Ls’).
'
L s =B × e m × e
Dimana :
em = Kemiringan melintang maksimum relatif
(superelevasi tikungan yang bersangkutan)
B = Lebar perkerasan
m = 1 ; landai relatif maksimum antara tepi perkerasan (lihat
daftar II, tergantung pada Vr)
2. Hitung nilai :
2
V
e m= dan harga Vr didapat dari tabel
127 × R
3. Cari ¾ Ls’ dan ¼ Ls’
4. Gambar
Untuk bentuk lain langsung digambar karena sudah ada Ls
Cara menentukan superelevasi adalah :
 Buat garis en dan em relatif (em relatif untuk sp dalam bentuk titik)
sehingga didapat titik A dan B.
 Hubungkan titik A dan B sehingga didapat titik C.
 Hubungkan C dan D, sebagian putus-putus.
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

C. Pelebaran Perkerasan pada Tikungan


Rumus : B=n ( b' + c ) + ( n−1 ) Td +Z
Dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan (m)
n = Jumlah jalur
b’ = Lebar lintasan kendaraan truck pada tikungan (m)
c = Kebebasan samping (0,80 meter)
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan (m)
Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi (m)
Jika :
1000
 ≤ 6, nilai-nilai dalam mencari pelebaran perkerasan terdapat
R
dalam grafik I PPGJR (terlampir)
1000
 >6 , nilai-nilai dapat dicari dengan rumus :
R
b ' =2,4+ R−√ R 2−P2 dengan p = 6,1 m

Td=√ R2 + A(2 P+ A)−R dengan A= 1,2 m (tonjolan ke depan)


V
Z=0,105
√R
Untuk B’ = lebar jalan
Jika * B < B’ , tidak perlu ada pelebaran perkerasan
* B > B’ , perlu ada pelebaran perkerasan

D. Kebebasan Samping dalam Tikungan


Sesuai dengan panjang jarak pandangan yang diperlukan baik jarak pandangan
henti maupun menyiap diperlukan kebebasan samping.
Pada tikungan tidak selalu harus diberi kebebasan samping, hal ini tergantung:
a) Jari-jari tikungan (R)
b) Kecepatan rencana (Vr) yang langsung berhubungan dengan pandangan
(s)
c) Keadaan medan jalan.
Seandainya menurut perhitungan diperlukan adanya kebebasan samping
akan tetapi keadaan medan tidak memungkinkan, maka diatasi dengan
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

meberikan / memasang rambu peringatan sehubungan dengan kecepatan yang


diizinkan.
Dalam meninjau kebebasan samping tikungan suatu tikungan ada 2
kemungkinan teori sebagai pendekatan
1. Bila jarak pandang lebih kecil dari panjang tikungan (S < L).
Bila S < L, maka rumus yang digunakan :
o
90 .S
m = R ( 1 – Cos π .R )
Dimana :
m = ordinat tengah sumbu jalur dalam ke penghalang
2. Bila jarak pandang lebih besar dari pada panjang tikungan (S > L)
Bila S > L, maka rumus yang digunakan :

90o .S
m = R ( 1 – Cos π .R ) + ½ (S – L) Sin π .R ( )
90 o .L

Kedua rumus diatas merupakan formula yang digunakan oleh bina


marga. Adapun cara lainnya dengan menggunakan grafik II Peraturan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya dengan ketentuan sebagai berikut :
 Bila S > L
R’ = R – ¼ lebar jalan = R – ½ lebar jalan
Hitung : L/R’ = ……
L/S = ……
(dari grafik didapat mg, maka didapat harga m)
 Bila S < L
Maka L/R’ diganti dengan :
S/R’ = …….
L/S = …….
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

 Bentuk Tikungan Circle

Bentuk tikungan diatas digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari


besar dan sudut tangen yang relatif kecil.
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

 Bentuk Tikungan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)


PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

 Bentuk Tikungan Spiral-spiral (S-S)


PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL

Tikungan I
1. Full Circle
 = 103o emax = 10%
Vren = 60 Km/jam
Rren = 115 meter
2 2
V 60
fmax = = =0,246491 m
127× R 127× 115
V2 602
R = 127(emax  f max ) = 127(0,1+0,246491) = 81,810 m

Jadi 81,230 m < 115 m, sehingga bentuk Full Circle tidak bisa digunakan.

2. Spiral – Circle – Spiral


 = 103o
Rmin = 115 meter
Vren = 60 Km/jam
Dari tabel panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi metode
Bina Marga dapat diperoleh nilai e dan Ls dengan cara interpolasi.
Tabel 2.3 Tabel panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi
yang dibutuhkan.
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Berdasarkan tabel panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi


didapatkan :
x = 0,101
e = 0,101
Lsmin = 60
Dengan rumus:
Ls 60
2.π . R × 360 °
 2s = × 360 = 2× 3,14 ×115
o
= 29,909 o

s = 14,954o
 c = -2s = 103o – 2(14,954o)= 73,091o
Δc
o
.2 π . R 73,091° × 2× 3,14 ×115
 Lc = 360 = 360 ° = 146,629 m

Karena Lc > 20 m, maka bentuk S-C-S dapat digunakan.

 L = Lc + 2Ls = 146,629 + (2 x 60) = 266,629 m


2
Ls 60 2
 y = 6 . R = 6 ×115 = 5,217 m

3
Ls 60
3
Ls−
 x = 40 . R = 60− 40 ×1152 = 59,592
2

 P = y - Rmin (1 – Cos s) = 5,217 – 115 (1 – Cos 14,954o) = 1,323 m


 k = x – Rmin Sin s = 59,592 – (115 × Sin 14,954o) = 29,916 m
 Ts = ( R + P ) tan (1/2 ∆ ) + k
= (115+ 1,323) tan (1/2 × 103) + 29,916
= 176,154 m
 Es = ( R + P ) Sec (1/2 ∆) – R
= (115 + 1,323) Sec (1/2 × 103) – 115
= 71,859 m
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

3. Spiral – Spiral
Data-data yang diketahui yaitu:
 = 103o
Rrencna = 115 meter
Vren = 60 km/jam
emax = 10%
Lsmin = 60
1 1
θ s= × ∆= ×103=51,5
2 2
θs × π × Rc 51,5 × 3,14 ×115
Ls¿ = =206,629 meter
90 90
Syarat : Ls > Lsmin
206,629 > 60 ………(Ok !), maka bentuk Spiral-Spiral dapat digunakan.

Dengan diketahuinya nilai


θ s = 51,5o maka dari tabel besaran p* dan k*
yang terdapat pada tabel 2.2 diperoleh nilai :
p* = 0,1098687
k* = 0,4796494
jadi , p = p* × Ls
= 0,1098687× 206,629
= 22,702 meter
k = k* × Ls
= 0,4796494× 206,629
= 99,110 meter
L = 2Ls
= 2 × 206,629
= 413,259 meter
Ts = (Rc + p) tan ½ Δ + k
= (115 + 22,702) tan (1/2 x 103o ) + 99.110
= 272,225 meter
Es = (Rc + p)sec ½ Δ - Rc
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

= (115 + 22,702) sec (1/2 x 103o ) – 115


= 106,203 meter

Dilihat dari nilai Ts dan Es yang terkecil atau minimum antara hasil
perhitungan antara S-C-S dengan S-S, maka tikungan I berbentuk spiral-
circle-spiral dengan data yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut
:
 = 103o p = 1,323 meter
s = 14,954o Es = 71,859 meter
Lc = 146,629 meter Ls = 60 meter
L = 266,629 meter c = 73,091o
Ts = 176,154 meter e = 0,101 = 10,1 %
Rmin = 115 meter x = 59,592 meter
k = 29,916 meter y = 5,217 meter
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

GAMBAR TIKUNGAN I
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Tikungan II
1. Full Circle
 = 107o emax = 10%
Vren = 60 Km/jam
Rren = 115 meter
2 2
V 60
fmax = = =0,246 m
127× R 127× 115
V2 120 2
=81,810
R = 127(emax  f max ) = 127(0,1+0,246) m

Jadi 81,810 m < 115 m, sehingga bentuk Full Circle tidak bisa digunakan.

2. Spiral – Circle – Spiral


 = 107o
Rmin = 115 meter
Vren = 60 Km/jam
Dari tabel panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi metode
Bina Marga dapat diperoleh nilai e dan Ls dengan cara interpolasi, pada
tabel 2.3.
x = 0,101
e = 0,101
Lsmin = 60
Dengan rumus:
Ls 60
 2s = 2.π . R × 360o = 2 x 3,14 x 115 = 29,909 o

s = 14,954o
 c = -2s = 107o – 2(14,954o ) = 77,091o
Δc
o
.2 π . R 77,091° × 2× 3,14 ×155
 Lc = 360 = 360 ° = 154,654 m

Karena Lc > 20 m, maka bentuk S-C-S dapat digunakan.


PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

 L = Lc + 2Ls = 154,654 + (2 x 60) = 274,654 m


Ls 2 60 2
 y = 6 . R = 6 x 115 = 5,217 m

3
Ls 60
3
Ls−
 x = 40 . R = 60− 40.1152 = 59,592
2

 P = y - Rmin (1 – Cos s) = 5,217 – 115 (1 – Cos 14,954o) = 1,323 m


 k = x – Rmin Sin s = 59,592 – (115 × Sin 14,954o) = 29,916 m
 Ts = ( R + P ) tan (1/2 ∆ ) + k
= (115+ 1,323) tan (1/2 × 107) + 29,916
= 187,117 m
 Es = ( R + P ) Sec (1/2 ∆) – R = (115 + 1,323) Sec (1/2 × 107) – 115
= 80,558 m

3. Spiral – Spiral
Data-data yang diketahui yaitu:
 = 107o
Rrencna = 115 meter
Vren = 60 km/jam
emax = 10%
Lsmin = 60
1 1
θ s= × ∆= ×107=53,5
2 2
θs × π × Rc 53,5 × 3,14 ×115
Ls¿ = =214,654 meter
90 90
Syarat : Ls > Lsmin
214,654 > 60 ………(Ok !), maka bentuk Spiral-Spiral dapat digunakan.

Dengan diketahuinya nilai


θ s = 53,5o , maka dari tabel besaran p* dan k*
yang terdapat pada tabel 2.2 diperoleh nilai :
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

p* = 0,1088822
k* = 0,4798992
jadi , p = p* × Ls
= 0,1088822 × 214,654
= 23,372 meter
k = k* × Ls
= 0,4798992 × 214,654
= 103,012 meter
L = 2Ls = 2 × 214,654
= 429,308 meter
Ts = (Rc + p) tan ½ Δ + k
= (115 + 23,372) tan (1/2 x 107o ) + 103,012
= 290,011 meter
Es = (Rc + p) sec ½ Δ - Rc
= (115 + 23,372) sec (1/2 x 107o ) – 115
= 117,627 meter

Dilihat dari nilai Ts dan Es yang terkecil atau minimum antara hasil
perhitungan antara S-C-S dengan S-S, maka tikungan II berbentuk spiral-
circle-spiral dengan data yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut
:
 = 107o p = 1,323 meter
s = 14,954o Es = 80,558 meter
Lc = 154,654 meter Ls = 60 meter
L = 274,654 meter c = 77,091o
Ts = 187,117 meter e 0,101 = 10,1 %
Rmin = 115 meter x = 59,592 meter
k = 29,916 meter y = 5,217 meter
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

GAMBAR TIKUNGAN II
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Tikungan III
1. Full Circle
 = 116o emax = 10%
Vren = 60 Km/jam
Rren = 115 meter
V2 60 2
fmax = = =0,246 m
127× R 127× 115
V2 120
2
=81,810
R = 127(emax  f max ) = 127(0,1+0,246) m

Jadi 81,810 m < 115 m, sehingga bentuk Full Circle tidak bisa digunakan.

4. Spiral – Circle – Spiral


 = 116o
Rmin = 115 meter
Vren = 60 Km/jam
Dari tabel panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi metode
Bina Marga dapat diperoleh nilai e dan Ls dengan cara interpolasi, pada
tabel 2.3.
x = 0,101
e = 0,101
Lsmin = 60
Dengan rumus:
Ls 60
 2s = 2.π . R × 360 = 2 x 3,14 x 115 = 29,909 o
o

s = 14,954o
 c = -2s = 116o – 2(14,954o ) = 86,091o
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Δc
o
.2 π . R 86,091° × 2× 3,14 ×155
 Lc = 360 = 360° = 172,709 m

Karena Lc > 20 m, maka bentuk S-C-S dapat digunakan.

 L = Lc + 2Ls = 172,709 + (2 x 60) = 292,709 m


Ls 2 60
2

 y = 6 . R = 6 x 115 = 5,217 m

3
Ls 60
3
Ls− 2 60−
 x = 40 . R = 40.1152 = 59,592

 P = y - Rmin (1 – Cos s) = 5,217 – 115 (1 – Cos 14,954o) = 1,323 m


 k = x – Rmin Sin s = 59,592 – (115 × Sin 14,954o) = 29,916 m
 Ts = ( R + P ) tan (1/2 ∆ ) + k
= (115+ 1,323) tan (1/2 × 116) + 29,916
= 216,071 m
 Es = ( R + P ) Sec (1/2 ∆) – R = (115 + 1,323) Sec (1/2 × 116) – 115
= 104,510 m

5. Spiral – Spiral
Data-data yang diketahui yaitu:
 = 116o
Rrencna = 115 meter
Vren = 60 km/jam
emax = 10%
Lsmin = 60
1 1
θ s= × ∆= ×116=58
2 2
θs × π × Rc 58 × 3,14 ×115
Ls¿ = =232,709 meter
90 90
Syarat : Ls > Lsmin
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

232,709 > 60 ………(Ok !), maka bentuk Spiral-Spiral dapat digunakan.

Dengan diketahuinya nilai


θ s = 58o , maka dari tabel besaran p* dan k*
yang terdapat pada tabel 2.2 diperoleh nilai :
p* = 0,0901387
k* = 0,4846454
jadi , p = p* × Ls
= 0,0901387 × 232,709
= 20,976 meter
k = k* × Ls
= 0,4846454 × 232,709
= 112,781 meter
L = 2Ls = 2 × 232,709
= 465,418 meter
Ts = (Rc + p) tan ½ Δ + k
= (115 + 20,976) tan (1/2 x 116o ) + 112,781
= 330,389 meter
Es = (Rc + p) sec ½ Δ - Rc
= (115 + 20,976) sec (1/2 x 116o ) – 115
= 141,598 meter

Dilihat dari nilai Ts dan Es yang terkecil atau minimum antara hasil
perhitungan antara S-C-S dengan S-S, maka tikungan III berbentuk spiral-
circle-spiral dengan data yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut
:
 = 116o p = 1,323 meter
s = 14,954o Es = 104,510 meter
Lc = 172,709 meter Ls = 60 meter
L = 292,709 meter c = 86,091o
Ts = 216,071 meter e 0,101 = 10,1 %
Rmin = 115 meter x = 59,592 meter
k = 29,916 meter y = 5,217 meter
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

GAMBAR TIKUNGAN III


PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN JALAN REL (T)

Anda mungkin juga menyukai