BAB I
Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Lintasan menyangkut jalur tanah yang diperkuat
(diperkeras) dan jalur tanah tanpa perkerasan. Lalu lintas menyangkut semua
benda dan makhluk yang melewati jalan tersebut, baik kendaraan ataupun
kendaraan tak bermotor seperti sepeda maupun manusia (Djamal Abdat, 1981).
besarnya LHR dalam smp menurut data, akan diperoleh klasifikasi jalan
yang bersangkutan.
Menurut peraturan No. 13/1980 tentang jalan, system jaringan jalan
primer didefinisikan sebagai berikut: “Jaringan Jalan Primer merupakan
tanggung jawab pemerintah pusat dan merupakan system jalan untuk
membantu pembangunan semua daerah dengan menghubungkan pusat-pusat
untuk pelayanan masyarakat yang merupakan atau akan menjadi kota-kota.
Kemudian peraturan itu mengelompokan jalan raya menjadi 3 kategori
berdasarkan fungsinya sebagai berikut :
a. Jalan Arteri
Jalan Arteri ini melayani angkutan primer yang memerlukan rute jarak
jauh, kecepatan rata-rata yang tinggi dan jumlah jalan masuk yang
terbatas yang dipilih secara efisien.
b. Jalan Kolektor
Jalan kolektor melayani penampungan dan pendistribusian transportasi
yang memerlukan jarak sedang, Kecepatan rata-rata yang sedang dan
mempunyai jalan masuk yang jumlahnya terbatas.
c. Jalan Lokal
Jalan lokal melayani transportasi lokal yang memerlukan rute jarak
pendek, kecepatan rata-rata yang rendah dan mempunyai jalan masuk
dalam jumlah yang tak terbatas.
Dimana :
Kendaraan Ringan = 1
Bus = 1,2
Truk 2 As = 1,8
Truk 3 As = 2,4
Datar 0 % sd 9,9 %
Perbukitan 10 % sd 24,9 %
Pergunungan ≥ 25 %
Sumber : MKJI
Perhitungan:
Dari peta situasi didapatkan:
Potongan A-B
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 84,5 m – 83,026 m
= 1,474
x = 10 cm
= 500 m
1,474
Lereng melintang (Ln) = × 100% = 0,29 %
500
Potongan B-C
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 86,192m – 84,5 m
= 1,692 m
x = 10,7 cm
= 535 m
1,692
Lereng melintang (Ln) = ×100% = 0,32 %
535
Potongan C-D
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 88,606m – 86,192 m
= 2,414m
x = 9,4 cm
= 470 m
2,414
Lereng melintang (Ln) = × 100% = 0,51 %
470
0,29+0,32+051
Lnrata-rata = =0,37 %
3
Landai maksimum : 5%
BAB II
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL
Tahap penyelesaian :
a. Ukur sudut tangen () dari trase
b. Tentukan kecepatan rencana (Vr) berdasarkan pada standar
perencanaan geometrik jalan raya.
c. Ambil nilai jari-jari (R) dengan ketentuan di atas
d. Tentukan Tc, Lc dan Ec
1
Tc=R . tan ∆
2
∆
Lc= 2 πR=0,01745. ∆ . R
3600
1
Ec=T . tan ∆
4
II.1.2 Spiral-Circle-Spiral
Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian circle,
yang panjangnya diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa
perubahan gaya sentrifugal dari 0 (pada bagian lurus) sampai di mana
mencapai harga berikut :
m×V
F control =
R×L
V V ×K
Harga Ls minimal ¿ 0,002 −2,727
R ×C C
Dimana :
Ls = Panjang lengkung Spiral (m)
V = Kecepatan Rencana
R = Jari-jari
C = Perubahan Kecepatan (m/det), dianjurkan C = 0,4 m/det
K = superelevasi
Adapun jari-jari yang diambil pada tikungan ini haruslah sesuai dengan
kemiringan tikungan dan tidak mengakibatkan adanya kemiringan tikungan
yang melebihi harga maksimum yang telah ditentukan, yaitu :
Kemiringan maksimum jalan antar kota = 0,10
Kemiringan maksimum jalan dalam kota = 0,08
Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan untuk setiap rencana
ditentukan berdasarkan :
Kemiringan tikungan maksimum
Koefisien gesekan melintang maksimum
2
V
R=
127(e+ fm)
Dimana :
e = Kelandaian tikungan (%)
fm = Koefisien gesekan melintang maksimum
Untuk jari-jari lengkung yang cukup besar sehingga tidak perlu adanya
kemiringan tikungan dapat dilihat dalam daftar II Standar Perencanaan
Alinyemen.
Tahap penyelesaian :
a. Ukur sudut tangen () dari trase
b. Tetapkan nilai R dan Vr
c. Maka dari tabel emaks akan didapat :
e = …… %
Lsmin = …….m
d. Hitung nilai :
Ls min
2 θs= × 360o
2 πR
e. Hitung nilai c = - 2s
f. Hitung nilai :
∆c
Lc= −2 πR
360o
Bila Lc > 25, maka bentuk tikungannya spiral-circle-spiral
g. Hitung nilai L = Lc + 2 Ls
h. Tentukan nilai p dan k dengan menggunakan tabel Lsmin
i. Cari Ts= ( Rc + p) tan ½ + K
j. Cari Es= ( Rc + p ) sec ½ - Rc
II.1.3 Spiral-Spiral
Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan-tikungan tajam. Adapun
rumusnya sama dengan rumus-rumus untuk tikungan spiral-sircle-spiral,
hanya yang perlu diperhatikan adalah tahap-tahap penyelesaiannya, yaitu :
a. Ukur sudut tangen () dari trase dan tentukan V
b. Tentukan harga R, dari tabel akan didapat Lsmin & emax
c. Cari s = ½
θs.R
¿Ls min ¿
d. Cari Ls = 28,648
Bila tidak memenuhi syarat ambil harga L yang lain
e. Bila tidak memenuhi syarat, ambil harga R yang lain (dengan metode trial
and error)
Buat garis en dan em relatif (em relatif untuk sp dalam bentuk titik)
sehingga didapat titik A dan B.
Hubungkan titik A dan B sehingga didapat titik C.
Hubungkan C dan D, sebagian putus-putus.
( )
90 o .L
o
90 .S
m = R ( 1 – Cos π . R ) + ½ (S – L) Sin π .R
Kedua rumus diatas merupakan formula yang digunakan oleh bina marga.
Adapun cara lainnya dengan menggunakan grafik II Peraturan Perencanaan
Geometrik Jalan Raya dengan ketentuan sebagai berikut :
Bila S > L
R’ = R – ¼ lebar jalan = R – ½ lebar jalan
Hitung : L/R’ = ……
L/S = ……
(dari grafik didapat mg, maka didapat harga m)
Bila S < L
Maka L/R’ diganti dengan :
S/R’ = …….
L/S = …….
ӨS c ӨS
S-C-S
Lc < 25 m ya
S-S
tidak
P < 0,1 m ya
Full Circle
tidak
e<4% ya
Full Circle
1,5 en
tidak
S-C-S
TIKUNGAN I
Penentuan jenis lengkungan yang akan dipakai pada perencanaan jalan.
1. Full Circle
= 65o
emax = 10%
Vren = 80 Km/jam
Rmin = 210 meter
2 2
V 80
Fmax = = = 0,24 meter
127 x R 127 x 210
V2 80
2
R = = = 148,23 meter
127(e max + f max ) 127(0,10+0,24 )
1 1
Tc = R × tan ∆=210 × tan 65° =¿ ¿133,784 m
2 2
∆c 45,892
Lc = .2 π . RC = . 2 π .210=168,117 m
360° 360 °
1 1
Ec = Tc × tan ∆=133,784 × tan 65 °=38,994 m
4 4
Jadi karena Rhitungan= 148,23 m < Rr = 210 m, atau R < Rmin yang
diisyaratkan, sehingga bentuk Full Circle tidak bisa
digunakan.
= 65 o
Vc = 80 km/jam
Rc = 210 meter
1
Es = ( RC + p ) Sec ( ∆) – RC
2
1
= (210 + 0,976) Sec ( × 65 o) – 210
2
= 40,152 m
3. Spiral-spiral
Data-data yang diketahui yaitu:
Δ = 65o
RC = 210 meter
VC = 80 km/jam
emax = 10%
Ls = 70
ӨS = 0,5 x Δ
= 0,5 x 65o
= 32,5o
ɵs . π . Rmin 32,5. 3,14 . 210
Ls = = = 238,117 m
90 90
Syarat : Ls > Lsmin
238,117>80 (OK!), maka bentuk Spiral-spiral dapat digunakan.
= 259,336 m
Es = (Rc + P) sec ½ Δ - Rc
= (210 + 12,431) sec ½ 32,5° – 210
= 53,734 m
Dilihat dari nilai Ts dan Es yang terkecil atau minimum antara
hasil perhitungan antara S-C-S dengan S-S, maka tikungan I berbentuk
spiral-circle-spiral dengan data yang diperoleh dari hasil perhitungan
sebagai berikut :
= 65 o p = 0,976 m
s = 9,554◦ Es = 40,152 m
Lc = 168,117 m Ls = 80 m
e = 0,0997 = 9.97% c = 45,892o
Ts = 169,356 m Rc = 210 m
k = 34,95 m x = 69,806 m
y = 3,889 m
TIKUNGAN II
Penentuan jenis lengkungan yang akan dipakai pada perencanaan jalan.
1. Full Circle
= 64o
emax = 10%
Vren = 80 Km/jam
Rmin = 210 meter
V2 80 2
Fmax = = = 0,24 meter
127 x R 127 x 210
V2 802
R = = = 148,23 meter
127(e max + f max ) 127(0.10+0.24 )
1 1
Tc = R × tan ∆=210 × tan 64 °=¿ ¿ 131,222 m
2 2
∆c 44,892
Lc = .2 π . RC = . 2 π .210=164,453m
360° 360 °
1 1
Ec = Tc × tan ∆=131,222 × tan 64 ° =37,627m
4 4
Jadi karena Rhitungan= 148,23 m < Rr = 210 m, atau R < Rmin yang
diisyaratkan, sehingga bentuk Full Circle tidak bisa
digunakan.
3. Spiral-spiral
Data-data yang diketahui yaitu:
Δ = 64o
RC = 210 meter
VC = 80 km/jam
emax = 10%
Ls = 70
ӨS = 0.5 x Δ
= 0.5 x 64◦
= 32o
ɵs . π . Rmin 32. 3,14 . 210
Ls = = = 234,453 m
90 90
Syarat : Ls > Lsmin
234,453 >80 (OK!) ,maka bentuk Spiral-spiral dapat
digunakan.
Berdasarkan tabel besaran p* dan k* didapatlah :
P* = 0,0503979
K* = 0,4943939
Sehingga :
P = p* × Ls = 0,0503979 x 234,453
= 12,24 m
K = k* × Ls
= 0,4903979 x 234,453
= 115,823 m
Ts = (Rc + p) tan ½ Δ + k
= (210 + 12,24) tan ½ 32° + 115,823
= 254,693 m
Es = (Rc + p) sec ½ Δ - Rc
= (210 + 12,24) sec ½ 32° – 210
= 52,06 m
s = 9,554 ◦ Es = 38,778 m
Lc = 164,453 m Ls = 70 m
e = 0.0997 = 9.97% c = 44,892◦
Ts = 166,782 m Rc = 210 m
k = 34,95 m x = 69,806 m
y = 3,889 m
BAB III
PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL
c. Fungsi Jalan
d. Muka air banjir
e. Muka air tanah
f. Kelandaian yang masih memungkinkan
Perlu juga diperhatikan bahwa alinemen vertikal yang direncanakan itu
akan berlaku untuk masa yang panjang, sehingga sebaiknya alinemen vertikal
tersebut dapat dengan mudah mengikuti perkembangan lingkungan. Alinemen
vertikal dapat disebut juga penampang memanjang jalan yang terdiri dari garis-
garis lurus dan garis-garis lengkung. Garis lurus tersebut dapat datar, mendaki,
atau menurun, biasanya juga disebut landai. Landai jalan dinyatakan dalam persen
(%).
PPV
E
Naik Turun
B
+
q1 % -
q2 %
C D
Lengkung Vertikal
Parabola Biasa
q1 Besar Landai
+ g1 - g2 + g1 - g2
+ g1 - g2
Y '=EV =− [ (A . L)
8 ] → A=g 2−g1
Dimana :
EV= Penyimpangan dari titik potong kedua tangen ke lengkung
vertikal (disini Y’ = EV, untuk x = ½ L)
A = Perbedaan aljabar kedua tangen = g2 – g1
L = Panjang lengkung vertikal cembung, adapun panjang minimalnya
ditentukan berdasarkan :
Syarat pandangan henti & drainase (Grafik III PPGJR)
Syarat pandangan menyiap (Grafik IV PPGJR)
- g2 - g2
+ g1 + g1
- g2
+ g1
Catatan :
Pada alinemen vertikal tidak terlalu dibuat lengkung dengan jarak
pandang menyiap, tergantung :
Medan – Klasifikasi jalan – Pembiayaan
Dalam menentukan harga A = g2 – g1 , ada 2 cara :
- Bila % ikut serta dihitung, maka rumus seperti diatas dapat
digunakan
- Bila % sudah dimasukkan dalam rumus
Y ' =EV = {
800
( g2 −g1 )
} .L
1. Lengkung Vertikal 1
Gambar profil muka tanah asli :
84.516
84.514
84.512
ELEVASI
84.510
84.508
84.506
84.504
STASIUN
Elevasi = 95,661 m
g1= 0,248%
g2= 0,402%
A = g 1 - g2
= 0,248%-0,402%
= -0,154% (Cembung)
(
0+ 100−
Lv
2 ) (
=0+ 100−
3.785
2 )
=0+ 98.103
(
0+ 100+
Lv
2 ) (
=0+ 100+
3.785
2 )
=0+101.898
' A 2 0.401 2
Y= X= X
200. Lv 200.3.795
2. Lengkung Vertikal 2
Gambar profil muka tanah asli :
Elevasi = 96,201 m
g1= -0,051 %
g2= -0,124%
A = g1 - g2
= -0,051 - (-0,124 %)
= +0,073 % (Cembung)
(
1+ 000−
Lv
2 ) (
=1+ 000−
1.820
2 )
=0+999.65
(
1+ 000+
Lv
2 ) (
=1+ 000+
45
2 )
=0+1000.346
' A 2 0,073 2
Y= X= X
200. Lv 200.45