Anda di halaman 1dari 53

DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

TUGAS

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

OLEH :

INSANUDDIN MUSA

202010062

DOSEN PENGAMPU:

Dr.,Ir.,H., HADO HASINA ST.,MT

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA

2022
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

Saudara diminta merencanakan Perkerasan jalan raya di wilayah Sultra/Konawe dan Konawe
Selatan

Dengan Type:

1. Perkerasan baru untuk lalu lintas rendah sampai tinggi.


2. Perkerasan lama (pelapisan tambahan)
3. Perencanaan konstruksi bertahap

Data lalu lintas : dianalisa dari data yang diberi (tugas perorangan)

CBR tanah dasar : 8,1,5,2,5,7,3,5,4,3,1

Pelaburan lapis pelindung (Lapen)

a. Pelaburan lapis pelindung (lapen)


b. Batu pecah (CBR, 45,1. 50,1. 55,1 ) + akhir no. stanbuk
c. Tanah kepasiran (CBR, 17, 1 20,1 22,1) + akhir no. stanbuk
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

Di minta kepada saudara,Tentukkan LHR pada tahun 2022 (awal umur rencana) dari hasil
pengamatan selama 6 jam pada jam sibuk.

Gambar potongan, sketsa tebal perkerasan jalan fleksibel hasil rencana, tampakkan lapisan
permukaan, base, subbase dan subgradre, lengkap notasi dan ukuran masing-masing lapis.

CTT : Kendaraan ringan (LV) 2 ton.

Bus 8 ton

Truk 2 as 10 ton

Truk 3 as 20 ton

Truk 5 as 30 ton

Perhitungan LHR ( Lalu Lintas harian Rata-rata)

Dari survey lapangan yang dilakukan pada tanggal 3 April 2022, dapat diketahui besarnya
volume lalu lintas untuk menganalisis kapasitas ruas jalan tersebut. Survey dilaksanakan pada
jam-jam tertentu., pencatatan dilakukan dalam interval waktu 15 menit. Hal ini untuk
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

mempermudah pelaksanaan survey dilapangan yang di perkirakan pada jam-jam sibuk dan
jam-jam tidak sibuk yaitu pada jam:

 06.00 – 08.00
 12.00 – 14.00
 17.00 – 19.00

Adapun pelaksanaan survey meliputi :

 Penentuan jenis kendaraan


 Waktu
 Asal – tujuan

Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), perencanaan jalan perkotaan untuk
menilai setiap kendaraan ke dalam satuan mobil penumpang (smp) maka harus dikalikan
dengan faktor equivalensinya (emp), yaitu:

 HV = 1,3 (Bus, truk 2 as, truk 3 as)


 LV = 1,0 (mobil penumpang, mikrobis, pick up)
 MC = 0,5 (sepeda motor)
Penentuan emp ini diambil dengan asumsi jalan yang diambil adalah 2/2 UD
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

Dari hasil survey di dapat arus jam puncak di jalan Motaha-Lambuya terjadi pada pukul
07.00 – 08.00 sebesar 420,2smp/jam dengan persentase arah tujuan kendaraan 483.9 smp/jam
, sedangkan arus jam puncak di jalan Lambuya- Motaha sebesar 121,8 smp/jam dengan
persentase arah tujuan kendaraan 60%

Arus jam puncak = (47 % × 420.2) + (600% ×484.9)

= 487.83smp/jam

Berdasarkan MKJI 1997 untuk jalan dalam kota, faktor k di ambil 0,60.

VJP
Jadi LHRT487.83 = (Arus jam puncak/k)
K

= (487.83/60) = 813.06smp/hari

LHRT yang di peroleh dari perhitungan berdasarkan data primer adalah 487.83/60 hari. Masa
pembangunan selama 1 tahun, umur rencana 50 tahun.

Maka LHR tahun rencana (LHR 2059) :

LHR2059 = 813.06 x (1 + 0,0527)^51 =11160smp/hari


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

ANALISIS LALULINTAS

Besarnya volume lalulintas yang ada sangat mempengaruhi lebar efektif jalan, perbandingan
banyknya lalulintas yang melewati jalur jalan tersebut akan menjadi dasar perancangan
geometrik jaan dan lebar rencana jalan.

Data sekunder lalulintas ruas jalan Motaha - Lambuya di peroleh dari tahu 2016-2021 adalah
seperti tabel di bawah ini: ( SEMUA DATA TAMBAHKAN 2 ANGKA NIM ).

Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tenggara (2021).

Dari tabel di atas LHR di kelompokan menurut jenis kendaraan jalan poerkotaan berdasarkan
buku MKJI 1997 menjadi sebagai berikut :

Perkiraan pertumbuhan lalulintas dapat di hitung du`a macam metode yaitu :

1. Metode Eksponesial

Perhitungan pertumbuhan lalulintas dengan metode eksponesial di hitung berdasarkan


LHRT , LHRo serta umur rencana (n).

Rumus umum yang di gunakan adalah

LHRT = LHRo (1+i)^n

Dimana :

LHRT : LHR akhir umur rencana


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

LHRo : LHR awal rencana

n : Umur rencana tahun

i : Angka pertumbuhan

Dengan menggunakan data sekunder maka nilai pertumbuhan (i) dapat di hitung dari hasil
perhitungannya di tampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan dengan metode eksponensial di dapat angka pertumbuhan (i) sebesar
42%

2. Metode Regeresi Linear

Perkiraan pertumbuhan lalulintas menggunakan regeresi linier merupakan metode


penyelidikan data dan statistik. Analisis tingkat pertumbuhan lalulintas dengan meninjau data
lhr yang lalu, yaitu dari tahun 2016 sampai tahun 2021 lebih jelas tentang pertumbuhan pada
ruas jalan tersebut, dapat dilihat pada tabel hubungan antara tahun dan lhr.
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

Xr = ∑x

Yr = ∑y

∑y = na + b∑x

∑xy= a∑x + b∑x^2

i=a

b x 100%

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode regresi linier di dapat angka
pertumbuhan (i) % hasil kedua metode di atas angka pertumbuhan (i) pertahun yang
diambil adalah angka pertumbuhan sebesar yaitu %.

Di tanya data 2021, jalan di buka : 2025 : %

LHR : thn (setelah jalan di buka )

Truk : 2 as 13 ton

3 as 20 ton

5 as 30 ton
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

PENYELESAIAN TUGAS

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA DENGAN METODE


ANALISA KOMPONEN.
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

1.PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT)

• Yang dimaksud perkerasan lentur (flexible pavement) dalam perencanaan ini adalah
perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis
permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan di bawahnya.

• Jalur Rencana adalah salah satu jalur lalu lintas dari suatu sistem jalan raya, yang
menampung lalu lintas terbesar. Umumnya jalur rencana adalah salah satu jalur dari
jalan raya dua jalur tepi luar dari jalan raya berjalur banyak.

 Umur Rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut
mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk
diberi lapis permukaan yang baru.
 Indeks Permukaan (IP) adalah suatu angka yang dipergunakan untuk menyatakan
kerataan / kehalusan serta kekokohan permukaan jalan yang bertalian dengan tingkat
pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.
 Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) adalah jumlah rata-rata lalu-lintas kendaraan
bermotor beroda 4 atau lebih yang dicatat selama 24 jam sehari untuk kedua jurusan.
 Angka Ekivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah angka yang
menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan
beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh

satu lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb). Lintas

Ekivalen Permukan (LEP) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu
tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana yang diduga terjadi pada
permulaan umur rencana.
 Lintas Ekivalen Akhir (LEA) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada akhir umur rencana.
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

 Lintas Ekivalen Tengah (LET) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana pada pertengahan
umur rencana.
 Lintas Ekivalen Rencana (LER) adalah suatu besaran yang dipakai dalam nomogram
penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan jumlah lintas ekivalen sumbu tunggal
seberat 8,16 ton (18.000 lb) jalur rencana.
 Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan
tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan
bagian-bagian perkerasan lainnya
 Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi
dan tanah dasar.
 Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan
lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi
bawah).
 Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.
 Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) adalah suatu skala yang dipakai dalam nomogram
penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan kekuatan tanah dasar.
 Faktor Regional (FR) adalah faktor setempat, menyangkut keadaan lapangan dan
iklim, yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan, daya dukung tanah dasar dan
perkerasan
 Indek Tebal Perkerasan (ITP) adalah suatu angka yang berhubungan dengan
penentutan tebal perkerasan.
 Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan
yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal keras, yang dicampur,
dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
 Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) adalah merupakan suatu lapis perkerasan yang
terdiri dari agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam
yang diikat oleh aspal keras dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan
lapis demi lapis dan apabila akan digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi
laburan aspal dengan batu penutup.
 Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yang terdiri dari
agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila diperlukan)
yang dicampur, dihampar dan dipadatkan secara dingin.
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

 Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran
antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan
tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
 Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan lapis penutup terdiri dengan ukuran butir
maksimum dari lapisan aspal taburan pasir 9,6 mm atau 3/8 inch.
 Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam. Tebal
maksimum 20 mm.
 Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. Tebal
maksimum 35 mm.
 Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS) adalah merupakan pondasi
perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan
tertentu, dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.
 Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH) adalah pada umumnya
merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar jalan
yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur
dan dipadatkan pada temperatur tertentu.
 Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri
dari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu

tertentu. Tebal padat antara 25 sampai 30 mm. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR)

adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran pasir dan aspal keras
yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
 Aspal Makadam adalah merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok
dan / atau agregat pengunci bergradasi terbuka atau seragam yang dicampur dengan
aspal cair, diperam dan dipadatkan secara dingin.
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

2.PERKERASAN JALAN

Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi : lapis pondasi bawah (sub base couse) ,lapis pondasi
(base course), dan lapis permukaan (surface course).

TANAH DASAR

• Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan
daya dukung tanah dasar.
• Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
• Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban lalu
lintas.
• Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
• Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah
dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat pelaksanaan.
• Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari macam tanah
tertentu.
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

• Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang diakibatkannya,
yaitu pada tanah berbutir kasar (granular soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada saat
pelaksanaan

LAPIS PONDASI

 Fungsi lapis pondasi antara lain :


1. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda,
2. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
• Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda.
• Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR ≥ 50%, PI ≤ 4%) dapat
digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain :
a. batu pecah,
b. kerikil pecah dan
c. stabilisasi tanah dengan semen atau kapur

LAPIS PERMUKAAN

• Fungsi lapis permukaan antara lain :


• Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda
• Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat
cuaca.
• Sebagai lapisan aus (wearing course).
• Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping
itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti
mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas.
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

VARIAVEL PERENCANAAN
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

ANGKA EKIVALEN BEBAN SUMBU KENDARAAN


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

PERHITUNGAN LALULINTAS HARIAN RATA-RATA

DAYA DUKUNG TANAH DASAR (DDT) & (CBR)

• Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi (gambar 1).
• Yang dimaksud dengan harga CBR disini adalah harga CBR lapangan atau CBR
laboratorium.
• Jika digunakan CBR lapangan maka pengambilan contoh tanah dasar dilakukan
dengan tabung (undisturb), kemudian direndam dan diperiksa harga CBR-nya. Dapat
juga mengukur langsung di lapangan (musim hujan/direndam).
• CBR lapangan biasanya digunakan untuk perencanaan lapis tambahan (overlay). Jika
dilakukan menurut Pengujian Kepadatan Ringan (SKBI 3.3. 30.1987/UDC
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

624.131.43 (02) atau Pengujian Kepadatan Berat (SKBI 3.3. 30.1987/UDC


624.131.53 (02) sesuai dengan kebutuhan.
• CBR laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan pembangunan jalan baru.
Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan daya dukung tanah dasar hanya kepada
pengukuran nilai CBR.
• Cara-cara lain tersebut dapat berupa : Group Index, Plate Bearing Test atau R-value.
Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang dilaporkan, ditentukan sebagai
berikut:
• Tentukan harga CBR terendah.
• Tentukan berapa banyak harga dari masing-masing nilai CBR yang sama dan
lebih besar dari masing-masing nilai CBR.
• Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100%. Jumlah lainnya
merupakan persentase dari 100%.
• Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi.
• Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%
(lihat perhitungan pada contoh lampiran 2).
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

KOLERASI DDT CBR

 Daerah rawa nilai FR ditambah 1,0

DDT CBR

100
90
80
70
60
50
40
30

20

10
9
8
7
6
5
4
3

2
1

Gambar 2.3. : Korelasi antara Daya Dukung Tanah (DDT) dan CBR
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

FAKTOR REGIONAL (FR)

• Faktor Regional dipengaruhi oleh bentuk alinyemen (kelandaian dan tikungan),


persentase kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim (curah hujan) sebagaimana
tabel berikut:

INDEKS PERMUKAAN

• Indeks Permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan / kehalusan serta
kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang
lewat.
• IP =1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat
sehingga sangat mengganggu lalu Iintas kendaraan.
• IP = 1,5: adalah tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan tidak
terputus).
• IP = 2,0: adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap
• IP = 2,5: adalah menyatakan permukaan jalan yang masih cukup stabil dan
baik.
• Dalam menentukan indeks permukaan (IP) pada akhir umur rencana, perlu
dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen
rencana (LER), menurut daftar di bawah ini:
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

 LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.
Catatan: Pada proyek-proyek penunjang jalan, JAPAT / jalan murah atau jalan darurat
maka IP dapat diambil 1,0.

INDEKS PERMUKAAN PADA AWAL UMUR RENCANA (IPO)


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

KOEFISIEN KEKAKUAN RELATIF (a)

• Koefisien kekuatan relatif (a) masing-masing bahan dan kegunaannya:


• Lapis permukaan aspal sesuai nilai Marshall Test
• Pondasi dan pondasi bawah sesuai nilai CBR
• Pondasi dan pondasi bawah yang distabilisasi dengan semen atau kapur sesuai
nilai kuat tekan
• Untuk bahan beraspal bisa diukur dengan cara lain seperti Hveem Test,
Hubbard Field, dan Smith Triaxial
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

BATAS-BATAS MINIMUM TEBAL LAPISAN PERKERASAN


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

PELAPISAN TAMBAHAN

• Untuk perhitungan pelapisan tambahan (overlay), kondisi perkerasan jalan lama


(existing pavement) dinilai sesuai daftar di bawah ini

KONTRUKSI BERTAHAP

• Konstruksi bertahap digunakan pada keadaan tertentu, antara lain:


• Keterbatasan biaya untuk pembuatan tebal perkerasan sesuai, rencana
(misalnya : 20 tahun). Perkerasan dapat direncanakan dalam dua tahap,
misalnya tahap pertama untuk 5 tahun, dan tahap berikutnya untuk 15 tahun.
• Kesulitan dalam memperkirakan perkembangan lalu lintas untuk (misalnya :
20 sampai 25 tahun). Dengan adanya pentahapan, perkiraan lalu lintas
diharapkan tidak jauh meleset.
• Kerusakan setempat (weak spots) selama tahap pertama dapat diperbaiki dan
direncanakan kembali sesuai data lalu lintas yang ada.
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

ANALISA KOMPONEN PERKERASAN

• Perhitungan perencanaan ini didasarkan pada kekuatan relatif masing-masing lapisan


perkerasan jangka panjang, dimana penentuan tebal perkerasan dinyatakan oleh ITP
(Indeks Tebal Perkerasan), dengan rumus sebagai berikut :
ITP = alDl + a2D2 + a3D3
al, a2, a3 = Koefisien kekuatan relatip bahan perkerasan (daftar VII)
Dl, D2, D3 = Tebal masing-masing lapis perkerasan (cm).
Angka 1, 2 dan 3 : masing-masing untuk lapis permukaan lapis pondasi
dan lapis pondasi bawah.

METODE KONTRUKSI BERTAHAP

• Metoda perencanaan konstruksi bertahap didasarkan atas konsep "sisa umur".


• Perkerasan berikutnya direncanakan sebelum perkerasan pertama mencapai
keseluruhan "masa fatique".
• Untuk itu tahap kedua diterapkan bila jumlah kerusakan (cumulative damage) pada
tahap pertama sudah mencapai k.l. 60%.
• Dengan demikian "sisa umur" tahap pertama tinggal k.l. 40%.
• Untuk menetapkan ketentuan di atas maka perlu dipilih waktu tahap pertama antara
25%-50% dari waktu keseluruhan.
• Misalnya : UR = 20 tahun, maka tahap I antara 5- 10 tahun dan tahap II antara 10-15
tahun.
• Perumusan konsep "sisa umur" ini dapat diuraikan sebagai berikut:
• Tebal perkerasan tahap I + II didapat dengan memasukkan lalu lintas sebesar y LER2.
Karena 60 % y LER2 sudah dipakai pada tahap I maka: y LER2 = 60% y LER2 +
LER2
(tahap I+II) (tahap I) (tahap II), diperoleh y = 2,5.
• Tebal perkerasan tahap II diperoleh dengan mengurangkan tebal perkerasan tahap I +
II (lalu lintas y LER2) terhadap tebal perkerasan I (lalu lintas x LER1).
• Dengan demikian pada tahap II diperkirakan ITP2 dengan rumus:
ITP2 = ITP – ITP1
ITP didapat dari nomogram dengan LER = 2,5 LER2
ITP1 didapat dari nomogram dengan LER = 1,67 LER1
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

KONTRUKSI BERTAHAP

5 + 15 TAHUN
7 + 31 TAHUN
20 TAHUN

ANALISA LALU LINTAS

• Pada perencanaan Peningkatan Jalan raya, maka diperlukan perhitungan lalulintas


• Untuk kondisi jalan baru (dibuat perkiraan)
• Jika perkiraan Vol Lalulintas ini terjadi pada jam sibuk tahun rencana lalulintas maka
disebut Volume Jam Perencanaan (VJP)
• Maka VJP = k . LHRT
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

DALAM MKJI 1997 , NILAI K TERGANTUNG TYPE KOTA DAN JALAN

TYPE KOTA DAN JALAN NILAI FAKTOR K


1 2
KOTA> 1 JUTA PENDUDUK
A.PADA DAERAH KOMERSIAL DAN 7–8%
JALAN ARTERI
B. PADA DAERAH PERMUKIMAN 8–9%
KOTA < 1 JUTA PENDUDUK
A.PADA DAERAH KOMERSIAL DAN 8 – 10 %
JALAN ARTERI
B. PADA DAERAH PERMUKIMAN 9 – 12 %
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

VOLUME JAM PERENCANAAN

Konversi Volume Jam Perencanaan Ke LHRT


DUA CARA DALAM MENENTUKAN VJP
a. MENGGUNAKAN VOLUME JAM SIBUK RATA RATA
b. MENGGUNAKAN JAM TERSIBUK KE n dalam setahun

VJP
FaktorK K= = VJP
Faktor LHRT
LHRT

N Ja

m ke 30 JAM KE KE SELAMA (24X365)


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN DGN LALU LINTAS SEDANG


5 TAHUN

Maka LHRT 2022 = LHRT2021 (1+i)n


LHRT 2027 = LHRT2022 (1+i)n

LHRT 2032 = LHRT2022 (1+i)n


 

PERHITUNGAN EQIVALEN BEBAN (Ej)


n
LEP=∑ LHRj x Cj x Ej
J =1

C = Koef Distribusi Lajur,  


untuk lajan type 2/2UD  
DARI DAFTAR III, DIDAPAT C= 0,50)
DARI TABEL II  
1 TTON E = 0,0002  
3 TON E = 0,0183  
5 TON , E = 0,1410  
4 TON , E = 0,0577  
6 T0N, E = 0,2933  
Nilai masing2 Ej sbb

KENDARAAN RINGAN (LV) (1+1) 0.0002 0.0002 0.0004


BUS (LV) 8 TON (3+5) 0.0183 0.141 0.15933
TUK 2 AS 10 TON (4+6) 0.0577 0.2933 0.35
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

LEP 2022

PERHITIUNGAN LINTAS EQIVQLEN AKHIR (LEA) : (UR 5 DAN 10 TAHUN )

 LEA 5 TAHUN (LEA2027)

 LEA 10 TAHUN (LEA2032)


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

PERHITUNGAN LINTAS EQIVALEN TENGAH (LET)

 LET 5 TAHUN (2022 sd 2027)


LET 5 = 1/2 (LEP2022 + LEA2027)
= 1/2 ( 224.16 + 12090.0 )
= 6157
 LET 10 TAHUN (2022 sd 2032)
LET10 = 1/2(LEP2022 + LEA2032)
= 1/2( 224.16 + 7472.15)
= 3848

PERHITUNGAN LINTAS EQIVALEN RENCANA (LER)

 LER 5 TAHUN (2022 sd 2027)


LER 5 = LET5 x UR/10
= 6157 x 5/10
= 3079

 LER 10 TAHUN (2022 sd 2032)


LER 5 = LET10 x UR/10
=3848.16x 10/10
= 3848
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

MENENTUKAN INDEKS TEBAL PERKERASAN (ITP)

DENGAN DATA CBR TANAH DASAR = 1,3 %


DI PEROLEH DAYA DUKUNG TANAH (DDT) = 2,2
PLOT DDT MELALUI LER 5 = 3709
DI PEROLEH NILAI ITP = 15 (NOMOGRAM).
DARI ITP DAN
FR= 1,0 ( LANDAI 6 -10 % DAINAGE BURUK, KENDARAAN BERAT < 30%) ,PILIH
IPO = 3,9 IPT= 1,0
DI PROLEH ITP TERKOREKSI ITP ( 15 )
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

PENENTUAN TABEL LAPIS PERKERASAN

ITP = a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3

DARI UNTUK LAPISAN MEKANIS a1 = 0,25


DARTAR VII PERMUKAAN D1
LASTON a1= 0,35

LASBUTAG a1= 0,28


BASE BATU PECAH CBR 50% a2= 0,12
CBR 100% a2=0,14
TEBAL MIN D3 TERGANTUNG NILAI ITP
DARI (DAFTAR VIII)
UNTUK IPT = 9,5
LAPISAN PERMUKAAN BURAS ,BURTU D1=4 CM
LASTON D1=10CM
LAPISAN PONDASI D2 BATU PECAH CBR 50% D2=MIN=2
CM
LAPISAN PONDASI SUBBASE D3 MIN
D3 =10 CM

\
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

 UNTUK 5 TAHUN UMUR RENCANA

GAMBAR SKETSA LAPISAN PERKERASAN

UNTUK 5 TAHUN RENCANA UMUR

ITP = a1,D1 + a2.D2 + a3.D3 ,


D1 13 = 0.31 x D1 + 0.12 x D2 + 0.10 x D3
13 = 0.31 x D1 + 0.12 x 20 + 0.10 + 10
13 = 3.71
Dimana nilai itp d1 yaitu 3.71 cm, sehingga dibulatkan menjadi 4 cm.

UNTUK 10 TAHUN UMUR RENCANA

ITP = a1,D1 + a2.D2 + a3.D3 ,


D1 15 = 0.31 x D1 + 0.12 x D2 + 0.10 x D3
15 = 0.31 x D1 + 0.12 x 20 + 0.10 + 10
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

15 = 35.5
Dimana nilai itp d1 yaitu 35.5 cm, sehingga dibulatkan menjadi 36 cm.

GAMBAR SKETSA PERENCANAAN PERKERASAN JALAN LENTUR


UMUR RENCANA 5 TAHUN
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

2.PERENCANAAN TEBAL LAPIS TAMBAHAN

• DIMINTA MERENCANAKAN TEBAL LAPIS TAMBAHAN JALAN TYPE


2/2UD
• UMUR RENCANA 5 TAHUN, i = 7 %
• UMUR RENCANA 15 tahun, i = 8 %
• JIKA PERKERASAN LAMA TERDIRI DARI,
• LAPIS PERMUKAAN DARI LASBUTAG, MS 744 KG
• BASE DARI CBR 100%
• SUBBASE DARI SIRTU CBR 50%
HASIL PENILAIAN KONDISI JALAN MENUNJUKAN BAHWA;
LAPIS PERMUKAAN ASBUTON TERLIHAT RETAK SEDANG,
BEBERAPA DEFORMASI PADA JALUR RODA KONDISI 60 % AKIBAT
BEBAN LALULINTAS MELEBIHI PERKIRAAN SEMULA
BAHAN LAPIS TAMBAHAN ADALAN JUGA LASBUTAG, MS 744 KG.

a. PERTUMBUHAN LL (i);
b. UNTUK 5 THN ADALAH, 8%
c. UNTUK 15 TAHUN ADALAH, 6%
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

 DI KETAHUAI DATA LHRT 2022 SEBAGAI BERIKUT.

 PERHITUNGAN EQIVALEN BEBAN (Ej)


NILAI MASING MASING ( Ej)

JENIS KENDARAAN JUMLAH & Ej Ej a+b


BERAT sb sb blkg
SUMBU depan (b)
(a)

KEND RINGAN (LV) 2 (1+1) 0.0002 0,002 0.0004


TON
BUS (LV) 8 TON (3+5) 0.0183 0.1410 0.1593
TRUK 2 AS (MHV) 13 (5+8) 0,1410 0,9238 1,0648
T0N
TRUK 3 AS (MHV) 20 (6+14) 0,2938 0,7452 1,039
TON
TRUK 5 AS 30 TON (6+14+5+5) 0,2938 0,7452 1,233
(HV) +0,1940

DARI DATA TABEL PADA KOLOM KE 4 ,BARIS TEKHIR TERDAPAT NILAI ,0,1940
DARI NILAI INI SAYA AMBIL DARI ANGKA EKIVALEN (E) BEBAN SUMBU
KENDARAAN DI DAFTAR III.
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

n
LEP=∑ LHRj x Cj x Ej
J =1

C = Koef Distribusi Lajur,


untuk lajan type 2/2UD
DARI DAFTAR III, DIDAPAT C= 0,50)
DARI TABEL II
1 TTON E = 0,0002
3 TON E = 0,0183
5 TON , E = 0,1410
4 TON , E = 0,0577
6 T0N, E = 0,2933
14 T0N, TDM , E = 0,7452

SEHINGGA DI DAPAT PERHITUNGAN TABEL LHRT DARI 2022 SAMPAI 2037


TAHUN. SEBAGAI BERIKUT:

 TABEL PERTUMBUHAN LHRT PADA TAHUN 5 SAMPAI 15 TAHUN


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

 PERHITUNGAN LEP 2022

 PERHITUNGAN LEA (5 DAN 15 TAHUN)

 MENENTUKAN LEA 5 TAHUN

 MENENTUKAN LEA 15 TAHUN


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

 PERHITUNGAN LINTAS EQIVALEN TENGAH

MAKA RUMUS YANG DI PAKAI.


LET 5 TAHUN
(2022 SD 2027) LET 5 = 1/2 (LEP 2022 + LEA 2027)
LET 5 = 1/2 (430.97 + 29.8 )
= 230.4
LET 10 TAHUN
(2022 SD 2037) LET 10 = 1/2 (LEP2022 + LEA 2032)
LET 10 = 1/2 ( 430.97 + 129.49 )
= 280.2

 PEHITUNGAN LINTAS EQIVALEN RENCANA (LER)

MAKA RUMUS YANG DI PAKAI.

LER 5 TAHUN
(2022 SD 2027) LER 5 = LET5 x UR/10
LER 5 = 230 x 5/10
= 115
LER 10 TAHUN
(2022 SD 2032) LER 10 = LET 15 x UR/10
LER 10 = 280.2 x 10/10
= 280
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

 MENETUKAN IDEKS TEBAL PERKERASAN

DENGAN DATA CBR TANAH DASAR = 1,3 % DI PEROLEH DAYA DUKUNG


TANAH ,DDT = 2,3 PLOT DDT =MELALUI LER 5 = 115
DAN nilai ITP = 9,5 (NOMOGRAM 4) , FR= 1.0 ,IPO = 3,9 IPT= 1,5 DI PROLEH ITP
TERKOREKSI ITP = 9,5.

 PENENTUAN TEBAL LAPIS PERKERASAN

MENETAPKAN TEBAL LAPIS TAMBAHAN.

KEKUATAN JALAN LAMA ASBUTON (MS 744 KG) =9.5 CM = 60% X 9,5 X 0,35 = 2

LAPIS BASE DARI BATU PECAH (CBR 100) = 20 CM =100% x 20 x


0,14 = 2,8

LAPIS SUBBASE, SIRTU (CBR50%) = 9.5 CM = 100% x 9.5 x


0,12 =1,14

MAKA DATA DI PEROLEH:


2,2 +2,8 + 1,2 = 6,2
JADI ITP ADA =6,2

UR 5 TAHUN:
DELTA ITP = ITP 5 – ITP
= 9.5 - 6,2
= 3.3
MAKA : 3.3 = 0,35 x D1
D1 =9.42 CM
UR 10 TAHUN
DELTA ITP = ITP10 – ITP
= 9,5 - 6,2
= 3,3
MAKA : 3,3 = 0,35 x D1
D1 = 9,42CM (ASBUTON ,MS 744 KG)
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

UR 5 TAHUN:

LASBUTAG (MS 744 KG) 5 CM

LASBUTAG LAPIS LAMA 16 CM

BATU PECAH CBR 100% 20 CM CM

SIRTU CBR50% 10 CM

TANAH DASAR 1.3 %


CBR

UR 10 TAHUN

ASBUTON (MS 744 KG) 9.42CM

ASBUTON LAPIS LAMA 16 CM

BATU PECAH CBR 100% 20 CM

SIRTU CBR50% 10CM

TANAH DASAR CBR 1.3%


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

GAMBAR SKETA LAPIS TAMBAHAN

GAMBAR SKETSA PERENCANAAN PERKERASAN JALAN LENTUR


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

• DATA LALULINTAS PADATAHUN 2020


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

Distribusi kendaraan SUMBU data hasil survei


2022

SMP/HARI/2ARAH

KEND RINGAN (LV) 2 (1+1) 1062


TON
BUS (LV) 8 TON (3+5) 302
TRUK 2 AS 13 T0N (5+8) 52

PENYELESAIAN
A. PERHITUNGAN LALULINTAS

TAHUN YG TERKAIT DENGAN PEMBUKAAN JALAAN


2020 PELAKSANAAN SURVEY LL
2025 PEMBUKAAN JALAN
2030 AKHIR UMUR RENCANATAHAP I
2045 AKHIR UMUR RENCANATAHAP II
B. PERHITUNG
AN LHR 2021
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

 NILAI KOEFISIEN DISTRIBUSI LAJUR RRENCANA (CJ) = 0,50


 NILAI EQIVALEN BEBAN SUMBU (Ej)

Catatan: nilai (Ej) di ambil dari angka ekivalen ( E) beban sumbu kendaraan berada
pada DAFTAR III

1. Perhitungan LEP 2022


Nlai LEP 2022

2. Perhitungan LEP 2025


Nlai LEP 2025

3. PERHITUNGAN LEP 2030


NILAI LEA TAHUN KE 5 (LEA 2030)
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

4. PERHITUNGAN LEP 2045


LEA TAHUN KE 20 (LEA 2045)

1. PERHITUNGAN LINTAS EQUVALEN TENGAH (LET)

LET 5 TAHUN TAHAP 1 (2022 SD 2027) = LETS5 = 1/2 (LEP 2025 + LEA 2030

= 1/2 ( 299.944 + 1724.66 )

= 1012

LET 15 TAHUN TAHAP 2 ( 2022 SD 2037) = LET 15 = 1/2 (LEA 2030 + LEA 2045 )

= 1/2 ( 1724.66 + 9998.23 )

= 5861

2. PERHITUNGAN LINTAS EQUVALEN RENCANA ( LER1 DAN LER2 )


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

LER1(2025 SD 2030) LER5= LET5 X UR/10

= 1012.3 X 5/10

= 506

= 1,67 X LER1

= 1,67 X 506

= 845

LER2 TAHUN 2030 SD 2045 LER15 = LET 15 X UR/10

= 5861.444 X 15/10

= 8792

= 2,5 X LER2

= 2,5 X 8792

= 21980

DENGAN DATA CBR TANAH DASAR =1,3%


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

DIPRROLEH DAYA DUKUNG TANAH , DDT = 2,2

PLOT DDT MELALUI LER 5, TAHAP 1 = 845 DAN LER 15 TAHAP 2 = 21980

DIPEROLEH NILAI ITP = 12.5( NOMOGRAM 5 )

DARI ITP DAN FR 1,0 ( DAFTAR II )

PILIH IPO = 3,9 , IPT 1,5 ( DAFTAR V, II LOKAL )

DIPEROLEH ITP TERKOREKSI ADALAH = 12.5

MENENTUKAN TEBAL PERKERASAN TAHAP1 (2030)

ITP= a1.D1 + a2.D2 + a3.D3

TEBAL MINIMUM ADALAH FUNGSI ITP

10.5 = 0,35.D1 +0,14,20 + 0,12.10

ATAU

D1 = 18.6 DIBULATKAN 19 CM

UNTUK CBR 100 ; D2 = 20 CM

CBR 50; D3 = 10 CM

a1 = 0,14

a2 = 0,12

a1 asbuton = 0,35

MENENTUKAN TEBAL PERKERASAN TAHAP2 (2045)

ITP= a1.D1 + a2.D2 + a3.D3

TEBAL MINIMUM ADALAH FUNGSI ITP

12.5 = 0,31.D1 +0,12.20 + 0,10.10

ATAU
DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

D’1 = 29 DIBULATKAN 29 CM

JADI

D1 UNTUK TAHAP2 = D1’-D1

= 27- 24= 3 cm

UNTUK CBR 100 ; D2 = 20 CM

CBR 50; D3 = 10 CM

a1 = 0,14

a2 = 0,12

a1 asbuton = 0,35

SKETSA PERKERASAN KONST, BERTAHAP


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

GAMBAR SKETSA PERENCANAAN PERKERASAN JALAN LENTUR


DESAIN TEBAL PERKERASAN JALAN LENTUR

Anda mungkin juga menyukai