Anda di halaman 1dari 29

A.

Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan merupakan survei yang dilakukan sebelum survei detail lainnya. Survei
pendahuluan mencakup dua macam kegiatan, yaitu sebagai berikut.

a. Survei Reconnaissance
b. Pengumpulan data

Maksud dari survei reconnaissance yaitu untuk menetapkan route (sumbu jalan reancana)
yang ideal sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku agar hasil desain dapat
memenuhi unsur kenyamanan dan keamanan pengguna jalan serta yang paling ekonomis.

Kegiatan survei route ini meliputi pengumpulan data lapangan berdasarkan pengamatan
visual dan pengukuran juga masukan dari berbagai sumber sehingga tujuan survei ini dapat
dicapai, yaitu mendapatkan kondisi lapangan pada trase jalan rencana (sepanjang rute terpilih).

B. Data-Data Teknis Perencanaan

Survei detail perencanaan adalah survei yang dilakukan untuk mendapatkan data-data asli di
lapangan. Adapun survei detail perencanaan pada kasus ini antara lain sebagai berikut.

1. Kondisi Topografi

Maksud dari survei topografi dalam perencanaan teknik jalan raya yaitu pengukuran route
yang dilakukan dengan tujuan untuk memindahkan kondisi permukaan bumi dari lokasi yang
diukur pada kertas yang berupa peta planimetri. Peta ini akan digunakan sebagai peta dasar untuk
plotting perencanaan geometrik jalan raya, dalam hal ini perencanaan alinyemen horizontal. Dari
survei yang dilakukan, pemerintah daerah setempat merencanakan pembangunan jalan baru dari
daerah A ke daerah B dikarenakan ingin mengembangkan daerah ini menjadi daerah pariwisata
serta alasan lainnya yaitu sulitnya jangkauan distribusi barang dari daerah A ke daerah B. untuk
menghindari tanjakan yang begitu tinggi dan membuat suatu jalur jalan yang aman dan nyaman,
maka route rencana diambil pada daerah yang relatid datar dengan beda elevasi yang kecil.

Setelah dilakukan survei detail topografi maka diketahui bahwa bentuk kontur dari daerah A
ke daerah B dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Skala Gambar 1: 5000

Gambar 3.1. Bentuk Topografi Daerah


2. Kondisi Geologi

Tujuan dari survei geologi dan investigasi tanah adalah untuk memetakan penyebaran
tanah/batuan dasar yang meliputi kisaran tebal tanah pelapukan pada sepanjang trase jalan
rencana, sehingga dapat memberikan informasi mengenai stabilitas lereng, prediksi penurunan
tanah dasar dan daya dukung tanah dasar, setelah dipadukan dengan hasil pengujian
laboratorium.

3. Kondisi Hidrologi

Dari rute rencana jalan yang telah diplotkan pada peta dasar (pete topografi), dapat
diperkirakan luas daerah tangkapan untuk sistem drainase agar dapat memperkirakan daya
tampugnya terhadap curah hujan untuk memprediksi volume limpasan permukaan (flood run-
off). Volume limpasan permukaan dipengaruhi oleh jenis dan erosi tanah, serta tata guna lahan.

Karena berada di daerah perbukitan dengan jenis tanah lempung dan lahan umumnya
digunakan sebagai daerah pertanian dan pemukiman serta didukung oleh pengumpulan data dari
beberapa titik stasiun curah hujan tahun 2023, maka kondisi iklim/cuaca di daerah sepanjang rute
jalan rencana cukup lembab dengan data yang diperoleh dari Badan Meteorolgi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG) dapat diketahui curah hujan rata-rata 600 mm/tahun.

4. Data Survei Lalu Lintas

Karena jalan yang akan dibangun merupakan jalan baru dimana survei lalu lintas dilakukan
di jalan menuju gerbang unand, maka untuk menentukan dimensi jalan tersebut diambil data
jumlah kendaraan dari survei lalu lintas pada jalan yang mempunyai bentuk, kondisi dan
keadaan komposisi lalu lintas yang serupa dengan jalan yang direncanakan. Dari hasil survei lalu
lintas pada tahun 2023 diperoleh data volume lalu lintas awal umur rencana sebagai berikut.

 Kendaraan Ringan 2 ( 1+1) Ton = 4474,574 kend/hr/2 jlr


 Bus Kecil 8 (3+5) Ton = 102,620 kend/hr/2 jlr
 Bus Besar 9 (3+6) Ton = 19,547 kend/hr/2 jlr
 Truck 2as Kecil 6 (2+4) Ton = 83,074 kend/hr/2 jlr
 Truck 2as Besar 13 (5+8) Ton = 29,320 kendr/hr/2 jlr
 Truck 3as Tandem 20 (6+7.7) Ton = 4,887 kendr/hr/2 jlr
4714,022 kendr/hr/2 jlr

Dari hasil survei lalu lintas di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi lalu lintas cukup ramai
dengan kendaraaan umum yang mendominasi jalan tersebut karena daerah itu mengalami laju
pertumbuhan ekonomi dan pariwisata yang meningkat. Jalan tersebut akan dibangun pada tahun
2024. Karena faktor pertumbuhan ekonomi maka diasumsikan perkembangan lalu lintas selama
tahun 2023-2024 adalah 5 % per tahun. Selama proses proyek berlangsung dibutuhkan truk-truk
dengan kapasitas angkut besar untuk memindahkan material, peralatan maupun alat berat lainnya
ke lokasi proyek, sehingga diperkirakan perkembangan lalu lintasnya selama proyek akan
berlangsung meningkat. Setelah dilakukan pembangunan jalan maka dapat diperkirakan terjadi
pertumbuhan lalu lintas yang signifikan yaitu selama masa pembuatan hingga akhir umur
rencana diperkirakan perkembangannya adalah 8 % per tahun dengan umur rencana jalan adalah
10 tahun. Dimana jalan akan direncanakan layak pakai hingga tahun 2034
5. Alternatif Pemilihan Material

Untuk menentukan bahan konstruksi atau highway materials, hal yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :

a. Pengambilan material pada quarry yang dekat dengan lokasi proyek akan lebih
ekonomis dibandingkan dengan didatangkan dari daerah lain.
b. Umur rencana jalan yang panjang maka ketelitian dalam pemilihan material sangat
dibutuhkan.
c. Pemerintah mempunyai anggaran besar untuk perencanaan jalan ini, sehingga tidak
menjadi masalah menggunakan material dengan kualitas tinggi.
Dari survei yang telah dilakukan dilapangan maka dapat direncanakan susunan
perkerasannya. Dimana susunan perkerasan yang direncanakan adalah :

a. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base) : Sirtu (Kelas C)


b. Lapisan Pondasi Atas ( Base) : Batu Pecah Kelas A
c. Lapisan Permukaan (Surface) : Laston (AC-WC)

Berdasarkan fungsinya, jalan yang akan dibangun merupakan jalan sekunder yang berfungsi
dalam pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat.

C. Resume Data Hasil Survei

Rangkuman yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan pada tahun 2023 adalah sebagai
berikut.

1. Data Survei Lalu Lintas


Dari hasil survei lalu lintas pada tahun 2023 diperoleh data sebagai berikut.

 Kendaraan Ringan 2 ( 1+1) Ton = 4474,574 kend/hr/2 jlr


 Bus Kecil 8 (3+5) Ton = 102,620 kend/hr/2 jlr
 Bus Besar 9 (3+6) Ton = 19,547 kend/hr/2 jlr
 Truck 2as Kecil 6 (2+4) Ton = 83,074 kend/hr/2 jlr
 Truck 2as Besar 13 (5+8) Ton = 29,320 kendr/hr/2 jlr
 Truck 3as Tandem 20 (6+7.7) Ton = 4,887 kendr/hr/2 jlr
4714,022 kendr/hr/2 jlr

a) Data Daya Dukung Tanah

CBR tanah dasar :

Asumsikan……

b) Data Material

Adapun susunan lapisan perkerasan untuk jalan yang direncanakan adalah sebagai berikut.

a. Lapisan Pondasi Bawah : Sirtu (Kelas C)


b. Lapisan Pondasi Atas : Batu Pecah Kelas A
c. Lapisan Permukaan : Laston (AC-WC)

D. Perencanaan Geometrik Jalan Raya

Perencanaan geometrik jalan raya merupakan hal utama yang harus diperhatikan, hal ini
bertujuan untuk memberikan keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna jalan.
1. Perencanaan Alinyemen Horizontal

Perencanaan alinemen horizontal ditentukan berdasarkan kelas jalan yang didapat melalui
perhitungan volume lalu lintas, dan kelandaian rata-rata jalan yang didapat berdasarkan kontur
dan panjang jalan.

Berdasarkan diagram perencanaan pada dasar teori maka urutan perencanaan alinyemen
horizontal adalah sebagai berikut:

- Penentuan kelas jalan


- Klasifikasi medan jalan
- Perhitungan jarak
- Perhitungan azimuth
- Perencanaan tikungan
- Perencanaan stationing
- Diagram superelevasi.

a) Perhitungan Penentuan Kelas Jalan

Penentuan kelas jalan sangat diperlukan dalam perencanaan sebuah jalan raya. Perhitungan
kelas jalan ini nantinya akan digunakan untuk menghitung:

a. Lebar perkerasan jalan


b. Kecepatan rencana.
Dari hasil survei lalu lintas pada tahun 2023 diperoleh data lalu lintas sebagai berikut:

 Kendaraan Ringan 2 ( 1+1) Ton = 4474,574 kend/hr/2 jlr


 Bus Kecil 8 (3+5) Ton = 102,620 kend/hr/2 jlr
 Bus Besar 9 (3+6) Ton = 19,547 kend/hr/2 jlr
 Truck 2as Kecil 6 (2+4) Ton = 83,074 kend/hr/2 jlr
 Truck 2as Besar 13 (5+8) Ton = 29,320 kendr/hr/2 jlr
 Truck 3as Tandem 20 (6+7.7) Ton = 4,887 kendr/hr/2 jlr
4714,022 kendr/hr/2 jlr
Untuk menghitung volume lalu lintas dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

LHR = (1 + i )n¿ LHRsurvei¿ SMP

Dimana :

i = Pertumbuhan lalu lintas (%)

n = Umur rencana jalan

SMP = nilai kendaraan sesuai dengan satuan mobil penumpang

Satuan mobil penumpang (SMP) adalah angka satuan kendaraan dimana arus dari berbagai
tipe kendaraan telah diubah menjadi kendaraan ringan termasuk mobil penumpang dengan
menggunakan smp. Smp untuk jenis-jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Satuan Mobil Penumpang (SMP)

Jenis Kendaraan Nilai SMP


Sepeda 0,5

Mobil Penumpang/Sepeda Motor 1,0

Truk Ringan (< 5 ton) 2,0

Truk Sedang (> 5 ton) 2,4

Truk Berat (> 10 ton) 3,0

Bus 3,0

Kendaraan Tak Bermotor 7,0

Sumber : RDE-10 Rencana Geometrik Jalan/2005

Jadi diperoleh VLHR (volume lalu lintas harian rata-rata) melalui perhitungan berikut:

a. Volume lalu lintas pada awal umur rencana


Perhitungan volume lalu lintas awal umur rencana ini nantinya akan digunakan untuk
menentukan lalu lintas ekivalen permulaan yang merupakan salah satu variabel untuk
menetukan ketebalan perkerasan jalan.

Untuk menghitung volume lalu lintas awal rencana dapat digunakan rumus sebagai
berikut.

LHR = (1 + i )n¿ LHRsurvei¿ SMP

Data-data teknis:

- Survei lalu lintas = 2023


- Awal Rencana = 2024
- Pertumbuhan lalu lintas = 5 % per tahun
- N = 2023-2024 = 1 tahun

Dengan menggunakan rumus diatas maka volume lalu lintas awal umur rencana adalah
sebagai berikut ;

 Kendaraan Ringan 2 Ton = (1+0,0)1 x 4474,574 x 1 = 4474,574


 Bus Kecil 8 Ton = (1+0,05)1 x 102,620 x 2,4 = 369,432
 Bus Besar 9 Ton = (1+0,05)1 x 19,547 x 3 = 87,962
 Truck 2as Kecil 6 Ton = (1+0,05)1 x 83,074 x 2,4 = 299,066
 Truck 2as Besar 13 Ton = (1+0,05)1 x 29,320 x 3 = 131,94
 Truck 3as Tandem 20 Ton = (1+0,05)1 x 4,887 x 3 = 21,992
= 5384,966 kendr/hr/2 jlr

Σ LHR = 5384,966 smp/hari/2 arah


b. Volume lalu lintas pada akhir umur rencana

Setelah menghitung volume lalu lintas awal rencana maka langkah selanjutnya adalah
menghitung volume lalu lintas akhir rencana. Untuk mengitung volume lalu lintas akhir
umur rencana dapat menggunakan rumus berikut ini.

LHR = (1 + i )UR¿ LHRawalUR

Data-data teknis :
- Awal umur rencana = 2024
- Akhir umur rencana = 2034
- Umur rencana = 10 tahun
- Pertumbuhan lalu lintas = 8% per tahun

Dengan menggunakan rumus diatas maka volume lalu lintas akhir umur rencana adalah
sebagai berikut.

 Kendaraan Ringan 2 Ton = (1+0,08)10 x 4474,574= 9660,270


 Bus Kecil 8 Ton = (1+0,08)10 x 369,432 = 797,576
 Bus Besar 9 Ton = (1+0,08)10 x 87,962 = 189,903
 Truck 2as Kecil 6 Ton = (1+0,08)10 x 299,066 = 645,661
 Truck 2as Besar 13 Ton = (1+0,08)10 x 131,94 = 284,849
 Truck 3as Tandem 20 Ton = (1+0,08)10 x 21,992 = 47,479
= 11625,738 kendr/hr/2 jlr

Σ LHR = 11625.738 smp/hari/2 arah

Dari perhitungan diatas dapat diketahui nilai LHR awal dan LHR akhir rencana pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Volume LHRP dan LHRA

LHR LHR
No. Jenis Kendaraan Awal Umur Akhir Umur
Rencana Rencana
1 Mobil Penumpang 4474,574 9960,270
2 Bus Kecil 369,432 797,576
3 Bus Besar 87,962 189,903
4 Truk 2as Kecil 299,066 645,661
5 Truk 2as Besar 131,94 284,849
6 Truk 3as Tandem 21,992 47,479
Total 5384,966 11625,738

Dari data diatas, diketahui bahwa LHR pada akhir umur rencana sebesar 11625,738
kendaraan/hari/2 arah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jalan tersebut termasuk
kedalam kelas jalan Sekunder kelas II A (Kolektor), karena LHR yang diperoleh termasuk
kedalam range 6000-20000 dapat dilihat pada Tabel 3.3. dibawah ini :

Tabel 3.3. Standar Klasifikasi Jalan

Klasifikasi Jalan LHR dalam


SMP
Fungsi Kelas
Primer I >20000
II A 6000-20000
Sekunder II B 1500-8000
II C <2000
Penghubung III

b) Penentuan Alternatif Rute Jalan

Untuk pemilihan rute, adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut.

a. Trase jalan dibuat lurus, pendek, sedikit tikungan dan kelandaian seminim mungkin.
b. Trase jalan sebaiknya menjauhi daerah aliran sungai (DAS), bila rencana trase jalan harus
memotong sungai diusahakan bentang sungai yang pendek, serta pembuatan jembatan
dibuat tegak lurus sungai.
c. Mempertimbangkan besarnya volume galian dan timbunan dalam penyiapan badan jalan.
d. Trase jalan diletakkan pada kondisi tanah dasar sebaiknya mempunyai nilai CBR
memenuhi syarat spesifikasi, sehingga keberadaan tanah di lokasi trase jalan yang akan
dibuat dapat digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan.
e. Penentuan trase jalan dipertimbangkan kondisi lingkungan, hutan lindung, cagar budaya
serta iklim.
f. Penentuan trase jalan dihindari di daerah patahan, tanah rawan longsor, muka air tanah
yang tinggi dan intensitas curah hujan yang tinggi.

Berikut ini adalah alternatif yang dipertimbangkan dalam pemilihan rute jalan.

a. Alternatif Pertama
Berikut merupakan gambar alternatif pertama yang bisa dipertimbangkan dalam
pemilihan rute jalan.

Gambar 3.3 Rute Jalan Alternatif 1

Data Koordinat :

 Koordinat A (0 ;0)
 Koordinat PI1 ( 15 : 0 )
 Koordinat PI2 ( 15 ; 10 )
 Koordinat B ( 10 ; 16,25 )

Untuk mendapatkan panjang jalan pada alternatif pertama diatas maka dapat dihitung
dengan rumus Pythagoras sebagai berikut.

A. Perhitungan Jarak Pada Tiap Section (Skala 1:5000)

D = √ ( X 2−X 1)2 +(Y 2−Y 1)2

 (d1) dA – PI1 = √ ( X 2−X 1)2 +(Y 2−Y 1)2

= √ (15−10)2+(0−0)2
=5
= 5 x 50 m (skala 1 : 5000)
= 250 m
 (d2) dPI1 – PI2 = √ ( X 3−X 2)2+(Y 3−Y 2)2

= √(15−15)2+(10−0)2
= 10
= 10 x 50 m (skala 1 : 5000)
= 500 m
 (d3) dPI2 – B = √ ( X 4−X 3)2+(Y 4−Y 3)2

= √(10−15)2+(16 , 25−10)2
=8
= 10 x 50 m (skala 1 : 5000)
= 500 m
Jadi, jalan yang direncakan pada alternatif pertama ini memiliki panjang 1.250 m

c) Klasifikasi Medan Jalan


Setelah didapatkan rute jalan yang sesuai dengan rencana, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung klasfikasi medan jalan. Perhitungan klasifikasi medan jalan ini nantinya akan
digunakan untuk menentukan jenis medan dalam perencanaan jalan raya, perlu diketahui jenis
kelandaian melintang pada medan dengan ketentuan :
a. Kelandaian dihitung tiap 100 m
b. Potongan melintang 50 m dengan bagian kanan dan kiri jalan masing-masing 25 m dari as
jalan.
c. Harga kelandaian melintang dan ketinggian samping kiri dan samping kanan jalan
sepanjang 50 m, diperoleh dengan:
∆h
e = ×100 %
L
Keterangan :
L = Panjang Potongan (50 m)
∆h = Selisih ketinggian dua kontur terpotong

Adapun perhitungan kelandaian pada setiap titik dan kemiringan melintang rata-rata adalah
sebagai berikut.

Elevasi Tinggi−Elevasi Rendah


S= x 100 %
(RUMIJA )
[ a ] −[c ]
S= x 100 %
( RUMIJA)

13.30−12.48
 Titik 1 = = 0.0164
50
13.00−12.45
 Titik 2 = = 0.011
50
12.90−12.20
 Titik 3= = 0.014
50
12.60−11.90
 Titik 4 = = 0.014
50
12.40−11.80
 Titik 5 = = 0.012
50
11.00−10.40
 Titik 6 = = 0.012
50
10.70−10.25
 Titik 7 = = 0.009
50
10.60−10.10
 Titik 8= = 0.01
50
10.60−09.80
 Titik 9 = = 0.016
50
10.55−9.75
 Titik 10 = = 0.016
50
10.50−9.45
 Titik 11= = 0.021
50
10.50−9.10
 Titik 12= = 0.023
50
9.80−8.55
 Titik 13 = = 0.025
50
9.30−8.10
 Titik 14 = = 0.024
50
8.90−7.40
 Titik 15 = = 0.03
50
8.60−7.10
 Titik 16 = = 0.03
50

9.40−9
 Titik 1 = = 0.008
50
9.70−9.40
 Titik 2 = = 0.006
50
10.2−9.75
 Titik 3 = =0.009
50
12−10.50
 Titik 4 = = 0.03
50
13.25−12.6
 Titik 5 = = 0.013
50
14.5−13.9
 Titik 6= = 0.012
50
14.80−14.20
 Titik 7 = = 0.012
50
14.70−14.10
 Titik 8= = 0.012
50
14.50−13.80
 Titik 9 = =0.014
50
13 , 50−14 , 25
 Titik 10= = 0.015
50
13 ,60−14 , 40
 Titik 11 = = 0.016
50
13 , 50−14 , 40
 Titik 12= =0.018
50
13 ,50−14 , 40
 Titik 13 = = 0.018
50
13 , 40−14 ,30
 Titik 14= = 0.018
50
13 , 00−14 , 00
 Titik 15= = 0.02
50
12 , 60−13 ,75
 Titik 16= = 0.023
50
12 , 00−13 ,35
 Titik 17= = 0.025
50
0.5224
Kemiringan medan = x 100 %= 1,58 %
33

Berdasarkan data diatas dapat diketahui besarnya kemiringan medan jalan tersebut
sebesar 1,58 %, ini berarti bahwa medan jalan tersebut termasuk Datar karena besar
kelerengannnya termasuk kedalam range ˂ 10 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 3.4

Tabel 3.4. Klasifikasi Menurut Medan Jalan

Golongan Medan Lereng Melintang

Datar (D) <10%


Bukit (B) 10-25%
Gunung (G) ≥25%

d) Perhitungan Jarak

Perhitungan jarak bertujuan untuk menentukan panjang jalan yang akan direncanankan.
Perhitungan jarak ini nantinya akan digunakan untuk menentukan azimuth pada setiap
tikungan. jarak trase jalan adalah 1.150 m.

e) Perhitungan Azimuth dan Delta

Azimuth adalah sudut mendatar yang dihitung dari arah utara searah jarum jam sampai ke
arah yang dimaksud (Jacob Rais, 1998). Pada perencanaan geometrik jalan, sudut azimuth
digunakan untuk menghitung sudut tikungan suatu jalan. Sudut tikungan tersebut nantinya
akan digunkaan untuk menghitung atau menentukan jenis tikungan yang akan digunakan pada
jalan tersebut. Adapun flowchart perhitungan azimuth dari titik A ke titik B dan perhitungan
sudut delta atau sudut tikungan adalah dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3. 4.
Flowchard Perhitungan Azimuth dan Delta

a. Azimuth titik A ke titik PI1

tan❑= ( xy )

  A PI1 = arc tan ( xy 2−x


2− y 1 )
1

=arc tan (
0−0 )
15−0

= 18000’00”

 A PI1 = 18000’00”

b. Azimuth titik PI1 ke titik PI2


Perhitungan azimuth titik PI1 ke titik PI2

tan❑= ( xy )
  PI1 P12 = arc tan ( xy 3−x
3− y 2 )
2

=arc tan (
10−0 )
15−15

= 9000’00”

 PI1 P12 = 9000’00”

c. Azimuth titik PI2 ke titik B

Perhitungan azimuth titik PI1 ke titik PI2

tan❑= ( xy )

  PI1 B = arc tan( xy 4−x


4− y 3 )
3

=arc tan (
16 , 25−10 )
10−15

= -3839’35,31”

 PI1 B = 12820’24,69”

a. Delta 1
 Δ1 = A PI 1−PI 1 P 12
= 18000’00”- 9000’00”
= 9000’00”
 Δ2 = PI 1 P 12−PI 2 B
= 12820’24,69”- 9000’00”
= 3820’24,69”

Setelah melakukan perhitungan sudut tikungan atau sudut delta, maka selanjutnya dapat
dilakukan perencanaan tikungan berdasarkan sudut tikungan yang didapat
Kecepatan Rencana

Tabel 3.5. Korelasi padanan antar pengelompokan jalan berdasarkan SJJ, Fungsi, Status, Kelas,
dan SPPJ serta tipe jalan dan rentang VD

f) Perencanaan Tikungan
Untuk mengetahui tahapan perencanaan tikungan, dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Skema tahapan perencanaan TIkungan

Perencanaan tikungan bertujuan untuk memberi kenyaman pengguna jalan ketika akan
melalui tikungan. Untuk merencanakan tikungan tersebut berikut ini langkah-langkah yang dapat
dilakukan, antara lain sebagai berikut.

a. Menetukan jari-jari rencana


b. Menetukan kecepatan rencana
c. Menentukan sudut tikungan
d. Rencanakan dengan tikungan full cyrcle
e. Jika tidak sesuai maka lakukan perencanaan dengan spiral circle spiral (S-C-S) kemudian
dengan spiral spiral (S-S)
f. Dilanjutkan perhitungan pelebaran tikungan.
Pada uraian selanjutnya akan dibahas langkah-langkah perencanaan tikungan. Diketahui data-
data teknis sebagai berikut :
Kelas Jalan : II A
Fungsi jalan : Sekunder
Jenis medan : Datar
Kecepatan rencana (Vr) : 60 km/jam
Lebar Jalur : 7 meter
Lebar bahu jalan : 2.5 meter
Kemiringan Jalur Jalan : 2%
Kemiringan bahu Jalan :4%

1. Tikungan I

A. Coba Tikungan I SCS (Spiral – Circle – Spiral)

 Vr = 60 km/jam
 ∆1 = 9000’00”
 Lsfiktif = 47 m ( Geometri Terbaru 2021 hal.105 )
 Rmin = 125 m ( Geometri Terbaru 2021 Hal.96 )
 Rc = 130 m ( Geometri Terbaru 2021 hal.105 )

Penyelesaian

2
Ls
 Xs = Ls (1 - 2)
40. Rc

2
47
Xs = 47 (1 - 2)
40.(130)
=46,003 m

2
Ls
 Ys =
6. Rc

2
47
Ys =
6.130
= 2,832 m
90 Ls
 s = .
π Rc

90 ls
s = .
π Rc
90 47
=
3 ,14 130
= 10, 375 m = 10°21’25,2’’

2
Ls
 P= - Rc(1 – cos s)
6. Rc

2
Ls
P= - Rc (1 – cos s)
6. Rc
2
47
= – 130 (1 – cos 10°21’25,2’’)
6.130
= 0,752 m

3
Ls
 k =Ls- 2 - Rc.sin s
40. Rc

3
Ls
K = Ls- 2 - Rc.sin s
40. Rc
3
47
= 47- 2 – 130 . sin 10°21’25,2’’
40. 130
= 23,474 m

1
 Ts = (Rc + p) tan 1 + k
2

1
Ts = (130 + 0,752) tan 9000’00”+ 23,474
2
= 153,55 m

( Rc+ p)
 Es = 1 – Rc
cos 1
2
(130+0.752)
Es = 1 – 130
cos 90 00 ’ 00 ”
2
= 54,911 m

 C= 1 - 2s

C = 9000’00”– 2 . 10°21’25,2’’
= 69°17’9,6’’

C
 Lc = .2.π.Rc
360°

69° 17 ’ 9 , 6 ’ ’
Lc = x 2 x 3,14 x 130
360 °
= 157,125 m > 25 m . . . . . oke ( Lc > 25 m)

 Ltotal = Lc + 2Ls < 2Ts

L total = 157,125 m + 2 (47 m) < 2 x 153,55 m


= 251,125 m < 307,1 m … oke !!!

B. Coba Tikungan I FC (Full Circle)

Diketahui
 Vr = 60 km/jam
 ∆1 = 9000’00”
 Ls = 35 m ( buku shirley hal 350)
 Rmin = 500 m
 Rc = 500 m
Penyelesaian
 Tc = Rc tan ½ ∆1

Tc = 500 tan (½ . 9000’00”)


= 500 m
 Ec = Tc.tan ¼ ∆1

 Ec = 500 tan ¼ . 9000’00”


= 207.107 m
∆ 1 .2. π . Rc
 Lc =
360 °

90 00 ’ 00 ” x 2 x 3 , 14 x 50 0
 Lc =
360°
= 785 m
 Kontrol: Tc < d1

500 m < 250 m… Tidak oke !

2. Tikungan II
A. Coba Tikungan II FC (Full Circle )

 Vr = 60 km/jam
 ∆2 = 3820’24,69”
 Lsfiktif = 60 m
 Rmin = 500 m
 Rc = 573 m

 Penyelesaian
 Tc = Rc tan ½ ∆1

Tc = 500 tan ½ . 3820’24,69”


= 173,826 m

 Ec = Tc.tan ¼ ∆1
 Ec = 173,826 tan ¼ . 3820’24,69”
= 29,354 m
∆ 1.2 . π . Rc
 Lc =
360 °
38 20’ 24 , 69 ” x 2 x 3 ,14 x 573
 Lc =
360 °
= 383,236 m
 Kontrol: Tc < d1
173,826 m < 250 m… oke !

B. Coba Tikungan II SCS (Spiral – Circle – Spiral)

Diketahui
 Vr = 60 km/jam
 Rmin = 115 m
 Rc = 130 m
 Ls = 47 m (PDGJ SNI 2021 Hal.105)
 ∆2 = 3820’24.69”

 Penyelesaian
2
Ls
 Xs = Ls (1 - 2)
40 . Rc
2
47
 Xs = 47 (1 - 2)
40.(130)
= 46.85 m

2
Ls
 Ys =
6 . Rc
2
47
 Ys =
6(130)
= 2.83 m
90 Ls
 s = .
π Rc
90 ls
 s = .
π Rc
90 47
=
3 ,14 130
= 10°21’46.8”

2
Ls
 P= - Rc(1 – cos s)
6 . Rc
2
Ls
 P= - Rc (1 – cos s)
6 . Rc
2
47
= – 130 (1 – cos 10°21’46.8’’)
6(130)
= 0.71 m

3
Ls
 k =Ls- 2 - Rc.sin s
40 . Rc

3
Ls
 K =Ls- 2 - Rc.sin s
40 . Rc
3
47
= 47- 2 – 130 . sin 10°21’46.8’’
40 . 130
= 23.462 m

1
 Ts = (Rc + p) tan 2 + k
2

1
 Ts = (130 + 0,71) tan 3820’24.69” + 23.462
2
= 68.90 m

( Rc+ p)
 Es = 1 – Rc
cos 2
2
(130+ 0.71)
 Es = 1 – 130
cos (38 20 ’ 24 , 69”)
2
= 8.384 m

 C= 2 - 2s
 C = 3820’24,69” – 2 . (10°21’46.8’’)
= 17°36’51.09’’

C
 Lc = .2.π.Rc
360°
17 ° 36 ’ 51.09 ’ ’ ’
 Lc = x 2 x 3,14 x 130
360 °
= 39.945 m > 25 m . . . . . ok
 Ltotal = Lc + 2Ls < 2Ts

 L total = 39.945 m + 2 (47 m) < 2 (68.90 m)


= 133,945 m < 137.80 m … oke !!!

 Check Rounding

I1 = Tc+25 < d1

= 167,074 + 25 < 244


= 192,074 m < 244 m.....ok !

I2 = Tc+25 < d1

= 201,603 + 25 < 244


= 226,603 m < 244 m.....ok !

II1 = Tc +Ts+25 < d2


= 167,074 + 76,194 + 25 < 339,88 m
= 268,268 < 339,88 m ….. ok !

II2 = Tc +Ts+25 < d2


= 201,603 + 67,165 + 25 < 339,88 m
= 293,768 < 339,88 m ….. ok !

III1 = Ts + 25 < d3
= 76,194 + 25 < 134,12 m
= 101,194 m < 134,12 m ….. ok !

III1 = Ts + 25 < d3
= 67,165 + 25 < 134,12 m
= 92,165 m < 134,12 m ….. ok !

Alternatif 1 :
Check Rounding tikungan 1 SCS, Tikungan 2 FC
D2 – Tc – Ts > 25 m
427.5 – 165.797 – 115.8604 > 25 m
145.842 > 25 m …. Ok !

Alternatif 2 :
Check Rounding tikungan 1 FC, Tikungan 2 SCS
D2 – Tc – Ts > 25 m
427.5 – 307.596 – 78.5381 > 25 m
41.36 > 25 m ….. Ok !

Dari hasil check rounding diatas dapat diketahui bahwa jenis tikungan yang aman
digunakan adalah alternative 1, yakni tikungan 1 SCS dan tikungan 2 FC menginat hasil
check roundingnya memiliki selisih lebih besar dibandingkan alternative 2.
Adapun hasil perhitungan alinyemen horizontal untuk setiap tikungan dapat dilihat pada Tabel
3.5.
Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Alinyemen Horizontal

Tikungan I ( Spiral Circle Spiral)


Tikungan II ( Full Circle)

VR = 60 km/jam VR = 60 km/jam

Δ 1 = 63°11’56.4’’ Δ 2 = 36°41’25.51’’

D1 = 441.5 m D2 = 427.5 m

D2 = 427.5 m D3 = 321 m

Rmin = 115 m Rmin = 500 m

Rrenc = 130 m Rrenc = 500 m

e max = 8 % e max = 3.9 %

Ls = 70 m Ls = 35 m

s = 15°26’0.96’’ TC = 165.797

c = 32°19’54,48’’ Ec = 26.77

Lc = 73.32 m Lc = 320.02199

Xs = 69.5 m

Ys = 6.28 m

k = 34.8996 m

p = 1.60244 m

Ts = 115.86038 m

Es = 24.51737 m

Anda mungkin juga menyukai