Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan merupakan survei yang dilakukan sebelum survei detail lainnya. Survei
pendahuluan mencakup dua macam kegiatan, yaitu sebagai berikut.
a. Survei Reconnaissance
b. Pengumpulan data
Maksud dari survei reconnaissance yaitu untuk menetapkan route (sumbu jalan reancana)
yang ideal sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku agar hasil desain dapat
memenuhi unsur kenyamanan dan keamanan pengguna jalan serta yang paling ekonomis.
Kegiatan survei route ini meliputi pengumpulan data lapangan berdasarkan pengamatan
visual dan pengukuran juga masukan dari berbagai sumber sehingga tujuan survei ini dapat
dicapai, yaitu mendapatkan kondisi lapangan pada trase jalan rencana (sepanjang rute terpilih).
Survei detail perencanaan adalah survei yang dilakukan untuk mendapatkan data-data asli di
lapangan. Adapun survei detail perencanaan pada kasus ini antara lain sebagai berikut.
1. Kondisi Topografi
Maksud dari survei topografi dalam perencanaan teknik jalan raya yaitu pengukuran route
yang dilakukan dengan tujuan untuk memindahkan kondisi permukaan bumi dari lokasi yang
diukur pada kertas yang berupa peta planimetri. Peta ini akan digunakan sebagai peta dasar untuk
plotting perencanaan geometrik jalan raya, dalam hal ini perencanaan alinyemen horizontal. Dari
survei yang dilakukan, pemerintah daerah setempat merencanakan pembangunan jalan baru dari
daerah A ke daerah B dikarenakan ingin mengembangkan daerah ini menjadi daerah pariwisata
serta alasan lainnya yaitu sulitnya jangkauan distribusi barang dari daerah A ke daerah B. untuk
menghindari tanjakan yang begitu tinggi dan membuat suatu jalur jalan yang aman dan nyaman,
maka route rencana diambil pada daerah yang relatid datar dengan beda elevasi yang kecil.
Setelah dilakukan survei detail topografi maka diketahui bahwa bentuk kontur dari daerah A
ke daerah B dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Skala Gambar 1: 5000
Tujuan dari survei geologi dan investigasi tanah adalah untuk memetakan penyebaran
tanah/batuan dasar yang meliputi kisaran tebal tanah pelapukan pada sepanjang trase jalan
rencana, sehingga dapat memberikan informasi mengenai stabilitas lereng, prediksi penurunan
tanah dasar dan daya dukung tanah dasar, setelah dipadukan dengan hasil pengujian
laboratorium.
3. Kondisi Hidrologi
Dari rute rencana jalan yang telah diplotkan pada peta dasar (pete topografi), dapat
diperkirakan luas daerah tangkapan untuk sistem drainase agar dapat memperkirakan daya
tampugnya terhadap curah hujan untuk memprediksi volume limpasan permukaan (flood run-
off). Volume limpasan permukaan dipengaruhi oleh jenis dan erosi tanah, serta tata guna lahan.
Karena berada di daerah perbukitan dengan jenis tanah lempung dan lahan umumnya
digunakan sebagai daerah pertanian dan pemukiman serta didukung oleh pengumpulan data dari
beberapa titik stasiun curah hujan tahun 2023, maka kondisi iklim/cuaca di daerah sepanjang rute
jalan rencana cukup lembab dengan data yang diperoleh dari Badan Meteorolgi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG) dapat diketahui curah hujan rata-rata 600 mm/tahun.
Karena jalan yang akan dibangun merupakan jalan baru dimana survei lalu lintas dilakukan
di jalan menuju gerbang unand, maka untuk menentukan dimensi jalan tersebut diambil data
jumlah kendaraan dari survei lalu lintas pada jalan yang mempunyai bentuk, kondisi dan
keadaan komposisi lalu lintas yang serupa dengan jalan yang direncanakan. Dari hasil survei lalu
lintas pada tahun 2023 diperoleh data volume lalu lintas awal umur rencana sebagai berikut.
Dari hasil survei lalu lintas di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi lalu lintas cukup ramai
dengan kendaraaan umum yang mendominasi jalan tersebut karena daerah itu mengalami laju
pertumbuhan ekonomi dan pariwisata yang meningkat. Jalan tersebut akan dibangun pada tahun
2024. Karena faktor pertumbuhan ekonomi maka diasumsikan perkembangan lalu lintas selama
tahun 2023-2024 adalah 5 % per tahun. Selama proses proyek berlangsung dibutuhkan truk-truk
dengan kapasitas angkut besar untuk memindahkan material, peralatan maupun alat berat lainnya
ke lokasi proyek, sehingga diperkirakan perkembangan lalu lintasnya selama proyek akan
berlangsung meningkat. Setelah dilakukan pembangunan jalan maka dapat diperkirakan terjadi
pertumbuhan lalu lintas yang signifikan yaitu selama masa pembuatan hingga akhir umur
rencana diperkirakan perkembangannya adalah 8 % per tahun dengan umur rencana jalan adalah
10 tahun. Dimana jalan akan direncanakan layak pakai hingga tahun 2034
5. Alternatif Pemilihan Material
Untuk menentukan bahan konstruksi atau highway materials, hal yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan material pada quarry yang dekat dengan lokasi proyek akan lebih
ekonomis dibandingkan dengan didatangkan dari daerah lain.
b. Umur rencana jalan yang panjang maka ketelitian dalam pemilihan material sangat
dibutuhkan.
c. Pemerintah mempunyai anggaran besar untuk perencanaan jalan ini, sehingga tidak
menjadi masalah menggunakan material dengan kualitas tinggi.
Dari survei yang telah dilakukan dilapangan maka dapat direncanakan susunan
perkerasannya. Dimana susunan perkerasan yang direncanakan adalah :
Berdasarkan fungsinya, jalan yang akan dibangun merupakan jalan sekunder yang berfungsi
dalam pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat.
Rangkuman yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan pada tahun 2023 adalah sebagai
berikut.
Asumsikan……
b) Data Material
Adapun susunan lapisan perkerasan untuk jalan yang direncanakan adalah sebagai berikut.
Perencanaan geometrik jalan raya merupakan hal utama yang harus diperhatikan, hal ini
bertujuan untuk memberikan keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna jalan.
1. Perencanaan Alinyemen Horizontal
Perencanaan alinemen horizontal ditentukan berdasarkan kelas jalan yang didapat melalui
perhitungan volume lalu lintas, dan kelandaian rata-rata jalan yang didapat berdasarkan kontur
dan panjang jalan.
Berdasarkan diagram perencanaan pada dasar teori maka urutan perencanaan alinyemen
horizontal adalah sebagai berikut:
Penentuan kelas jalan sangat diperlukan dalam perencanaan sebuah jalan raya. Perhitungan
kelas jalan ini nantinya akan digunakan untuk menghitung:
Dimana :
Satuan mobil penumpang (SMP) adalah angka satuan kendaraan dimana arus dari berbagai
tipe kendaraan telah diubah menjadi kendaraan ringan termasuk mobil penumpang dengan
menggunakan smp. Smp untuk jenis-jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Bus 3,0
Jadi diperoleh VLHR (volume lalu lintas harian rata-rata) melalui perhitungan berikut:
Untuk menghitung volume lalu lintas awal rencana dapat digunakan rumus sebagai
berikut.
Data-data teknis:
Dengan menggunakan rumus diatas maka volume lalu lintas awal umur rencana adalah
sebagai berikut ;
Setelah menghitung volume lalu lintas awal rencana maka langkah selanjutnya adalah
menghitung volume lalu lintas akhir rencana. Untuk mengitung volume lalu lintas akhir
umur rencana dapat menggunakan rumus berikut ini.
Data-data teknis :
- Awal umur rencana = 2024
- Akhir umur rencana = 2034
- Umur rencana = 10 tahun
- Pertumbuhan lalu lintas = 8% per tahun
Dengan menggunakan rumus diatas maka volume lalu lintas akhir umur rencana adalah
sebagai berikut.
Dari perhitungan diatas dapat diketahui nilai LHR awal dan LHR akhir rencana pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Volume LHRP dan LHRA
LHR LHR
No. Jenis Kendaraan Awal Umur Akhir Umur
Rencana Rencana
1 Mobil Penumpang 4474,574 9960,270
2 Bus Kecil 369,432 797,576
3 Bus Besar 87,962 189,903
4 Truk 2as Kecil 299,066 645,661
5 Truk 2as Besar 131,94 284,849
6 Truk 3as Tandem 21,992 47,479
Total 5384,966 11625,738
Dari data diatas, diketahui bahwa LHR pada akhir umur rencana sebesar 11625,738
kendaraan/hari/2 arah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jalan tersebut termasuk
kedalam kelas jalan Sekunder kelas II A (Kolektor), karena LHR yang diperoleh termasuk
kedalam range 6000-20000 dapat dilihat pada Tabel 3.3. dibawah ini :
Untuk pemilihan rute, adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut.
a. Trase jalan dibuat lurus, pendek, sedikit tikungan dan kelandaian seminim mungkin.
b. Trase jalan sebaiknya menjauhi daerah aliran sungai (DAS), bila rencana trase jalan harus
memotong sungai diusahakan bentang sungai yang pendek, serta pembuatan jembatan
dibuat tegak lurus sungai.
c. Mempertimbangkan besarnya volume galian dan timbunan dalam penyiapan badan jalan.
d. Trase jalan diletakkan pada kondisi tanah dasar sebaiknya mempunyai nilai CBR
memenuhi syarat spesifikasi, sehingga keberadaan tanah di lokasi trase jalan yang akan
dibuat dapat digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan.
e. Penentuan trase jalan dipertimbangkan kondisi lingkungan, hutan lindung, cagar budaya
serta iklim.
f. Penentuan trase jalan dihindari di daerah patahan, tanah rawan longsor, muka air tanah
yang tinggi dan intensitas curah hujan yang tinggi.
Berikut ini adalah alternatif yang dipertimbangkan dalam pemilihan rute jalan.
a. Alternatif Pertama
Berikut merupakan gambar alternatif pertama yang bisa dipertimbangkan dalam
pemilihan rute jalan.
Data Koordinat :
Koordinat A (0 ;0)
Koordinat PI1 ( 15 : 0 )
Koordinat PI2 ( 15 ; 10 )
Koordinat B ( 10 ; 16,25 )
Untuk mendapatkan panjang jalan pada alternatif pertama diatas maka dapat dihitung
dengan rumus Pythagoras sebagai berikut.
= √ (15−10)2+(0−0)2
=5
= 5 x 50 m (skala 1 : 5000)
= 250 m
(d2) dPI1 – PI2 = √ ( X 3−X 2)2+(Y 3−Y 2)2
= √(15−15)2+(10−0)2
= 10
= 10 x 50 m (skala 1 : 5000)
= 500 m
(d3) dPI2 – B = √ ( X 4−X 3)2+(Y 4−Y 3)2
= √(10−15)2+(16 , 25−10)2
=8
= 10 x 50 m (skala 1 : 5000)
= 500 m
Jadi, jalan yang direncakan pada alternatif pertama ini memiliki panjang 1.250 m
Adapun perhitungan kelandaian pada setiap titik dan kemiringan melintang rata-rata adalah
sebagai berikut.
13.30−12.48
Titik 1 = = 0.0164
50
13.00−12.45
Titik 2 = = 0.011
50
12.90−12.20
Titik 3= = 0.014
50
12.60−11.90
Titik 4 = = 0.014
50
12.40−11.80
Titik 5 = = 0.012
50
11.00−10.40
Titik 6 = = 0.012
50
10.70−10.25
Titik 7 = = 0.009
50
10.60−10.10
Titik 8= = 0.01
50
10.60−09.80
Titik 9 = = 0.016
50
10.55−9.75
Titik 10 = = 0.016
50
10.50−9.45
Titik 11= = 0.021
50
10.50−9.10
Titik 12= = 0.023
50
9.80−8.55
Titik 13 = = 0.025
50
9.30−8.10
Titik 14 = = 0.024
50
8.90−7.40
Titik 15 = = 0.03
50
8.60−7.10
Titik 16 = = 0.03
50
9.40−9
Titik 1 = = 0.008
50
9.70−9.40
Titik 2 = = 0.006
50
10.2−9.75
Titik 3 = =0.009
50
12−10.50
Titik 4 = = 0.03
50
13.25−12.6
Titik 5 = = 0.013
50
14.5−13.9
Titik 6= = 0.012
50
14.80−14.20
Titik 7 = = 0.012
50
14.70−14.10
Titik 8= = 0.012
50
14.50−13.80
Titik 9 = =0.014
50
13 , 50−14 , 25
Titik 10= = 0.015
50
13 ,60−14 , 40
Titik 11 = = 0.016
50
13 , 50−14 , 40
Titik 12= =0.018
50
13 ,50−14 , 40
Titik 13 = = 0.018
50
13 , 40−14 ,30
Titik 14= = 0.018
50
13 , 00−14 , 00
Titik 15= = 0.02
50
12 , 60−13 ,75
Titik 16= = 0.023
50
12 , 00−13 ,35
Titik 17= = 0.025
50
0.5224
Kemiringan medan = x 100 %= 1,58 %
33
Berdasarkan data diatas dapat diketahui besarnya kemiringan medan jalan tersebut
sebesar 1,58 %, ini berarti bahwa medan jalan tersebut termasuk Datar karena besar
kelerengannnya termasuk kedalam range ˂ 10 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 3.4
d) Perhitungan Jarak
Perhitungan jarak bertujuan untuk menentukan panjang jalan yang akan direncanankan.
Perhitungan jarak ini nantinya akan digunakan untuk menentukan azimuth pada setiap
tikungan. jarak trase jalan adalah 1.150 m.
Azimuth adalah sudut mendatar yang dihitung dari arah utara searah jarum jam sampai ke
arah yang dimaksud (Jacob Rais, 1998). Pada perencanaan geometrik jalan, sudut azimuth
digunakan untuk menghitung sudut tikungan suatu jalan. Sudut tikungan tersebut nantinya
akan digunkaan untuk menghitung atau menentukan jenis tikungan yang akan digunakan pada
jalan tersebut. Adapun flowchart perhitungan azimuth dari titik A ke titik B dan perhitungan
sudut delta atau sudut tikungan adalah dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3. 4.
Flowchard Perhitungan Azimuth dan Delta
tan❑= ( xy )
=arc tan (
0−0 )
15−0
= 18000’00”
A PI1 = 18000’00”
tan❑= ( xy )
PI1 P12 = arc tan ( xy 3−x
3− y 2 )
2
=arc tan (
10−0 )
15−15
= 9000’00”
tan❑= ( xy )
=arc tan (
16 , 25−10 )
10−15
= -3839’35,31”
PI1 B = 12820’24,69”
a. Delta 1
Δ1 = A PI 1−PI 1 P 12
= 18000’00”- 9000’00”
= 9000’00”
Δ2 = PI 1 P 12−PI 2 B
= 12820’24,69”- 9000’00”
= 3820’24,69”
Setelah melakukan perhitungan sudut tikungan atau sudut delta, maka selanjutnya dapat
dilakukan perencanaan tikungan berdasarkan sudut tikungan yang didapat
Kecepatan Rencana
Tabel 3.5. Korelasi padanan antar pengelompokan jalan berdasarkan SJJ, Fungsi, Status, Kelas,
dan SPPJ serta tipe jalan dan rentang VD
f) Perencanaan Tikungan
Untuk mengetahui tahapan perencanaan tikungan, dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Skema tahapan perencanaan TIkungan
Perencanaan tikungan bertujuan untuk memberi kenyaman pengguna jalan ketika akan
melalui tikungan. Untuk merencanakan tikungan tersebut berikut ini langkah-langkah yang dapat
dilakukan, antara lain sebagai berikut.
1. Tikungan I
Vr = 60 km/jam
∆1 = 9000’00”
Lsfiktif = 47 m ( Geometri Terbaru 2021 hal.105 )
Rmin = 125 m ( Geometri Terbaru 2021 Hal.96 )
Rc = 130 m ( Geometri Terbaru 2021 hal.105 )
Penyelesaian
2
Ls
Xs = Ls (1 - 2)
40. Rc
2
47
Xs = 47 (1 - 2)
40.(130)
=46,003 m
2
Ls
Ys =
6. Rc
2
47
Ys =
6.130
= 2,832 m
90 Ls
s = .
π Rc
90 ls
s = .
π Rc
90 47
=
3 ,14 130
= 10, 375 m = 10°21’25,2’’
2
Ls
P= - Rc(1 – cos s)
6. Rc
2
Ls
P= - Rc (1 – cos s)
6. Rc
2
47
= – 130 (1 – cos 10°21’25,2’’)
6.130
= 0,752 m
3
Ls
k =Ls- 2 - Rc.sin s
40. Rc
3
Ls
K = Ls- 2 - Rc.sin s
40. Rc
3
47
= 47- 2 – 130 . sin 10°21’25,2’’
40. 130
= 23,474 m
1
Ts = (Rc + p) tan 1 + k
2
1
Ts = (130 + 0,752) tan 9000’00”+ 23,474
2
= 153,55 m
( Rc+ p)
Es = 1 – Rc
cos 1
2
(130+0.752)
Es = 1 – 130
cos 90 00 ’ 00 ”
2
= 54,911 m
C= 1 - 2s
C = 9000’00”– 2 . 10°21’25,2’’
= 69°17’9,6’’
C
Lc = .2.π.Rc
360°
69° 17 ’ 9 , 6 ’ ’
Lc = x 2 x 3,14 x 130
360 °
= 157,125 m > 25 m . . . . . oke ( Lc > 25 m)
Diketahui
Vr = 60 km/jam
∆1 = 9000’00”
Ls = 35 m ( buku shirley hal 350)
Rmin = 500 m
Rc = 500 m
Penyelesaian
Tc = Rc tan ½ ∆1
90 00 ’ 00 ” x 2 x 3 , 14 x 50 0
Lc =
360°
= 785 m
Kontrol: Tc < d1
2. Tikungan II
A. Coba Tikungan II FC (Full Circle )
Vr = 60 km/jam
∆2 = 3820’24,69”
Lsfiktif = 60 m
Rmin = 500 m
Rc = 573 m
Penyelesaian
Tc = Rc tan ½ ∆1
Ec = Tc.tan ¼ ∆1
Ec = 173,826 tan ¼ . 3820’24,69”
= 29,354 m
∆ 1.2 . π . Rc
Lc =
360 °
38 20’ 24 , 69 ” x 2 x 3 ,14 x 573
Lc =
360 °
= 383,236 m
Kontrol: Tc < d1
173,826 m < 250 m… oke !
Diketahui
Vr = 60 km/jam
Rmin = 115 m
Rc = 130 m
Ls = 47 m (PDGJ SNI 2021 Hal.105)
∆2 = 3820’24.69”
Penyelesaian
2
Ls
Xs = Ls (1 - 2)
40 . Rc
2
47
Xs = 47 (1 - 2)
40.(130)
= 46.85 m
2
Ls
Ys =
6 . Rc
2
47
Ys =
6(130)
= 2.83 m
90 Ls
s = .
π Rc
90 ls
s = .
π Rc
90 47
=
3 ,14 130
= 10°21’46.8”
2
Ls
P= - Rc(1 – cos s)
6 . Rc
2
Ls
P= - Rc (1 – cos s)
6 . Rc
2
47
= – 130 (1 – cos 10°21’46.8’’)
6(130)
= 0.71 m
3
Ls
k =Ls- 2 - Rc.sin s
40 . Rc
3
Ls
K =Ls- 2 - Rc.sin s
40 . Rc
3
47
= 47- 2 – 130 . sin 10°21’46.8’’
40 . 130
= 23.462 m
1
Ts = (Rc + p) tan 2 + k
2
1
Ts = (130 + 0,71) tan 3820’24.69” + 23.462
2
= 68.90 m
( Rc+ p)
Es = 1 – Rc
cos 2
2
(130+ 0.71)
Es = 1 – 130
cos (38 20 ’ 24 , 69”)
2
= 8.384 m
C= 2 - 2s
C = 3820’24,69” – 2 . (10°21’46.8’’)
= 17°36’51.09’’
C
Lc = .2.π.Rc
360°
17 ° 36 ’ 51.09 ’ ’ ’
Lc = x 2 x 3,14 x 130
360 °
= 39.945 m > 25 m . . . . . ok
Ltotal = Lc + 2Ls < 2Ts
Check Rounding
I1 = Tc+25 < d1
I2 = Tc+25 < d1
III1 = Ts + 25 < d3
= 76,194 + 25 < 134,12 m
= 101,194 m < 134,12 m ….. ok !
III1 = Ts + 25 < d3
= 67,165 + 25 < 134,12 m
= 92,165 m < 134,12 m ….. ok !
Alternatif 1 :
Check Rounding tikungan 1 SCS, Tikungan 2 FC
D2 – Tc – Ts > 25 m
427.5 – 165.797 – 115.8604 > 25 m
145.842 > 25 m …. Ok !
Alternatif 2 :
Check Rounding tikungan 1 FC, Tikungan 2 SCS
D2 – Tc – Ts > 25 m
427.5 – 307.596 – 78.5381 > 25 m
41.36 > 25 m ….. Ok !
Dari hasil check rounding diatas dapat diketahui bahwa jenis tikungan yang aman
digunakan adalah alternative 1, yakni tikungan 1 SCS dan tikungan 2 FC menginat hasil
check roundingnya memiliki selisih lebih besar dibandingkan alternative 2.
Adapun hasil perhitungan alinyemen horizontal untuk setiap tikungan dapat dilihat pada Tabel
3.5.
Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Alinyemen Horizontal
VR = 60 km/jam VR = 60 km/jam
Δ 1 = 63°11’56.4’’ Δ 2 = 36°41’25.51’’
D1 = 441.5 m D2 = 427.5 m
D2 = 427.5 m D3 = 321 m
Ls = 70 m Ls = 35 m
s = 15°26’0.96’’ TC = 165.797
c = 32°19’54,48’’ Ec = 26.77
Lc = 73.32 m Lc = 320.02199
Xs = 69.5 m
Ys = 6.28 m
k = 34.8996 m
p = 1.60244 m
Ts = 115.86038 m
Es = 24.51737 m