Bab II
Studi Literatur dan Dasar Teori
II.1 Studi Literatur
II.1.1 Penelitian Sejenis
1. Evaluasi Geometrik dan Pengaturan Lampu Lalu Lintas Pada Simpang Empat
Polda Pontianak (Dian Idyanata, 2013)
Penilitian ini membahas mengenai analisa kinerja jalan yaitu kondisi
geometrik dan lalu lintas di persimpangan Polda Pontianak yang semakin
menunjukkan ketidakmampuannya untuk melayani volume kendaraan yang
meningkat.
Penelitian ini dilakukan dengan cara survey selama 2 hari kerja, 1 hari
weekend, dan 1 hari pada tanggal merah. Survey yang dilakukan ialah survey
volume lalu lintas dan survey geometrik kaki persimpangan. Lalu dilakukan
pengolahan dan analisis data untuk mendapatkan arus lalu lintas pada jam
puncak dan perhitungan waktu sinyal, yang selanjutnya di proyeksikan sebagai
arus lalu lintas untuk 5 tahun kedepan dan waktu sinyal yang baru. Sedangkan
untuk geometrik, dilakukan design persimpangan baru dengan beberapa asumsi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kondisi geometrik pada
simpang empat Polda Pontianak tidak dapat dipertahankan karena nilai DS
(derajat kejenuhan) yang di dapat dari arus lalu lintas ketika padat dibagi oleh
kapasitas simpang diatas standar Ditjen Bina Marga (1997) yaitu 0.85.
2. Dimensi Kendaraan Rencana yang Operasional (Erwin Kusnandar, 2007)
Penilitian ini membahas mengenai perubahan unsur-unsur teknis kendaraan
seperti bentuk, dimensi, dan kemampuan kendaraan yang akan mempengaruhi
parameter perencanaan geometrik jalan yang telah ditetapkan. Rancangan
geometrik jalan yang telah dihasilkan, tidak bisa memenuhi gerak kendaraan
yang dirancanakan sehingga akan berdampak pada hambatan pergerakan dan
tidak menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengelompokkan kendaraan berdasarkan
jenisnya yang selanjutnya mengukuran secara langsung dimensi unsur yang
Aisyah Alhumaira, Uswatun Hasanah, Pemeriksaan Geometrik Simpang..... 7
II.2
Dasar Teori
II.2.1 Umum
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan
lori, dan jalan kabel. Berdasarkan fungsinya, jalan di kelompokkan menjadi:
1. Jalan Arteri
Yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak
jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
(Undang-Undang RI No. 13 1980)
2. Jalan kolektor
Yaitu jalan yang melauani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciriciri jarak sedang, kecepatan rata-rata yang sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi. (Undang-Undang RI No. 13 1980)
3. Jalan Lokal
Yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
(Undang-Undang RI No. 13 1980)
Berikut adalah klasifikasi jalan berdasarkan dimensi kendaraan yang
melewatinya:
Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang atau hewan (meliputi:
sepeda, becak, kereta kuda, dan kereta dorong.
II.2.3 Simpang
Simpang adalah ...........
Menurut Hendarto, dkk., (2001), persimpangan adalah daerah dimana dua atau
lebih jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan.
Menurut Khisty (2003), persimpangan dibuat dengan tujuan untuk mengurangi
potensi konflik diantara kendaraan (termasuk pejalan kaki) dan sekaligus menyediakan
kenyamanan maksimum dan kemudahan pergerakan bagi kendaraan.
Menurut Morlok (1988), jenis simpang berdasarkan cara pengaturannya dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
1. Simpang jalan tanpa sinyal
Simpang jalan tanpa sinyal yaitu simpang yang tidak memakai sinyal lalu lintas.
Pada simpang ini pemakai jalan harus memutuskan apakah mereka cukup aman
untuk melewati simpang atau harus berhenti dahulu sebelum melewati simpang
tersebut.
2. Simpang jalan dengan sinyal
Simpang jalan dengan sinyal adalah pemakai jalan dapat melewati simpang
sesuai dengan pengoperasian sinyal lalu lintas. Jadi pemakai jalan hanya boleh lewat
pada saat sinyal lalu lintas menunjukkan warna hijau pada lengan simpangnya.
Adapun Menurut Hariyanto (2004), dilihat dari bentuknya ada 2 (dua) macam
jenis persimpangan yaitu :
1. Pertemuan atau persimpangan jalan sebidang
Merupakan pertemuan dua ruas jalan atau lebih secara sebidang (tidak saling
bersusun). Pertemuan jalan sebidang ada 4 (empat) macam, yaitu :
a. pertemuan atau persimpangan bercabang 3 (tiga),
b. pertemuan atau persimpangan bercabang 4 (empat),
Aisyah Alhumaira, Uswatun Hasanah, Pemeriksaan Geometrik Simpang..... 10
Gerakan berbelok pada suatu ruas jalan atau simpang merupakan permasalahan
tersendiri dalam menghitung parameter lalulintas. Pada kondisi arus lalu lintas tinggi
terutama yang didominasi oleh sepeda motor akan mempengaruhi sistem simpang.
Gerakan berbelok pada simpang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti karakteristik
kendaraan, aliran lalulintas, geometrik jalan, kondisi lingkungan dan sebagainya
sehingga antara satu lokasi dengan lokasi yang lainnya memiliki nilai yang relatif
berbeda. Pemeriksaan geometrik simpang dipengaruhi oleh faktor dimensi dan radius
putar kendaraan yang tercantum dalam tabel II.2
Gambar II.3 Radius Putar Bus (Bina Marga No. 038TBM 1997)
(A)
(B)
(C)
Gambar II.3 Lintasan Belokan Pada Persimpangan (Pt. T-02-2002-B)
Selain itu, tata cara perencanaan geometrik dalam Pt. T-02-2002-B juga digunakan
apabila dibutuhkan perbaikan terkait geometrik jalan di simpang. Salah satunya ialah
pemotongan sudut persimpangan guna menjamin keamanan dan kelancaran kendaraan
saat berbelok. Potongan sudut ditentukan berdasarkan kelas jalan persimpangan (tabel
II.4)
Gambar II.5 Pelebaran Untuk Truk Unit Tunggal / Bus (Bina Marga, 1992)