Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN AKHIR

BAB – III
ANALISA DAN EVALUASI

3.1. EVALUASI JARINGAN PAKET-15 PERENCANAAN JALAN WILAYAH II


KEC. NAINGGOLAN

3.1.1. Koridor Wilayah Jalan Wilayah Kecamatan Nainggolan

Koridor wilayah rencana trase jalan terletak di Kecamatan Nainggolan panjang


jaringan jalan dibagi dalam 4 desa:
1. Peningkatan Jalan Pangaloan - Hutarihit kurang lebih 337 M dengan
melewati satu desa.
2. Peningkatan Jalan Sp. Jalan Provinsi - SDN 4 Sipinggan dengan panjang
145 m
3. Peningkatan Jalan Tinggi-tinggi - Parhorasan Kel. Parhusip III dengan
panjang 141 m
4. Peningkatan Jalan Sibatuara Parhorasan Dusun II Desa Nainggolan dengan
panjang 139 m
5. Peningkatan Jalan Parmanuk Dusun II Desa Pangaloan dengan
panjang 142 m

3.1.2. Rencana Trase Jalan Wilayah Kecamatan Nainggolan


Dari Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir Perencanaan Pembangunan Jalan
Wilayah Kecamatan Nainggolan ini direncanakan mempunyai panjang berbeda-
beda.

Hasil survei di lapangan, bahwa jalur yang dilalui merupakan jalan yang sudah
ada dengan kondisi jalan hotmix diawal dan diakhir rencana jalan, lapen, telpord
dan jalan tanah, dan untuk rencana dibuat beton cor. Dari hasil diskusi dan
masukan dari tim teknis Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir dan dari tokoh-
tokoh masyarakat setempat maka ditentukan jalur rencana jalan sesuai dengan
pengukuran.

III - 1
LAPORAN AKHIR

A. Kelas Jalan
Jalan Wilayah Kecamatan Nainggolan ini direncanakan mempunyai klasifikasi
fungsional sebagai jalan Arteri Primer yang melayani lalu lintas regional atau
antar kota satu ke kota lainnya. Jenis perencanaan untuk Pembangunan Jalan
Wilayah Kecamatan Nainggolan ini adalah type II yaitu Jalan dan Kecamatan
Nainggolan dengan sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk.

B. Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana disesuaikan dengan kondisi medan/kemiringan
melintangnya apakah daerah datar, perbukitan atau pegunungan.
Kecepatan Rencana Pembangunan Jalan Wilayah Kecamatan Nainggolan
ini ditentukan sebesar 80 km/jam sesuai dengan standar yang berlaku.

C. Standar Geometrik Jalan


Perencanaan geometrik jalan meliputi proses perencanaan lay-out suatu
jalan yang direncanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan pemakai
jalan dan syarat-syarat teknis yang ada.
Standar Perencanaan yang digunakan mengacu kepada beberapa standar
sebagai berikut:
Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan,
Maret 1992 Bina Marga;
PP No. 34 tentang Jalan, Bina Marga;
Policy on Geometric Design Highway and Streets, 1984, AASHTO.

1) Alinyemen Horizontal
Pada prinsipnya alinyemen rencana dibuat sependek mungkin dengan
mempertimbangkan faktor-faktor topografi, geologi, hidrologi, sosial,
tata guna lahan dan sebagainya. Dengan adanya faktor-faktor
tersebut, maka akan ditemui tikungan-tikungan sehingga semua
persyaratan yang ada dapat dipenuhi. Untuk menjamin keamanan dan
kenyamanan pemakai jalan, suatu tikungan dapat dibuat dengan jari-

III - 2
LAPORAN AKHIR

jari yang tepat dan panjang tikungan yang cukup, sehingga pemakai
jalan dapat melintasinya dengan aman dan nyaman dengan waktu
tempuh singkat.

Jari-jari tikungan minimum dapat dihitung dengan persamaan:

Rmin = V2/(127(f+e))

dimana :
Rmin = Jari-jari minimum
V = Kecepatan Rencana
f = Koefisien gesekan samping
e = Superelevasi

Sedangkan persamaan untuk panjang tikungan minimum adalah :


Lmin = t rnin – V

dimana :

Lmin = Panjang tikungan minimum

tmin = Waktu tempuh minimum = 6 detik


V = Kecepatan Rencana
Dalam perencanaan alinyemen horizontal, maka jenis - jenis tikungan
yang bisa digunakan adalah:
1. Tikungan Lingkaran Penuh (Full Circle)
Jenis tikungan ini akan sering digunakan pada daerah datar,
dimana kondisi lereng yang ada sekitar 0 - 10%.
2. Tikungan dengan memakai lengkung peralihan, yang terdiri dari:
 Spiral - Circle – Spiral
 Spiral - Spiral

III - 3
LAPORAN AKHIR

Jenis tikungan ini banyak dipakai pada daerah datar rnendekati


perbukitan dan di daerah perbukitan, dimana kemiringan melintang
rata-rata 10 - 40%.

2) Alinyemen Vertikal
Agar semua kendaraan dapat melintasi jalan tanpa banyak mengalami
kehilangan kecepatan pada saat mendaki, terutama untuk truk dan
bus, maka perlu diberikan batasan tertentu mengenai kelandaian jalan.
Sedangkan lengkung vertikal yang direncanakan, baik cekung maupun
cembung, harus dapat menyerap guncangan dan menjamin jarak
pandangan henti dengan persamaan berikut:
Lv = D2 x A/398
dimana :
Lv = Panjang Minimum Lengkungan (m)
D = Jarak pandang henti (m)
A = Perbedaan aljabar untuk kedua landaian (%)
Perencanaan Alinyemen vertikal meliputi perencanaan kelandaian dan
perencanaan lengkung vertikal pada pertemuan antara dua
kelandaian yang berbeda. Berdasarkan standar perencanaan, besar
kelandaian maksimum yang diperbolehkan untuk jalan ini adalah 6%
(standar) dan 10% (mutlak).

3) Penampang Melintang
Sesuai dengan klas jalannya, maka penampang melintang tipikal yang
diusulkan disini berdasarkan standar perencanaan adalah sebagai berikut:

1) Untuk jalan baru dan belum terlapisi aspal


 Kemiringan melintang (super elevasi) normal badan jalan = 4%
 Kemiringan melintang bahu jalan = 6%
2) Untuk jalan yang ditingkatkan dari jalan tanah/gravel ke jalan aspal
 Kemiringan melintang (super elevasi) normal badan jalan = 2%
 Kemiringan melintang bahu jalan = 4%

III - 4
LAPORAN AKHIR

Lebar perkerasan bersama-sama kondisi perrnukaan merupakan faktor


besar dalam hal keamanan dan kenyamanan mengemudi. Lebar lajur terdiri
atas lebar kendaraan dan ruang bebas menyalip yang berubah menurut
kecepatan rencana.
Lebar perkerasan akan mengacu pada kebutuhan lalu lintas yang akan
dilayani. Pentahapan konstruksi tentang lebar perkerasan dimaksudkan
untuk efisiensi biaya konstruksi.

Daerah Milik Jalan (Right of Way) merupakan daerah yang dihitung mulai
dari tengah-tengah jalan sampai patok pengaman jalan yang lebarnya
ditentukan berdasar fungsi jalan masing-masing.

D. Standar Perencanaan Struktur Perkerasan

Standar maupun kriteria yang akan digunakan harus mempertimbangkam


kondisi iklim, lingkungan, dan material yang ada, agar jalan yang
direncanakan akan mampu menahan beban lalu-lintas di atasnya sampai
akhir umur rencananya. Beberapa standar yang dapat dijadikan rujukan di
dalam perencanaan tebal perkerasan antara lain :

AASHTO;
Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur, SKBI-1.3,26.1987.
Bina Marga;
AASHTO Guide for Design of Pavement Structure, 1986 ;
Asphalt Institute, 1981.

Struktur perkerasan fleksibel dipilih sebagai konstruksi jalan pada studi ini
karena dianggap paling cocok dan mempunyai banyak keuntungan
terutama masalah Initial Costnya. Faktor-faktor utama yang digunakan
dalam perencanaan perkerasan adalah sebagai berikut:

1. Daya Dukung Tanah

III - 5
LAPORAN AKHIR

Daya dukung tanah dinyatakan dalam bentuk nilai CBR yang diperoleh
dari tes CBR atau tes DCP. Selain itu dapat juga digunakan Modulus
Resilient, Group Index, R volume.

2. Karakteristik Lalu Lintas


Sebagai beban standar digunakan 8 ton atau 18 kips ESAL (Equivalent
Standar Axle Load). Masing-masing jenis kendaraan dikonversikan
terlebih dahulu dengan mengalikan dengan VDF (Vehicle Damage
Factor) masing-masing.

Beban lalulintas rencana ditentukan berdasarkan hasil analisa lalulintas


yang berbentuk rencana lalu lintas harian rata-rata (LHR), untuk
kemudian dikonversikan kedalarn jumlah kumulatif sumbu standar selama
umur rencana.
Untuk memperkirakan besarnya volume lalulintas serta beban ganda
standar ekuivalen (ESA) pada pertengahan umur rencana, digunakan
Program "ESA", salah satu bagian dari Program RDS (Roadworks
Design System) yang dikembangkan oleh Bina Marga. Untuk maksud ini
ditetapkan parameter rencana sebagai berikut :

1) Jumlah kendaraan dan Kapasitas Kendaraan (mobil, bus truk)


2) Pertumbuhan lalulintas (%)

Hasil yang didapatkan adalah Midlife AADT dan Nilai Kumulatif Axle.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan :

Midlife AADT = AADT X (1 + Traffic Growth % ) (T1-T0+T2/2)


dan
(T1-T0+T2/2)
(1 + Traffic Growth % )
CUMESA = 365xVDFx AADT
Traffic Growth

III - 6
LAPORAN AKHIR

dengan :
• TO = Tahun perhitungan lalu lintas
• Tl = Tahun Pembukaan Jalan
• T2 = Umur Rencana
• VDF = Faktor kerusakan oleh Kendaraan

3. Faktor Regional
Nilai faktor ini mengkaitkan pengaruh dari iklim seperti temperatur
udara dan kadar air tanah terhadap badan jalan dan juga termasuk
faktor-faktor dari:
a) Topografi;
b) Kesamaan lokasi proyek dengan lokasi Road Test;
c) Tipe Sub Grade;
d) Engineering Judgement;
e) Tipe fasilitas jalan;
f) Drainase bawah permukaan.
4. Material
Masing-masing bahan atau lapis perkerasan memiliki kekuatan yang
berbeda. Untuk keperluan perencanaan, maka diperlukan korelasi
kekuatan antara masing-masing bahan tersebut. Korelasi ini
disesuaikan dengan Marshall Test, Kuat Tekan atau CBR yang
dinyatakan dalam bentuk koefisien lapisan.

5. Struktural Number
Hasil dari perencanaan perkerasan dinyatakan dalam bentuk
persamaan, yaitu Struktural Number (SN).
SN = a1 D1 + a2 + a3 D3
dimana : - ai , a2 , a3 = Koefisien Lapisan
- D1 , D2 , D3 = Tebal Lapisan
Alternatif perkerasan disamping tergantung dari jumlah AADT
pada Midlife AADT juga tergantung pada kondisi jenis tanah.
Berikut ini disajikan tabel mengenai alternatif pemilihan untuk lapis
permukaan maupun lapis pondasinya.

III - 7
LAPORAN AKHIR

3.2. Analisa Topografi.


Setelah dilakukan pengukuran Jalan Jalan Wilayah II Kec. Nainggolan di dapat harga-
harga titik B.M yang dipasang.

3.3. Desain Jalan.


Setelah didapat data-data lapangan maka desain jalan di rencanakan sebagai berikut:

Paket-15 Perencanaan Jalan Wilayah II Kec. Nainggolan


PENINGKATAN JALAN PANGALOAN - HUTARIHIT
Pekerjaan Tanah Pekerjaan Galian Biasa > 2 m
    Timbunan Tanah Kembali
     
  Pekerjaan Struktur Beton mutu sedang fc’20 Mpa
    Beton mutu rendah fc’10 Mpa
    Baja Tulangan U 24 Polos
   
Lapis Pondasi Agregat Kelas B utk
 
 Pengembalian Kondisi Dan Pekerjaan Minor Pekerjaan Minor
     
PENINGKATAN JALAN SP. JALAN PROVINSI - SDN 4 SIPINGGAN
     
Pekerjaan Struktur Beton mutu sedang fc’20 Mpa
     
 Pengembalian Kondisi Dan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B utk
 
Minor Pekerjaan Minor
     
PENINGKATAN JALAN TINGGI-TINGGI - PARHORASAN KEL. PARHUSIP III
     
Pekerjaan Struktur Beton mutu sedang fc’20 Mpa
   
 Pengembalian Kondisi Dan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B utk
Minor Pekerjaan Minor
     
PENINGKATAN JALAN SIBATUARA PARHORASAN DUSUN II DESA NAINGGOLAN
     
Pekerjaan Struktur Beton mutu sedang fc’20 Mpa
   
 Pengembalian Kondisi Dan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B utk
Minor Pekerjaan Minor

PENINGKATAN JALAN PARMANUK DUSUN II DESA PANGALOAN

III - 8
LAPORAN AKHIR

     
Pekerjaan Struktur Beton mutu sedang fc’20 Mpa
   
 Pengembalian Kondisi Dan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B utk
Minor Pekerjaan Minor

III - 9

Anda mungkin juga menyukai