Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

BAB – II
TEORI DASAR
PERENCANAAN

2.1. UMUM

Pelabuhan didefinisikan sebagai tempat yang terdiri atas


daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat
barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai
tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Sedang
Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang digunakan
untuk melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di
sungai dan danau.

1. Ketentuan Mengenai Pelabuhan

Beberapa ketentuan umum yang terkait dengan pelabuhan


Sungai dan danau sebagaimana diatur dalam peraturan
perundangan antara lain:

1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan


dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan

II-1
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik


turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran
dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi.
2. Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan
untuk melayani kegiatan angkutan laut dan/atau
angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau di
sungai.
3. Pelabuhan sungai dan danau adalah pelabuhan yang
digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau
yang terletak di sungai dan danau.
4. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang
kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas
kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan
keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau
antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan
daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.
5. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem
kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis,
hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional,
dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra-dan
antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.
6. Rencana Induk Pelabuhan Nasional adalah pengaturan
ruang kepelabuhanan nasional yang memuat tentang
kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan hierarki
pelabuhan secara nasional yang merupakan pedoman dalam
penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian, dan
pengembangan pelabuhan.
II-2
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

7. Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi


sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan
dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan
beserta muatannya.
8. Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan
dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai,
danau, waduk, rawa, banjir, kanal dan terusan untuk
mengangkut penumpang dan/atau barang yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan
danau.
9. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan
dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang
digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan.
10. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan
di sekeliling daerah lingkungan kerja perairan
pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan
pelayaran.
11. Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang
pelabuhan berupa peruntukan rencana tata guna tanah
dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan.
12. Kepelabuhanan adalah meliputi segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan
dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi
pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan
ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan atau
barang, keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra
dan atau antarmoda transportasi serta mendorong
perekonomian nasional dan daerah.

II-3
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

13. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem


kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis,
hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional,
dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra-dan
antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.

2. Lokasi Pelabuhan

Rencana lokasi pelabuhan sungai dan danau secara hierarki


pelayanan angkutan sungai dan danau terdiri atas:

1. Pelabuhan sungai dan danau yang digunakan untuk


melayani angkutan sungai dan danau; dan/atau
2. Pelabuhan sungai dan danau yang melayani angkutan
penyeberangan:

 Antarprovinsi dan/atau antarnegara;


 antarkabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi; dan/atau
 dalam 1 (satu) kabupaten/kota.

Rencana lokasi pelabuhan sungai dan danau yang digunakan


untuk melayani angkutan sungai dan danau dan/atau
penyeberangan disusun dengan berpedoman pada:

1. Kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar nasional


dan/atau internasional;
2. Memiliki jarak tertentu dengan pelabuhan lainnya;
3. Memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta
terlindung dari gelombang;
4. Mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu;
5. Berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang
internasional;
6. Volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah tertentu;

II-4
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

7. Jaringan jalan yang dihubungkan; dan/atau


8. Jaringan jalur kereta api yang dihubungkan.

3. Rencana Induk Pelabuhan

Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja dan


Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan untuk pelabuhan
sungai dan danau ditetapkan oleh bupati/walikota.
Pembangunan pelabuhan sungai dan danau wajib memperoleh
izin dari bupati/walikota.

Pembangunan pelabuhan sungai dan danau dilaksanakan


berdasarkan persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian
lingkungan, dengan memperhatikan keterpaduan intra dan
antarmoda transportasi. Pelabuhan sungai dan danau hanya
dapat dioperasikan setelah selesai dibangun dan memenuhi
persyaratan operasional serta memperoleh izin. Izin
mengoperasikan pelabuhan sungai dan danau diberikan oleh
bupati/walikota.

4. Fasilitas Pelabuhan

Pelayanan pelabuhan penyeberangan dapat dilakukan apabila


fasilitas pelabuhan penyeberangan telah siap untuk
dioperasikan. Fasilitas pelabuhan terdiri dari fasilitas
daratan berupa fasilitas pokok yang merupakan fasilitas
yang harus dimiliki oleh pelabuhan dan fasilitas penunjang
untuk mendukung operasionalisasi pelabuhan.

a. Fasilitas Pokok
Fasilitas pokok pelabuhan yang meliputi:

II-5
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

1. Terminal penumpang untuk keperluan menunggu sebelum


keberangkatan kapal, perpindahan antar moda
transportasi perairan pedalaman dengan angkutan
jalan serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum;
2. Penimbangan kendaraan bermuatan untuk mengendalikan
kelebihan muatan serta untuk mengetahui besar muatan
yang diangkut dengan kapal perairan pedalaman.
3. Jalan penumpang keluar/masuk kapal (gang way);
4. Perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan
pelayanan jasa seperti loket penjualan tiket;
5. Fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker) untuk
keperluaan kapal;
6. Instalasi air, listrik dan telekomunikasi;
7. Akses jalan dan/atau jalur kereta api;
8. Fasilitas pemadam kebakaran;
9. Tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke
kapal.

b. Fasilitas Penunjang

Sedang fasilitas penunjang pelabuhan penyeberangan


meliputi:

1. Kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran


pelayanan jasa kepelabuhanan seperti kantor
perwakilan perusahaan pelayaran.;
2. Tempat penampungan limbah, dan pengolahan limbah;
3. Fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan
penyeberangan;
4. Areal pengembangan pelabuhan;

II-6
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

5. Fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, jalur


hijau dan pos/klinik kesehatan).

5. Dermaga

Dermaga merupakan tempat kapal ditambatkan di pelabuhan.


Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat
barang dan orang dari dan keatas kapal. Di dermaga juga
dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal,
air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah
yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan

a. Jenis Dermaga Pedalaman


Ada beberapa jenis dermaga yang biasanya digunakan
yaitu:
- Dermaga “quay wall”
Terdiri struktur yang sejajar pantai, berupa tembok
yang berdiri diatas pantai, dapat dibangun dengan
beberapa pendekatan konstruksi diantaranya sheet
pile baja/beton, caisson beton atau open filled
structure.

Beberapa pertimbangan dalam pembangunan quay wall:

 Dermaga Quay wall adalah dermaga yang dibuat


sejajar pantai dan relatif berimpit dengan pantai
(kemiringan pantai curam).
 Konstruksi dermaga biasanya dibangun langsung
berhimpit dengan areal darat.
 Kedalaman perairan cukup memadai dan memungkinkan
bagi kapal merapat dekat sisi darat (pantai).
Kedalaman perairan tergantung kepada ukuran kapal
yang akan berlabuh pada dermaga tersebut.
II-7
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

 Kondisi tanah cukup keras


 Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan
tipe struktur tetapi berpengaruh pada detail
dimensi struktur yang dibutuhkan.

Gambar 2.1. Bentuk-bentuk dermaga quay wall yang sering digunakan

- Dermaga Dolpin
Tempat sandar kapal berupa dolphin diatas tiang
pancang. Biasanya dilokasi dgn pantai yang landai,
diperlukan jembatan trestel sampai dengan kedalaman
yang dibutuhkan.
Beberapa pertimbangan yang digunakan dalam
pembangunan dermaga dolphin:

II-8
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

 Dermaga dolphin adalah sarana tambat kapal yang


fasilitas bongkar muatnya ada di haluan atau
buritan.
 Jarak kedalaman perairan yang disyaratkan dari
pantai relatif cukup panjang.
 Terdapat konstruksi tambahan berupa jembatan
dermaga (trestel), tanggul atau dapat juga
keduanya.
 Sarana tambat yang akan direncanakan terdiri dari
struktur breasting dan mooring yang dihubungkan
dengan catwalk.
 Posisi breasting berfungsi utama sebagai sarana
sandar kapal, tapi juga dapat berfungsi sebagai
sarana tambat kapal jika dipasang bollard,
sedangkan mooring dolphin berfungsi menahan kapal
sehingga tetap berada pada posisi sandar.
 Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan
tipe struktur tetapi berpengaruh pada detail
dimensi struktur yang dibutuhkan.

- Dermaga Apung/Sistem Jetty


Dermaga apung adalah tempat untuk menambatkan kapal
pada suatu ponton yang mengapung diatas air.
Digunakannya ponton adalah untuk mengantisipasi air
pasang surut laut, sehingga posisi kapal dengan
dermaga selalu sama, kemudian antara ponton dengan
dermaga dihubungkan dengan suatu landasan/jembatan
yang flexibel ke darat yang bisa mengakomodasi
pasang surut laut. Biasanya dermaga apung digunakan
untuk kapal kecil, yach atau feri seperti yang
II-9
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

digunakan di dermaga penyeberangan yang banayak


ditemukan di sungai-sungai yang mengalami pasang
surut.

Ada beberapa jenis bahan yang digunakan untuk


membuat dermaga apung seperti:

 Dermaga ponton baja yang mempunyai keunggulan


mudah untuk dibuat tetapi perlu perawatan,
khususnya yang digunakan dimuara sungai yang
airnya bersifat lebih korosif.
 Dermaga ponton beton yang mempunyai keunggulan
mudah untuk dirawat sepanjang tidak bocor.
 Dermaga ponton dari kayu gelondongan, yang
menggunakan kayu gelondongan yang berat jenisnya
lebih rendah dari air sehingga bisa mengapungkan
dermaga.

6. Desain Dermaga

Dasar pertimbangan dalam perencanaan dermaga adalah


sebagai berikut:

 Posisi dermaga ditentukan oleh ketersediaan lahan dan


kestabilan tanah disekitar sungai.
 Panjang dermaga dihitung berdasarkan kebutuhan kapal
yang akan berlabuh, dasar pertimbangan desain panjang
dermaga yang bisanya dijadikan acuan adalah 1.07 sampai
1,16 panjang kapal (LOA)
 Lebar dermaga disesuaikan dengan kemudahan aktivitas
bongkar muat kapal dan pergerakan kendaraan pengangkut
di darat.
II-10
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

 Letak dermaga dekat dengan fasilitas penunjang yang ada


di daratan.
 Elevasi dermaga ditentukan dengan memperhatikan kondisi
elevasi muka air sungai/pasang surut.
a. Desain Dermaga Quay Wall
Struktur wall sangat tergantung kepada beberapa hal
sebagai berikut:
 Kondisi tanah, merupakan faktor utama dalam
penentuan jenis quay wall yang akan dipilih
 Tekanan tanah
 Muatan pada dermaga, beban merata, beban titik,
gaya-gaya mooring (yang diterima melalui bollard
ataupun fender
 Kedalaman didepan dermaga
 Pengaruh pasang surut dan garis air
 Faktor-faktor sekunder lainnya seperti angin, arus,
gelombang, dan beberapa faktor minor lainnya.

b. Desain Dermaga Apung


Platform terapung seperti halnya pontoon harus
didisain hingga taraf kestabilan dan keamanan yang
diinginkan. Pontoon tersebut haruslah memiliki area
permukaan dan tinggi freeboard yang mencukupi sehingga
dapat berfungsi dengan baik. Dimensi pontoon yang
didisain akan tergantung dari tipe pembebanan yang
digunakan.

Beban-beban yang harus dipertimbangkan yang dapat


bekerja pada sebuah pontoon.

1. Beban statik dan beban hidup.


2. Reaksi dari jalan akses (jembatan atau gangway).
II-11
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

3. Tekanan hidrostatis.
4. Beban mati.
5. Gaya angkat

7. Perangkat Bongkar Muat


Perangkat bongkar muat pelabuhan merupakan hal yang
penting khususnya untuk angkutan barang.
1. Kran untuk bongkar muat muatan dari darat ke kapal atau
sebaliknya. Untuk peti kemas dalam jumlah yang kecil
dapat menggunakan kran darat ataupun kran kapal,
apabila jumlah bongkar muat semakin banyak diperlukan
kran petikemas atau yang biasa disebut sebagai
container crane.
2. Kran untuk pemindahan petikemas di lapangan penumpukan
berupa kran biasa, atau reach stacker ataupun RTG
(ruber tired gantry) dengan semakin banyaknya peti
kemas yang harus dipindah.
3. Forklift yang digunakan untuk pengangkatan peti kemas
kosong ataupun untuk mengangkat dan memindahkan muatan
petikemas yang tersusun diatas palet-palet.
4. Perangkat angkutan barang curah, baik curah cair maupun
curah kering. Belakangan ini angkutan curah cair minyak
kelapa sawit, BBM merupakan komoditi yang banyak
diangkut dari dan ke perairan pedalaman, termasuk curah
kering seperti batubara, semen dan lain sebagainya.

8. Mooring
Berbagai kapal yang menggunakan perairan pedalaman
memerlukan fasilitas moring ataupun perawatan. Ada dua
bentuk dasar kegiatan moring kapal pada perairan pedalaman
yaitu:
II-12
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

 Di bantaran alur pelayaran, yang dapat digunakan oleh


pengunjung, seperti dermaga yang ditempatkan didepan
pasar; pelabuhan perairan pedalaman yang dioperasikan
secara komersil; moring dikawasan perumahan rakyat yang
tinggal disekitar alur pelayaran.
 Diluar alur pelayaran, berupa celukan, kolam pelabuhan
ataupun di Marina yang khusu diperuntukkan bagi kapal-
kapal yang sedang tidak digunakan, dengan tujuan agar
alur pelayaran tidak terganggu oleh kapal yang sedang
lego jangkar ataupun ditambatkan di dermaga. Moring
yang demikian sangat penting untuk alur pelayaran yang
sempit.

a. Moring Kapal Besar

Kapal atau perahu dikatakan tertambat apabila telah


terikat ke obyek tetap seperti dermaga atau obyek
terapung seperti dermaga apung. Untuk menambatkan kapal
ke dermaga digunakan tali-temali yang dapat menahan
kapal dari arus, angin ataupun gelombang yang terjadi
perairan. Semakin besar kapal yang ditambatkan
diperlukan tali tambat yang lebih banyak, kapal tangker
membutuhkan sampai 12 tali tambat, kapal layar
membutuhkan 4 sampai 6 tali tambat. Untuk menambatkan
kapal ke dermaga awak kapal harus berkoordinasi dengan
buruh pelabuhan (kepil) dalam menambatkan tali kapal ke
dermaga.

II-13
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

Gambar 2.2. Mooring kapal besar di dermaga

b. Moring Kapal Kecil


Kapal perairan pedalaman umumnya berukuran kecil,
sehingga tidak membutuhkan boulder yang besar pada saat
merapat di dermaga perlu ditambatkan, agar tidak
terbawa oleh arus. Pada gambar berikut ditunjukkan cara
melakukan penambatan (mooring) kapal kecil.

Gambar 2.3. Mooring kapal kecil di dermaga

Untuk menambatkan kapal di Dermaga , digunakan simpul


pada bolder seperti ditunjukkan dalam gambar berikut,
simpul ini tidak gampang terbuka tetapi mudah untuk
dibuka kembali. Sedang bila ditambatkan di pada tiang,
maka simpul yang digunakan adalah seperti ditunjukkan
dalam gambar berikutnya.

II-14
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

Gambar 2.4. Simpul kapal kecil

Gambar 2.5. simpul kapal kecil pada tiang

9. Operasional Pelabuhan
a. Pelayanan Kapal
Pelayanan kapal dimulai dari kapal masuk ke perairan
pelabuhan, berada di kolam pelabuhan, ketika akan
bersandar di tambatan, sampai saat kapal meninggalkan
pelabuhan.

Dalam rangka menjaga keselamatan kapal, penumpang dan


muatannya sewaktu memasuki alur pelayaran menuju
dermaga atau kolam pelabuhan untuk berlabuh, maka
untuk pelabuhan-pelabuhan tertentu dengan kapal-kapal
tertentu harus dipandu oleh petugas pandu yang
disediakan oleh Pelabuhan. Pemerintah telah menetapkan
perairan-perairan yang termasuk dalam kategori
perairan wajib pandu, perairan pandu luar biasa dan
perairan di luar batas perairan pandu. Untuk mengantar

petugas pandu ke/dan kapal diperlukan peralatan kapal


yang disebut kapal pandu. Terhadap kapal yang keluar
II-15
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

masuk pelabuhan dan mempunyai kapal berukuran GT 500


(lima ratus Gross Tonnage) atau lebih.

b. Bongkar Muat Barang


Jenis peralatan bongkar muat yang digunakan di
pelabuhan sangat tergantung kepada jenis barang yang
akan dibongkar/muat. Secara umum jenis barang dimaksud
dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
- Barang yang dikemas dengan petikemas, yang semakin
banyak digunakan karena kecepatan bongkar muat yang
tinggi sehingga mengurang waktu dan biaya yang
rendah.
- Barang umum (general Cargo), yang mulai ditinggalkan
karena kecepatan bongkar muat yang lambat serta
dibutuhkan biaya yang besar, tetapi pelayaran rakyat
masih tetap menggunakan pendekatan ini.
- Barang curah (kering/cair).

c. Instalasi Penunjang

Instalasi penunjang yang dimaksudkan di sini adalah


instalasi yang menunjang kegiatan pelayanan jasa
kepelabuhanan yang meliputi:

 Instalasi listrik dalam hal ini biasanya digunakan


PLN, kecuali PLN tidak mampu menyediakan listrik
bagi pelabuhan karena letak yang jauh dari jaringan
PLN ataupun tidak mempunyai kapasitas yang Mencukupi
 Instalasi air yang dapat disediakan oleh PAM milik
pemerintah daerah ataupun swasta

II-16
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

 Instalasi pengumpulan, pengolahan limbah yang


bisanya dikelola oleh pelabuhan atau bekerja sama
dengan pihak ketiga.

10. Logpond
Ukuran pembuatan tempat penimbunan kayu ditetapkan
sebagai berikut
1. Panjang ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan
navigasi pada alur pelayaran dan kondisi penggunaan
perairan daratan untuk keperluan lainnya;
2. Lebar tidak boleh melebihi dari sepertiga lebar alur
pela yaran pada lokasi tersebut;
3. Luas satu meter persegi dataran air disamakan dengan
satu meter kubik kayu (logs).

11. Ijin PembuatanLogpond


Untuk mendapatkan izin pembuatan tempat penimbunan kayu,
pemohon mengajukan surat permohonan kepada kepada
Menteri Perhubungan dengan melampirkan
1. Bukti pemegang HPH dan atau HPHH;
2. Laporan hash l pendataan lapangan untuk pembuatan
tempat penimbunan kayu yang bersangkutan;
3. Peta lokasi untuk tempat peniMbunan kayu;
4. Rekomendasi dari Pemerintah Daerah setempat;
5. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
6. Pemegang izin tempat penimbunan kayu diwajibkan
mematuhi ketentuan-ketentuan yang dicantumkan dalam
surat pemberian izin pem¬buatan tempat penimbunan
kayu dan ketentuan perundang-undangan yang berkaitan
dengan bidang usahanya.

II-17
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

7. Selanjutnya menetapkan bahwa untuk membuat tempat


penimbunan kayu yang terletak diperairan-daratan.
yang merupakan alur pelayaran kapal laut, harus
mendapatkan rekomendasi dari Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut.

2.2. Dasar Hukum


1. Undang-undang Nomor : 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana
2. Undang-undang Nomor : 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
3. Undang-undang Nomor : 6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia (Lembaran Negara RI Tahun 1996 Nomor : 75,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor : 3674)
4. Peraturan Pemerintah Nomor : 82 Tahun 1999 tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara RI Tahun 1999
Nomor : 187, Lembaran Negara RI Nomor : 3907)
5. Peraturan Pemerintah Nomor : 69 Tahun 2001 tentang
Kepelabuhan (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor : 127,
Lembaran Negara RI Nomor : 4145
6. Peraturan Pemerintah Nomor : 51 Tahun 2002 tentang
Perkapalan (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor : 95,
Lembaran Negara RI Nomor : 4227
7. Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 9 Tahun
2006 tentang Retribusi tempat pendaratan kapal

2.3. Peraturan, Standard, Code dan Literatur


Dalam menjalankan layanannya, Konsultan Perencanaan akan
mengikuti ketentuan – ketentuan seperti : standar, pedoman
dan peraturan yang berlaku, dapat meliputi antara lain :
A. Peraturan / Pedoman Teknis

II-18
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

1. Ketentuan yang diberlakukan untuk pekerjaan proyek yang


bersangkutan, yaitu surat perjanjian pekerjaan
perencanaan dan surat perjanjian pekerjaan
pelaksanaan beserta kelengkapannya dan ketentuan –
ketentuan sebagai dasar perjanjiannya.
2. Yang termuat dalam Surat Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002,
tanggal 21 Agustus 2002 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
3. Peraturan Pembangunan dan Pemerintah Daerah setempat.
4. Standard dan pedoman teknis yang berlaku dibidang
penyelenggaraan bangunan gedung :
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan
gedung.
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
468/KPTS/1998 tentang persyaratan Teknis
Aksesbilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan.
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan
terhadap bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
 Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : Kep. 174/ MEN/ 1986
dan 104/ PTS/ 1986 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi dan
atau peraturan penggantinya.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007,
tanggal 27 Desember 2007, tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

II-19
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

B. Standar/ Codes
1. Standart Codes dan peraturan untuk pekerjaan Sipil dan
Landscape
 Peraturan Pembebanan Indonesia 1983;
 Peraturan Beton Indonesia - 71 (PBI – 71) dan PBI
1988 (draft);
 Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan
Gedung 1987;
 Pedoman Perencanaan untuk struktur Beton bertulang
1987;
 PPBI – 1987 / Peraturan Baja;
 Spesifikasi Trotoar 1990.
2. Standar, Codes dan Peraturan untuk Pekerjaan Arsitek :
 ASTM Standard;
 Peraturan Pembangunan Nasional;
 Standard Industri Indonesia ( SII );
 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI – 5 PKKI
1961;
 Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan
dari Logam besi/ baja).
 Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian C (Bahan Bangunan
dari Logam bukan besi)
 Tata cara pencegahan rayap;
 Tata cara pengecetan kayu;
 Tata cara pengecetan logam;
 Tata cara pengecetan dinding tembok dengan cat
emulsi;
 Petunjuk perencanaan bangunan dan lingkungan untuk
pencegahan bahaya kebakaran KBI – 2.3.53.1987.

II-20
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

3. Standar, Codes dan Peraturan untuk Pekerjaan Sturkrtur


 Peraturan Pembebanan Indonesia 1983;
 Peraturan Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah
dan Gedung 1987;
 Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang
1987;
 PPBBI’ 1987 / Peraturan Baja;
 American Society For Testing and Materials ( ASTM )
 Building Requirements for Reinforced Concrete (ACI
318 – 83);
Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran SKBI / 2.3.53.1987, UDC : 669.81 : 624
: 04.

4. Standar, Codes dan Peraturan untuk Pekerjaan


Elektrikal:

 Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL);


 Peraturan Umum Penangkal Listrik Indonesia (PUIPP);
 International Electrotechnic Standarad USA (IEC);
 Natiional Electrical Code USA;
 Japanesse Industrial Stanadaard (JIS).

5. Standar, Codes dan Peraturan untuk Pekerjaan Makanikal


dan Plumbing :

 Pedoman Plumbing Indonesia. Dep. PU 1979 :


 Standart Tata Cara Perencanaan Tanki Septic ,Dep. PU
 Panduan Pemasangan Sistim Hidran untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan dan Rumah, SKBI.
 Panduan Pemasangan Sistim Splinker untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Rumah, SKBI –
3.4.53.1987.UDC 699.81.614.844.
II-21
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

 Panduan Pemasangan Pemadam Kebakaran Api Ringan


untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran .pada Bangunan dan
Rumah, SKBI – 3.4.53.1987,UDC .699.81.614.845.

 National Standard Plumbing Code (NPSC), Section


Septic Tank and Drain Field, American Standard.

C. Literatur dan Rencana Tata Ruang Daerah


 Literatur tentang kondisi sosial
budaya setempat
 Rencana tata ruang wilayah kabupaten
/ kota

2.4 Konsep Ruang

Dalam Penyusunan DED Pembangunan Dermaga di Kec. Pangururan


dan Kec. Sianjur Mula-mula ini terlebih lagi dalam mendukung
kegiatan di sekitar dermaga sangat diperhatikan konsep ruang
agar pergerakan dari dalam kapal dan menuju kapal memperoleh
akses yang baik, tanpa menimbulkan kesesakan antar sesama
penumpang atau pemilik barang-barang bongkar muat.

Mengingat Dermaga ini digunakan untuk Pelayanan terhadap


Masyarakat Luas di Kabupaten Samosir, diharapkan nantinya Aman
dan Nyaman apabila nantinya digunakan, sehingga konsep
sirkulasi yang baik dan luas area bongkar muat dari dan menuju
kapal harus dibuat semaksimal mungkin, guna memberikan layanan
yang baik bagi pengguna dermaga ini nantinya.

2.5 Kompilasi, Perhitungan dan Kontrol Kualitas

II-22
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

Setelah selesai survey lapangan maka langkah berikutnya tenaga


ahli akan melakukan kompilasi data, perhitungan dan kontrol
kualitas data yang diperoleh. Dari data tersebut diperoleh
dengan pasti kondisi daya dukung tanah dari hasil penyelidikan
tanah.

2.6 Penyusunan Detail


Tahapan berikutnya adalah tahapan design optimal (efektif dan
efisien) sesuai dengan anggaran yang terbatas dan dalam
koridor waktu yang ketat dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi telah diperoleh dengan benar. Pada tahapan ini
desain struktur akan disesuaikan dengan kebutuhan Dermaga.

2.7. Aspek Struktur


Aspek ini menyangkut kekuatan bangunan, sehingga diperoleh
bangunan yang berumur panjang dan aman untuk dipakai.

2.8.Aspek Lingkungan
Hal ini menyangkut keamanan, kenyamanan, kebersihan, kesehatan
lingkungan, disamping itu pembangunan Dermaga ini juga dapat
menjadi pendorong peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya.

Harus menjadi perhatian tentang pengelolaan limbah cair maupun


padat.

2.9.Aspek Operasional dan Pemeliharaan


Dalam melaksanakan perencanaan teknis harus diperhitungkan
kemudahan operasional fungsi bangunan. Disamping itu juga
penting dipedomani perencanaan bangunan dengan konsep

II-23
LAPORAN AKHIR

Penyusunan DED Pembangunan Dermaga


di Kec. Pangururan dan Kec. Sianjur Mula-mula

pemeliharaan yang mudah dan murah. Untuk itu perlu disiapkan


manual operasional dan pemeliharaan atas semua fungsi
bangunan.

2.10 Penyusunan RAB


Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dapat di proses
setelah proses design sudah selesai. RAB dibuat untuk
mengetahui kebutuhan biaya dalam konstruksi nantinya. Harga
Bahan yang akan di pakai adalah Harga Satuan Tahun 2013.

2.11 Penyusunan Dokumen Lelang


Dokumen Lelang disusun dalam rangka kepentingan tender untuk
pelaksanaan pekerjaan fisik. Dokumen ini terdiri dari
beberapa bab .

II-24

Anda mungkin juga menyukai